Anda di halaman 1dari 27

SISTEM FILSAFAT DAN IDEOLOGI

PANCASILA

Disusun oleh :
1. Faturahman Assyadiq [4201914205]
2. Amanda Diaz Septiana [4201914074]
3. Eka Setiawati [4201914228]
4. Muliawati [4201914221]
5. Helena [4201914222]

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehinggakami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat serta salam semoga
selalutercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawakita dari zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang
addinul islam .
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Khamim, SHI, SH,
MH selaku dosen pengampu Kewarganegaraan yang telah mengampu kami, kami
juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu
kami menyelesaikan makalah ini.
Mungkin tugas yang kami buat ini, belum sempurna. Oleh karena itu, kami
meminta maaf jika makalah ini masih terdapat kekurangannya. Kami mohon saran
dan kritiknya untuk memperbaiki pembahasan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, 5 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2
D. Sistematika Pembuatan Makalah....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat dan Ideologi Pancasila.....................................................3
B. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila..........................................................4
C. Prinsip-Prinsip Filsafat Bangsa Indonesia......................................................6
D. Hakikat Nilai-Nilai Pancasila.........................................................................9
E. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Bangsa Indonesia...................................14
F. Peranan Ideologi dalam Kehidupan , Bermasyarakat, Berbangsa, dan
Bernegara......................................................................................................16
G. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.............................................................17
H. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya.........................20
I. Reformasi Sosio-Moral.................................................................................22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................23
B. Saran ............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang


menggunakan Pancasila sebagai dasar negara. Tentunya dengan kedudukannya
sebagai dasar negara, Pancasila d a n nilai-nilai yang terkandung
didalamnya harus diketahui, dipahami, dihayati, dan
diimplementasikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal ini juga sesuai
dengan posisi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.
Walaupun demikian, masih banyak masyarakat yang
b e l u m m e m a h a m i d a n melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila secara menyeluruh. Sebagai mahasiswa, tentunya
merupakan sebuah kewajiban untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pelayanan tersebut dapat berupa dengan ilmu maupun
pengetahuan yang berguna. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman pada
kalangan mahasiswa untuk mengetahui Pancasila sebagai filsafat dan Ideologi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat dan Ideologi Pancasila secara bahasa, dan menurut
para ahli?
2. Bagaimana kesatuan sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
3. Bagaimana prinsip-prinsip filsafat pancasila di Indonesia?
4. Bagaimana kedudukan dan peranan Ideologi Pancasila sebagai pandangan
hidup berbangsa dan bernegara?

1
5. Apa saja macam-macam ideologi yang ada di Indonesia?
6. Bagaimana menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
7. Bagaimana perbandigan ideologi dengan ideologi lainnya.

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat dan Ideologi Pancasila secara


bahasa, dan menurut para ahli.
2. Memahami kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.
3. Memahami prinsip-prinsip filsafat pancasila di Indonesia
4. Mengetahui kedudukan dan peranan Pancasila sebagai pandangan hidup
berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui macam-macam ideologi yang ada di Indonesia.
6. Mengetahui dan memahami serta menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Mengetahui perbandigan ideologi dengan ideologi lainnya.

D. Sistematika Pembuatan Makalah

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Masalah dan Sistematika pembuatan Makalah.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang deskriptif Sistem Filsafat dan
Ideologi Pancasila.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan BAB II.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat dan Ideologi Pancasila

Filsafat berasal dari bahasa Yunani ”philien” yang berarti cinta dan “shopia”
yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan
kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/pengetahuan. Filsafat secara sederhana
dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Menurut
J. Gredt dalam bukunya, Elementa Philosophiae, filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang timbul dari prinsip mencari sebab musababnya yang terdalam.

Penggunaan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup


bernegara. Dalam prinsipnya, Pancasila sebagai filsafat merupakan perluasan
manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi, merambah hingga produk
filsafat (falsafah). Pancasila sebagai produk filsafat berarti digunakan sebagai
pandangan hidup dalam kegiatan praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai
fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat juga berarti bahwa
pancasila mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Hal yang mendasari pernyataan
ini adalah karena pada hakikatnya Pancasila memiliki sistem nilai (value system)
yang didapat dari penggalian dan pengejawantahan nilai-nilai luhur mendasar dari
kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal inilah yang kemudian ditangkap sebagai hasil

3
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para tokoh pendiri bangsa
(The Founding Father) Indonesia (yang merupakan prinsip dasar filsafat) dan
merumuskannya dalam suatu sistem dasar negara yang diatasnya berdiri sebuah
Negara Republik Indonesia Pertanyaan:”Di atas dasar apakah negara Indonesia
didirikan?” menjadi awalan yang sangat fundamental dalam perumusan Pancasila
ketika mereka bersidang pertama kali di lembaga BPUPKI

Filsafat secara definitif menurut beberapa para ahli filsafat (filsuf) adalah:

1. Plato: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai


kebenaran yang asli.
2. Aristoteles: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
politik dan estetika.
3. Prof. Drs. Notonegoro, SH: filsafat adalah pengetahuan atau ilmu
pengetahuan yang mencari dan mempelajari yang ada (ontologi) dan
hakekat yang ada (metafisika) dengan perenungan (kontemplasi) yang
mendalam (radikal) sampai menemukan substansinya.\

B. Karateristik Sistem Filsafat Pancasila

Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila memiliki sejumlah karakteristik (ciri


khas) tersendiri yang akan membedakannya dengan filsafat lain.

Adapun sejumlah karakteristik filsafat Pancasila itu adalah sebagai berikut :

1. Hierarkhis Piramidal, artinya saling menjiwai antar sila (sila yang satu
menjiwai sila yang lainnya, demikian pula sebaliknya).
Contoh :

4
• Sila ke 1 menjiwai sila 2-5
• Sila ke 2 menjiwai sila ke 3-5 dan dijiwai sila ke 1
• Sila ke 3 menjiwai sila ke 4-5 dan dijiwai sila ke 1-2
• Sila ke 4 menjiwai sila ke 5 dan dijiwai sila ke 1-3
• Sila ke 5 dijiwai sila ke1-4
Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pengamalan Pancasila harus
dilaksanakan secara satu kesatuan yang bulat dan utuh (totalitas), tidak boleh
dilaksanakan secara terpisah-pisah.

2. Monotheis Religius,
Monotheis Religius artinya Negara berdasarkan atas keTuhanan YME.
Kehidupan beragama di Indonesia merupakan bagian dari “urusan”
pemerintah, yang harus diwujudkan serta dijaga harmonisasinya dalam
masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk (beraneka ragam) ini.
3. Monodualis dan Monopluralis
Monodualis, erat kaitannya dengan hakekat manusia sebagai
makhluk dwi tunggal artinya manusia sebagai makhluk individu
sekaligus sebagai makhluk sosial.
Monopluralis, dimana “mono” (satu) diartikan sebagai bangsa
Indonesia sedangkan “pluralis” diartikan sebagai sifat masyarakat
Indoesia yang majemuk (beranekaragam) dalam hal agama, suku bangsa,
bahasa daerah adat istiadat dan kebudayaan. Agar terjadi harmonisasi
dalam segala aspek kehidupan, maka konsep persatuan dan kesatuan
harus senantiasa diutamakan.

5
C. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila

Pancasila ditinjau dari kausalitas Aristoteles, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kausa Material: Diambil dari Nilai Sosial Budaya Indonesia


Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang pertama ialah
berdasarkan kausa material, yaitu prinsip Pancasila digali dari nilai dan
norma yang ada di dalam bangsa Indonesia, bukan berasal dari bangsa
yang lainnya. Terdapat begitu banyak keanekaragaman yang dapat kita
temukan di Indonesia. setiap keanekaragaman tersebut dijadikan satu
dalam rumusan Pancasila. Artinya, Pancasila mencakup semua perbedaan
yang ada di Indonesia dan menyatukannya agar bangsa indonesia dapat
hidup dengan baik serta dapat mencapai tujuan pembangunan nasional
yang dimiliki olehnya. Dengan mengambil prinsip dari nilai dan norma
yang ada di Indonesia, maka pelaksanaan dari Pancasila menjadi lebih
mudah diterima dan mudah untuk dilaksanakan. Hal ini sekaligus menjadi
salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI. Keberadaan Pancasila
merupakan salah satu sarana persatuan dan kesatuan bangsa ini tetap
terjaga.

b. Kausa Formalis: Tercantum Secara Resmi dalam UUD 1945


Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang selanjutnya dapat
dijelaskan dengan kausa formalis. Berdasarkan kausa ini, Pancasila
terdapat di dalam pembukaan UUD 1945 sehingga menjadikan
keberadaannya resmi atau formal karena telah memenuhi syarat kebenaran
formal. Hubungan di antara Pancasila dan UUD ini menjadi salah satu
prinsip-prinsip Pancasila di Indonesia. Keberadaan Pancasila sebagai
dasar negara memang harus dipertegas legitimasinya. Hal tersebut

6
dilakukan dengan mencantumkan rumusan Pancasila di dalam UUD 1945
yang merupakan konstitusi atau sumber hukum tertinggi di Indonesia.
berdasarkan sejarah UUD, kita dapat mengetahui bahwa pencantuman
rumusan Pancasila yang pertama bukan di dalam UUD 1945, melainkan di
dalam Piagam Jakarta. Adanya pencantuman Pancasila di dalam UUD
1945 membuat Pancasila tidak diragukan lagi sebagai dasar negara. Dalam
pelaksanaannya, terdapat banyak kejadian di dalam sejarah Indonesia yang
berupaya untuk menolak prinsip-prinsip filsafat Pancasila. Contoh dari
penolakan terhadap prinsip-prinsip Pancasila ialah kejadian
pemberontakan G30SPKI. Ketika telah berhasil ditumpas, tanggal 1
Oktober dijadikan sebagai peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

c. Kausa Efisiensi: Rumusannya Tepat dengan Bangsa Ini


Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang ketiga dapat
dijelaskan dengan kausa efisiensi, yaitu ketepatan segala hal yang
dilakukan oleh BPUPKI dan PPKI dalam merancang dan merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Kata efisiensi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu ketepatan cara, usaha, dan
kerja dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya. Dasar negara mulai direncanakan keberadaannya semenjak
pidato pembukaan sidang pertama BPUPKI oleh ketuanya, yaitu KRT
Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pidato tersebut, beliau
mempertanyakan, apa yang akan menjadi dasar negara dari Indonesia?
semenjak saat itu, para pendiri bangsa mulai memikirkan ide terkait dasar
negara. Hingga pada akhirnya, ide atas dasar negara tersebut ditampung
dan dirumuskan oleh panitia sembilan dari BPUPKI. Hal ini menunjukkan
ketepatan dalam perumusan Pancasila. Di sisi lain, Pancasila memiliki
rumusan yang sudah tepat dan sesuai dengan karakteristik dan tujuan
bangsa ini.

7
d. Kausa Finalis: Isinya Sesuai Dengan Tujuan
Prinsip-prinsi filsafat Pancasila di Indonesia yang terakhir kita bahas
dalam kesempatan ini dapat dijelaskan dengan kausa finalis, yaitu segala
rumusan Pancasila berhubungan dengan tujuan dari keberadaan Pancasila
itu sendiri. Adapun tujuan dari adanya Pancasila ialah untuk menjadi dasar
negara Indonesia.Sebagai dasar negara, dapat dikatakan bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang mendekati sempurna. Di dalamnya telah
tercantum segala dasar yang diperlukan oleh suatu negara, terutama
Indonesia, untuk menjadi sebuah negara yang berpihak kepada rakyatnya.
Maka dari itu, tetap laksanakan Pancasila dengan sepenuh hati.

Uraian yang telah disampaikan di atas merupakan penjelasan secara


lengkap mengenai materi prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang
dapat penulis sampaikan kepada pembaca dalam kesempatan yang indah kali
ini. Semoga dengan membaca artikel ini pembaca dapat memahami secara
lebih baik apa saja yang termasuk ke dalam prinsip-prinsip filsafat Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Perlu kita pahami
bersama bahwa setiap filsafat Pancasila ini tidak akan pernah lepas dari lika
liku kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. sampai jumpa pada
kesempatan yang lain dan semoga kesuksesan senantiasa mengiringi langkah
pembaca dalam menjalani hidup.

8
D. Hakikat Nilai Nilai Pancasila Pada Tiap Sila

1. Pengertian Nilai-nilai Pancasila

Sesuatu yang dikatakan dengan nilai apabila berguna, benar (nilai


kebenaran), indah (aesthetis), baik (nilai moral/ etis), religious (nilai
agama).Secara etimologi nilai (value) berasal dari kata valere yang berarti
kuat, baik, berharga. Dalam hubungannya dengan filsafat, nilai merupakan
salah satu hasil pemikiran filsafat yang pemikirannya dianggap sebagai hasil
maksimal yang paling benar.

Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan
yang merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai merupakan hal yang
terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip
akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau kebutuhan
kata hati (potensi).

Pancasila sebagai sumber nilai bukan mengarah pada nilai material


(yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsure jasmani manusia) atau nilai
vital (yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan aktivitas). Namun berkaitan dengan nilai Kerohanian
(yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia) dengan tetap
mengakui adanya keseimbangan antara nilai kerohanian, material dan nilai
vital. Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu bahwa pancasila digolongkan pada
nilai kerohanian, yang di dalamnya terkandung nilai- nilai secara lengkap dan
harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai esthetis, nilai
ethis maupun nilai religious. Pancasila sebagi sumber nilai berfungsi sebagai
tolak ukur dalam menentukan, berguna atau tidaknya sesuatau, benar atau
tidaknya sesuatu. Oleh karena Pancasila digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap segala sesuatu dalam kehidupan ini, maka dengan

9
sendirinya pancasila menjadi sumber nilai bagi kehidupan manusia. Dalam
bidang operasional nilai-nilai ini dijabarkan dalam bentuk
kaidah/norma/ukuran (normatif), sehigga merupakan suatu perintah atau
larangan.

Sebagai sebuah landasan idil negara Indonesia, Pancasila memiliki


hekikat nilai yang terkandung didalamnya. Pancasila sebagai satu kesatuan
utuh dengan penjabaran 5 sila dapat diklasifikasikan menjadi 3 hakekat nilai :

1. Nilai Dasar

Yaitu hakikat kelima sila Pancasila yang meliputi Ketuhanan Yang


Maha Esa, kemanusiaan, kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai
dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat
universal sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan,
dan nilai-nilai yang baku dan benar. Nilai dasar ideologi tersebut tertuang
dalam pembukaan UUD 1945.

2. Nilai intrumental

Nilai ini merupakan arahan, kebijakan strategi,sasaran,serta


lembaga pelaksanaanya. Nilai instrumental ini merupakan eksplitasi,
penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi pancasila.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan realisasi niali-nilai instrumenal dalam


suatu realisasi pengalaman yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-
hari dalam masyarakat,berbangsa dan bernegara.dalam realisasi prakis
inilah penjabaran niali-nilai pancasila senantiasa berkembang dan selalu
dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan serta aspirasi masyarakat.

10
Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur
yang memiliki fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan
ketergantungan. Filsafat adalah upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup
dalam membangun peradaban manusia. Pancasila adalah ideologi dasar dalam
kehidupan bernegara Indonesia.

2. Nilai Nilai Pancasila


Nilai-nilai yang terkandung dari setiap sila Pancasila, antara lain sebagai
berikut: 
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan ialah pencipta segala yang ada
dan semua makhluk. Yang Maha Esa/Yang Maha tunggal, tiada sekutu; esa
dalam zatnya, esa dalam sifatnya, esa dalam perbuatannya. Jadi, Ketuhanan
YME mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan YME,
pencipta alam semesta beserta isinya. Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) ditegaskan bukan negara agama karena tidak
menerapkan hukum agama tertentu sebagai hukum positif. Bukan pula
negara sekuler yang memisahkan urusan negara dan urusan agama,
sedangkan sebagai negara beragama dimaksud bahwa NKRI perlu hukum
positif yang disepakati oleh seluruh bangsa, termasuk seluruh
penyelenggara negara ( MPR, DPR, pemerintah) yang agamanya beraneka
ragam dan negara wajib melindungi segenap agama yang diakui
keberadaannya serta negara tidak dibenarkan mencampuri urusan akidah
agama apa pun.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang


memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta karena berpotensi menduduki

11
(memiliki) martabat yang tinggi. Dengan akal budinya manusia
berkebudayaan dan dengan budi nuraninya manusia menyadari nilai-nilai
dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif
apalagi sewenang-wenang dan otoriter.

Beradab berasal dari kata adab, memiliki anti budaya yang telah
berabad-abad dalam kehidupan manusia. Jadi, beradab berarti
berkebudayaan yang lama berabad-abad, bertatakesopanan, berkesusilaan
(bermoral) adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya, baik terhadap diri
pribadi, sesama manusia, terhadap alam, dan Sang Pencipta. Selain
disebutkan di atas, N KRI merupakan negara yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia (HAM). Negara memiliki hukum yang adil dan negara
berbudaya yang beradab.

3. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan, berasal asal kata satu, berarti utuh tidak terpecah-belah,


mengandung bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam yang
bersifat kedaerahan menjadi satu kebulatan secara nasional, juga persatuan
segenap unsur Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam mewujudkan
secara nyata bhineka tunggal ika yang meliputi wilayah, sumber daya alam,
dan sumber daya manusia dalam kesatuan yang utuh. Selain itu, persatuan
bangsa yang bersifat nasional mendiami seluruh wilayah Indonesia, bersatu
menuju kehidupan bangsa yang berbudaya bebas dalam wadah negara RI
yang merdeka dan berdaulat, menuju terbentuknya suatu masyarakat
madani. 

12
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

Kerakyatan, berasal dari kata rakyat, berarti sekelompok manusia


yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan, berarti bahwa
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, disebut pula kedaulatan rakyat
(rakyat yang berdaulat dan berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang
memerintah). Hikmat kebijaksanaan, berarti penggunaan pikiran (ratio)
yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan, kesatuan bangsa,
kepentingan rakyat, dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung
jawab, serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan, artinya suatu tata cara khas kepribadian Indonesia


untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat sehingga tercapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat
(mufakat). Perwakilan, artinya suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan
bernegara, antara lain, di lakukan dengan melalui badan-badan perwakilan.
Rakyat dalam NKRI menjalankan keputusannya dengan jalan musyawarah
yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab dari
para pemimpin yang profesional, baik kepada Tuhan YME, maupun
kepada rakyat yang diwakilinya. 

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial, berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat


dalam segenap bidang kehidupan, baik material maupun spiritual. Seluruh
rakyat Indonesia, artinya setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik
yang berdiam di wilayah RI sebagai warga NKRI maupun WNI yang
berada di luar negeri. Jadi, setiap bangsa Indonesia mendapat perlakuan

13
yang adil dan seimbang dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan.

Pada hakikatnya makna, inti, dan arti dari kelima sila Pancasila tersebut,
tampaklah bahwa secara bulat dan utuh sangat sesuai menjadi milik bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, juga sebagai suatu ideologi. Sila-sila dari
Pancasila sebagai dasar filsafat negara mengandung arti mutlak bahwa negara
Republik Indonesia harus menyesuaikan dengan hakikat dalam arti hakikat
abstrak dari Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.

E. Pancasila sebagai Sistem Filsafat Bangsa Indonesia

Pancasila dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek untuk
dicari landasan filosofi nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat yang
berkembang. Maka dari itu Pancasila harus menjadi orientasi pelaksanaan sistem
politik dan pembangunan nasional. 

Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul apa


makna landasan filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip kehidupan
kita dengan melihat Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita yang
berlawanan dengan Pancasila kita malah ingin mengganti ideologi Pancasila
tersebut.

Penjabaran filsafat terhadap pancasila :

1. Objek filsafat

Pancasila memiliki 3 landasan pijak filosofis yaitu Ontologis,


Epistemologis, dan Aksiologis. Ontologis dalam filsafat adalah tentang
hakikat yang paling mendalam dan paling umum(mendasar). Epistemologis

14
adalah tentang sifat dasar pengetahuan. Aksiologis adalah tentang penelitian
tentang nilai-nilai.

a. Landasan Ontologis Pancasila adalah pemikiran filosofis atas sila-sila


Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Menurut Sephen W.
Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology bergadapan dengan sifat makhluk
hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu determinisme, pragmatism,
dan kompromisme. Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia
sebagai Ontologis, pada sila ke:
1. Hal kebebasan beragama dan menghormati satu sama lain.
2. Setiap orang memiliki martabat, HAM, keadilan yang sama.
3. Ada perbedaan tapi tetap satu (rasa kebangsaan Indonesia)
4. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat
untuk menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas.
5. Seharusnya, tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka (adil secara
sosial)
b. Landasan Epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari
pengalaman bangsa Indonesia yang kemudian disintesiskan melalui
pandangan komprehensif kegidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. 

Menurut Littlejohn dan Foss, pengetahuan muncul melalui rasionalisme


dan atau empirisme, yang memiliki 2 tingkatan yaitu pengetahuan mutlak
dan pengetahuan relative.

Berdasarkan Epistemologi (pengetahuan), Filosofi Pancasila pada sila ke:

1. Pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia.


2. Pengalaman ditindas penjajah selama berabad-abad.
3. Pengalaman terpecahbelah nya bangsa atas adu domba Belanda
melaluit politik Devide et Impera.

15
4. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam
bermusyawarah mufakat.
5. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bergotong
royong.
c. Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas,
kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan keadilan. 

Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup berbangsa dan


bernegara secara utuh. Nilai-nilai dari Pancasila berdasarkan filosofinya
yaitu sila ke:

1. Kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.


2. Martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Solidaritas dan kesetiakawanan.
4. Demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar.
5. Kepedulian dan gotong royong.

Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa dengan kelima sila dari Pancasila secara
bulat dan utuh memiliki makna bahwa di dalam setiap sila terkandung atau
berisi sila-sila yang lainnya. Sila yang nomor di atas menjadi dasar sila berikut
atau nomor di bawahnya dan seterusnya serta sebaliknya, kemudian sila yang
berikutnya menjadi jelmaan dari sila-sila yang ada di depannnya.

F. Peranan Ideologi dalam kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa,


Bernegara

Ideologi mengandung nilai nilai dasar, norma-norma dan cita-cita yang


ingin diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Karena itu, ideologi memiliki
peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

16
1. Sebagai Dasar

Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau pondasi di atas mana semua
Kegiatan kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun yang
umumnya berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam
masyarakat itu sendiri (dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya
(sidang BPUPKI tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang
gabungan tanggal 22 Juni 1945) memang direncanakan untuk dijadikan Dasar
Negara. Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI menetapkan secara resmi
Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Sebagai Pengarah

Sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa dan


Negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah
untuk mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang dimensi normalitas.
Disini Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah, pengendali di dalam
setiap gerak tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah
ditunjukkannya pada kedudukan Pancasila sebagai “sumber dari segala
sumber hukum” segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang ada di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Sebagai Tujuan

semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegarapada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang
terkandung dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional
akan memberikan motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan
bangsa secara adil dan seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 (dimensi idealitas).

G. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi terbuka mempunyai makna jika setiap sila


yang terkandung dalam landasan dasar negara ialah : Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan dapat berkembang seiring dinamika
kehidupan bangsa Indonesia serta perubahan jaman yang semakin kreatif.
Walaupun Pancasila menjadi ideologi yang mendukung perkembangan serta
perubahan globalisasi, nilai luhur yang ada dalam falsafah tidak boleh goyah
ataupun tertanam dalam jiwa. Dasar negara menjadi landasan bagi seluruh

17
generasi penerus bangsa agar menatap masa depan lebih cerah. Harus tetap
terbuka dengan setiap perkembangan jaman dimana akan menuntun kehidupan
lebih baik tanpa harus melupakan identitas bahkan jati diri sebagai bangsa
Indonesia. Ideologi terbuka sendiri banyak diterapkan oleh bangsa-bangsa di
seluruh dunia yang membuka diri dengan adanya perkembangan lebih maju
khususnya di era digitalisasi.
Sebuah ideologi terbuka mendapatkan nilai dan cita-citanya dari dalam
bukan dari luar. Artinya adalah sebuah ideologi harus merangkum nilai-nilai
bangsa tersebut, jangan sampai bangsanya yang harus berubah untuk memenuhi
ideologinya. Berbeda dengan ideologi terbuka, ideologi tertutup cenderung
memiliki nilai-nilai dogmatis yang datang dari luar. Ideologi seperti ini memaksa
masyarakatnya untuk tunduk kepada nilai-nilai baru tersebut tanpa dapat
menolak atau memberikan pendapat. Ideologi tertutup cenderung bersifat totaliter
dan otoriter dalam mengatur tindakan masyarakatnya.
Jika Pancasila ingin mengklaim dirinya sebagai suatu ideologi yang terbuka,
harus ada bukti yang menguatkannya. Sebuah klaim yang hanya didasari kajian
teoritis tanpa bukti nyata tidak akan dapat diterima dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa bukti yang menguatkan bahwa Pancasila memang
benar merupakan sebuah ideologi yang terbuka.
1. Pancasila berisikan cita-cita, tujuan, dan pandangan hidup bangsa Indonesia
2. Pancasila dibuat berdasarkan pengalaman sejarah bangsa Indonesia, sehingga
sangat relevan terhadap realitas bangsa yang ada.
3. Pancasila menghargai bahkan mengutamakan pluralitas, seperti dalam slogan
bhinneka tunggal ika. Hal ini sangat penting bagi bangsa Indonesia yang
bersuku-suku
4. Pancasila berisikan landasan nilai dan sikap, bukan petunjuk teknis seperti
undang-undang sehingga lebih leluasa beradaptasi dengan perkembangan
zaman
5. Pancasila tidak memaksa, melainkan menginspirasi masyarakat untuk
beraktivitas dan memandang sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
6. Pancasila tidak akan membatasi pilihan warga Indonesia, asalkan tidak
bertentangan dengan dengan nilai-nilai Pancasila dan hati nurani warga
tersebut.
7. Pancasila dibuat dan disahkan atas keinginan bangsa Indonesia, tanpa campur
tangan eksternal dari negara lain

18
Berdasarkan bukti-bukti diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa memang
benar Pancasila, baik itu dari segi teoritis maupun praktis, merupakan sebuah
ideologi yang terbuka.

Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila memiliki tiga dimensi nilai yang menunjukkan bahwa Pancasila


merupakan sebuah ideologi yang terbuka. Ketiga dimensi nilai tersebut antara
lain adalah

1. Nilai Dasar merupakan asas-asas yang diterima sebagai asas mutlak (tidak
dapat diganggu gugat). Pada Pancasila sendiri, nilai dasarnya adalah kelima
sila yang sudah kita bahas diatas yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
musyawarah, dan keadilan sosial. Nilai ini diterima sebagai suatu pedoman
mutlak yang berasal dari budaya bangsa itu sendiri

2. Nilai Instrumen adalah pelaksanaan dari nilai dasar. Pelaksanaan ini dapat
berupa norma sosial ataupun norma hukum yang terkristalisasi kedalam
lembaga sosial. Karena merupakan pelaksanaan dari nilai dasar, secara
konseptual nilai instrumen memiliki kedudukan yang lebih rendah. Namun,
tanpa adanya nilai instrumen, nilai dasar tidak akan dapat berjalan dengan
baik.

3. Nilai Praktis adalah nilai-nilai yang tampak pada aktivitas sehari-hari suatu
bangsa. Nilai ini menjadi tolok ukur apakah nilai dasar dan instrumen benar-
benar diamalkan oleh masyarakat atau hanya omongan belaka. Sebagai
contoh, ketika seseorang berpidato mengenai Pancasila tetapi dirinya korup
atau diktatorial, maka dia sebenarnya tidak mengamalkan nilai-nilai
Pancasila.

Sebagai ideologi negara yang baik, sudah sewajarnya Pancasila tidak hanya
diamalkan pada nilai dasar dan instrumen nya saja, melainkan harus turun hingga
nilai praktisnya. Jika suatu ideologi memiliki ketiga nilai ini yang diterapkan
dengan benar dalam suatu negara, maka kita dapat menganggap ideologi tersebut
merupakan ideologi yang baik.

19
H. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila memandang manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Monodualisme ini adalah kodrati, maka manusia tidak dapat
hidup sendirian, ia selalu membutuhkan yang lain. Menurut konsep Pancasila,
yakni manusia dalam hidup saling tergantung antar manusia, saling menerima
dan memberi antar manusia dalam bermasyarakat dan bernegara. Saling
tergantung dan saling memberi merupakan pasangan pokok dan ciri khas
persatuan serta menjadi inti isi dari nilai kekeluargaan.

Ideologi Pancasila, baik setiap silanya maupun paduan dari kelima sila-
silanya, mengajarkan dan menerapkan sekaligus mengehendaki persatuan.
Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali atau dikristalisasikan dari nilai-
nilai dasar budaya bangsa Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun lalu
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di Indonesia (Bung
Karno, 1 Juni 1945). Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh, sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup
semua nilai yang terkandung di dalamnya.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai spiritual,


memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama
dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang
di Indonesia. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, tersimpul nilai satu
derajat, sama kewajiban dan hak, saling mencintai, hormat menghormati,
keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi dan nilai gotong
royong. Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, cinta
tanah air dan rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan Negara.

Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan
rakyat (demokrasi) yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang riil dan
wajar. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung nilai
sikap adil, menghormati hak orang dan sikap gotong royong, yang menjamin
kemakmuran masyarakat secara menyeluruh dan adil.

20
2. Ideologi Liberal
Ideologi Liberal memandang bahwa sejak manusia dilahirkan bebas dan
dibekali penciptanya sejumlah hak asasi, yaitu hak hidup, hak kebebasan, hak
kesamaan, hak kebahagiaan, maka nilai kebebasan itulah yang utama. Metode
berpikir ideologi ini ialah liberalistik yang berwatak individualistik.

Aliran pikiran perseorangan atau individualistik diajarkan oleh Thomas


Hoobbes, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J.
Laski. Aliran pikiran ini mengajarkan bahwa Negara adalah masyarakat
hukum (legal society) yang disusun atas kontrak semua orang (individu)
dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurutnya kepentingan harkat dan
martabat manusia (individu) dijunjung tinggi, sehingga masyarakat
merupakan jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri. Hak dan
kebebasan orang seorang hanya dibatasi oleh hak yang sama dimiliki orang
lain bukan oleh kepentingan masyarakat seluruhnya.

Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia
sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk
penguasa, terkecuali atas persetujuan yang bersangkutan. Faham liberalisme
mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik), yaitu kebebasan dan kepentingan
pribadi yang menuntut kebebasan individual secara mutlak yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan material yang
melimpah dan dicapai dengan bebas. Faham liberalisme selalu mengkaitkan
aliran pikirannya dengan hak asasi manusia menyebabkan paham tersebut
memiliki daya tarik yang kuat di kalangan masyarakat tertentu.

3. Ideologi Komunis
Ideologi Komunistik mendasarkan diri pada premis, bahwa semua
materi berkembang mengikuti hukum kontradiksi, dengan menempuh proses
dialetik. Ciri konsep dialetik tentang manusia, yaitu bahwa tidak terdapat sifat
permanen pada diri manusia, namun ada keteraturan, ialah kontradiksi
terhadap lingkungan selalu menghasilkan perkembangan dialetik dari
manusia, maka sejarahpun berkembang secara dialetik pula. Sehubungan
dengan itu, metoda berpikirnya materialisme dialetik dan jika diterapkan pada
sejarah dan kehidupan sosial disebut materialisme-historik.

Aliran pikiran golongan (dass theory) yang diajarkan oleh Karl Marx,
Engels, dan Lenin bermula merupakan kritik Karl Marx atas kehidupan sosial

21
ekonomi masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran pikiran golongan
(dass theory) beranggapan bahwa Negara ialah susunan golongan (kelas)
untuk menindas golongan (kelas) lain. Kelas ekonomi kuat menindas ekonomi
lemah, golongan borjuis menindas golongan proletar (kaum buruh). Oleh
karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh mengadakan revolusi politik
untuk merebut kekuasaan Negara dari kaum golongan karya kapitalis dan
borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur Negara. Aliran
pikiran ini erat hubungannya dengan aliran material-dialektis atau
materialistik. Aliran pikiran ini sangat menonjolkan adanya kelas revolusi dan
perebutan kekuasaan Negara. Pikiran Karl Marx tentang sosial, ekonomi,
dengan pikiran Leni terutama dalam pengorganisasian dan operasionalisasinya
menjadi landasan paham komunis. (Lihat buku Pendidikan Pancasila oleh Tim
Dosen Pancasila Unhas).

I. Reformasi Sosio-Moral

Reformasi sosial-moral ini terbagi menjadi dua, yaitu :


1. Ideologi yang bersumber pada filsafat Pancasila maka reformasi kita bersifat
sosio-moral. Sebagai suatu ideologi maka terkandung suatu kehendak untuk
berbuat sesuatu. Bagi ideologi Pancasila diperlukan adanya sadar kehendak
(dalam arti tidak akan terombang-ambing). Agar tidak terombang-ambing
maka sadar kehendak ini perlu sadar tujuan, sadar laku (usaha) dan sadar
landasan. Secara operasional sadar berarti :
a. Dikaitkan dengan tujuan merupakan suatu keinginan untuk melaksanakan
citra menjadi kenyataan (konkritisasi).
b. Dikaitkan dengan laku/perilaku maka usaha untuk mencapai tujuan
tersebut harus melalui tanggap nilai.
c. Dikaitkan dengan landasan, konsisten terhadap esprit dan etos yang
dijabarkan dalam filsafat Pancasila.
2. Reformasi sosio-moral yang berdasarkan ideologi Pancasila, berarti akan
menciptakan sistem kelembagaan, sistem tanggap nilai dan sistem norma yang
ideal (esprit dan ethos). Ini berarti suatu ideologi apapun namanya termasuk
ideologi Pancasila, “terbuka” terhadap suatu perubahan yang datangnya dari
luar, walaupun nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya tidak berubah.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka kami mengambil
beberapa kesimpulan dari atas adalah filsafat merupakan ilmu yang paling umum
yang mengandungusaha nmencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Pancasila dapat digolongkan sebagaifilsafat dalam arti produk, filsafat sebagai
pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis.Hal itu berarti pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangandalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia
dimanapun mereka berada.

23
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org › wiki › Filsafat_Pancasila


frieda30.blogspot.com › 2013/05 › pancasila-sebagai-ideologi-dan-filsafat
http://pendidikankewarganegaraans.blogspot.com/2012/12/karakteristik-dan fungsi-
pokok-filsafat.html
https://guruppkn.com › prinsip-prinsip-filsafat-pancasila

Anda mungkin juga menyukai