Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH


BANGSA INDONESIA
Dosen pengajar:Dr.Yenny Melia,m.pd

Disusun Oleh:

Alfera Yuniar (Pend Dokter Gigi)


Nahda Syafitri (Kesehatan Masyarakat)
Naura Agila Azuri (Kebidanan)
Shonaya Ichwani Zuri (Anestesi)
Alfikri Haikal (Farmasi)

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN
2022/202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang
berjudul “Pancasila dalam
Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia”
dapat kami selesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan kali ini,
tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada
Bapak Dr. Ahmad Samawi,
MHum., selaku dosen
pengampu pada Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila yang
telah membimbing kami
dalam pengerjaan tugas
makalah. Kami juga
berterima kasih kepada
semua pihak yang turut
berkontribusi
dan membantu dalam proses
penyusunan ma
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan kali ini, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu
Dr.Yenny Melia,m.pd selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah. Kami juga berterima
kasih kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi sistematika maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini kedepannya.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Padang, 27 Oktober 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

A. Konsep & Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia...3


B. Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia...............................................................................................6
C. Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia..................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara yang berisi lima nilai dasar yang
dijadikan sebagai kaidah negara yang fundamental. Pancasila sebagai dasar
negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan segala norma hukum dan negara. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia telah dilegalkan oleh Instruksi Presiden Nomor
12/1968. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki arti
bahwa segala peraturan negara harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila.
Menurut sejarawan Inggris, John Tosh, sejarah merupakan memori
kolektif, pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial
manusia dan prospek manusia tersebut di masa yang akan datang.
Terbentuknya negara Indonesia adalah suatu proses sejarah yang panjang dan
melalui beberapa tahap, yang dalam tahapan tersebut mencakup beberapa
peristiwa berkaitan dengan nilai-nilai perumusan Pancasila. Pancasila
merupakan buah pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh
penting pada masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan melalui sidang
BPUPKI, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Semua nilai Pancasila merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat
dilaksanakan secara terpisah-pisah karena Pancasila saling memiliki
keterkaitan dari sila pertama hingga sila kelima. Pancasila merupakan jiwa
bangsa yang harus diwujudkan dalam setiap lembaga atau organisasi dan insan
yang ada di Indonesia. Pancasila sebagai jiwa bangsa, berarti Pancasila
memberikan ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia dan membedakannya
dengan bangsa lain.
Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila tentu bersifat abadi, namun dalam
pengaplikasiannya harus bersifat dinamis sesuai dengan dinamika masyarakat
Indonesia yang dapat menerima dan mengakomodasikan pemikiran dari luar
sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang menjadi

1
identitas bangsa. Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami membahas tentang
“Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia” untuk menelusuri proses
sejarah dalam pembentukan Pancasila hingga menjadi pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara serta menjadi jati diri bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia?
2. Apakah alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah
bangsa Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia


Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan
Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara
(Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur alasan filosofis
berdirinya suatu negara. Setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan
nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung)
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.
1. Periode Pengumpulan Pancacasila
BPUPKI merupakan cikal bakal terbentuknya Pancasila. Dr.
Radjiman Widyodiningrat, selaku ketua BPUPKI, mengajukan suatu
masalah khususnya yang akan dibahas pada sidang tersebut. Tiga orang
pembicara yaitu: Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Pada
tanggal 1 Juni 1945, di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato secara
lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut
Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa
yang tidak disebutkan namanya. Awalnya sila pertama pada pancasila
memiliki perbedaan bunyi dari pancasila sekarang tetapi, atas perundingan
yang terjadi dan pertimbangan lainya untuk mencapai persatuan dan
kesatuan akhirnya sila pertama pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha
Esa”

Proses perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang


Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan, selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

3
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemukakan dalam sidang BPUPKI kedua
pada 10 - 16 Juli 1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum
Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat
rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam
Jakarta” ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan
sejumlah perubahan di sana-sini. Periode perumusan pancasila dimulai dari
diadakannya sidang BPUPKI. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua
kali yaitu pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 dan sidang keduanya pada
tanggal 10 - 16 Juni 1945. Sidang pertama digunakan untuk merunfingkan
isi dari dasar negara yang dimana di usulkan oleh tiga orang tokoh yaitu
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Sedangkan sidang
kedua BPUPKI membahas mengenai pengesahan dasar negara dengan nama
yang dikenal piagam jakarta.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Karena adanya kekosongan kekuasaan di Indonesia akhirnya
golongan muda mendesak Soekarno untuk memerdekakan Indonesia.
Setelah peristiwa diculiknya Soekano dan Moh. Hatta akhirnya Soekarno
menulis naskah proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda dan
keesokan harinya naskah tersebut dibacakan oleh Soekarno. Isi dari teks
proklamasi adalah sebagai berikut:
PROKLAMASI

4
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat- singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945

atas nama bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus


1945, PPKI bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa
Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI
yang semula merupakan badan buatan pemerintah Jepang, sejak saat itu
dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa Soekarno, anggota
PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh
komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri,
dan Ahmad Subarjo. Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan
perangkat dan kelengkapan kehidupan bernegara, seperti: dasar negara,
Undang-Undang Dasar, pemimpin negara, dan perangkat pendukung
lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut:

a) Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD ‘45) yang terdiri


atas Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari
Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh juga berasal
dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
b) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan
Hatta).
c) Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI
ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini
dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr. Kasman Singodimejo.

5
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


a. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi
dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan
konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali
dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan
bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan
agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-


nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan.
Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak
ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan
atau halnya sendiri.

c. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan


keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan
kegunaannya oleh bangsa Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman
bermasyarakat. Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai

6
pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma
dalam bersikap dan bertindak.

d. Pancasila sebagai jiwa bangsa

Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila


telah ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.

e. Pancasila sebagai perjanjian luhur

Nilai – nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati
oleh para pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara tentang
pancasila sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang
diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

C. Perkembangan Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia

Sebuah negara pada hakikatnya dibangun berdasarkan suatu landasan


yang kemudian dijadikan dasar negara. Tanpa disadari nilai – nilai luhur
Pancasila sudah mulai terbentuk sejak masa kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Sebelum adanya Pancasila sebagai dasar negara pada saat ini, Pancasila
mengalami perkembangan dalam penerapannya di setiap era sejarah yang telah
dilalui bangsa Indonesia. Ada beberapa sejarah yang tercatat, diantaranya:

• Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan


• Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan
• Sejarah Pancasila Pada Era Orde Lama
• Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru
• Sejarah Pancasila pada Era Reformasi

Sejarah Pancasila pada Era Pra Kemerdekaan

Pada tanggal 1 Maret 1945, dibentuk Badan Penyelidikan Usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden
Tumenggung (K. R. T) Radjiman Widyodiningrat. Dalam pembukaan pidato
pada sidang pertama Radjiman Widyodiningrat melontarkan pertanyaan "Apa

7
dasar negara kita dan mau dibentuk apa?". Untuk merumuskan Pancasila
sebagai dasar negara, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam
sidang BPUPKI yaitu Muhammad Yamin, Soekarno, dan Soepomo. Sidang
pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk merumuskan
falsafah dasar negara untuk negara Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas


bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Kebangsaan", sila kedua
"Kemanusiaan", sila ketiga "Ketuhanan", sila keempat "Kerakyatan", dan sila
kelima "Kesejahteraan Rakyat".

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Soepomo mengemukakan 3 asas


teori-teori bagi negara Indonesia yaitu: Sila pertama "Teori Negara
Perseorangan (Individualis)", sila kedua "Paham Negara Kelas (Class
Theory)", dan sila ketiga "Paham Negara Integralistik".

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mengemukakan 5 prinsip dasar


Negara yaitu: Sila pertama "Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)", sila kedua
"Internasionalisme (Peri kemanusiaan)", sila ketiga "Mufakat (Demokarasi)",
sila keempat "Kesejahteraan Sosial", dan sila kelima "Ketuhanan yang Maha
Esa."

Sejarah Pancasila pada Era Kemerdekaan

Selepas perumusan dasar negara Indonesia yang dilaksanakan tanggal


29 Mei-1 Juni 1945, dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk merumuskan
gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara
pada persidangan pertama. Pada tanggal 22 Juni 1945, rumusan hasil Panitia 9
itu diserahkan ke BPUPKI dan diberi nama "Piagam Jakarta". Naskah Piagam
Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh
Ir.Soekarno, Moh. Hatta, A. A. Maramis, Abdul Kahar, H. Agus Salim,
Achmad Subardjo, Abikoesno, K. H. Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.
Namun, ada perdebatan terkait sila pertama pada Piagam Jakarta. Oleh karena
itu, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18
Agustus

8
1945, diputuskan untuk melakukan perubahan pada sila pertama dari yang
ditulis dalam Piagam Jakarta.

Hingga kemudian, rumusan Pancasila versi 18 Agustus 1945 itu


menjadi seperti yang dikenal saat ini, yaitu:

1. Ketuhanan yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Pancasila pada Era Orde Lama

Masa setelah kemerdekaan RI (1945-1950), sejak Soekarno dan


Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,
yang terjadi setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring
masuknya kembali Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal
pemerintahan Soekarno pula Pancasila dibentuk dan digodok. Tak hanya dasar
negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi di dalamnya juga dirumuskan.
Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai silang pendapat dan perdebatan
panjang. Selain harus menghadapi Belanda di berbagai front pertempuran
maupun meja perundingan, masa pemerintahan usai kemerdekaan RI kala itu
juga terjadi gejolak internal. Ada rasa ketidakpercayaan dari sejumlah
golongan tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-Hatta.

Masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), setelah melalui


rangkaian perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan
Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember
1949. Menjadi negara yang berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno
tidak stabil lantaran banyak munculnya masalah internal, baik dari kabinet
maupun ancaman dis-integrasi bangsa. Dalam kurun waktu 9 tahun, yakni
1950-1959, pemerintahan Indonesia (kala itu bernama Republik Indonesia

9
Serikat atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di berbagai wilayah,
pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan negara.
Sebut saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Azis,
Republik Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), dan
lain-lain. Pada masa ini pula militer mulai menjadi fraksi yang kuat dalam
perpolitikan Indonesia dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan
dari orde lama ke orde baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Masa akhir Orde Lama (1959-1966), periode ini diwarnai dengan


sistem Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga
menjadi akhir Orde Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September
(G30S) 1965. Soekarno mengubah sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi
Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Akibatnya, sistem perpolitikan
dan pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku presiden.
Demokrasi Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang
sistem pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik
sentral pemerintahan, Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik
Indonesia waktu itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. Pada
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD
1945 dan pemerintah cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan
terpusat hanya kepada presiden yang membuat kedudukan presiden sangat kuat
dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta dari posisi wakil presiden sejak
1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali terancam dengan
terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan
sebagian militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus menjadi
awal dari akhir rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian
digantikan era Orde Baru sejak 1966.

Sejarah Pancasila pada Era Orde Baru

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa


Orde Baru sejak 1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi
Pancasila juga dijadikan sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati

10
sempat terjadi polemik dalam sejarahnya. Pemerintah Orde Baru mempunyai
visi utama dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI dalam
kehidupan masyarakat serta bernegara. Upaya penerapan Pancasila di rezim ini
salah satunya adalah penyederhanaan partai politik. Partai politik dibatasi dan
hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru
mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman
utama dalam menjalankan kegiatannya.

Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer


juga ikut terlibat demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar
negara Indonesia. Pada akhirnya, kegiatan bebas yang seharusnya
diperbolehkan menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila sebagai falsafah
dan dasar negara, kata Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus
bersatu, terutama dalam menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala
ancaman. Selain itu, tidak jarang dilakukan pembreidelan surat kabar hingga
majalah kala itu. Ada juga peristiwa penangkapan aktivis karena mengkritik
pemerintahan Soeharto pada masa Orde Baru. Penerapan Pancasila sebagai
asas tunggal pada era Orde Baru dengan segala dampaknya menuai kritik.
Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah menyalahgunakan Pancasila untuk
kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Sejarah Pancasila pada Era Reformasi

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang


dipegang teguh dalam menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila
pun berkembang sesuai dengan kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi
1998 sampai sekarang. Penerapan Pancasila sebelum Reformasi 1998
mengalami berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai pemberontakan di
era Orde Lama, atau upaya penyalahgunaan Pancasila atas nama kekuasaan
pada rezim Orde Baru. Di era Reformasi 1998, seiring lengsernya Soeharto dari
kursi kepresidenan dan selanjutnya, penerapan Pancasila juga terhalang

11
banyak godaan. Berakhirnya Orde Baru membuka pintu gerbang kebebasan
bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan.

Penerapan Pancasila kini mendapatkan tantangan dari kondisi


masyarakat Indonesia yang benar-benar mendapat kebebasan. Di satu sisi,
adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal dengan munculnya
kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak
beretika, penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme,
konflik horizontal, serta hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Penerapan Pancasila di era digital, seperti dikutip dari laman resmi


Lembaga Ketahanan Nasional RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M. P. mengatakan,
“Pancasila merupakan ideologi terbuka”. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
bisa memadukan beberapa nilai baru dalam kehidupan bernegara. Namun,
kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus dijaga kemurniannya agar tidak
terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi lain tidak terlepas
dari perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial media
(sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan
Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi
muda serta masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan mengamalkannya.

Mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dan penerapan nilai-nilai Pancasila


juga diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya lewat mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda tidak
melupakan Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru,
Pancasila bukan hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di
kehidupan nyata sehari-hari. Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan
perkembangan zaman. Di masa reformasi hingga saat ini, masyarakat tetap
dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan hasil kemajuan
teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari nilai asli masyarakat
Indonesia dapat terus berkembang agar masyarakat dapat mencapai keadilan
dan kemakmuran sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara
Indonesia sekaligus menjadi pedoman hidup dan identitas diri bangsa
Indonesia, yang mana kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
telah dilegalkan oleh Instruksi Presiden Nomor 12/1968. Kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia memiliki arti bahwa segala peraturan negara
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap,
mulai dari proses pengumpulan sila-sila Pancasila, proses perumusan
Pancasila, hingga proses pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan buah
pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada
masa perjuangan kemerdekaan yang dirumuskan melalui sidang BPUPKI, pada
tanggal 29 Mei-1 Juni 1945.
Adapun alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia adalah karena Pancasila merupakan identitas dan jiwa bangsa, serta
mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia, yang artinya semua nilai-nilai Pancasila
tersebut dijadikan pedoman hidup yang melekat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Saran
Proses sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar negara serta
identitas bangsa Indonesia melalui berbagai tahapan yang panjang dan tidak
instan. Oleh karenanya, penulis berpesan kepada generasi muda penerus bangsa
supaya senantiasa memahami, mengimplementasikan, dan mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga Pancasila akan
selalu hidup dan melekat sebagai jati diri bangsa Indonesia di masa sekarang
maupun nanti di masa depan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Wisnu. 2021. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara & Pandangan Hidup
Bangsa. https://wisnuadi.com/kedudukan-pancasila-sebagai-dasar- negara/,
diakses pada 17 September 2021.

Dream.co.id. 2020. Makna dan Arti Penting Pancasila Sebagai Dasar Negara.
https://m.dream.co.id/your-story/makna-dan-arti-penting-pancasila- sebagai-
dasar-negara-200722m.html, diakses pada 17 September 2021.

Kompasiana. 2019. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia.


https://www.kompasiana.com/pancasila-dalam-kajian-sejarah-bangsa-
indonesia, diakses pada 17 September 2021.

Kompasiana. 2019. Pancasila di Era Pra Kemerdekaan dan Era Kemerdekaan.


https://www.kompasiana.com/pancasila-di-era-pra-kemerdekaan-dan-era-
kemerdekaan, diakses pada 17 September 2021.

Nurwadani, P, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Sandila Putri, Laura. 2021. Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia.
file:///C:/Users/riymay/Downloads/makalah%20periode%20pengusulan
%20pancasila%20laura%20sandila%2020220056.pdf, diakses pada 16
September 2021.

Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Lama Soekarno 1959-
1966. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
lama-soekarno-1959-1966, diakses pada 17 September 2021

Tirto.id. 2021. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Baru Soeharto 1966-
1998. https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-
baru-soeharto-1966-1998, diakses pada 17 September 2021.

Tirto.id. 2021. Sejarah Penerapan Pancasila Masa Reformasi 1998 Sampai Sekarang.
https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi- 1998-sampai-
sekarang, diakses pada 17 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai