Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PEDIDIKAN PANCASILA

 FILSAFAT PANCASILA

Nama : Fauziyah Deldi


NIM : 22046183

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

1
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang direncanakan dalam materi pertemuan ke 10 makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Pendidikan Pancasila, Universitas Negeri
Padang. Shalawat serta salam juga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
teladan bagi umat manusia.

Penulisan Makala ini,tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak
terutama Dosen Pembina Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yaitu Ibuk Dra. Jumiati,
M.Si.Baik dalam bentuk fikiran,materi ataupun motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan
Makala ini dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengakui bahwa masih terdapat banyak
kekurangan yang perlu disempurnakan. Atas dasar itu kami mengharapkan saran serta
kritikan yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya kami berharap
makalah ini memberikan nilai dan manfaat untuk peningkatan pengetahuan kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

2
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

KATA PENGATAR.................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMABAHASAN....................................................................................................................6

2.1 Sumber historis, sosiologis dan politis tentang pancasila sebagai sistem filsafat

2.2 Dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem filsafat

2.3 Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat......................................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2 Saran...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara indonesia , sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi panangan hidup bangsa indonesia sebagai dasar pemersatu lambang persatuan dan
kesatuan serta bagian pertahanan bangsa dan negara. Kesadaran diri sebagai warga Negara
Indonesia acap kali dipertanyakan, banyak dari kita warga negara Indonesia jangan kan untuk
mengamalkan dan menghayati bahkan untuk menghafal pancasila saja enggan. Pancasila saat
ini hanya sebagai sebuah mata pelajaran di berbagai tingkatan pendidikan dan tak mempunyai
nilai lebih dari sekedar formalitas. Untuk dapat memahami, menghayati serta mengamalkan
pancasila, penting bagi kita sebagai mahasiswa agar terlebih dahulu mengetahui tentang
pancasila pra kemerdekaan, filsafat pancasila. Oleh karena itu, insya Allah dalam makalah ini
akan dibahas mengenai pancasila prakemerdekaan dan filsafat pancasila.

4
1.2 Rumusan Masalah

2.1 Sumber historis, sosiologis dan politis tentang pancasila sebagai sistem filsafat ?

2.2 Dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem filsafat ?

2.3 Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat ?

1.3 Tujuan

2.1 Untuk Mengetahui bagaimana Sumber historis, sosiologis dan politis tentang pancasila
sebagai sistem filsafat.

2.2 Untuk Mengetahui bagaimana Dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem filsafat

2.3 Untuk Mengetahui bagaimana Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat

5
BAB II

PEMABAHASAN

2.1 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat

1.Sumber Historis
Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah
masyarakat Indonesia sebagai berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia Tuhan telah menyejarah dalam ruang publik nusantara. Hal ini dapat
dibuktikan dengan masih berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan
dalam agama-agama yang hidup di Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di
muka bumi, termasuk di Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian
institusi-institusi sosial.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Berdasarkan rekam jejak perjalanan bangsa
Indonesia, tampak jelas bahwa sila ini memiliki akar yang kuat dalam historisitas kebangsaan
Indonesia. Kemerdekaan Indonesia menghadirkan suatu bangsa yang memiliki wawasan
global dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada penertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian, dan keadilan sosial serta pada pemuliaaan hak-hak asasi manusia
dalam suasana kekeluargaan kebangsaan Indonesia.
c. Persatuan Indonesa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan
peradaban Nusantara dan kerajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika ditanah dan
air yang kurang lebih sama, nenek moyang bangsa Indonesia pernah menorehkan tinta
keemasannya, maka tidak ada alasan bagi manusia baru Indonesia untuk tidak dapat
mengukir kegemilangan.
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Sejarah menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra Indonesia adalah kerajaan feodal yang
dikuasai oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian, nilai-nilai demokrasi dalam taraf
tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara dan dipraktikkan setidaknya dalam unit
politik kecil. Menurut Hatta ada dua anasir tradisi demokrasi di Nusantara,yaitu : hak untuk
mengadakan protes terhadap peraturan raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir dari
kekuasaan raja yang tidak disenangi.
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Bangsa Indonesia pada dahulunya adalah
bangsa yang hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas oleh

6
kolonialisme, sehingga para pejuang bangsa telah mengrbankan dirinya untuk kembali
merebut kondisi tersebut untuk bangsanya.

2.2 Dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem filsafat ?

Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat


mengalami dinamika sebagai berikut. di zaman itu Pemerintah Soekarno, Pancasila sebagai
sistem filsafat disebut"Sampah Filosofis". Idenya adalah refleksi filosofis Sukarno Berencana
untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka. Idenya dimaksudkan untuk dijadikan sebagai
landasan Spiritualitas yang mengatur kehidupan bangsa. Idenya ternyata Respon positif dari
semua lapisan masyarakat, terutama pada konferensi BPUPKI yang pertama, Saat itu 1 Juni
1945. Namun, gagasan filosofis Gronza belum dielaborasi Secara rinci, menarik perhatian
jemaah lebih merupakan pepatah politik, dan secara teoretis. Saat itu, Sukarno menegaskan
bahwa Pancasila adalah Filosofi primitif Indonesia digali dari penggarapan budaya Indonesia.
Pada era Soeharo, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih
praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak
hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup
sehari hari. Atas dasar inilah Soeharto mengembangkan sistem filsafat. Pancasila menjadi penataran
P-4. Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk
kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 juni 2011. Habibie menyatakan
bahwa : “Pancasila seolah olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan
untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa
Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong
sunyi justru di tenagh denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk pikuk dengan
demokrasi dan kebebasan berpolitik” Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat Beberapa bentuk
tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam bentuk bentuk sebagai berikut :
1. Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar besarnya merupakan upaya
untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain lain.
2. Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang menyakini bahwa
kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk
tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang

7
berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

2 . Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam


kelompok.Kelompok pertama adalah masyarakat awam yang memandang Pancasila dalam
bentuk pandangan hidup, Way of Life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya
berbagai suku bangsa di Indonesia. Filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup
yang bersifat praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks agama, masyarakat
Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius karena perkembangan kepercayaan yang
ada di masyarakat sejak animisme, dinamisme, politeistis, hingga monoteis. Kelompok kedua
adalah masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan
teori-teori yang bersifat akademis. Menurut Notonagoro Pancasila sebagai sistem filsafat
merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling terkait dan saling berhubungan secara
koheren (hubungan hierarkis piramidal) dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau
saling mengkualifikasi. Notonagoro menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dengan
bentuk piramida yang bertingkat lima, sila Ketuhanan Yang Maha Esa berada dhierarkis
piramidal itu dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dijiwai dan diliputi oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
c. dan seterusnya
d. dan seterusnya
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dijiwai dan diliputi oleh sila
Ketuhanan Yang MahaEsa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang saling mengkualifikasi atau mengisi dapat
digambar sebagai berikut : a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah KETUHANAN yang
ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ber-Persatuan Indonesia,ber-Kerakyatan yang

8
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, / dan ber-
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Dan seterusnya.
c. Dan seterusnya.
d. Dan seterusnya.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah KEADILAN yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, berPersatuan
Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem filsafat.

Pada awalnya Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang


menjadi sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan
ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama meliputi wacana politis tentang Pancasila
sebagai sistem filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara
tahun 1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok
kedua mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang
disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.

2.2 Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat

1 Di era perkembangan
zaman, filsafat semakin
diperlukan manusia
dikarenakan

9
2 beberapa alasan. Salah satu
alasannyakarena manusia
telah memperolehkekuatan
yang
3 besar dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan
4 tersebutberkembang
menjadi bermacam-macam
bentuk untuk mempermudah
5 kebutuhan manusia,
memperoleh ketentraman,
dan juga kenikmatan.Juga,
filsafat

10
6 memiliki peran penting
dalam memenuhi keinginan
dan aspirasi mereka.
7 Namun, pada waktu yang
bersamaan manusia merasa
tidak tentram dan gelisah.
8 Hal itu dikarenakan
mereka tidak tahu sejauh
mana manusia
menggunakan ilmu
9 pengetahuan tersebut dan
takut jika ilmu pengetahuan
tersebut digunakan dalam
hal
10 kejahatan. Salah satu
contohnya yaitu manusia
11
berfilsafat dan
menggunakan ilmu
11 pengetahuan tersebut
untuk merakit bahan peledak
yang sebagaimana dapat
digunakan
12 untuk kejahatan seperti
melukai manusia. Oleh
karena itu, diperlukan
peraturan yang
13 dapat membatasi perilaku
seseorang dalam
mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut

12
14 yaitu dengan Pancasila
sebagai sistem filsafat dan
sumber dari segala hukum.
15 Sastrapratedja
menjelaskan makna filsafat
sebagai berikut. Pengolahan
filsofis
16 Pancasila sebagai dasar
negara ditujukan pada
beberapa aspek. pertama,
agar dapat
17 diberikan
pertanggungjawaban rasional
dan mendasar mengenai
sila-sila dalam

13
18 Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik.
Kedua, agar dapat
dijabarkan lebih lanjut
19 sehingga menjadi
operasional dalam bidang-
bidang yang menyangkut
hidup bernegara.
20 Ketiga, agar dapat
membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru
dalam kehidupan
21 berbangsa dan
bernegara. Keempat, agar
dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap
14
22 segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara,
berbangsa dan
23 bermasyarakat, serta
memberikan perspektif
pemecahan terhadap
permasalahan
24 nasional (Sastrapratedja,
2001: 3)
25 Di era perkembangan
zaman, filsafat semakin
diperlukan manusia
dikarenakan
26 beberapa alasan. Salah
satu alasannyakarena
15
manusia telah
memperolehkekuatan yang
27 besar dalam hal ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan
28 tersebutberkembang
menjadi bermacam-macam
bentuk untuk mempermudah
29 kebutuhan manusia,
memperoleh ketentraman,
dan juga kenikmatan.Juga,
filsafat
30 memiliki peran penting
dalam memenuhi keinginan
dan aspirasi mereka.

16
31 Namun, pada waktu yang
bersamaan manusia merasa
tidak tentram dan gelisah.
32 Hal itu dikarenakan
mereka tidak tahu sejauh
mana manusia
menggunakan ilmu
33 pengetahuan tersebut dan
takut jika ilmu pengetahuan
tersebut digunakan dalam
hal
34 kejahatan. Salah satu
contohnya yaitu manusia
berfilsafat dan
menggunakan ilmu

17
35 pengetahuan tersebut
untuk merakit bahan peledak
yang sebagaimana dapat
digunakan
36 untuk kejahatan seperti
melukai manusia. Oleh
karena itu, diperlukan
peraturan yang
37 dapat membatasi perilaku
seseorang dalam
mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut
38 yaitu dengan Pancasila
sebagai sistem filsafat dan
sumber dari segala hukum.

18
39 Sastrapratedja
menjelaskan makna filsafat
sebagai berikut. Pengolahan
filsofis
40 Pancasila sebagai dasar
negara ditujukan pada
beberapa aspek. pertama,
agar dapat
41 diberikan
pertanggungjawaban rasional
dan mendasar mengenai
sila-sila dalam
42 Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik.
Kedua, agar dapat
dijabarkan lebih lanjut
19
43 sehingga menjadi
operasional dalam bidang-
bidang yang menyangkut
hidup bernegara.
44 Ketiga, agar dapat
membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru
dalam kehidupan
45 berbangsa dan
bernegara. Keempat, agar
dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap
46 segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara,
berbangsa dan
20
47 bermasyarakat, serta
memberikan perspektif
pemecahan terhadap
permasalahan
48 nasional (Sastrapratedja,
2001: 3)
Di era perkembangan zaman, filsafat semakin diperlukan manusia dikarenakan beberapa
alasan. Salah satu alasannyakarena manusia telah memperolehkekuatan yang besar dalam hal
ilmu pengetahuan dan eknologi. Ilmu pengetahuan tersebut berkembang menjadi bermacam-
macam bentuk untuk mempermudah kebutuhan manusia, memperoleh ketentraman, dan juga
kenikmatan.Juga, filsafat memiliki peran penting dalam memenuhi keinginan dan aspirasi
mereka. Namun, pada waktu yang bersamaan manusia merasa tidak tentram dan gelisah. Hal
itu dikarenakan mereka tidak tahu sejauh mana manusia menggunakan ilmu pengetahuan
tersebut dan takut jika ilmu pengetahuan tersebut digunakan dalam hal kejahatan. Salah satu
contohnya yaitu manusia berfilsafat dan menggunakan ilmu pengetahuan tersebut untuk
merakit bahan peledak yang sebagaimana dapat digunakan untuk kejahatan seperti melukai
manusia. Oleh karena itu, diperlukan peraturan yang dapat membatasi perilaku seseorang
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut yaitu dengan Pancasila sebagai sistem
filsafat dan sumber dari segala hukum. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat sebagai
berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa
aspek. pertama, agar apat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai
sila-sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan
lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup
bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi
terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat,serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

21
22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan
filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi
menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya tersebut. Adapun yang mendasari Pancasila
adalah dasar Ontologist (Hakikat Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar
Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya)

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini saya susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dalam penulisan ini saya sadari masih banyak kekurangan, saya mohon saran dan
kritik yang dapat membangun saya dalam penulisan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Junaedi. 2018. Pancasila sebagai sistem filsafat dalam penerapan konsep negara hukum
indonesia. Jurnal Ilmiah Indonesia. 3 (12). 2541-0849. Gunawan, Andri. 2021. Landasan
Epistemologis Filsafat Pancasila. Padang. Sinta, Mutiara. 2021. Landasan Ontologis Filsafat
Pancasila. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Padang

Tirtawinata, Megawati. (2021). Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Perkembangan


Perkembangan IPTEK. Binus.ac.id. Diakses dari
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/nilai-nilai-pancasila-sebagai-dasar-
perkembangan-iptek/

Hulu, S. (2020). Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Diakses pada 25 oktober 2022, dari

https://pustakabergerak.id/artikel/pancasila-sebagai-sistem-filsafat 

studocu.com, menelusuri konsep dan urgensi pancasila sebagai sistem filsafat, Diakses: 25
oktober 2022, Dari https://www.studocu.com/id/document/universitas-jember/pendidikan-
pancasila/konsep-dan-urgensi-pancasila-sebagai-sistem-filsafat/31990937

Di era perkembangan zaman, filsafat semakin diperlukan manusia dikarenakan


beberapa alasan. Salah satu alasannyakarena manusia telah memperolehkekuatan yang
besar dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
tersebutberkembang menjadi bermacam-macam bentuk untuk mempermudah
kebutuhan manusia, memperoleh ketentraman, dan juga kenikmatan.Juga, filsafat
memiliki peran penting dalam memenuhi keinginan dan aspirasi mereka.
Namun, pada waktu yang bersamaan manusia merasa tidak tentram dan gelisah.
Hal itu dikarenakan mereka tidak tahu sejauh mana manusia menggunakan ilmu
pengetahuan tersebut dan takut jika ilmu pengetahuan tersebut digunakan dalam hal
kejahatan. Salah satu contohnya yaitu manusia berfilsafat dan menggunakan ilmu
pengetahuan tersebut untuk merakit bahan peledak yang sebagaimana dapat digunakan
untuk kejahatan seperti melukai manusia. Oleh karena itu, diperlukan peraturan yang

24
dapat membatasi perilaku seseorang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut
yaitu dengan Pancasila sebagai sistem filsafat dan sumber dari segala hukum.
Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat sebagai berikut. Pengolahan filsofis
Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek. pertama, agar dapat
diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut
sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara.
Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap
segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa dan
bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan
nasional (Sastrapratedja, 2001: 3)

25

Anda mungkin juga menyukai