Anda di halaman 1dari 21

FILSAFAT PANCASILA

Tugas ini Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Arif Permana Putra, S.pd, M.pd

Disusun Oleh :

Muhamad Adi (6661150100)


Raihan Naufal Izzuddin (6661180075)
Hawali Nurhidayat M (6661180067)
Cici Amelia DP (6661180051)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah diajukan oleh :


Kelompok : Kelompok 2
Program Studi : Administrasi Publik
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul : Filsafat Pancasila

Rumusan Masalah : 1. Bagaimana Landasan Pengembangan


Filsafat Pancasila ?
2. Bagaimana Filsafat Pancasila dalam
Kehidupan Budaya Bangsa ?
3. Bagaimana hakikat sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam Filsafat Pancasila?

Serang, 12 Februari 2019

Arif Permana Putra, M.Pd


NIDN. 04 290787 03

i
KATA PENGANTAR
Pertama – tama,kami sebagai warga Negara Indonesia
yang memiliki iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
menghaturkan puji syukur kehadirat-Nya, karena kami masih
diberi kenikmatan kekuatan lahir dan batin sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dari awal penyusunan sampai
akhir.

Dalam penyusunan tugas makalah ini, tidak sedikit


hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam pengerjaan makalah ini tidak lain berkat
batuan dari semua pihak, dan referensi buku yang kami
dapatkan. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengerti isi
tema dari “Pancasila sebagai Sistem Etika”. Tak lupa kami
sampaikan pula ucapan terimakasih dan salam hangat kepada
dosen pengampu yang telah membimbing kami sehingga
terwujudnya makalah ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah


yang telah kami buat ini jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat dan tata bahasanya.
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik dari pembaca
sangat kami harapkan guna meningkatkan pembuatan tugas
makalah kedepannya. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumber referensi bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

RINGKASAN........................................................................................................................1

BAB I...................................................................................................................................2

PENDAHULUAN..................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................3

LANDASAN TEORI...............................................................................................................3

A. FILSAFAT....................................................................................................................3

B. Filsafat Pancasila........................................................................................................4

BAB III.................................................................................................................................5

PEMBAHASAN....................................................................................................................5

3.1 Landasan Pengembangan Filsafat Pancasila.............................................................5

3.2 Filsafat Pancasila dalam Kehidupan Budaya Bangsa.................................................9

3.3 Hakikat Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Filsafat Pancasila...........................11

BAB IV..............................................................................................................................14

KESIMPULAN....................................................................................................................14

SARAN..........................................................................................................................14

iii
iv
RINGKASAN
Sebagaimana kebudayaan, ftlsafat mempunyaibanyak
pengertian. Dengan "Filsafat Pancasi1a" dimaksudkan suatu
pertanggunganjawab dan penjelasan rasiona! tentang Pancasila
sebagai dasar negara secara komprehensif dan mendasar.
Karena Pancasila merupakan dasar negara atau ideologi negara,
maka Pancasila betfungsi memberi arab pada.tmdakandan
pembentukan struktur kehidupan bennasyarakat, berbangsa. dan
bentegara. OIeh karena itu tujuan dati refleksi filsafat atas
Pancasila memuat dua dimensi yaitu dimensi kognitif dan
moral
Filsafat Pancasila dikembangkan berdasarkan empat
Jandasan filosofis, yabli ontologis, epistemologis, aksiologis,
dan antropologis. Landasan ontologis dimaksudkan untuk
mengungkapkanjenisjenis keberadaan yang diterapkan pada
Pancasila. Landasan epistemologis dimaksudkan
untukmengungkapkan sumber-sumber pengetahuan dan
kebenaran tentang Pancasita sebagai sistem filsafat dan
ideologi. Landasan aksiologis dimaksudkan untuk
mengungkapkanjenis-jenis nilai dasar yang terkandung
dalam·PancasiIa.

1
BAB I

PENDAHULUAN
Apabila kita berbicara tentang filsfat, ada dua hal yang
patut diperhatikan filsafat secar metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan. Keduanya akan berguna bagi ideologi
pancasila. Filsafat sebagai metode menunjukan cara berfikir
dan cara mengadakan analisis yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi
pancasila. Sedangkan pancasila sebagai filsafat mengandung
pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat menjadi substansi
dan isi pembentukan ideologi pancasila. Pembahasan filsafat
dapat dilakukan secara deduktif, yakni dengan mencari hakikat
pancasila, serta menganalisis dan menyusunnya secara
sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Dapat dilkukan secra induktif, yakni dengan mengamati gejala-
gejala sosisal budaya masyarakat merefleksikannya, dan
menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu
dengan demikian, filsafat pancasila dapat disajikan sebagai
bahan-bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi
pancaasila.
Rumusuan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu, Bagaimana Landasan Pengembangan Filsafat Pancasila ?,
Bagaimana Filsafat Pancasila dalam Kehidupan Budaya
Bangsa?. Sementara tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu untuk
menambah pengetahuan dan wawasan Filsafat Pancasila.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. FILSAFAT
Menurut Poedjawijatna (1974:1) bahwa kata filsafat
berasal dari kata arab yang berhubungan rapat dengan kata
yunani bahkan memang asalnya dari kata yunani, ialah
Philosophia. Dalam bahasa Yunani kata Philosophia merupakan
kata majemuk yang terdiri atas Philo dan Sophia, Philo artinya
cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu berusaha
mencapai yang diinginkannya itu. Sophia artinya kebijakan
yang artinya pandai, mendalam, ingin mencapai pandai, cinta
kebijakan. Tujuan kebijakansanaan dalam pandangannya
menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal
keagamaan. Sophia mengandung arti yang lebil luas dari
kebijaksanaan yaitu 1. Kerajinan, 2. Kebenaraan pertama, 3.
Pengetahuan luas, 4. Kebijakan intelektual, 5. Pertimbangan
yang sehat, 6. Kecerdikan dalam memutuskan hal hal yang
praktis.
Filsafat terdiri atas 3 cabang besar yaitu : Ontologi,
Epitemologi, dan Aksiologi. Ketiga cabang itu
sebenarnya satu kesatuan :
1. Ontologi
Istilah Ontologi dari kata Yunani Onto yang berarti
sesuatu yang sungguh-sungguh ada, kenyataan yang
sesungguhnya, dan Logos yang berarti studi tentang
teori yang membicarakan. Ontologi membicarakan
hakikat (segala sesuatu) ini merupakan pengetahuan
tentang hakikat segala sesuatu.
2. Epistemologi

3
Epistemologi berasal dari kata Yunani Episteme
dan Logos, Episteme biasanya diartikan sebagai
pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan
pikiran atau teori. Epistemologi dapat diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar dan lazimnya
hanya disebut teori pengetahuan, yang dalam
bahasa inggrisnya “Theory of Knowledge”.
Epistemologi berarti cara memperoleh pengetahuan
itu.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang
tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari ilmu pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini
banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan
yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak
benar.

B. Filsafat Pancasila
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan
menyeluruh.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Landasan Pengembangan Filsafat Pancasila


A. Aspek Ontologi
Bidang Ontologi meliputi penyelidikan tentang makna
keberadaan (ada eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta
(kosmologi) juga ada mutlak yang tidak terbatas sebagai maha
sumber ada semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya
tuhan dan alam gaib, seperti rohani dan kehidupan sesudah
kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika). Jadi ontologi
adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi
dan keberadaan) sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan dan
kosmologi.
Pandangan Ontologi Pancasila :
1. Tuhan adalah sebab pertama (causa rima), dari
segala sesuatu yang Esa dan segala sesuatu
tergantung kepadanya. Tuhan adalah sempurna
dan mahakuasa, merupakan dzat yang mutlak,
ada secara mutlak. Dzat yang mulia dan
sempurna (causa finalis).
2. Manusia memiliki susunan hakikat pribadi yang
monopluralis (majemuk tunggal), bertubuh-
berjiwa, berakal-berasa-berkehendak, bersifat
individu-makhluk sosial, berkedu-dukan sebagai
pribadi berdiri sendiri-makhluk tuhan yang
menimbulkan kebutuhan kejiwaan dan religius,

5
yang seharusnya secara bersama-sama dipelihara
dengan baik dalam kesatuan yang seimbang,
harmonis dan dinamis.
3. Mengakui adanya kualitas metafisis “satu”
(trancendental one). “satu” ialah secara mutlak
tidak dapat terbagi merupakan diri pribadi yaitu
mempunyai bentuk, susunan, sifat-sifat dan
kaeadaan tersendiri sehingga kesemuanya itu
menjadikan yang bersangkutan suatu keutuhan
( keseluruhan) yang mempunyai tempat
tersendiri (utuh, terpisah dari yang lain,
mempunyai bentuk dan wujud).
4. Mengakui adanya “rakyat”. Rakyat adalah
keseluruhan jumlah semua orang, warga dalam
lingkungan daerah atau negara tertentu, yang
dalam segala sesuatunya meliputi semua warga,
dan untuk keperluan seluruh warga termasuk hak
dan kewajiban asasi kemanusaiaan setiap warga,
sebagai perseorangan dan sebagai penjelemaan
hakikat manusia. Hakikat rakyat negara adalah
pilar negara yang berdaulat.
5. Mengakui adanya kualitas metafisis “baik”
( trancendental good) yang berupa adil. Adil
ialah dipenuhinya sebagai wajib sesuatu yang
merupakan hak dalam hubungan hidup
kemanusiaan. Sebagai penjelemaan hakikat
manusai (wajib lebih diutamakan), pemenuhan
hak sebagai kewajiban tersebut mencakup
hubungan antara negara (pendukung wajib)
dengan warga negaranya (keadilan distributif),
hubungan antara warga negara (pendukung

6
wajib) dengan negara (disebut keadilan legal)
dan hubungan diantar sesama warga negara
(disebut keadilan kumutatif). Keadilan
mengandung inti adil yang pada hakikatnya
kerelaan (aspek jiwa) dan kesebandingan (aspek
raga).
B. Aspek Epistemologi
Meneliti sumber pengetahuaan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuaan batas dan validitas ilmu pengetahuaan
jadi, epistemologi dapat disebut ilmu, tentang ilmu, atau teori
terjadinya ilmu atau science of science, atau
wissenshaftslehre, pengetahuaan yang termasuk cabang
epistemologi adalah matematika, logika, gramatika dan
semantika.
Epistemologi Pancasila :
1. Pengetahuan Empirik Pancasila
Pancasila merupakan cerminan dari masyarakat indonesia
pada saat kelahirannya yang digali dari budaya bangsa
indonesia. Bangsa indonesia yang terdiri atas berbagai suku
sejak dahulu sampai sekarang selalu menyeimbangkan segala
unsur kodrat manusia yang dalam perwujudannya adalah
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkeluargaan,
dan berkeadilan, yang kemudian menjadi dasar rumusan
pancasila sebagai dasar negara. Berkekeluargaan dalam
berkenegaraan disebut dengan berkerakyatan. Dalam kehidupan
bangsa indonesia yang beraneka ragam secara budayanya,
secara kodrati mengamalkan kelima unsur pancasila tersebut,
sehingga dapat dinyatakan berpancasila dalam adat budaya.
Dalam kehidupan beragama pun mengamalkan juga kelima
unsur pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antar umat
beragama antara satu dengan yang lainnya ada rasa persatuan

7
sebagai sesama warga masyarakat dan saling hormat
menghormati dalam hal bergama, sehingga dinyatakan
berpancasila dalam bidang religius. Setelah bernegara kelima
unsur pancasila tersebut menjadi dasar negara dengan rumusan
yang bersifat kolektif, sehingga asas-asas kenegaraan
indonesia berpangkal pada pancasila. Dengan adanya ketiga hal
tersebut menurut Notonegoro dapat diistilahkan bahwa negara
Indonesia berpancasila dalam tri-prakara, yaitu : berpancasila
dalam adat budaya atau dalam kebudayaan, berpancasila dalam
keagamaan atau dalam bidang religius, dan berpancasila dalam
kenegaraan.
2. Pengetahuan Rasionalis Pancasila
Pancasila merupakan hasil renungan yang mendalam dari
tokoh-tokoh kenegaraan indonesia untuk mengarahkan
kehidupan bangsa Indonesia dalam bernegara. Inti kehidupan
bangsa Indonesia yang juga sebagai inti kehidupa manusia pada
umumnya merupakan sifat hakikat manusia, yaitu
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkekeluargaan,
dan berkeadilan. Dengan renungan dan pertimbangan akal, lima
inti kehidupan manusia tersebut dengan tambahan ciri khas
bangsa Indonesia menjadi sifat kolektif, dasar hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kehidupan yang dicita-citakan,
sehingga Pancasila menjadi aksioma kehidupan bangsa
Indonesia dalam bermasarakat dan bernegara, yang
pelaksanaannya dalam kenegaraan dipancarkan keempat pokok
pikiran.
C. Aspek Aksiologi
Kehidupan manusia sebagai makhluk subjek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar
mencari, memilih, dan melaksanakan (menikmati nilai). Jadi,
nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Artinya nilai

8
ini dalam kepribadian manusia. Bahkan, nilai didalam
kepribadian, seperti pandangan hidup, keyakinan (agama), dan
bagaimana manusia mengamalkannya (sama dengan moral)
merupakan kualitas kepribadian. Martabat manusia ditentunkan
oleh keyakinannya dan amal kebijakannya.

3.2 Filsafat Pancasila dalam Kehidupan Budaya Bangsa


Nilai-nilai pancasila sesungguhnya telah bersemayang
dan berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga tercakup dalam
penggalian dan pengembangan wawawasan nasional sebagai
berikut :
1. sila ketuhanan yang maha esa
Dalam sila ketuhanan yang maha esa bangsa
indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan
terhadap tuhan yang maha esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing. Dalam kehidupan
sehari-hari mereka mengembangkan sikap saling
menghormati, memberi kesempatan dan kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing, serta tidak memaksakan
suatu agama dan kepercayaan dengan cara apapun pada
orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan nasional
yang dianut oleh bangsa indonesia yang menghendaki
keutuhan dan kebersamaan dengan tetap menghormati
dan memberikan kebebasan dalam menganut dan
mengamalkan agama masing masing.
2. sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Dalam sila ini bangsa indonesia mengakui,
menghargai, dan memberikan hak dan kebebasan yang
sama kepada setiap warganya untuk menerapkan hak

9
asasi manusia (HAM). Namu kebebasan HAM tersebut
tidak mengganggu dan harus menghormati HAM orang
lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan nasional yang
dianut dan dikembangkan oleh bangsa indonesia yang
memberikan kebebasan dalam mengekspresikan HAM
dengan tetap mengingat dan menghormati hak orang
lain sehingga menimbulkan toleransi dan kerja sama.
3. sila persatuan Indonesia
Dengan sila ini bangsa indonesia lebih
mengutamanakan kepentingan bangsa dan negara.
Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih
diutamakan dari pada kepentingan golongan, suku
maupun perorangan. Tetapi, kepentingan yang lebih
besar tersebut tidak mematikan atau meniadakan
kepentingan golongan, suku bangsa, maupun
perorangan. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan
dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang
mengutamakan keutuhan bangsa dan negara dengan
tetap memperhatikan, menghormati, dan menampung
kepentingan golongan, suku bangsa maupun
perorangan.
4. sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Dengan sila ini bangsa indonesia mengakui bahwa
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama diusahakan melalui musyawarah untuk
mencapai sepakat. Ini berarti tidak tertutupnya
kemungkinan dilakukannya pemungutan suara (voting)
dan berarti tidak dilakukannya pemaksaan pendapat
dengan cara apapun. Sikap tersebut mewarnai wawasan

10
kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan
dikembangkan oleh bangsa indonesia yang melakukan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
5. sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Dengan sila ini bangsa indonesia mengakui dan
menghargai warganya untuk mencapai kesejahteraan
yang setinggi-tingginya sesuai hasil karya dan
usahanya masing-masing. Tetapi, usaha untuk
meningkatan kemakmuran tersebut tanpa merugikan
apalagi menghancurkan orang lain. Kemakmuran yang
ingin dicapai oleh bangsa indonesia bukan
kemakmuran yang tingkatnya sama bagi semua
warganya. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan
dikembangkan oleh bangsa indonesia yang diberikan
kebebsaran untuk mencapai kesejahteraan setinggi
tingginya bagi setiap orang dengan mempertahankan
keadilan bagi daerah penghasil, daerah lain, orang lain
sehingga tercapai kemakmuran yang memenuhi
persyaratan kebutuhan minimal.
Dari uraian diatas tanpa bahwa wawasan
kebangsaan atau wawasan nasional yang dianut dan
dikembangkan oleh bangsa indonesia merupakan
pancaran dari pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
indonesia.

3.3 Hakikat Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Filsafat Pancasila
A. Arti Ketuhanan yang Maha Esa
Tuhan adalah ”causa prima”/sebab yang pertama , karena
tidak tergantung pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia
adalah yang mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya.

11
Yang Maha Esa adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam
dzatnya, budinya, kehendaknya, adanya, adanya adalah
hakekatnya Tuhan bukan suatu compositum seperti manusia
yang terdiri atas jiwa dan badan, maka tidak ada yang
menyamainya.
B. Bukti-bukti adanya Tuhan Yang Maha Esa
a. Sebab-Akibat
Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia dengan
segala isinya merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang
menimbulkan adanya dunia ini, yaitu sebab yang pertama
Tuhan yang maha Esa.
b. Adanya Suara Hati
Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang
mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi waktu dan
tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang
absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif
relative transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang
absolut transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa.
c. Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu yang
mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi waktu dan
tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang
absolut transendental padahal suara hati bersifat relatif
relative transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang
absolut transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa.
d. Adanya Hidup di Dunia ini
e. Adanya Pranata Tertib dalam Alam Semesta
B. Hakikat Landasan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia,
yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila

12
Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung
dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan
adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui
manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya
Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi
suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan.
Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara objektif ( ada
dalam objektivanya ).
C. Landasan Filosofis Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia,
yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila
Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung
dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.
Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan Tuhan
adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui
manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan
makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya
Tuhan bagi bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi
suatu keyakinan, sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan.
Adanya tuhan adalah dalam kenyataannya secara objektif (ada
dalam objektivanya).

13
BAB IV

KESIMPULAN
Filsafat pancasila dapat didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan
menyeluruh. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia,
yang nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala, berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai agama. Dengan demikian sila
Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang terkandung
dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya
adalah Ketuhanan.

14
SARAN
Dalam kehidupan kita memang harus menjadikan
pancasila sebagai pedoman dasar dan harus melakukan
pengamalan sila-sila dalam pancasila. Dalam sila pertama
terutama, kita harus menghormati berbagai macam agama yang
ada di Indonesia, sebagai perwujudan akan saling menghormati
dan menghargai sesama pemeluk agama. Karena Indonesia ini
terdiri dari kemajemukan agama di dalam berbagai wilayah
Indonesia.
Selain itu manusia di Indonesia juga diberikan kebebasan
untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya
masing-masing selama agama tersebut merupakan agama yang
keberadaannya diakui di Indonesia. Oleh karena itu kerukunan
antar umat beragama perlu kita jaga sebagai masyarakat
Indonesia yang Bhineka tunggal Ika dalam rangka perwujudan
dan pengamalan sila-sila Pancasila terutama dalam sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

15
Daftar Pustaka
Basyit, Abdul dkk. 2000. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Getok Tular
Gatara, Asep Sahid dan Subhan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :
Fokusmedia
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma
Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Salemba Empat
Sunoto. 1985.  Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila.
Yogyakarta : PT Hanindita
Sumarsono dkk. 2001. Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara
Syarbani, Syahrial. 2003. Pendidikan Pancasila. Bogor : Ghalia Indonesia
Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi Pengetahuan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai