BANGSA INDONESIA
DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pancasila Dalam
Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan pada kesempatan
ini pula kami sampaikan haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar
yang telah membimbing kami, sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi isi materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Pancasila Dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pancasila sendiri memiliki sejarah yang panjang mulai dari perumusan hingga
implementasinya di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini masih banyak dikaji berbagai
pihak mulai dari para akademisi hingga para ahli. Kajian tentang Pancasila tak ada habisnya
hingga saat ini.
Meski-pun Pancasila sudah diterima secara luas sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesai, namun masih banyak sekali perbedaan penafsiran yang tak berkesudahan hingga saat
ini. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi esensi Pancasilasebagai dasar Negara yang
mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai
dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-
undangan di Negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1. Pengertian Pancasila
2. Pancasila pada era pra-kemerdekaan
3. Pancasila pada era pasca kemerdekaan
4. Pancasila pada era Orde Lama
5. Pancasila pada era Orde Baru
6. Pancasila pada era Orde baru
Tujuan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah deologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila seperti yang tercantum pada paragraf ke-4
Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945 adalah;
3. Persatuan Indonesia
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang
berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945,
tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
2. Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial
pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In", yang
pada zaman kolonial Belanda gedung tersebut merupakan gedung Volksraad(dari bahasa
Belanda, semacam lembaga "Dewan Perwakilan Rakyat Hindia-Belanda" di masa
penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila, yang
berlokasi di Jalan Pejambon 6 – Jakarta. Namun masa persidangan resminya sendiri
(masa persidangan BPUPKI yang pertama) diadakan selama empat hari dan baru dimulai
pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat
negara "Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Nama para anggota Iin menurut nomor tempat duduknya dalam sidang adalah
sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno
2. Mr. Muh Yamin
3. Dr. R. Kusuma Atmaja
4. R. AbdulrahimPratalykrama
5. R. Aris
6. K. H. Dewantara dan masih banyak lagi yang lainnya
2.2. Sidang BPUPKI I
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik
Indonesia, yaitu: “1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4.
Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat”.
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang
beliau namakan "Dasar Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2.
Kekeluargaan; 3. Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial”.
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan
"Pancasila", yaitu: “1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang
dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila",
masih menurut beliau bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini
dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: “1. Sosionasionalisme; 2.
Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut Ir.
Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai
"Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-Royong”, ini adalah merupakan
upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan
dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam
kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan
tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
2.3. Piagam Jakarta
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum
ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik
Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di
atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep sebelumnya yang telah
dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu. Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia
Sembilan" ini adalah sebagai berikut:
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"),
maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan
rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai "Piagam
Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah
"Gentlement Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya kepada anggota
BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan "Indonesia Merdeka" yang disebut
dengan "Piagam Jakarta" itu. Menurut dokumen tersebut, dasar negara Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
3. Persatuan Indonesia,
2.4.Sidang BPUPKI II
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7
orang tersebut.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang
Dasar bagi negara Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya "Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI") atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi
Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
Sementara itu dalam sidang "PPKI" pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam hitungan
kurang dari 15 menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak
kaum keagamaan yang beragama non-Muslim serta pihak kaum keagamaan yang menganut
ajaran kebatinan, yang kemudian diikuti oleh pihak kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis")
guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum keagamaan yang beragama Islam guna
dihapuskannya "tujuh kata" dalam "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter".
Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang "PPKI" dan
membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik
tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai "pembukaan(bahasa Belanda:
"preambule") dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945", yang saat ini biasa disebut
dengan hanya UUD '45 adalah:
Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab, muqaddimah, diganti
dengan kata “Pembukaan”.
Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula
berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi berbunyi:
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
"PPKI" sangat berperan dalam penataan awal negara Indonesia baru. Walaupun
kelompok muda kala itu hanya menganggap "PPKI" sebagai sebuah lembaga buatan pihak
pemerintah pendudukan militer Jepang, namun terlepas dari anggapan tersebut, peran serta
jasa badan ini sama sekali tak boleh kita remehkan dan abaikan, apalagi kita lupakan.
Anggota "PPKI" telah menjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaik-
baiknya, hingga pada akhirnya "PPKI" dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang
kuat bagi negara Indonesia yang saat itu baru saja berdiri.
Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah
dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada
akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila
sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak
seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan.
Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat, agar
dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan
melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari
penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi
terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno
meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi
khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang
terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh
kepentingan-kepentingan tertetu.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila
dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada
kekuasaan seorang presiden dan lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap
kebijakan-kebijakan.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari
situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan Negara.
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen, semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari
pemerintahan sebelumnya yang telah menyimpang dari pancasila serta UUD 1945. Akan
tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa
orde lama, yaitu pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar, rezim, otoritarian di
bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Sehingga pancasila
oleh rezim orde baru ditafsirkan sedemikian rupa sehingga membenarkan dan memperkuat
otoritarianisme Negara. Makadari itu, Pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin
komperehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas segala
tindakan pemerintah yang berkuasa dalam diri masyarakat Indonesia.
Pada era orde baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila,
pemerintah secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui TAP MPR NO.
II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P4) disekolah dan
masyarakat. Tujuan dari P4 antara lain adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai
demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan
kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan
menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga
disampaikan pemahaman terhadap UUD 1945 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila pada masa orde lama dan orde baru telah
terjadi deviasi oleh oknum-oknum penyelenggara Pemerintah, sehingga mendorong
terjadinya reformasi oleh mahasiswa dan tokoh-tokoh bangsa. Sehingga negara ini telah
dilanda kritis, baik krisis dibidang ekonomi, politik maupun kepemimpinan. Reformasi lahir
dengan tujuan untuk memperbaiki krisis yang berkepanjangan serta menata kearah yang
lebih baik.
1. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, agama, dan
ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan toleransi bersumber pada nilai Ketuhanan Yang Maha
Esa.
PENUTUP
Kesimpulan
Pancasila adalah 5 butir nilai yang menjadi deologi dasar dalam kehidupan bagi negara
Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah, wilayah, dan rakyat.
Pancasila dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh
kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila hingga saat ini mempunyai sejarah yang sangat panjang mulai dari masa pra-
kemerdekaan hingga saat ini. Dalam setiap masanya, Pancasila kerap mengalami pasang surut
baik dalam hal pemahaman mau pun implementasinya terhadap negara.
Saran
Sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesai, kita sepatutnya menanamkan nilai-
nilai pancasila pada pribadi kita masing-masing demi mewujudnkan cita-cita luhur para
pendahulu kita. Dan sebagai generasi muda, sudah sepatutnya kita memperjuangkan nilai
Pancasila, sebab masa depan Indonesia ada di tangan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Pimpinan MPR dan Badan Sosialisasi MPR RI periode 2014-2019. 2017. Empat Pilar MPR RI.
Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha-
usaha_Persiapan_Kemerdekaan_Indonesia
https://alexandramahandita.wordpress.com/2014/11/03/pancasila-dalam-kajian-sejarah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://www.academia.edu/37512047/PANCASILA_DALAM_KAJIAN_SEJARAH_BANGSA
_INDONESIA
https://www.academia.edu/29016296/MAKALAH_PANCASILA_Pancasila_dalam_kajian_sejar
ah_bangsa_indonesia_pada_era_orde_baru_dan_reformasi_