Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu :

I Gede Garbha Putra, S.Pd., S.Sos.,S.Kom.,M.Pd.

Anggota Kelompok :

1. Ni Desak Nyoman Elsia Tria Emilia (2311011061)


2. Mega Sintya (2311011039)
3. Ni Made Gani Anggreni (2311011020)
4. I Putu Mika Pratama Yasa (2311011035)
5. Anak Agung Gde Sedana Satriya Putra (2311011070)

FAKULTAS DHARMA ACARYA


UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS
SUGRIWA DENPASAR
2023

i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Rasa angayubagia kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta waranugraha- Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat. Semoga makalah ini dapat membantu dan mempermudah teman-
teman dalam mempelajari materi tentang Ajaran Pancasila terkhususnya
mengetahui apa sesungguhnya Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Materi yang
kami sajikan dalam makalah ini, kami dapat dari berbagai sumber.
Kami selaku penyusun Makalah menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dalam penulisan serta kelengkapan materi. Oleh karena itu
kritik dan saran dari Bapak serta teman-teman sangat penting untuk lebih
sempurnanya makalah ini.
Demikian Pengantar yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan
terima kasih atas partisipasi dan respon Bapak serta teman-teman. Akhir kata
kami tutup dengan Parama santih.
Om Santih santih santih om.

Hormat kami

Penyusun Makalah

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Pancasila dan Filsafat ............................................................................. 3

2.2. Karakteristik, Prinsip-Prinsip Serta Hakikat Pancasila Sebagai Filsafat. ................ 4

2.3. Pancasila Sebagai Suatu Filsafat ............................................................................. 6

2.4. Objek Dari Filsafat Pancasila................................................................................... 7

2.5. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis,Epistemologiss,Serta Aksiologis .. 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 10

3.2 Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

iii
i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara
yang fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak
bisa diubah oleh siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus dipegang
teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan tujuannya sangat
berpengaruh terhadap setiap elemen di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman terhadap masing-masing fungsi dan tujuan
agar dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-hari.Keterkaitan antara Pancasila
dengan berbagai elemen kehidupan telah membentuk sebuah sistem yang
menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu.

Lahirnya nilai-nilai filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para


pendiri negara untuk mencari identitas bangsa Indonesia. Kadar kebenaran dari
nilai-nilai yang ada digali hingga mencapai akar hakikatnya. Hal ini memunculkan
sifat spekulatif dalam membuktikan sistem filsafat dari Pancasila. Selain itu, setiap
bagian kebenaran dan pernyataannya yang berhubungan secara menyeluruh
dijadikan sebagai inti mutlak tata kehidupan masyarakat Indonesia.Seiring dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung
telah memunculkan masalah baru yang lebih kompleks. Capaian ruang lingkup
yang dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan pengkajian lebih lanjut. Dalam
hal ini, berbagai macam bentuk prinsip, karakteristik, dan objek pada sistem filsafat
mulai dimunculkan. Tujuannya tidak lain untuk membuktikan kebenaran dari nilai-
nilai filosofi yang dikaitkan dengan perkembangan zaman yang ada. Upaya
pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai pandangan awal
untuk memahami sistem filsafat yang terkandung di dalam Pancasila.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pancasila dan filsafat?

2. Apa saja karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila sebagai


filsafat?

1
3. Bagaimana pengertian pancasila sebagai suatu filsafat?
4. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?
5. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis, epistemologis,
serta aksiologis?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pancasila dan filsafat.
2. Untuk mengetahui karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila
sebagai fiolsafat.
3. Untuk mengetahui pengertian pancasila sebagai suatu filsafat.
4. Untuk mengetahui objek dari filsafat pancasila.
5. Untuk mengetahui bagaimana pancasila melalui pendekatan dasar
ontologis, epiostemologis, serta aksiologis.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pancasila dan Filsafat
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang
mempunyai lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia
didirikan diatas suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri
dari lima dasar atau lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli,
menurut Notonegoro Pancasila merupakan dasar falsafat Negara Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafat dan ideologi negara yang
diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara
Indonesia. Selain menjadi dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan
hidup, pancasila juga sebagai sistem filsafat.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “sophia”
yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat menurut asal katanya berarti kebenaran
yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya
sebagaimana yang dikemukakan oleh Titus, Smith & Nolan sebagai berikut :

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan


dan alamyang biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. (Arti formal).
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (Arti
komprehensif).
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep. (Arti analisis linguistik).
5. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti
aktual-fundamental).

3
Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie
(cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat,
karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa dengan mendalam yang
dilakukan oleh parapendiri bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu
system yang tepat.

2.2. Karakteristik, Prinsip-Prinsip Serta Hakikat Pancasila Sebagai


Filsafat.
➢ Karakteristik Pancasila sebagai Filsafat

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang


berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu:

1. Karakteristik filsafat pancasila yang pertama yaitu sila-sila dalam pancasila


merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu
totalitas). Dalam hal ini, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan
sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan merupakan pancasila.
2. Karakteristik filsafat pancasila yang kedua ialah dalam susunan pancasila
dengan suatu sistem yang bulat dan utuh sebagai berikut:
• Sila 1 mendasari, meliputi dan menjiwai sila 2, 3, 4 dan 5;
• Sila 2 didasari, diliputi, dijiwai sila 1 dan mendasari serta menjiwai
sila 3, 4 dan 5;
• Sila 3 didasari, diliputi, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari serta
menjiwai sila 4 dan 5;
• Sila 4 didasari, diliputi, dijiwai sila 1, 2, 3, serta mendasari dan
menjiwai sila 5; dan
• Sila 5 didasari, diliputi, dijiwai sila 1, 2, 3 dan 4.
3. Karakteristik filsafat pancasila yang berikutnya, pancasila sebagai suatu
substansi artinya unsur asli atau permanen atau primer pancasila sebagai
suatu yang mandiri, dimana unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri;
4. Karakteriktik filsafat pancasila yang terakhir yaitu pancasila sebagai suatu
realita artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya sebagai
suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang di
dalam kehidupan sehari-hari.

4
➢ Prinsip - Prinsip Filsafat Pancasila

Jika ditinjau dari kausa Aristoteles, Prinsip-prinsip pancasila dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Kausa Material yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau bahan.
Dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam
bangsa Indonesia sendiri.
2. Kausa Formalis ialah sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila
di dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal (kebenaran
formal);
3. Kausa Efisiensi yaitu kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka;
4. Kausa Finalis adalah berhubungan dengan tujuannya, dimana tujuan yang
diusulkannya pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi :

1. Tuhan yang berarti bahwa sebagai kausa prima;


2. Manusia berarti bahwa makhluk individu dan makhluk sosial;
3. Satu berarti bahwa kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
4. Rakyat yang berarti bahwa unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong; dan
5. Adil yang berarti bahwa memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya.
➢ Hakikat
Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak
permasalahannya yang berwujud konsep pengalaman dengan bersifat
obyektif dan subyektif. Pengamalan secara tujuannya adalah pengamalan di
bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan (berrupa pasal-pasal
UUD, ketetapan MPR, Undang-Undang Atauganik, dan peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subyektif adalah
pengamalan yang dilakukan oleh manusia individu, baik sebagai pribadi,
perangga bermasyarakat, ataupun sebagai pemegang kekuasaan.

5
Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat
filsafat yang ternyata cock diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan
dan mengukuhkadan bahwa Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat.
Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia, nama Indonesia in ditambahkan
karena objek materialnya seperti telah diutarakan di muka adalah dari
bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari nenek
nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari
kebiasaannya, adat istiadatnya, Kebudayaannya, serta kepercayaan dan
agama-agaman ya.

2.3. Pancasila Sebagai Suatu Filsafat


Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang
dituangkan dalam suam sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu
yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah
segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat,
maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut,
jika syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan
sistem filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian
dari sistem itu sendiri adalalı suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur
komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung
satu sama lain dan terpadu. Sistem mempunyai ciri ciri, yaitu:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur elemen/komponen


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keselumhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (juan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa

6
Pancasila berperan sebagai suatu sistem filsafat, sehingga memiliki cin ciri sebagai
berikut, yaitu :

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh


Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut :

a. Sila 1. meliputi mendasan dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5


b. Sila 2. diliputi, didasari, duwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3.4 dan 3:
c. Sila 3. diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5:
d. Sila 4. diliputi didasar, duwai sila 1.2.3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5:
e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana
Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila
pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri
sendiri dan tidak saling bertentangan, dan keseluruhan sila pancasila merupakan
suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal). Membahas Pancasila sebagai
filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan
saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya.

2.4. Objek Dari Filsafat Pancasila


Objek dari filsafat Pancasila itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu objek
material dan objek formal. Yang pertama adalah objek material adalah segala yang
ada dan mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga
hal yaitu Tuhan, manusia, dan alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada,
sebagai dasar negara rumusannya jelas yaitu :

7
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dari mumsan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia,
satu, rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam
tiga saja. yaitu Tuhan manusia dan alam semesta untuk mewakih objek satu, rakyat,
dan adil. sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam
semesta itu sendiri. Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat
diterima.

Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu yang ada itu
sendiri Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas
kata dasar dengan tambahan awalan ke per dan akhiran an. Menurut ilmu bahasa,
jika suatu kata dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an, maka akan menjadi
abstrak (bersifat abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat
hakikat dari bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak
dari manusia itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga
dalam sila-sila Pancasila yang lainnya, yaitu Ke Tuhanan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan. Khusus untuk persatuan awalan per menunjukkan suatu proses
menuju ke awalan ke yang nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan
analisis penjabaran ini, maka Pancasila memenuhi syarat juga dalam hal objek
formalnya.

2.5. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologiss,


Serta Aksiologis
➢ Pendekatan Dasar Ontologi

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu


atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan
metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila
yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri,

8
melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung pokok dari
sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang
berketulan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya
adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mailak, yaitu terdiri atas sustman kodrat,
raga dan jiwa, jasmani dan rohani.

➢ Pendekatan Dasar Epistemologis

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susman.


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya
juga merupakan sistem pengetahuan. Pancasila harus memiliki sur rasionalitas
terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar epistemologis
Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya,
sehingga dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep
dasarnya tentang hakikat marasia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susman pengetalman
Pancasila.

➢ Pendekatan Dasar Aksiologis

Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat


nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yani axios yang artinya nilai,
manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Sila-sila Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin
valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu
yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai "keberhargaan" (worth) atan
"kebaikan" (goodness). Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai
moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya
mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil peremgan para
pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang menjalankan
keludupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat
satu kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan
menjalankan fungsi yang saling ketergantungan Keterkaitan antara objek, prinsip,
dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan hakikatnya. Sila-
sila di dalam Pancasila dijadikan sebagai tolakan dalam mengamalkan nilai-
nilainya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu


pastinya Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, objek
yang dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk
pengokohan bahwa Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari
itu, proses berkelanjutan yang dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya
pendekatan terlebih dahulu. Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan
hakikat sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila.

3.2 Saran
Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu memberikan
gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan mendasar
terhadap sistem filsafat yang terkait dengan Pancasila. Proses aktualisasi dari tiap-
tiap nilai Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki kembali agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang disinggung Ada
baiknya pula, jika sikap perealisasiannya ini selalu dimbangi dengan jalan berpikir
yang tetap memperhatikan penyaringan atau selektif terhadap banyaknya
perkembangan yang terjadi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Judul Buku: Cerdas, Kritis, Dan
Aktif Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
Penerbit: Erlangga, Jakarta

Sutrisna, Budi. (2006). Teon Kebenaran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan


Ilum Jurnal Filsafat 39(1), 57-76 https://media neliti.com/media/publications 789-
46-ID- teori-kebenaran-pancasila sebagai-dasar.pdf

Pasaribu, R.B.F. (2013). Pancasila sebagai Sistem Filsafat

http://rowland pasaribu staff guadarma.ac.id Downloads/files/36630/bab-03-


Incasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf.

Safitri, Rada. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Makalah.

kemenken.go.id. (2018). Pancasila. https://klefiles.kemenken.go.id/2018/08/1-

Pancasila.pdf..

dosenpendidikan.co.id 2021. https://www.descupendidikan co.id/makna-pancasila.

11

Anda mungkin juga menyukai