Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah PPKn, Dosen Pengampu
Dr. Asep Sulaiman, M.Pd
Oleh:
Kelas : SPI/1B
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Defini Filsafat................................................................................. 3
B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem ...................... 7
C. Pancasila Sebagai Sestem Filsafat ................................................. 9
D. Inti Sila-Sila Pancasila. .................................................................. 15
A. Simpulan ........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung
ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di
dunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui
globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara
kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya
pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan.
Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan
kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit
manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif
mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social
Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambahkomplik
internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan
yang secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk,
baik secara sujektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah
masyarakat yang pada akhirnya mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa
masyarakat Indonesia. Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar
(The founding fathers) Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi
suatu prinsip dasar filsafat bernegara, itulah pancasila
Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai baru
dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah harus disadari
bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu pandangan
hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain
didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan/kreatifitas lokal)
dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian,
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut;
a. Apa pengertian filsafat?
b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
c. Bagaimana pancasila sebagai sestem filsafat?
d. Bagaimana intisari sila-sila pancasila?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian pancasila
b. Mengetahui rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
c. Mengetahui pancasila sebagai sestem filsafat
d. Mengetahui intisari sila-sila pancasila
D. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini kami hanya membahas tentang Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat dan kami tidak membahas yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein”
yang artunya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”, “kebijaksanaan”
atau “wisdom”. Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung makna cinta
kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu
pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun demikian jika
kita membahasa pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup
bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia,
alam, pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat yang berkaitan
dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik, social, hukum,
bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu lainnya.1
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang
mengandung us aha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untukpertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 -
496 SM). Dia adalah seorang ahli piker dan pelopor matematika yang
menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan.
Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui
sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan, sebagian f ilsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
b . Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
1 Harus Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Hal 4.
3
4
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti
proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu
filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Di samping itu,
dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
1. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak
terikat langsung dengan suatu obyek). yang mendalam dan daya pikir
subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari
kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi
dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil
pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara
mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran
pemikir (filsuf) rnerupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara.
Filsafat dernikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu
tata nilai yang melernbaga sebagai suatu paham (isme) seperti
5
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut pandang
filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-cabang
filsafat yang pokok adalah:
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di
balik fisis yang meliputi bidang: ontologi (membicarakan teori sifat
dasar dan ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori
umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan
atau kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, adalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia tentang baik-buruk.
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat
keindahan-kejelekan.
6
2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang
adalah sebagai berikut:
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua
realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan)
dan terika pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme. Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan
spirit manusia yang menentuka hidup dan pengertian manusia. Subjek
manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal
budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sarna
sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi
hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan
spirit).
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran di atas
adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis).
Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah
benda (materi) sernata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-
tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak,
kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih
daripada sekadar m a teri. Oleh karenanya, realitas adalah panduan
benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa,
dan rohaniah).Khusus pada manusia tampak dalam gejala daya pikir,
cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas merupakan sintesis
antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.
yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi
pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-cita
harapan dan dambaan bangssa Indonesia yang akan diwujudkannya. Sejak
dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangssa Indonesia agar
terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah rifah loh junawi, tentram
karta raharja. Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia.
(ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara
harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire.
Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani
yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti
teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang
membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology, ontology.
7. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan atas
beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari kenyataan
inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
. Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan suatu
sistem nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu tidak lain merupakan
suatu kesatuan yang sistematis. Oleh karena itu meskipun dalam uraian berikut ini
menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuanya itu
tidak dapat di lepaskan keterkaitannya dengan yang lainnya. Adapun nilai-nilai yang
terkandung di dalam setiap sila adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila yang lainnya. Dalam sila Ketuhana Yang Maha Esa terkadung
nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan
manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaran Negara bahkan moral
Negara, moral penyelenggaraan Negara, politik Negara, pemerintahan Negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi
warga Negara harus di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis di dasari dan di
jiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga
sila berikutnya. Sila kemanusia sebagai dasasr fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini
bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah
susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk
sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk
tuhan yang maha esa.
3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat di
pisahkan dengan keempat sila yang lainnya karena seluruh sila merupakan
16
suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila persatuan Indonesia didasari dan
dijiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan kemanusiaan yang adil dan
beradab serra mendasari dan di jiwai sila kerak Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk social. Negara adalah merupakan suatu persekutuan
hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa,
suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu
perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-
elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya Negara adalah beraneka
ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu kesatuan yang di lukiskan
dalam suatu sloka Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk
diruncingan menjadi konflik dan permusuhan melainkan di arahkan pada suatu
sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
Nilai persatuan Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhan yang
maha esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai
bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious. Yaitu
nasionalisme yang bermodal ketuhanan yang maha esa, nasionalisme yang
humanistik yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin
dalam segala aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi
dewasa ini. Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan,
kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan kesatuan, maka bukan tidak
mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia sepeti halnya telah
terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
17
2 Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa, Fadillah Press, Bandung 2014,
Halaman 34-37
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila
yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan
yang mendasar.
18
DAFTAR PUSTAKA