Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT PANCASILA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Karya Tulis Ilmiah
yang dibimbing oleh Pak Muchtar S.Pd M.Si

oleh :

Nabila Olivia Ramadhanty (180151602041)


Novika Nur Syahrani (180151602351)
Nurul Rizki Rahmania (180151602140)
Rara Ageng Pangestu (180151602043)
Revika Dihana Putri (180151602185)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “FILSAFAT PANCASILA” ini tepat pada waktunya
dan tanpa sebuah kesulitan yang memberatkan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaan. Yang berisi tentang filsafat yang terkandung dalam
pancasila. Diharapkan dengan adanya makalah ini kita lebih memahami
tentang filsafat yang ada dalam pancasila dan semua yang berkaitan
dengan filsafat pancasila.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Muchtar S.Pd .
MSi yang telah mem-bimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Terima kasih juga kepada semua anggota yang
telah membantu dalam penyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
belum sempurna, baik dalam penulisan, penyusunan maupun materi. Oleh
karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga materi
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 17 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I.....................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................
C. TUJUAN PEMBAHASAN............................................................................

BAB II....................................................................................................................

PEMBAHASAN......................................................................................................

1) PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA......................................................


2) KAJIAN ONTOLOGIS.................................................................................
3) KAJIAN EPISTEMOLOGI...........................................................................
4) KAJIAN AKSIOLOGI...................................................................................
5) FILSAFAT PANCASILA DALAM KONTEKS PKN......................................

BAB III...................................................................................................................

PENUTUP.............................................................................................................

KESIMPULAN.......................................................................................................

SARAN..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat pancasila adalah pancasila merupakan sebagai filosofi bagi
bangsa Indonesia. Pada kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf
Indonesia. Pancasila telah dijadikan sebagai wacana sejak pada tahun
1945. Filsafat pancasila senantiasa selalu diperbarui sesuai dengan
( permintaan ) rezim yang berkuasa sehingga pada pancasila ini selalu
berbeda dari waktu ke waktu.Pancasila adalah lima dasar yang menjadi
ideologi negara Indonesia. Sejarahnya yang panjang dalam mencari jati
diri selama ratusan tahun mulai dari zaman kerajaan Kutai hingga dijajah
oleh negara lain membuat para pendiri bangsa berfikir untuk merumuskan
suatu landasan negara yang memiliki karakteristik sesuai kepribadian
bangsa Indonesia. Hingga akhirnya tersimpul lima dasar yang mencakup
segala aspek, baik berupa Religius, Humanisme, Nasionalis, Demokrasi
dan Keadilan. Semuanya terkandung dalam satu simbol yaitu Pancasila.
Arti Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta, dan
“sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat menurut asal katanya
berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran /
pengetahuan.Kedudukan pancasila dalam kehidupan bangsa Indonesia
antara lain adalah sebagai dasar negara Indonesia, sebagai sumber dari
segala sumber hukum, sebagai perjanjian luhur bangsa, sebagai cita-cita
dan tujuan bangsa serta sebagai ideologi nasional yang mempersatukan
bangsa.
Dalam Rumusan Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke
empat merupakan landasan yuridis yang tidak dapat diubah, alasannya
adalah pancasila merupakan falsafah hidup dan perjanjian luhur bangsa
Indonesia. Sebagai falsafah hidup dan kepribadian bangsa Pancasila
diyakini memiliki rumusan yang paling tepat. Oleh karena itu, kami menulis
makalah berjudul ”Filsafat Pancasila” selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga untuk menambah nasionalisme
pembaca, mengingat nasionalisme warga negara Indonesia akhir-akhir ini
yang semakin luntur. Sehingga kami harapkan apa yang kami sampaikan
dapat menjiwai setiap tingkah laku dan kepribadian pembaca.Dalam
filsafat pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila,
baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar Negara begitu pula
mengenai apa hakikat tiap-tiap sila

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari filsafat pancasila?


2. Apa saja prinsip-prinsip dan hakikat nilai-nilai Pancasila?
3. Apa yang dimaksud dengan kajian ontologis,epistemologi dan
aksiologi?
4. Bagaimana pembahasan kajian ontologis,epistemologi dan
aksiologi dalam sila-sila Pancasila?
5. Bagaimana pembahasan Filsafat Pancasila dalam konteks
Pendidikan Kewarganegaraan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk menjelaskan tentang pengertian dari Filsafat Pancasila.


2. Untuk menjelaskan tentang prinsip-prinsip dan hakikat nilai-nilai
Pancasila.
3. Untuk membahas tentang kajian ontologis,epistemology dan
aksiologi.
4. Untuk membahas tentang kajian ontologis,epistemology dan
aksiologi dalam sila-sila Pancasila.
5. Untuk membahas tentang filsafat Pancasila dalam konteks
Pnedidikan Kewarganegaraan.
6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegara-an yang dibimbing oleh Pak Muchtar S.Pd
M.Si.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta, dan
“sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat menurut asal katanya
berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/pengetahuan.
Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-luasnya, yang dapat
dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh
terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai
kebenaran yang sejati. Jadi filsafat secara sederhana dapat diartikan
sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang
sejati.

Filsafat Pancasila.

Menurut Ruslan Abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat negara


yang lahir sebagai collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh
bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh Ir.
Soekarno, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.
Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.

Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila.

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri


yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :

a. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan


utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak
bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah,
maka itu bukan Pancasila.
b. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya Pancasila memiliki
unsur asli/permanen/primer berasal dari dirinya sendiri.
c. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri Indonesia
dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang
tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila.

Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial
budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
2. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45
memenuhi syarat formal (kebenaran formal)
3. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara
Indonesia
4. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :


1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3. Satu, yaitu memiliki kepribadian sendiri
4. Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
royong
5. Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain
yang menjadi haknya.

Hakikat Nilai-nilai Pancasila.

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang
pikirkan yang merupakan hal penting dalam hidupnya. Nilai merupakan
hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar
dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi
atau keutuhan kata hati (potensi).

Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus


untuk memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai
dan moral bangsa. Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk
pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis
merupakan pemufakatan yang normatif. Secara epistemologikal bangsa
Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari
asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi dan kritalisasi dari sistem
nilai budaya bangsa dan agama yang semuanya bergerak vertikal dan
horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya untuk
mensinkronkan dasar filosofia-ideologi menjadi wujud jati diri bangsa yang
nyata dan konsekuen secara aksiologikal bangsa dan negara Indonesia
berkehendak untuk mengerti, menghayati, membudayakan dan
melaksanakan Pancasila. Upaya ini dikembangkan melalui jalur keluarga,
masyarakat dan sekolah.

Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat dan
adil dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia
Indonesia adalah untuk memiliki sifat dan keadaan yang berperi
Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan, berperi Kebangsaan,
berperi Kerakyatan dan berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat Pancasila
dijabarkan menjadi sistem Etika Pancasila yang bercorak normatif.

Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah:


a) sistematis,
b) mendalam,
c) mendasar,
d) analitik,
e) komprehensif,
f) spekulatif,
g) representatif, dan
h) evaluative

Cabang-cabang filsafat meliputi:


Epistemologi (filsafat pengetahuan),Etika (filsafat moral),Estetika (filsafat
seni),Metafisika (membicarakan tentang segala sesuatu dibalik yang ada)
Politik (filsafat pemerintahan),Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat
Pendidikan, Filsafat hokum, Filsafat Sejarah, Filsafat Matematika, dan
Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang
teratur).

2. Kajian Ontologis

“Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu


on atau ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Ontologi
adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu yang ada atau hakikat dari
segala sesuatu yang ada. Sedangkan Bidang Kajian Ontologi mengkaji
segala sesuatu yang ada yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada
tidak terbatas, ada universal dan ada yang bersifat mutlak. Sehingga
dapat mengetahui nilai-nilai penting yang terdalam dari yang ada. Jika
dilihat dari manfaat mempelajari filsafat itu sendiri maka filsafat akan
mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Filsafat terbagi atas cabang-
cabang yang lebih terperinci. Salah satunya adalah kajian metafisika dan
Aliran-aliran ontologi itu sendiri adalah bagian metafisika umum, yang
membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh yang mengkaji
persoalan seperti hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan,
pengertian tentang kebebasan dan lainnya. Berkaitan dengan pengkajian
konsep-konsep dan pengandaian-pengandaian. Asumsi Ontologis Ilmu
adalah hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan
dan kesatuan.Konsekuensinya,aspek dan penyelenggaraan negara diliputi
oleh nilai-nilai Pancasila . Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-
nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara,
tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral
negara, serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
Pancasila terdiri dari 5 sila yang mempunyai awalan dan akhiran
yang dalam tata bahasa membuat abstrak dari kata dasarnya.Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai dalam sstem
pendidikan nasional, dengan perkataan lain bila dihubungkan Pancasila
dengan kanyataan yang ada dalam system pendidikan nasional tidak
dapat dipisahkan, karena pendidikan nasional itu dasarnya adalah
pancasiladan UUD 1945. Jadi ini merupakan kesatuan yang utuh.

Jika sila-sila dalam pancasila dijabarkan maka akan menjadi sebagai


berikut :

1. Sila pertama : Ketuhanan yang Maha Esa


Sila pertama ini menjiwai dan mendasari dari sila-sila yang lainnya.
Dengan sila pertama ini diharapkan jika kita bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam kenyataannya kita tidak lepas dari salah dan dosa,
tetapi dengan beragama yang tentunya agama islam kita akan sadar,
waspada pada yang akan kita lakukan agar tidak menyalahi dan
melanggar ajaran agama. Dalam tujuan pendidikan nasional disebutkan
untuk menjadi yang bariman dan bertakwa kepada Allah. Dan dalam
lingkungan keluarga, sekolah , dan masyarakat juga ditanamkan nilai
keagamaan dan pancasila. Dan dengan agama dan pancasila kita
percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa, menghormati antar pemeluk
agama, tidak memaksakan agama pada orang lain, dan ini merupakan
pengalaman dari sila-sila Pancasila.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Manusia yang dimuka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang
sama, yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan sebagai
fitrahnya sebagai hamba Allah.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan kunci kemenangan dengan persatuan yang kuat
kita dapat menikmati alam ini. Jika dalam pendidikan dapat ddiartikan
bahwa pendidikan dapat dilakukan semua golongan, dari yang rendah-
tinggi.
4. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Contoh dari sila ini adalah dalam memilih seorang pemimpin seperti
kepala desa atau laiinya hendaknya kita melakukan musyawarah. Bila
diihat dari dunia pendidikan hal ini relevan karena menghargai pendapat
orang lain demi kemajuan. Dan daam UUD 1945 pasal 28 dinyatakan
bahwa setiap orang bebas mengeluarkan pendapat baik secara lisan atau
tertulis.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk menjadi masyarakat yang adil dan
makmur, tapi konsep setiap negara beda. Keadilan disini meliputi
kebutuhan dibidang material dan spiritual yang mencakup pengertian adil
dan makmur secara merata.
Dan dalam pendidikan nasional adil dalam arti luas, maksudnya
mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil
dalam melaksanakan pendidikan dengan tidak berat sebelah antara ilmu
umum dengan keagamaan seimbang. Jika adil dalam arti sempit dikelas
pendidik tidak boleh membeda-bedakan siswa.

3.Kajian Epistemologi

Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang


usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki.
Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu fakta sampai pada
batas yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari epistemologi merupakan
adalah batasan dari pola pikir manusia, sehingga kebenaran sejati yang
tidak dapat dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata.

Pada kajian ilmu pendidikan yang bersifat sains dapat disimpulkan


bahwa fakat sains harus didapatkan dan dikaji melalui sebuah percobaan
pengamatan dalam bentuk sains pula. Pendapat dari beberapa sumber
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara saintis tidak boleh di-
jadikan rujukan yang berlaku alas kebenaran dalam menjelaskan kejadian
alam.
Sejarah mencatat bahwa alas agama telah menjadi alat yang
digunakan oleh otoritas yang salah mengartikan ayat ilahi dan meletakkan
pengartian mutlak pada pemuka agama tanpa didasari fakta sains. Galilei
Galileo adalah salah satu ilmuwan terkemuka di Italia yang menjadi
korban. Ia dihukum karena menemukan suatu kebenaran yang
bertentangan dengan pandangan gereja mengenai alam semesta.
Fakta ini mendukung bahwa kajian dari epistemologi sangat pe-
nting untuk menghindari kejadian diItalia sekitar 3 abad silam.

 Epistemologi Pancasila

Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi


masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan
Pancasila.

 Sumber Pengetahuan Pancasila

Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa sumber pengetahuan


Pancasila adalah nilai-nilai yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri,
bukan berasal dari bangsa lain, bukannya hanya merupakan perenungan
serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja, namun dirumuskan
oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Dengan lain
perkataan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis
Pancasila.

Oleh karena sumber pengetahuan Pancasila ialah bangsa Indonesia


itu sendiri yang memiliki nilai-nilai adat-istiadat serta kebudayaan dan nilai
religius, maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sla-sila
Pancasila dengan Pancasila sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan
memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.

 Susunan Pengetahuan Pancasila sebagai Suatu Sistem


Pengetahuan

Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila. Susunan
sila-sila Pancasila bersifat hierarkis dan piramidal dimana sila pertama
mendasari dan menjiwai sila kedua, ketiga, keempat dan kelima.
Demikianlah maka susunan sila-sila Pancasila memiliki sistem logis baik
yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

Pembahasan berikutnya ialah pandangan Pancasila tentang


pengetahuan manusia. Sebagaimana dijelaskan di muka bahwa masalah
epistemology Pancasila diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat
manusia. Maka konsepsi dasar ontologis sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia monopluralis merupakan dasar pijakan epistemologi Pancasila
(Kaelan & A. Zubaidi, 2007 : 17).

Pancasila sangat mengakui kebenaran rasio yang bersumber pada


akal manusia, selain mempunyai akal manusia juga mempunyai indra
sehingga dapat menangkap kebenaran pengetahuan yang bersifat
empiris. Maka Pancasila juga mengakui kebenaran empiris terutama
dalam kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasila pun juga
mengakui adanya kebenaran pengetahuan manusia yang bersifat intuisi.
Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila,
epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat
mutlak hal ini sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.

Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan asas-


asas yaitu ;

 Maha sumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia


dengan martabat dan potensi unik yang tinggi, menghayati
kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian manusia
sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur yakni panca indra,
akal, rasa, karsa, cipta, karya dan budi nurani. Kemampuan
martabat manusia sesungguhnya adalah anugerah dan amanat
ketuhanan/ keagamaan.
 Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara
lain adalah:

- Sumber primer, orisinal: lingkungan alam, semesta, sosio-budaya &


system kenegaraan,
- Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada,
kepustakaan, dokumentasi,
- Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.
 Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis
yaitu:

- Pengetahuan indrawi
- Pengetahuan ilmiah
- Pengetahuan filosofis
- Pengetahuan religius

 Pembahasan dalam Epistemologis Pancasila

Dalam epistemologi Pancasila membahas/persoalan yang mendasar


adalah mengenai Sumber Pancasila yang dapat dibedakan menjadi dua
sumber yaitu;

1. Sumber formal Pancasila adalah Pembukaan UUD 1945.

Dalam mencari sumber formal dari Pancasila, tidak dapat lepas dari
pembicaran Pembukaan UUD 1945 karena didalam Pembukaan UUD
1945 itulah terdapat rumusan Pancasila yang secara formal diakui sejak
ditetapkannya oleh Pembentuk Negara pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan diatas UUD-nya,
walaupun UUD 1945 merupakan hokum dasar Negara Indonesia yang
tertulis, tidak merupakan norma hukum yang tertinggi.

Susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka


Pancasila memilki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila
adalah bersifat hierarkis dan berbentuk piramida. Jadi jelas bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber formal yang tidak dapat
dirubah, apabila dirubah maka akan menghapus fakta dari sejarah
perjuangan Indonesia.

2. Sumber material adalah kehidupan bangsa Indonesia sendiri


(kausa materialis).

Sumber pengetahuan Pancasila merupakan nilai-nilai yang ada pada


bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukannnya
hanya perenungan serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja
namun dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia dalam mendirikan
Negara. Dengan lain perkataan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai
kausa materialis Pancasila. Oleh karena sumber pengetahuan Pancasila
adalah bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai adat istiadat dan
kebudayaan dan nilai religius maka diantara bangsa Indonesia sebagai
pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sendiri sebagai suatu
sistem pengetahuan memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.

Metode Pancasila yakni metode dalam perumusan Pancasila yaitu kritis


selektif dialektif eksperimental yang mengkaji / mengembangkan :
1. Interpretasi
2. Hermeneutika
3. Koherensi
4. Analityco Sintetik.

Kebenaran Pancasila

Kebenaran yang terdapat dalam Pancasila adalah kebenaran wahyu,


rasional, empiris dan konsensus. Epistemologi Pancasila juga mengakui
kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran
yang tinggi. Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan Pancasila
merupakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan
manusia yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkan
kebenaran yang tinggi. Dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka
epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai mahkluk individu
dan mahkluk sosial.

Membahas tentang kebenaran Pancasila yang merupakan penilaian dari


manusia harus sesuai dengan empat teori kebenaran yaitu :

(1) Teori kebenaran koherensi terdapat dalam keruntutan antar nilai


Pancasila dan terdapat kelogisan antar nilai Pancasila. Susunan
Pancasila yang bersifat logis antar nilai Pancasila, baik dalam arti susunan
sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah
bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal. Sifat hirarkis dan piramidal itu
nampak dalam susunan Pancasila, dimana sila pertama mendasari dan
menjiwai keempat sila lainnya. Dengan adanya piramidal Pancasila dapat
dijelaskan yakni :
 Sekelompok manusia yang merupakan bagian dari ummat manusia
seluruhnya mempunyai sifat khusus berketuhanan YME.
 Sekelompok manusia yang berketuhanan YME yang mencintai dan
saling menghargai sesama makhluk Tuhan, saling menghormati
sesuai dengan hak dan martabatnya.
 Sekelompok manusia yang berketuhanan YME saling mencintai
dan menghargai sesama manusia yang berbeda-beda suku, adat
istiadat mempunyai persamaan cita – cita satu kesatuan bangsa
sebagai bangsa Indonesia.
 Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia yang
berketuhanan YME yang mencintai dan saling menghargai sesama
manusia dalam penyelenggaraan negara diatur secara
kekeluargaan / kerakyatan dengan melalui Lembaga-lembaga
Permusyawaratan Perwakilan.
 Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia yang
berketuhanan YME yang mencintai dan saling menghargai sesama
manusia dalam penyelenggaraan negara diatur secara kerakyatan
mempunyai cita-cita ingin membentuk suatu masyarakat yang
berkeadilan social untuk seluruh rakyat.

(2) Teori kebenaran korespondensi yaitu isi yang terkandung dalam


Pancasila sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat Indonesia
terbukti dengan adanya kausa materialis. Bangsa Indonesia sebagai asal
mula dari sila-sila Pancasila yang digali dari bangsa Indonesia yang dapat
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, religius yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.

(3) Teori kebenaran pragmatis yaitu mengenai masalah berguna /


tidaknya pancasila bagi bangsa Indonesia sangat ditentukan / dipengaruhi
oleh sikap dan tingkat pemahaman bangsa Indonesia tu sendiri, sehingga
sebagian masyarakat Pancasila berguna dan masyarakat Indonesia lain
belum berguna.

(4) Teori kebenaran performatis yaitu mengandung pengertian tentang,


Apakah nilai-nilai Pancasila sudah mampu merubah kebiasaan, pola
hidup, kebiasaan dan semangat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
lebih maju?, untuk menjawab hal tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
pemahaman masyarakat Indonesia mengenai Pancasila dan sikap
masyarakat Indonesia itu sendiri.

4.Kajian Aksiologi

Aksiologi adalah teori nilai atau sesuatu yang diinginkan, disukai


atau yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki
satu kesatuan dasar aksiologis yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi
Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila. Dalam filsafat Pancasila terdapat tiga tingkatan nilai yaitu nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
 Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
 Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
 Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar
dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai
Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontology (teori
tentang wujud hakikat manusia) dan epistemologinya (teori tentang ilmu
pengetahuan). Pokok-pokok aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:
1. Tuhan yang Maha Esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam
semesta dan segala isi beserta antarhubungannya termasuk
hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat manusia secara
psikologis-spiritual (akal dan budi nurani) obyektif mutlak menurut
ruang dan waktu secara universal. Subyek manusia dapat
membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam
perwujudan Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal
dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi, secara
individual maupun sosial).
2. Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam
semesta yang meliputi: Tuhan yang mahaesa dengan perwujudan
nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam semesta dengan berbagai
unsur yang menjamin kehidupan setiap makhluk dalam
antarhubungan yang harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi
dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, dll.) beserta aneka
kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan sesama adalah
kebahagiaan sosial dan psikologis yang tak ternilai. Demikian pula
dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat manusia yang
membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat
dan zamannya.
3. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda
dalam hubungan berbagai nilai manusia sebagai pengamal nilai
atau konsumen nilai yang bertanggung jawab atas norma-norma
penggunaannya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia
sebagai pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun
sosial.
4. Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas
bertumbuh kembang dari hakikat manusia sebagai makhluk
individu-sosial-moral yang berhikmat kebijaksanaan, tulus dan
rendah hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti,
amal kebajikan bagi sesama.
5. Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal
budi dan nurani sehingga memiliki kemampuan untuk beriman
kepada Tuhan yang mahaesa menurut agama dan kepercayaan
masing-masing. Tuhan dan nilai agama secara filosofis bersifat
metafisik, supernatural dan supranatural. Maka potensi martabat
manusia yang luhur itu bersifat apriori (diciptakan Tuhan dengan
identitas martabat yang unik) secara sadar mencintai keadilan dan
kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk
manusia – identitas utama akal budi dan nuraninya melalui sikap
dan karyanya.
6. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung
jawab terhadap pendayagunaan nilai, mewariskan dan
melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat kebenaran ialah cinta
kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka
wujudnya: dendam, permusuhan, perang, dll.).
Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya.
Kesadaran berwujud dalam dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan atau
peradaban, etika, dan nilai-nilai ideologis) maupun nilai-nilai supranatural.

Skema pola antarhubungan sosial manusia meliputi:


1. hubungan sosial-horisontal, yakni antarhubungan pribadi manusia (P)
dalam antarhubungan dan antaraksinya hingga yang terluas yaitu
hubungan antarbangsa (A2-P-B2);
2. hubungan sosial-vertikal antara pribadi manusia dengan Tuhan yang
mahaesa (C: Causa Prima) menurut keyakinan dan agama masing-
masing (garis PC).
Kualitas hubungan sosial-vertikal (garis PC) menentukan kualitas
hubungan sosial horisontal (garis APB) kebaikan sesama manusia
bersumber dan didasarkan pada motivasi keyakinan terhadap Ketuhanan
yang mahaesa kadar atau kualitas antarhubungan. Seluruh kesadaran
manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian dan tindakannya.
Sumber nilai dan kebajikan bukan saja kesadaran akan Ketuhanan yang
MahaEsa, tetapi juga adanya potensi intrinsik dalam kepribadian, yakni:
potensi cinta kasih sebagai perwujudan akal budi dan nurani manusia
(berupa kebajikan). Azas dan usaha manusia guna semakin mendekati
sifat-sifat kepribadiannya adalah cinta sesama. Nilai cinta inilah yang
menjadi sumber energi bagi darma bakti dan pengabdiannya untuk selalu
berusaha melakukan kebajikan-kebajikan. Azas normatif ini bersifat
ontologis pula, karena sifat dan potensi pribadi manusia berkembang dari
potensialitas menuju aktualitas, dari real-self menuju ideal-self, bahkan
dari kehidupan dunia menuju kehidupan kekal. Garis menuju
perkembangan teleologis ini pada hakikatnya ialah usaha dan dinamika
kepribadian yang disadari (tidak didasarkan atas motivasi cinta, terutama
cinta diri).
Nilai instrinsik ajaran filsafat Pancasila sedemikian mendasar,
komprehensif (menyeluruh atau sesuatu yang bersifat luas), bahkan luhur
dan ideal, meliputi: multi-eksistensial (banyak mekmaknai) dalam realitas
horizontal (manusia dan alam) dalam hubungan teleologis, normatif
dengan mahasumber kesemestaan (Tuhan dengan ‘ikatan’ hukum alam
dan hukum moral yang psikologis-religius), kesadaran pribadi yang
natural, sosial, spiritual, supranatural dan suprarasional. Penghayatannya
pun multi-eksistensial, bahkan praeksistensi, eksistensi (real-
self dan ideal-self), bahkan demi tujuan akhir pada periode post-
existence (demi kehidupan abadi), menunjukkan wawasan eksistensial
yang normatif-ideal.
Secara instrinsik dan potensial, nilai-nilai Pancasila memenuhi
tuntutan hidup manusia karena nilai filsafat sejatinya adalah untuk
menjamin keutuhan kepribadian dan tidak mengakibatkan konflik kejiwaan
maupun dilematika moral. Bersyukurlah kita punya Pancasila

5. FILSAFAT PANCASILA DALAM KONTEKS PKN

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat


hidup bangsa Indonesia pada hakekatnya merupakan suatu nilai-nilai
yang bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh. Untuk itu sila-sila
Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat bulat dan utuh,
hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila
merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki
esensi serta makna yang utuh.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia
mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pemikiran filsafat
kenegaraan bertolak dari pandangan bahwa negara adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang
merupakan masyarakat hukum (legal society).
Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada
kodrat bahwa manusia sebagai warga negara sebagai persekutuan hidup
adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa (hakikat sila pertama). Negara yang merupakan persekutuan hidup
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, pada hakikatnya
bertujuan untuik mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai
mahluk yang berbudaya atau mahluk yang beradab (hakikat sila kedua).
Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu organisasi hidup manusia
harus membentuk suatu ikatan sebagai suatu bangsa (hakikat sila
ketiga). Terwujudnya persatuan dan kesatuan akan melahirkan rakyat
sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara tertentu.
Konsekuensinya dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan pada
nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Maka negara
harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik
sebagai individu maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk
mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama, maka dalam hidup
kenegaraan harus mewujjudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warga,
sehingga untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dijamin
berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan
bersama/kehidupan (hakikat sila kelima).

 DATA DAN FAKTA

PROSES PERUMUSAN PANCASILA


Proses perumusan Pancasila tidak bisa dilepaskan dari sidang-sidang
yang terjadi di BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945). Dalam sidang tersebut Mr.
Muhammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka yaitu:
1) Peri Kebangsaan,
2) Peri Kemanusiaan,
3) Ke-Tuhanan,
4) Peri-kerakyatan,
(a. Permusyawaratan, b. Perwakilan, c. kebijaksanaan), dan
5) Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial).
Sedangkan Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori negara sebagai
berikut:
1) teori negara perseorangan (individualitis),
2) paham negara kelas (class theory), dan
3) paham negara integralistik.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan falsafah negara Indonesia Soepomo
mengusulkan :
1. negara nasional yang bersatu,

2. dianjurkan supaya warga negara tunduk kepada Tuhan,

3. dalam susunan pemerintahan negara Indonesia harus dibentuk


sistem badan permusyawaratan,

4. ekonomi negara bersifat kekeluargaan, dan) mengenai hubungan


antar bangsa menganjurkan upaya-upaya Indonesia bersifat
negara Asia Timur Raya.

Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 mengusulkan dasar negara dalam
lima prinsip dasar, yaitu:
 nasionalisme (kebangsaan Indonesia),

 internasionalisme (peri-kemanusiaan),

 mufakat (demokrasi),

 kesejahteraan sosial.

 ketuhanan yang berkebudayaan (juga Ketuhanan Yang Maha Esa).


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta,
dan “sophia” yang berarti kebijaksanaan. Secara sederhana dapat
diartikan bahwa Filsafat adalah sebagai keinginan yang sungguh-
sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh Founding Father , kemudian
dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.
Prinsip – prinsip filsafat Pancasila adalah kausa materialis, formalis,
efisiensi, dan finalis. Sedangkan esensi dari Pancasila meliputi Tuhan,
Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Hakikat nilai-nilai Pancasila, nilai
adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan
yang merupakan hal penting dalam hidupnya. Nilai merupakan hal
yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar
dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan
efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Nilai-nilai yang bersumber
dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat dan adil dijabarkan menjadi
konsep Etika Pancasila
Aspek – aspek dalam filsafat Pancasila meliputi aspek antologis,
epistemologi, dan aksiologi.
Aspek antologis/ontologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat
sesuatu yang ada atau hakikat dari segala sesuatu yang ada.
Sedangkan Bidang Kajian Ontologi mengkaji segala sesuatu yang ada
yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada
universal dan ada yang bersifat mutlak. Hal ini berarti bahwa dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan
bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat
negara, tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara,
sistem hukum negara, moral negara, serta segala aspek
penyelenggaraan negara lainnya.
Kajian Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji
tentang usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara
hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu fakta sampai
pada batas yang tidak dapat dikaji lagi. Kajian Epistemologi Pancasila
sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.
Epistemologi Pancasila juga membahas persoalan yang mendasar
adalah mengenai Sumber Pancasila yaitu sumber formal dan material.
Aksiologi adalah teori nilai atau sesuatu yang diinginkan, disukai
atau yang baik. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
memiliki satu kesatuan dasar aksiologis yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Dalam filsafat Pancasila terdapat tiga tingkatan nilai yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang
bersifat sistematis, fundamental dan menyeluruh.Untuk itu sila-sila
Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat bulat dan utuh,
hierarkhis dan sistematis.Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem filsafat. Pancasila sebagai filsafat Bangsa dan Negara Republik
Indonesia mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.

B. SARAN
Sebagai warga negara Indonesia kita harus mempercayai,
menghormati, menghargai, menjaga, memahami dan melaksanakan
segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa filsafat Pancasila yang sebagai dasar filsafat negara
Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi
dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pasabiru,mangihot. 2016. Pengertian Filsafat Pancasila.


http://mangihot.blogspot.com/2016 /12/pengertian-filsafat-pancasila.html
Sumberpengertian.co.2017. (Diakses pada hari Minggu, 16 September
2018).
Pengertian Filsafat Pancasila Secara Umum & Menurut Para Ahli.. Dari
http://www.sumber pengertian.co/pengertian-filsafat-pancasila
(Diakses pada hari Senin, 17 September 2018)
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.2018. Filasafat
Pancasila. (Diakses pada hari Minggu, 16 September 2018.)
Dari https://id.wikipedia.org/wiki/ Filsafat_ Pancasila
Herdianto, Heri & Hamdayama, Jumanta.2010.Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarga-negara.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Epistemologi pancasila pemahaman dan kajian.2016
http://www.sumbbu.com/2016/04/epistemologis-pancasila-pemahaman-
dan-kajian.html (diakses tanggal 16 september 2018)
http://orathforever.blogspot.com/2012/10/makalah-filsafat-pancasila-
ontologis.html

Anda mungkin juga menyukai