Kelompok : 4 ( Empat )
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya bagi
semua penciptaan-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada
nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ......................................................................................................3
PENUTUP ..............................................................................................................17
A. Kesimpulan .................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat perumusan
masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian filsafat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein” yang artunya
“cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan” atau “wisdom”. Jadi secara
harfiah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai
dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun
demikian jika kita membahasa pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup
bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam,
pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
maka muncul pula filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat
politik, social, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu lainnya.1
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara
metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain,
filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta
akan kebijakan.2
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 - 496 SM). Dia adalah
seorang ahli piker dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari
semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang
diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:3
a. Keheranan, sebagian f ilsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan
asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
b. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan
menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik
pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
1
Harus Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Hal 4.
2
Sila, I. Made, I. Made Sutika, and I. Nengah Sudiarta. "Filsafat dan Nilai-Nilai Pancasila." (2021).
3
Islam, Jurusan Sejarah dan Peradaban, and Sunan Gunung Djati. "Pancasila Sebagai Sistem Filsafat."
3
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari
bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa di luar
yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup. Di samping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai
pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
kehidupan sehari- hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.4
1. Objek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung
dengan suatu obyek). yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi
dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-
dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai
hasil pemikiran pemikir (filsuf) rnerupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud
pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat
atau bangsa dan negara. Filsafat dernikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu
tata nilai yang melernbaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisrne, fasisrne
dan sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modem.
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidiki objek yang tidak
terbatas yang ditinjau dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi: 5
a. Obyek material filsafat: yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala
sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alarn, benda.
4
Anwar, Muhammad. Filsafat pendidikan. Kencana, 2015.
5
Susanto, Ahmad. Filsafat ilmu: Suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Bumi
Aksara, 2021.
4
Binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti
nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. Obyek formal filsafat: cara memandang seorang peneliti terhadap objek material
tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang
filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah:
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis
yang meliputi bidang: ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam
kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses
kenyataan, dan antropologi
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau
kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh
pengetahuan.
d. Logika, adalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
tentang baik-buruk.
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahan-
kejelekan.
2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai
berikut:
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan,
termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan
oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terika pada hukum alam,
yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme. Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit
manusia yang menentuka hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar
5
atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani
manusia yang tidak sadar atau mati sarna sekali tidak menyadari dirinya apalagi
realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal
budi (ide dan spirit).
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran di atas adalah
bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya,
realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) sernata-mata.
Kehidupan seperti tampak pada tumbuh- tumbuhan, hewan, dan manusia mereka
hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas
demikian lebih daripada sekadar ma teri. Oleh karenanya, realitas adalah
panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa,
dan rohaniah).Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan
budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-
rohaniah, materi dan nonmateri.
3. Manfaat Mempelajari Filsafat
6
Safitri, R. (2021). Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. OSF Preprints, 1-18.
6
a. Suatu kesatuan bagian-bagian.
7
Kaelan, Kaelan. "Kesatuan Sila-sila Pancasila." Jurnal Filsafat 1.1 (1996): 42-52.
7
3. Dasar aksiologis sila-sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah
nilai material, kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan.
Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada kedua
macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek
pemberian nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat pandangan bahwa
pada hakikatnya sesuatu itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, ini merupakan
pandangan dari paham objektivisme.
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.
Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat Pancasila yang
umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi
pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangssa Indonesia
yang akan diwujudkannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangssa
Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah rifah loh junawi, tentram karta
raharja. Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku dan perbuatan
setiap manusia.
8
Septian, Doni. "Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memperkuat Kerukunan Umat." TANJAK: Journal of
Education and Teaching 1.2 (2020): 155-168.
9
Islam, Jurusan Sejarah dan Peradaban, and Sunan Gunung Djati. "Pancasila Sebagai Sistem Filsafat."
9
b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-
nilai yang luhur budaya masyarkat (inti kesatuan adat- istiadat yang baik) yang
tersebar di seluruh nusantara.
b. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem
filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri, fungsi
sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis
dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
c. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti,
setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan
lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukungdari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis” yang
memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu-mahluk sosial, dan
kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu
merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.10
10
Farida, Any. "Teori Hukum Pancasila sebagai Sintesa Konvergensi Teori-Teori Hukum di Indone-
sia." Perspektif 21.1 (2016): 60-69.
10
d. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan
untuk menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan
juga dalam hal isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan
luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat
pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang
bulat. Oleh karena itu, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila
Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan,
yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu
berkaitan dengan sifat dan hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah
sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu;
silakeempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima
adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila
yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
e. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga memiliki
sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila
terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang
mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilansosial
11
bagi seluruh rakyat Indonesia
12
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti
knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh
J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology,
ontology.
13
karena itu meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila, namun kesemuanya itu tidak dapat di lepaskan keterkaitannya dengan yang lainnya.
Adapun nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap sila adalah sebagai berikut:11
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
yang lainnya. Dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa terkadung nilai bahwa Negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh
karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan
moral Negara, moral penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus di jiwai
nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis di dasari dan di jiwai oleh sila
ketuhanan yang maha esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusia
sebagai dasasr fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.
Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia
adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial,
kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
c. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat di pisahkan dengan
keempat sila yang lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis.
Sila persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan kemanusiaan
yang adil dan beradab serra mendasari dan di jiwai sila kerak Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan atau Perwakilan dan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social.
Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang
11
Antari, Luh Putu Swandewi, and Luh De Liska. "Implementasi Nilai Nilai Pancasila Dalam Penguatan Karakter
Bangsa." Widyadari: Jurnal Pendidikan 21.2 (2020): 676-687.
14
membentuk Negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh
karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen- elemen
yang membentuk Negara. Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikatkan diri dalam suatu kesatuan yang di lukiskan dalam suatu sloka Bhinneka Tunggal
Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingan menjadi konflik dan permusuhan melainkan di
arahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan
bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Nilai persatuan Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme religious. Yaitu nasionalisme yang bermodal ketuhanan yang maha esa,
nasionalisme yang humanistik yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek
penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. Proses reformasi tanpa
mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan kesatuan,
maka bukan tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia sepeti halnya
telah terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab serta Persatuan Indonsia, dan mendasari serta
menjiwai sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indoneisa.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kudrot manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social. Hakikat rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang bersatu
dan bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Negara
adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan
Negara. Sehingga dalam sila kerakyatan tekandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup Negara.
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
15
Nilai yang terkandung dalam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia di dasari dan
di jiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat
dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup. Di samping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis.
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung
dengan suatu obyek). yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala
sesuatu untuk mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi
dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-
dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki).
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu saling berhubungan, saling bekerja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang
mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak,
watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan
bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang
merupakan jatidiri bangsa Indonesia.
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu sistem
nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan
lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Oleh
karena itu meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam
17
setiap sila, namun kesemuanya itu tidak dapat di lepaskan keterkaitannya dengan yang lainnya.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
civitas akademika yang membaca makalah ini, dan ilmu yang terdapat di dalam makalah ini
dapat menjadi suatu ilmu yang dapat selalu diingat dan dapat meningkatkan keimanan dan
keyakinan kita kepada Allah SWT.
18
DAFTAR PUSTAKA
19