KATA PENGANTAR
Pertama-tama Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada kami sehingga
mampu menyelesaikan makalah ini yang bertema Proses perumusan dan pengesahan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua khususnya dalam proses perumusan dan pengesahan Pancasila. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada segenap pembaca
Apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon
maaf karena Manusia tidak luput akan kesalahan hanya Tuhan Yang Maha Esa yang
paling sempurna, Terlebih ilmu kami yang belum seberapa banyak. Oleh karena itu
kami sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
untuk menyempurnakan makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan yang lebih bagi siapa saja yang memerlukannya di masa sekarang dan
yang akan datang.
Badung, 27 September 2021
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perumusan Pancasila dan UUD 1945
2.2 Proses Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945
2.3 Proklamasi Kemerdekaan dan Arti Pentingnya bagi Indonesia
2.4 Arti Penting Pancasila bagi Indonesia
2.5 Aktualiasi nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda khususnya di dunia kampus
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Berita Acara 1
2. Berita Acara 2
3. Berita Acara 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil perjuangan para pendiri negara.
Mereka adalah orang-orang yang berjuang untuk mendirikan bangsa dan negara
Indonesia. Jasa-jasanya sudah seharusnya selalu kita kenang atau ingat. Seperti yang
diucapkan oleh Proklamator Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno, ”Jangan sekali-kali
melupakan sejarah”. Pernyataan tersebut lebih dikenal dengan singkatan ”Jasmerah”.
Tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa, merupakan kewajiban seluruh warga
negara sebagai bangsa Indonesia. Melupakan sejarah perjuangan bangsa sama artinya
dengan menghilangkan identitas bangsa Indonesia.
Para pendiri negara, telah merumuskan dan menetapkan dasar negara. Hal itu
dalam rangka menggapai cita-cita nasional sebagai negara yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Dasar negara Pancasila berguna untuk mengantarkan
kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia.
Pancasila bukan sekedar ideologi negara, melainkan juga merupakan filsafat
hidup bangsa yang digali dari nilai-nilai luhur dan budaya nenek moyang yang sudah
dimiliki bangsa Indonesia sebelum negara Indonesia terbentuk. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dengan Pancasila, bangsa ini memiliki harga diri dan martabat sebagai bangsa
karena kelima sila yang terdapat di dalamnya berlaku universal, untuk kehidupan
spritual ataupun kehidupan materiil. Lima sandi utama penyusun Pancasila adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima sila ini tercantum pada paragraf ke – 4 Preambule (Pembukaan) Undang -
Undang Dasar 1945. Untuk memahami pancasila secara lengkap dan utuh terutama
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu
asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama yaitu negara yang berdasarkan
pancasila. Selain itu, secara epistimologi sekaligus sebagai pertanggungjawaban ilmiah,
bahwa pancasila selain sebagai dasar negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup
bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonedia
pada waktu mendirikan negara.
BAB 2.
PEMBAHASAN
2
Junaidi Farhan, ‘SEJARAH_LAHIRNYA_PANCASILA_Sebagai_Ideol’, Sejarah Lahirnya Pancasila
Sebagai Ideologi, 2011.
Negara yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sidang pleno PPKI
mengambil beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan:
a)menetapkan Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi Pembukaan
UUD Negara Indonesia.
b)Menetapkan Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa perubahan menjadi
UUD Negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945.
2.Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia; 3.Membentuk Komite
Nasional Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah Darurat. 3
2.2 Proses Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945
Pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas
tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di
luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa
syarat. Pada 15 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Rajiman kembali ke Indonesia.
Kedatangan mereka disambut oleh para pemuda yang mendesak agar kemerdekaan
bangsa Indonesia diproklamasikan secepatnya karena mereka tanggap terhadap
perubahan situasi politik dunia pada masa itu. Para pemuda sudah mengetahui bahwa
Jepang menyerah kepada sekutu sehingga Jepang tidak memiliki kekuasaan secara
politis di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia. Perubahan situasi yang cepat itu
menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda dengan Soekarno dan kawan-
kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M. Hatta ke Rengas
Dengklok (dalam istilah pemuda pada waktu itu “mengamankan”), tindakan pemuda itu
berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada pukul 24.00 WIB menjelang 16
Agustus 1945 di Cikini no. 71 Jakarta (Kartodirdjo, dkk., 1975: 26). Melalui jalan
berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada
dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia
ini digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka
3
Iwan Hardi Saputro, Puji Lestari, ‘Pancasila Sebagai Dasar Negara, Kronologi Pancasila, Pengesahan
Pancasila Dan Perkembangan Pancasila’, 2017, 1–29 <http://masgun.blog.unnes.ac.id/wp-
content/uploads/sites/2821/2017/02/indah-yuni-kurniawati_3601416043.pdf>.
dinamakan Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik.
Rancangan pernyataan kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi
nama Piagam Jakarta, akhirnya tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi
politik yang berubah.
Dalam sejarahnya, UUD 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni
1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau dalam bahasa jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan
tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan
dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka, yang kemudian dikenal dengan nama UUD’1945. Para tokoh
perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo,
Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo
Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid hasyim dan Mr. Mohammad Hasan
(Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai
Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan
Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di
semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri
sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah
penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa
Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan
janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas
dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan
tiba.
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
tampak tak bisa lagi ditawar-tawar dan harus segera diformulasikan, sehingga
lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat, tatkala UUD 1945 berhasil
diresmikan menjadi konstitusi oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai). (Saputra, 2018:02)
4
Haryono Rinardi, PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945: REVOLUSI POLITIK BANGSA
INDONESIA, Jurnal Sejarah Citra Lekha, Vol. 2 , No. 1, 2017, hlm.147-149
terbukti. Oleh karena itu, wajar bila Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan
norma pertama daripada tata-hukum Indonesia.
Norma pertama atau ada pula yang menyebutnya sebagai norma dasar atau ada
pula yang menyebutnya sebagai aturan dasar. Dalam hal ini yang dimaksudkan sebagai
norma dasar adalah norma/aturan/ketentuan hukum yang pertama adanya pada tata-
hukum yang bersangkutan, oleh karena itu norma/aturan/ ketentuan ini menjadi dasar
bagi berlakunya segala macam norma/aturan/ketentuan hukum yang lainnya. Segala
macam ketentuan atau peraturan hukum yang terdapat dalam tata-hukum yang
bersangkutan harus dapat dikembalikan kepada norma pertamanya. Dengan demikian,
norma pertama ini tidak dapat dicari dasar hukumnya, karena dia sendiri sudah
merupakan dasar hukum bagi segala macam norma atau aturan hukum yang berlaku
dalam tata-hukum yang bersangkutan.
Ilmu hukum positif tidak akan dapat mencari dasar hukumnya, kekuatan
berlakunya norma pertama. Akan tetapi, timbulnya norma pertama ini dapat dipelajari
dengan pendekatan bidang ilmu lain, seperti filsafat, sosiologis, politis, sejarah, dan
sebagainya. Dengan dasar pemikiran yang seperti itu, maka Proklamasi Kemerdekaan
yang merupakan norma pertama bagai tata-hukum Indonesia dasarnya tidak akan dapat
dicari dalam tata-hukum Jepang maupun Belanda. Hal ini mudah dimengerti sebab pada
tata-hukum kolonial tentu saja tidak akan mungkin terdapat suatu ketentuan ataupun
aturan yang memungkinkan bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Dalam suasana kolonial jelas tidak akan terdapat suatu kebebasan
politik yang memungkinkan kaum bumiputera untuk mengutarakan segala tuntutan dan
aspirasi politik, sehingga sangat jelas bahwa dalam periode kolonial tidak akan dapat
ditemui adanya aturan yang memungkinkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi awal bangsa Indonesia guna
menegakkan hak asasinya sebagai bangsa yang setara dengan bangsa lain. Bersamaan
itu, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga menjadi sumber dari segala sumber
hukum Bangsa Indonesia. Melalui proklamasi tersebut, mulailah hukum nasional
Indonesia di bumi nusantara ini. Proklamasi menjadi landasan bagi dihapuskannya
hukum kolonial, dan sekaligus sebagai permulaan untuk menggantinya dengan hukum
yang lebih berpihak kepada manusia dan bangsa Indonesia. Dengan demikian,
seharusnya Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi landasan hukum dan awal bagi
kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa Indonesia.
2.4 Arti Penting Pancasila bagi Indonesia
Arti penting pancasila bagi Indonesia ada 2, yaitu :
I. Pancasila sebagai dasar negara5
Pancasila sebagai dasar negara yang mendasari pasal-pasal dalam UUD 1945. Serta
menjadi cita-cita hukum yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan negara
Indonesia. 6Berikut makna dan arti Pancasila berdasarkan lima sila:
a. Ketuhanan yang Maha Esa
Arti Pancasila sila pertama adalah warga negara Indonesia percaya dan bertakwa
pada Tuhan, yang tentunya disesuaikan dengan agama dan kepercayaan tiap
orang. Makna sila pertama ini mengingatkan warga Indonesia tentang
pentingnya saling menghormati dan menghargai keragaman sehingga
memungkinkan terciptanya kehidupan yang rukun.
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Di sila kedua, masyarakat diminta memahami kesamaan derajat pada tiap
manusia. Artinya, seluruh manusia harus saling menyayangi dan menghormati
tanpa kecuali serta lepas dari pengaruh SARA. Perbedaan Suku, Agama, Ras,
dan Antar Golongan tidak jadi alasan untuk acuh, tidak membantu, dan enggan
saling menjaga sesama. Seluruh manusia bisa saling kerja sama untuk membela
kebenaran dan keadilan di masyarakat jika manusia tidak saling membedakan.
c. Persatuan Indonesia
Arti Pancasila di sila ketiga ini adalah, bangsa Indonesia dituntut mengutamakan
kepentingan negara dibanding pribadi atau antar golongan. Persatuan dan
kesatuan tentunya juga harus menjadi prioritas utama. Manusia Indonesia wajib
memiliki kepribadian rela berkorban demi negara Indonesia, mencintai bangsa
Indonesia dan tanah air, serta bangga pada negara. Karakter ini wajib dimiliki
seluruh warga Indonesia tanpa kecuali.
5
https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/865/apa-arti-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-ini-penjelasan-
singkatnya.html
6
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/arti-penting-pancasila-sebagai-dasar-negara/
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat dalam Pancasila ini mengajak untuk tidak memaksakan
kehendaknya pada orang lain. Arti lainnya adalah ajakan selalu mengutamakan
kepentingan negara dan orang lain. Arti Pancasila ini tidak menampik adanya
perbedaan pendapat dan cara pandang dalam masyarakat. Namun perbedaan
harus diselesaikan lewat diskusi, dengan mengutamakan kepentingan bersama di
atas pribadi.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna sila kelima dalam Pancasila ini adalah pentingnya pengembangan
perbuatan baik, dengan cara kekeluargaan dan gotong royong. Sila ini juga
mengingatkan pentingnya bersikap adil. Salah satunya adalah menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Warga Indonesia harus melakukan
kewajiban yang diberikan untuk bisa mendapat haknya. Hal lain yang tak kalah
penting adalah selalu menghormati hak orang lain.
II. Pancasila sebagai pandangan hidup
Semua sila Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila merupakan satu kesatuan yang
bulat dan saling memiliki keterkaitan dari sila pertama sampai sila kelima. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sila pertama dan utama yang mendasari keempat sila
lainnya, begitu pula sila ke-dua, ke-tiga, ke-empat dan ke-lima. Semua sila-sila tersebut
saling bersinergi dan membentuk satu kesatuan sehingga bangsa Indonesia ini tetap
berdiri kokoh seperti harapan pejuang para pendiri negara terdahulu.
Semangat Pancasila sila pertama hendak meyakinkan bangsa Indonesia bersatu-padu
di bawah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan perbedaan-perbedaan di antara
sesama warga negara Indonesia tidak perlu diseragamkan. Melainkan dihayati dan
diamalkan sebagai kekayaan bersama yang wajib disyukuri. Keragaman di nusantara
harus dipersatukan dalam Bhineka Tunggal Ika yang merupakan wadah negara kesatuan
repuklik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Maka dalam kerangka
kewarganegaraan, tidak perlu dipersoalkan mengenai etnis, ras, agama, warna kulit
bahkan status sosial seseorang.
Semua orang memiliki kedudukan yang sama sebagai warga negara dan di
depan hukun sebab negara kita negara hukum. Setiap warga negara adalah rakyat,
karena rakyatlah yang memiliki kedaulatan tertinggi dalam negara Indonesia.
2.5 Aktualisasi nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda khususnya di dunia kampus dan
di kehidupan bermasyarakat.
Pengaktualisasian nilai Pancasila memiliki arti penting, untuk menumbuhkan
kesadaran bersama agar Pancasila kembali menjadi dasar negara maupun orientasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dikembalikan dan benar-
benar ditempatkan sebagai ideologi negara. Pancasila harus menjiwai dan sekaligus
diwujudkan dalam produk peraturan perundang-undangan dan realitas sosial. Maka
setiap produk Undang-undang dan peraturan secara substansi tidak mencerminkan nilai-
nilai Pancasila harus dibatalkan melalui mekanisme konstitusional. Sebagai ajaran
filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat
Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Maha
Pencipta. Nilai filsafat Pancasila pada dasarnya mengandung asas integralistik atau
kekeluargaan. Asas ini tampak dalam sila ketiga, keempat, dan kelima yang berintikan
makna persatuan Indonesia dengan asas musyawarah mufakat dan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam konteks pendidikan, problem dalam aktualisasi nilai-nilai Pancasila
ditemukan baik secara struktural maupun kultural. Pada tingkat struktural, negara belum
sepenuhnya memiliki instrumen yang memadai untuk mengenalkan Pancasila pada level
implementatif sejak dini. Aktualisasi Pancasila bisa dilakukan secara objektif dan
subjektif. Aktualisasi Pancasila secara objektif dimaksudkan sebagai bentuk penjabaran
nilai-nilai Pancasila secara nyata dalam bentuk norma-norma pada setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik dalam bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif maupun
pada semua bidang kenegaraan lain. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara objektif
terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara subjektif dimaksudkan sebagai upaya
merealisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri
setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk,
setiap penguasa, dan setiap orang Indonesia. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara
subjektif dapat tercapai bila nilai-nilai Pancasila tetap melekat dalam hati sanubari
bangsa Indonesia.
Kampus menjadi tempat yang baik untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila
oleh mahasiswa. Mahasiswa bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila melalui
aktivitas sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari. Saat menjadi pembicara dalam
Diskusi “Aktualisasi Nilai Pancasila di Kalangan Mahasiswa dalam Merawat
Kebhinekaan di Masyarakat” yang digelar atas kerja sama Unpad dan Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP) RI secara virtual, Senin (16/11), Prof. Nandang memaparkan,
menaati rambu lalu lintas di dalam kampus merupakan salah satu wujud dari aktualisasi
nilai Pancasila.
“Menaati rambu lalu lintas merupakan salah satu sikap taat hukum,”7 kata Prof.
Nandang. Selain tidak melanggar rambu lalu lintas, menjaga kebersihan lingkungan
kampus juga merupakan aktualisasi nilai-nilai yang bisa dilakukan mahasiswa.
Mahasiswa didorong untuk lebih peduli terhadap berbagai masalah yang terjadi di
lingkungan sekitar maupun lingkungan kampus. Tidak merusak fasilitas kampus juga
menjadi hal dasar yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Sikap ini merupakan wujud
mahasiswa dalam mencintai lingkungan kampus. Serta mahasiswa diharapkan
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan, mengutamakan toleransi
dalam menjalankan ibadah, serta menjauhi korupsi. Selain menyampaikan dengan
benar, pemahaman Pancasila juga harus diberikan secara berkelanjutan. Pemberian
materi kepancasilaan tidak hanya diberikan saat mata kuliah umum saja. Dosen harus
secara berkelanjutan memahamkan nilai-nilai dasar negara Indonesia secara benar
kepada mahasiswa. Sementara itu, toleransi merupakan sikap utama yang harus
dilakukan mahasiswa. Keragaman budaya, suku bangsa, dan agama yang dimiliki
Indonesia dapat disatukan asalkan sikap toleransi diutamakan. Direktur Pendidikan dan
Internasionalisasi Unpad Mohamad Fahmi, PhD mengatakan, toleransi merupakan salah
satu prasyarat mendorong Indonesia menjadi negara maju. Kualitas sumber daya
manusia yang unggul tidak cukup apabila tidak dikuatkan dengan sikap toleransi
terhadap perbedaan.
7
Aktivitas Sederhana Ini Bisa Aktualisasikan Nilai-nilai Pancasila – Universitas Padjadjaran
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA