Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH

Disusun Oleh :
Kelompok 1, kelas E

Alya Deswita Nur Hasan


241423112
Atika Kumisi
241423103
Karmila Djafar
241423081
Foland Indra Kencana Gaib
24142309
Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Administrasi Publik


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-nya sehingga makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Kajian
Sejarah” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih atas bantuan para pihak yang berkontribusi dengan
membantu pencarian data untuk makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, pembuatan makalah juga
memiliki tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini
masih banyak kurangnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran agar makalah semakin lebih baik. Akhir kata, semoga
makalah dapat berguna.

Gorontalo, 03 september 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II.......................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.............................................................................................................
2.1 Pengertian............................................................................................................2
2.2 Periode pengusulan pancasila..............................................................................3
2.3 Periode Perumusan Pancasila...............................................................................3
2.4 Periode Pengesahan Pancasila.............................................................................5
2.5 Alasan diperlakukannya pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia..........8
2.5.1 Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia..................................................8
2.5.2 Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia............................................9
2.5.3 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia..................................10
2.5.4 Pancasila sebagai perjanjian luhur..................................................................10
2.5.5 Pancasila sebagai jiwa bangsa.........................................................................10
BAB III....................................................................................................................... 11
PENUTUP......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
Daftar Pustaka..........................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa Pancasila adalah landasan falsafah dan ideologi bangsa, dan
negara diharapkan menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia, sebagai landasan
negara. persatuan, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian dari pertahanan
negara. Sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia, Pancasila
tidak ada tandingannya. Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai bangsa
dan etnis yang dapat dipersatukan melalui panchasila. Inilah sebabnya pancasila
sering dianggap sebagai ideologi yang sakral. Siapapun yang mencoba
menggulingkannya akan menghadapi seluruh elemen kekuasaan nasional dan
negara Indonesia Sebagai landasan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(pandangan hidup).Nilai-nilai Pancasila telah dianut oleh masyarakat Indonesia
sejak dahulu kala.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana perkembangan Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia?
2.Coba jelaskan Pancasila dan ketahanan jati diri bangsa di era globalisasi !
3.Apa-apa saja peranan dan fungsi Pancasila ?
4.Apakah alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Indonesia ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu :
1.untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan Pancasila
2.untuk menambah pengetahuan dan wawasan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pancasila merupakan ideologi bangsa indonesia yang terlahir dari kebudayaan
dan sejarah masyarakat indonesia yang telah ada jauh sebelum bangsa indonesia
merdeka. Pancasila yang notabenya merupakan kebudayaan yang telah ada yang
telah ada di tengah-tengah masyarakat indonesia menjadikan tetap lestari hingga
saat ini. Eksistensi pancasila seiring berjalannya waktu mengalami cobaan ketika
terjadi gejolak gerakan 30 september oleh partai komunis indonesia.
Pemberontakan PKI masa itu dapat menjadi acuan bagaimana pancasila tetap
berdiri, hal ini membuktikan pancasila memang bukan hanya ideologi yang
muncul secara tiba-tiba, namun merupakan nilai-nilai yang telah melekat dalam
diri bangsa indonesia.

Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia memiliki nilai-nilai pancasila


menjadi menjadi sumber segala aturan baik aturan yang bersifat formal maupun
informal.Pendidikan nasional merupakan aspek pokok harus berlandaskan
pancasila.Pendidikan nasional berdasarkan UU.NO 20 tahun 2003 Pasal
menyebutkan :

“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan nasional memiliki peranan yang
penting sebagai upaya melestarikan nilai-nilai luhur pancasila. Berbagai upaya
melalui jalur pendidikan untuk tetap menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat
dalam pancasila.

4
2.2 Periode pengusulan pancasila
Jauh sebelum periode pengusulan pancasila, cikal bakal munculnya ideologi
bangsa itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke
pintu gerbang kemerdekaan bangsa indonesia. Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo,
sebagaimana yang di kutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam artikelnya yang
berjudul pancasila sebagai modal rasionalitas politik, menengarai bahwa benih
nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan perhimpunan indonesia
yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. perhimpunan indonesia
menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan
keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya soempah pemoeda 28 oktober 1928
merupakan momen-momen perumusan diri bagi bangsa indonesia. Para peserta
sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi,
melainkan juga atas dasar intergritas dan rekam jejak di dalam konstituensi
masing-masing. Oleh karena itu, pabottinggi menegaskan bahwa diktum John
Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang keniscayaan mengumpulkan the best
minds atau the best character yang dimiliki asuatu bangsa, terutama di saat bangsa
tersebut hendak membicarakan masalah-masalah kenegaraan tertinggi, sudah
terpenuhi. Dengan demikian, pancasila tidaklah sakti dalam pengertian berhasil
memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan esensial sekaligus. Selanjutnya,
sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara bertahap dan penuh dengan semangat
musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa indonesia hingga sampai
kepada masa sekarang ini.

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar negara
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno menyampaikan lima butir gagasan
tentang dasar negara sebagai berikut :

a.Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

b.Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan

c.Mufakat atau Demokrasi

d.Kesejahteraan Sosial

c.Ketuhanan yang berkebudayaan

2.3 Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10-16 juli
1945 adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian
dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Pada alinea keempat piagam jakarta itulah
terdapat rumusan pancasila sebagai berikut :

5
1.Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya.

2.Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.Persatuan indonesia

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyarawatan perwakilan

5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945,dengan sejumlah perubahan di
sana-sini.

Ketika para pemimpin indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan


menurut skenario jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia itu ialah
takluknya jepang terhadap sekutu. Peristiwa itu ditandai dengan jatuhnya, bom atom
dikota Hirosima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah peristiwa itu, 7 agustus 1945,
pemerintah penduduk Jepang dijakarta mengeluarkan maklumat yang berisi :

1) Pertengahan Agistus 1945 akan dibentuk panitia persiapan kemerdekaaan bagi


Indonesia (PPKI).
2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19
agustus 194, dan
3) Direncanakan 24 agustus 1945 Indonesia akan dimerdekakan

Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Radjiman di panggil


Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Teanggara)yang
berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu Bernama Ho Chi Minh). Ketiga
tokoh tersebut diberi wewenang oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu panitia
persiapan kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat pemerintah jepang 7
Agustus 1945. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh tersebut membentuk KPPI dengan
total anggota 21 orang, yaitu: Soekarno. Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus
Hadikususumo, Otto Iskanda Dinata, Purbowo, Suryohamijoyo, Sutarjo, abdul Kadir,
Yap Cwa Bing, Muh Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, andi Pangerang, latuharhary, I
Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh hasan.
Jatuhnya bom Hirosima, belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 agustus 1945 yang
melululantahkan kota tersebut sehingga menjadian kekuatan Jepang semakin lemah.
Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat
kepada sekutu pada 14 agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada

6
sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan jepang beralih kepada wilayah
perwaliyan sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tantara sekutu dapat menjangkau
wilayah-wilayah itu, untuk semntara bala tantara jepang masi ditugasi sebagai sekadar
penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosonga kekuasaan ini tidak disisa-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI
yang semula dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi,
maka pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusab polotis yang
penting, keputusan politis yang penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-
bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

2.4 Periode Pengesahan Pancasila


Peristiwa penting lainnya terjadi pada tanggal 12 Agustus 1945, ketika
Sukarno, Hatta, dan Rajman Vijodinenrath dipanggil ke Saigon oleh penguasa militer
Jepang di Asia Selatan untuk membahas Hari Kemerdekaan Indonesia, seperti yang
dijanjikan. Tak disangka, pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Sukarni, Hatta dan Rajman
kembali ke Indonesia. Kedatangan mereka disambut baik oleh generasi muda yang
menyadari perubahan situasi politik dunia saat itu, menyerukan deklarasi
kemerdekaan nasional Indonesia secepatnya. Generasi muda sudah mengetahui bahwa
Jepang telah menyerah kepada Sekutu sehingga Jepang tidak mempunyai kekuatan
politik di wilayah pendudukan termasuk Indonesia.

Perubahan situasi yang tiba-tiba tersebut menimbulkan kesalahpahaman antara


geng pemuda dengan Sukarno dan kawan-kawan, sehingga berujung pada penculikan
Sukarno dan Moher. Hatta kepada Rengas Dengklok Tindakan pemuda pada waktu itu
berdasarkan keputusan rapat WIB di Cikini no., malam tanggal 16 Agustus 1945
pukul 24.00. 71Jakarta. Setelah melalui jalan yang berliku-liku, Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia akhirnya diundangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Teks
terpisah didiktekan oleh Mohs. "Hatta" ditulis oleh Sukarno di pagi hari. Oleh karena
itu teks sejarah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diprakarsai dan ditulis oleh
dua orang deklarator, sehingga wajar jika disebut Dwitunggal.

7
Naskahnya juga diketik oleh Sayuti Melik. Akibat perubahan situasi politik,
rancangan deklarasi kemerdekaan yang disusun oleh BPUPKI, Piagam Jakarta,
akhirnya tidak dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah bangsa Indonesia
juga menunjukkan bahwa pemberlakuan pancasila yang disetujui BJP berbeda dengan
pemberlakuan pancasila dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya
permintaan dari perwakilan masyarakat Indonesia bagian timur yang bertemu dengan
Bung Hatta yang mempertanyakan 7 kata di balik kata Ketuhanan, kewajiban umatnya
dalam menegakkan syariat Islam. Permintaan ini ditanggapi dengan bijak oleh para
Founding Fathers, sehingga menghasilkan kesepakatan perubahan yang
menghilangkan tujuh kata yang dianggap sebagai penghalang masa depan dan
menggantinya dengan kata Yang Maha Kuasa. Setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan dan mengesahkan UUD 1945, roda pemerintahan yang seharusnya
berjalan lancar dan tertib, dihadapkan pada serangkaian tantangan yang mengancam
kemandirian dan kelangsungan hidup bangsa. Panchasila Salah satu bentuk ancaman
datang dari Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia. Belanda ingin kembali
menguasai Indonesia dengan berbagai cara.

Operasi Belanda tersebut berbentuk agresi selama kurang lebih empat tahun.
Setelah Belanda mengakui kedaulatan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember
1949, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan Republik Indonesia Serikat (RIS)
pada tanggal 17 Agustus 1950. Menyusul perubahan bentuk negara dari Amerika
Serikat menjadi negara kesatuan, alih-alih menggunakan UUD 1945, justru
diberlakukan UUD baru yang dikenal dengan UUD Sementara 1950 (UUDS 1950).
Persoalannya, ketika Indonesia kembali ke negara kesatuan, ternyata UUD 1945 tidak
digunakan sehingga menimbulkan permasalahan bagi kehidupan berbangsa ke depan.

Berdasarkan konstitusi sementara tahun 1950, pemilu pertama diadakan pada


tahun 1955. Pemilu tersebut menghasilkan dua badan perwakilan, yaitu Majelis
Konstituante (bertanggung jawab membuat konstitusi/undang-undang dasar) dan
Partai Demokrat (bertanggung jawab membuat konstitusi/undang-undang dasar) dan
Partai Demokrat (bertanggung jawab membuat konstitusi/undang-undang dasar) .
peran parlemen). Pada tahun 1956, Majelis Konstituante mulai bersidang di Bandung

8
untuk menyusun rancangan undang-undang dasar pengganti UUD 1950. Sebenarnya
banyak ketentuan yang ditetapkan, namun pertemuan tersebut berlarut-larut karena
pembahasannya sudah menyentuh pokok-pokok negara. Sebagian anggota
menginginkan Islam sebagai dasar negara, namun sebagian lainnya masih
menginginkan panchasila sebagai dasar negara. Kebuntuan tersebut diselesaikan
dengan pemungutan suara, namun mereka tidak pernah dapat mengambil keputusan
karena tidak pernah memenuhi suara yang diperlukan. Akibatnya, banyak anggota
Majelis Konstituante yang mengumumkan tidak hadir lagi.Setelah Dekrit Presiden
Soekarno 5 Juli 1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan
pada Undang-Undang Dasar 1945.

Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut konsekuensi sebagai


berikut: Pertama, penulisan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
UndangUndang Dasar 1945. Kedua, penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan
sebagaimana amanat Batang Tubuh UUD ‘45. Dan, ketiga, segera dibentuk MPRS
dan DPAS. Pada kenyataannya, setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi beberapa
hal yang berkaitan dengan penulisan sila-sila Pancasila yang tidak seragam.

Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno, terjadi


beberapa penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno diangkat sebagai
presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960. Selain itu, kekuasaan
Presiden Soekarno berada di puncak piramida, artinya berada pada posisi tertinggi
yang membawahi ketua MPRS, ketua DPR, dan ketua DPA yang pada waktu itu
diangkat Soekarno sebagai menteri dalam kabinetnya sehingga mengakibatkan
sejumlah intrik politik dan perebutan pengaruh berbagai pihak dengan berbagai cara,
baik dengan mendekati maupun menjauhi presiden. Pertentangan antarpihak begitu
keras, seperti yang terjadi antara tokoh PKI dengan perwira Angkatan Darat (AD)
sehingga terjadilah penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira AD yang dikenal
dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S PKI).Akhirnya, pada 5 Juli 1959,
Presiden Soekarno mengambil langkah “darurat” dengan mengeluarkan dekrit.

Peristiwa G30S PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke


Soeharto. Peralihan kekuasan itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari Presiden

9
Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang di kemudian hari terkenal dengan
nama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Surat itu intinya berisi perintah
presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkahlangkah pengamanan untuk
menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuat di Istana Bogor dan dijemput oleh
Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf. Supersemar ini pun juga menjadi
kontroversial di belakang hari. Supersemar yang diberikan oleh Presiden Soekarno
kepada Letjen Soeharto itu kemudian dikuatkan dengan TAP No. IX/MPRS/1966
pada 21 Juni 1966. Dengan demikian, status supersemar menjadi berubah: Mula-mula
hanya sebuah surat perintah presiden kemudian menjadi ketetapan MPRS.

Jadi, yang memerintah Soeharto bukan lagi Presiden Soekarno, melainkan


MPRS. Hal ini merupakan fakta sejarah terjadinya peralihan kekuasaan dari Soekarno
ke Soeharto. Setelah menjadi presiden, Soeharto mengeluarkan Inpres No. 12/1968
tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 (ingatlah, dulu setelah Dekrit 5 Juli 1959 penulisan Pancasila
beraneka ragam). Ketika MPR mengadakan Sidang Umum 1978 Presiden Soeharto
mengajukan usul kepada MPR tentang Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan
Pancasila (P-4). Usul ini diterima dan dijadikan TAP No. II/MPR/1978 tentang P-4
(Ekaprasetia Pancakarsa). Dalam TAP itu diperintahkan supaya Pemerintah dan DPR
menyebarluaskan P-4. Presiden Soeharto kemudian mengeluarkan Inpres No. 10/1978
yang berisi Penataran bagi Pegawai Negeri Republik Indonesia. Kemudian,
dikeluarkan juga Keppres No. 10/1979 tentang pembentukan BP-7 dari tingkat Pusat
hingga Dati II. Pancasila juga dijadikan satu-satunya asas bagi orsospol (tercantum
dalam UU No. 3/1985 ttg. Parpol dan Golkar) dan bagi ormas (tercantum dalam UU
No. 8/1985 ttg. Ormas). Banyak pro dan kontra atas lahirnya kedua undangundang itu.
Namun, dengan kekuasaan rezim Soeharto yang makin kokoh sehingga tidak ada yang
berani menentang (BP7 Pusat, 1971).

2.5 Alasan diperlakukannya pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia

2.5.1 Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Seperti kita ketahui bersama, setiap bangsa di dunia mempunyai identitas yang
sesuai dengan latar belakang budayanya masing-masing. Kebudayaan merupakan

10
suatu proses penciptaan, cita rasa, prakarsa yang memerlukan pengelolaan dan
pengembangan secara terus-menerus. Identitas Pancasila sebagai bangsa Indonesia
merupakan hasil dari proses lokalisasi dan akulturasi tersebut.

Kebudayaan Indonesia merupakan hasil pribumisasi, suatu proses yang


memadukan berbagai unsur budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga masyarakat
berkembang secara dinamis. (J.W.M Bakker, 1984: 22) menyebutkan adanya
beberapa saluran akulturasi, antara lain: jaringan pendidikan, kendali dan bimbingan
keluarga, struktur kepribadian dasar, dan ekspresi diri. Kebudayaan Indonesia juga
merupakan hasil akulturasi, sebagaimana dijelaskan Eka Dharmaputera dalam
bukunya Pancasila: Identitas dan Modernitas, dimana de Haviland menekankan
akulturasi sebagai perubahan dramatis yang terjadi akibat kontak antar budaya yang
berlangsung lama.Pemaparan tentang pancasila sebagai identitas bangsa atau juga
disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literature,
baik dalam bentuk bahsa sejarah bangsa Indonrsia maupun dalam bentuk bahsan
tentang pemerintahan di Indinesia. As’ad Ali dalam buku Negara Panasila; jalan
kemaslahatan berbangsa mengatakan bahwa pancasila sebagai identitas kultural dapat
ditelusuri dari kehidupan agama yang belaku dalam masyarakat Indonesia. Karena
tradisi dan kuktur bangsa Indonesia dapat ditelusuri melalui pean agama-agama besar.
Agama-agama menumbang dan menyempurnakan kontruksi nilai, norma, tradisi, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, konstruksi
tradisi dan kuktur masyarakat Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bias dilepaskan
dari peran peradaban Islam.sementara konstruksi budaya toraja dan papua tidak
terlepas dari peradaban Kristen.

2.5.2 Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang
unik dank has karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Meskipun nilai
ketuhanaan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga terdapat dalam
ideology bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut

11
mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari nila-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan.

2.5.3 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup nasional yang artinya bangsa
Indonesia meyakini nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan
keadilan adalah benar, indah, bermanfaat, serta menjadi pedoman hidup.
bermasyarakat dan bernegara, serta membangkitkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Pancasila sebagai pedoman hidup artinya
nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan menjadi norma
perilaku dan tindakan. Sehingga seluruh nilai-nilai Panchasila tercermin dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.5.4 Pancasila sebagai perjanjian luhur


Von Savigny mengatakan “bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-
masing, yang dinamakan dengan volkgeist” . Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir
bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.

2.5.5 Pancasila sebagai jiwa bangsa


Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan
kepribadian bangsa di sepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai
dasar negara Indonesia. Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila sebagai
dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan
sesuatu yang tepat

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang menjadi dasar negara Indonesia
sekaligus pedoman hidup dan identitas diri bangsa Indonesia.Kedudukan Pancasila
terbentuk melalui proses sejarah yang panjang dan bertahap, mulai pengumpulan sila-
sila, perumusan Pancasila, dan pengesahan Pancasila. Pancasila merupakan buah
pikiran, musyawarah, dan mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa
perjuangan kemerdekaan.

Daftar Pustaka

13

Anda mungkin juga menyukai