Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan perlindungannya penulis dapat menyelesaikan Artikel ini tentang Pancasila Dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih, kepada semua puhak yang
telah membantu dalam menyelesaikan Artikel ini. Mohon maaf jika saya tidak bisa
menyebutkannya satu per satu. Sekali lagi penulis menyucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.

Artikel ini di buat dengan tujuan selain daripada mendapatkan nilai tugas, tetapi juga
untuk menambah ilmu serta wawasan penulis dalam hal Pancasila dalam Kajian Sejara
Bangsa Indonesia. Semoga Artikrl ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi semua
orang yang nantinya akan membaca Artikel ini.

Kupang, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


B. Alasan Diperlukan Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia
C. Perkembangan Pancasila Dalam Sejarah Bangsa Indonesia

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara yang berisi lima nilai dasar yang dijadikan
sebagai kaidah negara yang fundamental. Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti
bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam penyelenggaraan segala norma hukum dan
negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh
Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila.
Menurut sejarawan Inggris, John Tosh, sejarah merupakan memori kolektif,
pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial manusia dan prospek
manusia tersebut di masa yang akan datang. Terbentuknya negara Indonesia adalah
suatu proses sejarah yang panjang dan melalui beberapa tahap, yang dalam tahapan
tersebut mencakup beberapa peristiwa berkaitan dengan nilai-nilai perumusan
Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang
dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan
melalui sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Semua nilai Pancasila merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila saling memiliki keterkaitan dari
sila pertama hingga sila kelima. Pancasila merupakan jiwa bangsa yang harus
diwujudkan dalam setiap lembaga atau organisasi dan insan yang ada di Indonesia.
Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti Pancasila memberikan ciri khas tersendiri bagi
bangsa Indonesia dan membedakannya dengan bangsa lain.
Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, namun dalam pengaplikasiannya
harus bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat Indonesia yang dapat
menerima dan mengakomodasikan pemikiran dari luar sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi identitas bangsa. Oleh karena itu,
dalam makalah ini, kami membahas tentang “Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia” untuk menelusuri prosessejarah dalam pembentukan Pancasila hingga
menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi jati diri
bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia?
2. Apakah alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Urgensi Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische
Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis berdirinya suatu negara.
Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai
berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.
1. Periode Pengumpulan Pancacasila
BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr. Radjiman
Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu masalah khususnya
yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang pembicara yaitu:
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, di
dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan mengenai calon rumusan
dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang
artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang
temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya. Awalnya sila
pertama pada pancasila memiliki perbedaan bunyi dari pancasila sekarang tetapi,
atas perundingan yang terjadi dan pertimbangan lainya untuk mencapai persatuan
dan kesatuan akhirnya sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha
Esa”
Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI kedua pada 10
- 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam
Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia. Pada
alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalampermusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta”
ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah
perubahan di sana-sini. Periode perumusan pancasila dimulai dari diadakannya
sidang BPUPKI. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali yaitu pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang keduanya pada tanggal 10 - 16 Juni 1945.
Sidang pertama digunakan untuk merunfingkan isi dari dasar negara yang
dimana di usulkan oleh tiga orang tokoh yaitu
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Sedangkan sidang
kedua BPUPKI membahas mengenai pengesahan dasar negara dengan nama
yang dikenal piagam jakarta.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Karena adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia akhirnya golongan muda
mendesak Soekarno untuk memerdekakan Indonesia. Setelah peristiwa diculiknya
Soekano dan Moh. Hatta akhirnya Soekarno menulis naskah proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda dan keesokan harinya naskah tersebut dibacakan oleh
Soekarno. Isi dari teks proklamasi adalah sebagai berikut:
PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat
singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

atas nama bangsa Indonesia Soekarno-Hatta


Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus
1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa
Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI
yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu
dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota
PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh
komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri,
dan Ahmad Subarjo. Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan
perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: dasar negara,
Undang-Undang Dasar, pemimpin negara, dan perangkat pendukung lainnya.
Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:
a) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang
terdiriatas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal
dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga
berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
b) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno
danHatta).
c) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota
PPKIditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite
ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalampermusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


a. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia

Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses


inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad
Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan
bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan
agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya


nilainilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan.
Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada
pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau
halnya sendiri.

c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan


keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan
kegunaannya oleh bangsa Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman
bermasyarakat. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila
melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan
bertindak.

d. Pancasila sebagai jiwa bangsa

Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah


ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur

Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang


disepakati oleh para pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara
tentang pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang
diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

C. Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Sebuah negara pada hakikatnya dibangun berdasarkan suatu landasan yang


kemudian dijadikan dasar negara. Tanpa disadari nilai – nilai luhur Pancasila sudah
mulai terbentuk sejak masa kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sebelum adanya Pancasila
sebagai dasar negara pada saat ini, Pancasila mengalami perkembangan dalam
penerapannya di setiap era sejarah yang telah dilalui bangsa Indonesia. Ada beberapa
sejarah yang tercatat, diantaranya:

 Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan


 Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
 Sejarah Pancasila Pada Era Orde Lama
 Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru
 Sejarah Pancasila pada Era Reformasi
Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan

Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K. R.
T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan pidato pada sidang pertama
Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan "Apa dasar negara kita dan mau
dibentuk apa?". Untuk merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, terdapat usulan-
usulan pribadi yang dikemukakan dalam sidang BPUPKI yaitu Muhammad Yamin,
Soekarno, dan Soepomo. Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni
1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas bagi


negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Kebangsaan", sila kedua "Kemanusiaan", sila
ketiga "Ketuhanan", sila keempat "Kerakyatan", dan sila kelima "Kesejahteraan
Rakyat".

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 3 asas teori-
teori bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Teori Negara Perseorangan
(Individualis)", sila kedua "Paham Negara Kelas (Class Theory)", dan sila ketiga
"Paham Negara Integralistik".

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar Negara


yaitu: Sila pertama "Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)", sila kedua
"Internasionalisme (Peri kemanusiaan)", sila ketiga "Mufakat (Demokarasi)", sila
keempat "Kesejahteraan Sosial", dan sila kelima

"Ketuhanan yang Maha Esa."


Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
Selepas perumusan dasar negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal 29 Mei-
1 Juni 1945, dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk merumuskan gagasan-gagasan
tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara pada persidangan
pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945, rumusan hasil Panitia 9 itu diserahkan ke
BPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan
menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir.Soekarno, Moh. Hatta, A. A.
Maramis, Abdul Kahar, H. Agus Salim, Achmad Subardjo, Abikoesno, K. H. Wahid
Hasjim, dan Muhammad Yamin. Namun, ada perdebatan terkait sila pertama pada
Piagam Jakarta. Oleh karena itu, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945, diputuskan untuk melakukan perubahan
pada sila pertama dari yang ditulis dalam Piagam Jakarta.

Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu menjadi


seperti yang dikenal saat ini, yaitu:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Pancasila pada Era Orde Lama

Masa setelah kemerdekaan RI (1945-1950), sejak Soekarno dan Mohammad


Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, yang terjadi
setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring masuknya kembali
Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Soekarno pula
Pancasila dibentuk dan digodok. Tak hanya dasar negara, bentuk pemerintahan juga
birokrasi di dalamnya juga dirumuskan. Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai
silang pendapat dan perdebatan panjang. Selain harus menghadapi Belanda di
berbagai front pertempuran maupun meja perundingan, masa pemerintahan usai
kemerdekaan RI kala itu juga terjadi gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan dari
sejumlah golongan tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta.

Masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), setelah melalui rangkaian


perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan Konferensi Meja
Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara
yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember 1949. Menjadi negara yang
berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno tidak stabil lantaran banyak
munculnya masalah internal, baik dari kabinet maupun ancaman dis-integrasi bangsa.
Dalam kurun waktu 9 tahun, yakni 1950-1959, pemerintahan Indonesia (kala itu
bernama Republik Indonesia Serikat atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet.
Di berbagai wilayah, pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam
keutuhan negara. Sebut saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA),
Andi Azis, Republik Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta),
dan lain-lain. Pada masa ini pula militer mulai menjadi fraksi yang kuat dalam
perpolitikan Indonesia dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan dari
orde lama ke orde baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Masa akhir Orde Lama (1959-1966), periode ini diwarnai dengan sistem
Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga menjadi akhir
Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965. Soekarno
mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan dan pemerintahan negara
bertumpu kepada Soekarno selaku presiden. Demokrasi Terpimpin sejatinya
merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem pemerintahan yang kacau. Dengan
menjadikan presiden sebagai titik sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat
mencipta ulang stabilitas politik Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru
sebaliknya, pelaksanaan Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan
UUD 1945. Pada pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran
terhadap UUD 1945 dan pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini
dikarenakan terpusat hanya kepada presiden yang membuat kedudukan presiden
sangat kuat dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari posisi wakil presiden
sejak 1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan
terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan sebagian
militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus menjadi awal dari akhir
rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan era Orde Baru sejak
1966.

Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru


Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa Orde
Baru sejak 1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi

Pancasila juga dijadikan sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati
sempat terjadi polemik dalam sejarahnya. Pemerintah Orde Baru mempunyai visi
utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI dalam kehidupan
masyarakat serta bernegara. Upaya penerapan Pancasila di rezim ini salah satunya
adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik dibatasi dan hanya berjumlah tiga,
meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas
tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi masyarakat hingga partai politik harus
menjadikan Pancasila sebagai pedoman utama dalam menjalankan kegiatannya.

Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer juga ikut
terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.
Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya diperbolehkan menjadi lebih dibatasi.
Atas nama Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara, kata Soeharto, maka ABRI
(militer) dan Golkar harus bersatu, terutama dalam menjalankan pemerintahan yang
kuat dari segala ancaman. Selain itu, tidak jarang dilakukan pembreidelan surat kabar
hingga majalah kala itu. Ada juga peristiwa penangkapan aktivis karena mengkritik
pemerintahan Soeharto pada masa Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai asas
tunggal pada era Orde Baru dengan segala dampaknya menuai kritik. Beberapa
kalangan menyebut Soeharto telah menyalahgunakan Pancasila untuk kepentingan
sendiri dan kelompoknya.

Sejarah Pancasila pada Era Reformasi

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang dipegang


teguh dalam menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila pun berkembang
sesuai dengan kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi 1998 sampai sekarang.
Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998 mengalami berbagai cobaan, semisal
munculnya berbagai pemberontakan di era Orde Lama, atau upaya penyalahgunaan
Pancasila atas nama kekuasaan pada rezim Orde Baru. Di era Reformasi 1998, seiring
lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan dan selanjutnya, penerapan Pancasila
juga terhalang banyak godaan. Berakhirnya Orde Baru membuka pintu gerbang
kebebasan bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.
Penerapan Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat
Indonesia yang benar-benar mendapat kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan
merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya kreativitas dari anak-anak
bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya. Sebagai contoh adalah terjadinya
pergaulan bebas, cara interaksi yang tak beretika, penyalahgunaan narkoba dan
minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik horizontal, serta hal-hal lain yang
dapat mengancam keutuhan bangsa.

Penerapan Pancasila di era digital, seperti dikutip dari laman resmi Lembaga
Ketahanan Nasional RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M. P. mengatakan, “Pancasila
merupakan ideologi terbuka”. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa memadukan
beberapa nilai baru dalam kehidupan bernegara. Namun, kendati sifatnya terbuka,
Pancasila harus dijaga kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi lain.
Kedatangan ideologi lain tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi,
seperti berbagai platform sosial media (sosmed), merebaknya media online, dan lain-
lain. Oleh karena itu, penerapan Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar
menarik perhatian generasi muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan
mengamalkannya.

Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Pancasila juga


diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda tidak melupakan
Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru, Pancasila bukan
hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di kehidupan nyata sehari-hari.
Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di masa reformasi
hingga saat ini, masyarakat tetap dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan
memaksimalkan hasil kemajuan teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari
nilai asli masyarakat Indonesia dapat terus berkembang agar masyarakat dapat
mencapai keadilan dan kemakmuran sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara Indonesia


sekaligus menjadi pedoman hidup dan identitas diri bangsa Indonesia, yang mana
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh Instruksi
Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
memiliki arti bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila.

Pancasila terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap, mulai
dari proses pengumpulan sila-sila Pancasila, proses perumusan Pancasila, hingga
proses pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan buah pikiran, musyawarah, dan
mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan kemerdekaan yang
dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.

Adapun alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia


adalah karena Pancasila merupakan identitas dan jiwa bangsa, serta mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang artinya semua nilai-nilai Pancasila tersebut dijadikan pedoman hidup
yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Saran

Proses sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara serta identitas


bangsa Indonesia melalui berbagai tahapan yang panjang dan tidak instan. Oleh
karenanya, penulis berpesan kepada generasi muda penerus bangsa supaya senantiasa
memahami, mengimplementasikan, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai aspek kehidupan, sehingga Pancasila akan selalu hidup dan melekat sebagai
jati diri bangsa Indonesia di masa sekarang maupun nanti di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/en-us/document/universitas-negeri-malang/pancasila-education-
pancasila-education/makalah-pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-indonesia/23134188/
download/makalah-pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai