Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT NEGARA”

Dosen Pengampuh :
Sri Kenengsih, M.Pd

Disusun Oleh :
Cinta Septiana (2323240103)
Elma Septiyana (2323240104)
Elda Konita (2323240105)
Neri Agustiawan (2323240113)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik. Tak lupa pula kita kirimkan sholawat serta salam kepada
baginda Rosulullah nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, yang mana telah
membawa kita dari alam yang penuh kegelapan menuju alam yang terang
benderang, dengan penuh kecanggihan tekhnologi dan kita dapat merasakan
nikmat dari buah ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini kami susun, dengan judul “Pancasila Sebagai Filsafat Negara”
yang penulis susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan maupun kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT namun
selaku manusia penulis menginginkan yang terbaik.
Karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
diharapkan sekali demi untuk kebaikan dalam makalah dan penulisannya untuk
masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam
kehidupan seharihari dan dapat mempelajari hal-hal penting yang ada dalam isi
makalah. Penulis sampaikan banyak terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.

Bengkulu, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................................2
C.Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat Negara...................................3
A. Konsep Pancasila Sebagai Filsafat Negara..................................................3
B. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...................................................4
2. Alasan diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Filsafat Negara.....................5
3. Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, Politis Tentang Kajian Pancasila
Sebagai FIlsafat Negara....................................................................................5
A. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Filsafat Negara.....................................5
B. Sumber Historis Pancasila sebagai Filsafat Negara.....................................6
C. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Filsafat Negara.................................8
D. Sumber Politis Pancasila sebagai Filsafat Negara........................................8
4. Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Filsafat
Negara...............................................................................................................9
A. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa.....................9
B. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.............................................................................9
5. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat.........................................10
A. Esensi.........................................................................................................10
B. Urgensi.......................................................................................................11
BAB II PENUTUP
A.Kesimpulan.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga
Negara Indonesia wajib untuk mempelajari, menghayati, mendalami dan
menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila
adalah falsafah hidup atau pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya
Indonesia. Nilai pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari dari
budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan
kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan
memberikan indentitas, maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai
falsafah adalah wajar.
Pancasila sebagai ajaran falsafah, pancasila mencerminkan nilai-nilaidan
pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan
sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Asas Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan, dijadikan pula asas
fundamental kenegaraan. Asas fundamental dalam kesemestaan itu
mencerminkan identitas atau kepribadian bangsa Indonesia yang religious.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila
sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada
pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila,
sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda
dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai
filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam
dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat
secara menyeluruh.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat Negara?
2. Apa Alasan Diperlakukannya Kajian Pancasila Sebagai Filsafat Negara?
3. Apa Saja Sumber-Sumber Tentang Kajian Pancasila Sebagai Filsafat
Negara?
4. Bagaimana Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai
FIlsafat Negara
5. Jelaskan Hakikat atau Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat!

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat Negara?
2. Memepelajari Alasan Diperlakukannya Kajian Pancasila Sebagai Filsafat
Negara?
3. Tahu tentang Sumber-Sumber Tentang Kajian Pancasila Sebagai Filsafat
Negara?
4. Mengetahui Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pancasila
Sebagai FIlsafat Negara
5. Memahami Hakikat atau Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat Negara


A. Konsep Pancasila Sebagai Filsafat Negara
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia yang
terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila merupakan hasil
perumusan dari nilai-nilai luhur yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia sejak zaman pra-kolonial hingga zaman
kemerdekaan.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu cara pandang atau
pandangan hidup bangsa Indonesia yang menyeluruh, terpadu, konsisten,
dan koheren tentang segala sesuatu yang ada di alam semesta. Pancasila
mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan
bagi pemikiran dan tindakan bangsa Indonesia dalam hubungannya dengan
Tuhan, manusia, alam, negara, dan dunia. Pancasila juga berfungsi sebagai
pedoman atau arah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
genetivus objectivus dan genetivus subjectivus. Genetivus objectivus
berarti nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Genetivus subjectivus berarti nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

3
B. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki urgensi atau pentingnya
bagi bangsa Indonesia dalam beberapa hal, yaitu:
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan jati diri atau identitas
bangsa Indonesia yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Pancasila menunjukkan ciri khas atau karakteristik bangsa Indonesia
yang religius, humanis, nasionalis, demokratis, dan adil.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan dasar atau fondasi bagi
pembangunan nasional di semua bidang. Pancasila menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, ekonomi, sosial, politik, hukum, pertahanan,
keamanan, lingkungan hidup, dan lain-lain.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan arah atau tujuan bagi
bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Pancasila menjadi
pedoman atau acuan bagi bangsa Indonesia dalam menentukan visi,
misi, strategi, program, kebijakan, dan aksi-aksi yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan nilai atau norma bagi
bangsa Indonesia dalam berperilaku dan bertindak. Pancasila menjadi
ukuran atau standar bagi bangsa Indonesia dalam menilai baik dan
buruk, benar dan salah, adil dan tidak adil, layak dan tidak layak, pantas
dan tidak pantas, dan sebagainya.
 Pancasila sebagai sistem filsafat memberikan jiwa atau semangat bagi
bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan dan masalah. Pancasila
menjadi sumber kekuatan dan kepercayaan diri bagi bangsa Indonesia
dalam mengatasi berbagai hambatan dan rintangan, serta memanfaatkan
berbagai peluang dan potensi yang ada.

4
2. Alasan diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Filsafat Negara
Pancasila disebut sebagai sistem filsafat karena merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia (Seperti
dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI). Dari hasil perenungan
tersebut memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan, diantaranya bersifat
koheren,, menyeluruh, mendasar, spekulatif.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum
yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan,dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Selain itu, fungsi utama Pancasila menjadi dasar
negara dan dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan
atau ideologi negara. Yang dimana Pancasila harus menjadi operasional
dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang apapun dan dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara.
Contoh dari Pancasila disebut sistem filsafat adalah Undang-Undang No.
44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan
dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian
luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut
memuat sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan
untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai
agama dan martabat kemanusiaan.

3. Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, Politis Tentang Kajian Pancasila


Sebagai FIlsafat Negara
A. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Filsafat Negara
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat
dalam Pembukaan UUD1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan

5
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…dengan
berdasar kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara , Philosofische Gronslag
dari Negara mengandung konsekuensi bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu meliputi segala peraturan perundang-undangan dalam
Negara, moral Negara, kekuasaan Negara, rakyat, bangsa, wawasan
nusantara, pemerintahan dan aspek-aspek kenegaraaan lainnya. Negara
adalah lembaga kemasyarakatan dalam hidup bersama. Suatu Negara akan
hidup dan berkembang dengan baik manakala Negara tersebut memiliki
dasar filsafat sebagai sumber nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan.

B. Sumber Historis Pancasila sebagai Filsafat Negara


Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat kita
ulas lebih jauh dalam sejarah masyarakat Indonesia sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia telah mengalami berbagai pengaruh agama-
agama lokal selama ribuan tahun, yaitu pengaruh Hindu dan
Budha selama kurang lebih 14 abad, pengaruh Islam selama 7
abad, dan pengaruh Kristen selama 4 abad. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan terus menerusnya sistem peribadatan berbagai keyakinan agama
yang hidup di Indonesia. Dalam semua sistem politik dan agama
tradisional yang ada saat ini, termasuk Indonesia, agama memainkan
peran sentral dalam mendefinisikan sistem sosial.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan masyarakat Indonesia lahir dari
pengalaman masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia telah lama
dikenal sebagai negara maritim dan telahmenjelajah ke seluruh

6
pelosok nusantara bahkan dunia. Hal itu membentuk karakterbangsa
Indonesia yang kemudian disebut oleh Soekarno dengan istilah
internasionalisme atau kemanusiaan. Efektivitas konsep
internasionalisme dengan perspektif kemanusiaan yang adil dan
beradab memiliki ruang untuk pembuktiannyatak lama setelah
Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan. Kemerdekaan
Indonesiamelahirkan negara yang berwawasan global dan kearifan
lokal, berkomitmen untukmewujudkan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dankeadilan sosial, serta
memperindah hak asasi manusia dalam suasana kekeluargaanIndonesia.
3. Persatuan Indonesia
Bangsa Indonesia mencerminkan keragaman dan kesatuan
lama dan baru.Indonesia adalah negara yang luar biasa beragam,
karena keragaman sosial, budaya,dan wilayah dapat diintegrasikan ke
dalam komunitas politik nasional Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sejarah menunjukkan bahwa bekas kerajaan Indonesia
adalah kerajaan feodalyang diperintah oleh seorang raja yang
otokratis. Namun demikian, nilai-nilaidemokrasi telah
dikembangkan dan dipraktikkan dalam budaya nusantara
sampaibatas tertentu. Setidaknya di unit-unit politik kecil, seperti desa
di Jawa, Nagari diSumatera Barat, Bangal di Bali, dll. Tan
Malaka mengatakan bahwa pemahamantentang kedaulatan rakyat
sebenarnya tumbuh dalam budaya Minangkabau dankekuasaan
raja dibatasi oleh kepatuhannya pada keadilan dan etika. Kemudian,
Hattamenambahkan bahwa tradisi demokrasi nusantara memiliki
dua unsur, yaitu; hakuntuk memprotes pemerintahan raja yang
tidak adil dan hak untuk mundur darikekuasaan raja yang tidak
adil.

7
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki impian sejak lama agar masyarakat
Indonesia adil danmakmur. Pahlawan bangsa telah banyak
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga,bahkan nyawa untuk
merealisasikan impian tersebut.

C. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Filsafat Negara


Pancasila menurut sumber sosiologis dapat kita bagi menjadi
2 yg kelompok.Kelompok pertama, kumpulan orang yang
memahami Pancasila hanya sebagaipandangan hidup. Kelompok
kedua, kumpulanpara ilmiah-akademisyang memahamiPancasila sebagai
sistem filsafat dengan acuan ilmu yang mereka miliki.Kelompok pertama
memahami Pancasila sebagai pandangan hidup yangbersifat praktis
di dalam setiap aspek kehidupan. Sedangkan kelompok
keduamemahami Pancasila sebagai sebuah satu keutuhan yang tak dapat
dipisahkan dansaling berhubungan.

D. Sumber Politis Pancasila sebagai Filsafat Negara


Awal mula adanya Pancasila sendiri merupakan bagian dari
konteks politikyang selanjutnya berubah menjadi sebuah sistem filsafat.
Pancasila menurut sumberpolitik dapat perlengkapanA kelompokkan
menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama, sumberpolitik Pancasila
dimulai dari sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum
yangdisampaikan oleh Sukarno antara tahun 1958 hingga 1959.
Sedangkan kelompokkedua, laki-lakikuep semua aspek Pancasila
sebagai sistem filsafat yang dicetuskankembali pada masa reformasi
oleh Habibie dalam sebuah pidatonya pada tanggal 1Juni 2011.Pancasila
Sebagai sebuah Sitem filsafat menurut kelompok pertama
dapatdilihat berdasarkan kuliah umum yang telah diberikan oleh
Sukarno. Setiap siladijelaskan secara rinci pada kuliah umum
tersebut.Pidato yang disampaikan oleh Habibie pada tanggal 1 Juni 2011

8
memberikangambaran tentang Pancasila sebagai sumber politikS di
masa reformasi. Poin Pembahasan yang disampaikan oleh Habibie dapat
kita simpulkan sebagai berikut:
1. Kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia sejak awalkemerdekaan hingga reformasi.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan nilai-nilai
Pancasila sehinggaperlu pembaharuan.
3. Makna dari pentingnya pembaharuan terhadap Pancasila.
4. Pentingnya implementasi dari nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek
kehidupanberbangsa dan bernegara.

4. Argumen Tentang Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Filsafat


Negara
A. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila.
Misalnya pada masa pemerintahan presiden Soekarno, terutama
pada 1960-an NASAKOM lebih populer daripada Pancasila. Pada zaman
pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan
melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan
yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan era
reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap
Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan.

B. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak
dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari
kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,

9
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden
Seumur Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang
Dasar 1945 yang menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil presiden
memangku jabatan selama lima (5) tahun, sesudahnya dapat dipilih
kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.

5. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat


A. Esensi
1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.
2. Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang
terdiri atas 3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat
(makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang
otonom dan makhluk Tuhan)
3. Ketiga, hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan.
Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang
dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan
tanah air mental.
4. Keempat, hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah.
Artinya, keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat
musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat
mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
5. Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan
distributif, legal, dan komutatif.

10
B. Urgensi
1. Meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga
diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik,
yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya
untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.
2. Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang
berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga
mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
3. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat
kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang
berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
4. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus
way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan
konsistensi antara tindakan dan pemikiran.

6.

11
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara
membicarakan masalah dasar filosofis negara (Philosofische Grondslag) dan
pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut
mengandung muatan filsofis, tetapi Pancasila sebagai sistem filsafat yang
mengandung pengertian lebih akademis memerlukan perenungan lebih
mendalam. Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemuka dalam
dunia akademis. Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian
filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus objectivus dan Pancasila
sebagai genetivus subjectivus. Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi
karena yang pertama meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang
dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan
Pancasila sebagai subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut
sehingga menjadi operasional dalam penyelenggaraan negara; agar dapat
membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala
kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://an-nur.ac.id/blog/konsep-dan-urgensi-pancasila-sebagai-sistem-
filsafat.html

https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=227535

https://www.coursehero.com/file/68710449/Sumber-Yuridis-Historis-Sosiologis-
dan-Politik-Pancasila-sebagai-Sistem-Filsafatdocx/

https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/pancasila/sumber-
historis-sosiologis-politis-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-dan-dinamika-
serta-tantangan-pancasila-sebagai-sistem-filsafat/42612026

13

Anda mungkin juga menyukai