Disusun oleh
Kelompok 4
1. Dea rahmawati
2. Fany Damayanti
3. Neli Agustin
4. Muhammad ikhsan
5. Diki efriyanto
6. Hermanto
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pancasila.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat bagi para pembaca dan juga bagi penulis. kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fransisca Anggalia, M.Pd, selaku dosen
PPKN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nanti kan demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
hubungan warga negara dengan negara, dan hubungan antar sesama warga
negara, serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan bersama. Oleh
karena itu, Pancasila harus menjadi operasional dalam penentuan kebijakan-
kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas dan dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara (Sastrapratedja, 2001: 1)
Istilah Philosphische Grondslag dan Weltanschauung merupakan dua istilah
yang sarat dengan nilai-nilai filosofis. Driyarkara membedakan antara filsafat
dan Weltanschauung. Filsafat lebih bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara
berpikir dan memandang realita dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh
kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada pandangan hidup yang bersifat
praktis. Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung belum tentu didahului
oleh filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat pandangan hidup
(Weltanschauung) yang tidak di dahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam
lingkup ilmu, sedangkan weltanshauung berada didalam lingkungan hidup
manusia, bahkan banyak pula bagian dari filsafat (seperti: Sejarah filsafat,
teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup
(Driyarkara,-: 27).
Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-
nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh
peraturan hukum yang berlakudi Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh: Undang-Undang No. 44
tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan
memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur,
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati
harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat
sila pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk
menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama
dan martabat kemanusiaan.
Kedua, Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila
itu merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat
8
2. Obyek Filsafat
(Obyek Material Filsafat) Obyek pembahasan filsafat yang
mencakup keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit seperti alam,
manusia, benda, hewan, dll, maupun yang bersifat abstrak spiritual seperti,
nilai-nilai, ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dll.
(Obyek Formal Filsafat) Cara pandang filsuf terhadap obyek
material tersebut.
3. Cabang-cabang Filsafat
(Metafisik) membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang
meliputi bidang-bidang ontology (membicarakan teori sifat dasar dan ragam
kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan) dan anthropologi.
(Epistemologi) membahas persoalan hakikat pengetahuan.
(Metodologi) membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
(Logika) membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus
dan dalil-dalil berfikiryang benar.
(Etika) berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
(Estetika) berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.
4. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar
negara yang terdiridari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi
masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur
dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai
sistem filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa indonesia dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk
dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan bathin dalam
masyarakat kita yang beranekaragam sifatnya. Filsafat Pancasila adalah
filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek Pancasila yang benar
dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai sistem filsafat sudah dikenal sejak para pendiri negara
membicarakan masalah dasar filosofis negara (Philosofsche Grondslag) dan
pandangan hidup bangsa (weltanschauung). Meskipun kedua istilah tersebut
mengandung muatan filosofis, tetapi Pancasila sebagai sistem filsafat yang
mengandung pengertian lebih akademis memerlukan perenungan lebih mendalam.
Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemuka dalam dunia akademis.
Ada dua pendekatan yang berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila, yaitu
Pancasila sebagai genetivus subjectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus
Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi karena yang pertama meletakkan
Pancasila sebagai aliran atau objek yang dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya,
sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai subjek yang mengkaji
aliran-aliran filsafat lainnya.
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila
sebagai prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga
menjadi operasional dalam penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog
dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; dan
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://how-bee.blogspot.com/2015/10/makalah-tentang-pancasila-
sebagai.htmlhttps://www.slideshare.net/mobile/dezisyusmita/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat-41552294 https://www.academia.edu/9135034
ttps://wwwgoogle.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/36288604/PANCASIL
A_SEBAGAI_SISTEM_FILSAFAT&ve2ahUKEwoOgrrkhtjlAhUf_XMBHbcJA
2QFjAAegQIBxAC&usg=AOvVaw2Hnz8zkzRJNPG9Y175CqOe