Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FILSAFAT DAN IDEOLOGI POLITIK


Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
DosenPengampu :
Syamsul Umam,S.HI,M.HI

Disusun oleh:

1.Novita Putri Ramdani (12405193091)


2.Efina Miftakhul Khusna (12405193092)
3.Lutfia Nurin Agustina (12405193093)
4.Wanda Nurhalisa (12405193128)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH 1C


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” dalam bentuk
makalah, Sholawat serta slam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabiyullah Muhammad,SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Filsafat dan Ideologi Politik” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tulungagung, 13 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat ........................................................................................... 3
B. Definisi Ideologi Politik ............................................................................. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Dengan perkataan lain selama manusia hidup, maka
sebenarnya ia tidak dapat mengelak dari filsafat. Jika kalau seorang hanya
berpandang bahwa materi merupakan sumber kebenaran dalam kehidupan,
maka orang tersebut berfilsafat materialisme. Jikalau seseorang
berpandangan bahwa kenikmatan adalah merupakan nilai terpenting dan
tertinggi dalam kehidupan maka orang tersebut berpandangan filsafat
hendonisme, demikian juga jikakalau seseorang berpandangan bahwa
dalam kehidupan masyarakat dan negara adalah kebebasan individu,
maka orang tersebut berfilsafat liberalisme, jikakalau seseorang
memisahkan antara kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan dan
kehidupan agama, maka orang tersebut berfilsafat sekulerisme, dan masih
banyak pandangan filsafat lainnya.
Ideologi politik adalah sekumpulan kepercayaaan dan pemikiran empiris
dan normatif yang relatif koheren dan terfokus pada masalah-masalah
hakikat manusia. Proses sejarah dan pengaturan sosio-politik. Ideologi ini
bisanya berhubungan dengan suatu program untuk persoalan tertentu
untuk jangka pendek.Dengan tergantung pada hubungannya dengan
struktur nilai yang dominan, suatu ideologi dapat berlaku sebagai kekautan
yang menciptakan kestabilan atau kekuatan radikal.Pemikir-pemikir
tertentu bisa menanakan ideologi, namun menyebut seseorang sebagai
pencetus ideologi atau penganut ideologi biasanya dianggap negatif.Oleh
karena itu, filsafat politik atau teoritikus politik lebih tepat bagi seorang
pemikir yang mampu mengembangkan suatu tingkat perdebatan yang
rumit ideologi politik sesungguhnya merupakan hasil pemikiran kolektif.
Ideologi merupakan tipe ideal yang jangan dicampuradukkan dengan
gerakan, partai, atau rezim tertentu yang menggunakan nama itu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Filsafat ?
2. ApaDefinisi Ideologi Politik?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Filsafat
2. Untuk Mengetahui Definisi Ideologi Politik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FILSAFAT
1. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat”berasal dari bahasa Yunani
“philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah”
atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,1973). Jadi secara
harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Hal ini nampaknya sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan,
yang sebelumnya dibawah naungan filsafat. Oleh karena itu seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul dan
berkembang juga ilmu filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang
ilmu tertentu, misalnya filsafat sosial, filsafat hukum, filsafat politik,
filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan dan
filsafat agama.1
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :
Pertama: Filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis
pengetahuan,ilmu,konsep dari para filsuf pada zaman
dahulu,teori,sistem atau pandangan tertentu,yang merupakan hasil dari
proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
b. filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktifitas berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis
ini mempunyai ciri-ciri khas tertentu sebagai suatu hasil kegiatan
berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan persoalan filsafat ini
diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat ( dalam pengertian filsafat
sebagai proses yang dinamis ).2
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses mencangkup pengertian
1
Kaelan,Pendidikan Kewarganegaraan,Paradigma,Yogyakarta,2016,hlm.07-08
2
Kaelan,Pendidikan Kewarganegaraan,Paradigma,Yogyakarta,2016,hlm.08

3
Filsafat yang diartika sebagai bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu
cara dan metode tertentu yang sesuai dengan obyek permasalahnnya.
Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan
yang bersifat dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya
merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni, dan
dipahami sebagai suatu sistem nilai tertentu tetapi lebih merupakan
suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.3
2. Asal Mula Filsafat
Sesungguhnya ada empat hal yang merangsang manusia untuk
berfilsafat yaitu, ketakjuban, ketidakpuasaan, hasrat bertanya, dan
keraguan.
1. Ketakjuban menunjuk dua hal penting, yaitu bahwa ketakjuban itu
pasti memiliki subjek dan objek. Jika ada ketakjuban, sudah tentu ada
yang takjub dan ada sesuatu yang menakjubkan. Ketakjuban hanya
mungkin dirasakan dan dialami oleh makhluk yang selain berperasaan
juga berakal budi. Makhluk yang seperti itu sampai saat ini yang
diketahui hanyalah manusia. Jadi, yang takjub adalah manusi. Oleh
ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan dapat diamati. Penelitian
terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang
melahirkan filsafat.4
2. Ketidakpuasaan. Sebelum lahir filsafat berbagai mitos dan mite
memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Berbagai mitos dan mite berupaya menjelaskan asal mula dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta serta sifat-sifat
peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan dan keterangan yang
diberikan oleh mitos-mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak
memuaskan manusia. Ketidak puasaan itu membuat manusia terus-

3
Kaelan,Pendidikan Kewarganegaraan,Paradigma,Yogyakarta,2016,hlm.08
4
Rapar Jan Hendrik,Pengantar Filsafat,Kanisius,Yogyakarta,2010,hlm.16

4
menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan
menyankinkan. Ketidakpuasan akan membuat manusia melepaskan
segala sesuatu yang tak dapat memuaskannya, lalu ia akan berupaya
menemukan apa yang dapat memuaskannya dan pasti itu lambat laun
mulai berfikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan,
ketika rasio berhasil menurunkan mitos-mitos dan mite-mite dari
singgasanya, lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh
ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.
3. Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah pada
wujud sesuatu, melainkan juga terarah pada dasar dan hakikatnya.
Inilah yang satu ciri khas filsafat. Filsafat selalu mempertanyakan
sesuatu dengan cara berpikir radika, sampai ke akar-akarnya, tetapi
juga bersifat universal. Jika dikatakan bahwa manusia
mempertanyakan segalanya, berarti manusia bukan hanya
mempertanyakan segala sesuatu yang berada di luar dirinya. Manusia
juga mempertanyakan dirinya sendiri yang memiliki hasrat bertanya.
Itulah yang membuat filsafat itu ada, tetap ada, dan akan ada terus.
Filsafat akan berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara
radikal dan universal.
4. Keraguan manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu
dengan maksud untuk memperoleh kejelasan dan keterangan
mengenai sesuatu yang dipertanyakan itu. Tentu saja hal itu berarti
bahwa apa yang dipertanyakannya itu tidak jelas atau belum terang.
Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh kejelasan dan
keterangan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pertanyaan
tentang adanya keraguan atau ketidakpastian atau kebingunan di pihak
manusia bertanya. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikutip olrh
Beerling, Spinoza mengatakan :
“Saya bertanya padamu, siapakah yang dapat mengetahui bahwa ia
mengerti sesuatu, kalau dari mula-mulanya ia tak mengerti tentang hal

5
itu, artinya, siapakah yang dapat mengetahui bahwa sesuatu adalah
pasti baginya, kalau dari mula-mula hal itu sudah tak pasti baginya?”.5
Jadi, jelas terlihat keraguanlah yang turut merangsang manusia untuk
bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring manusia
untuk berfilsafat.
Proses Kelahiran Filsafat, sebagai bagian dari kebudayaan manusia
yang amat menakjubkan, lahir di Yunani dan dikembangkan sejak
awal abad ke-6 SM. Proses kelahiran filsafat itu membutuhkan waktu
yang amat panjang. Ketika suku-suku bangsa Hellenes menyerbu
masuk ke tanah Yunani sekitar tahun 2000 SM, mereka masih
merupakan pengembara-pengembara kasar yang belum mengenal
peradaban.Kendati orang-orang Yunani telah memperoleh pemukiman
yang tetap, banyak di antara mereka yang gemar merantau, khususnya
ke dunia Timur yang saat itu telah memiliki peradaban dan
kebudayaan yang tinggi. Mereka merantau sampai ke Mesir dan
Babylonia yang telah mengembangkan pengetahuan tulis-menulis,
astronomi, dan matematika, yang prinsip dasarnya telah diletakkan
oleh bangsa Sumeria. Orang-orang Yunani telah berhasil mengolah
berbagai ilmu pengetahuan yang mereka peroleh dari dunia Timur itu
menjadi benar-benar rasional ilmiah dan berkembang pesat.Pemikiran
rasional ilmiah itulah yang melahurkan filsafat.Cara berfikir rasional-
ilmiah itu pulalah yang menghasilkan gagasan-gagasan yang terbuka
untuk diteliti oleh akal budi.Selain itu, kebenarannya dapat
didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep-konsep baru dan
kebenran-kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas
sesungguhnya.
3. Sifat Dasar Filsafat
Macam-macam sifat dasar Filsafat :
a. Berpikir Radikal

5
Beerling,hlm.12

6
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal.Filsuf adalah pemikir yang
radikal. Karena berpikir secara radikla, ia tidak akan pernah terpaku
hanya pada fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah
berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan
berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk
menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf
selalu berupaya menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya
sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya, sehingga ia
pun beruoaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.
Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang, atau
menjungkirbalikkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya,
yaitu berpikir secara mendalam, untuk mencapai akar persoalan yang
dipermasalahkan. Berpikir radikal justru hendak memperjelas realitas,
lewat penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.
b. Mencari Asas
Filsafat bukan hanya mengacu keapada bagian tertentu dari realitas,
melainkan kepada keseluruhannya.Dalam memandang keseluruhan
realitas, filsafat senantiasa berupaya mencari asas yang paling hakiki
dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu berupaya untuk
menemukan asas yang paling hakiki dari realitas. Mencari asas
pertama berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang menjadi
esensi realitas.Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu
dapat diketahui dengan pasti dan menjadi jelas, mencari asas adalah
salah satu sifat dasar filsafat.
c. Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran.Kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan.Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti
memburu kebenaran tentang segala sesuatu. Untuk memperoleh
kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dioertanggung jawabkan ,

7
setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk
dipersoalkan kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih
pasti. Terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah senantiasa
memburu kebenara.Upaya memburu kebenaran itu adalah demi
kebenaran itu sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran
yang lebih menyakinkan serta lebih pasti.
d. Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan.Untuk
menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan. Mengejar kejelasan
berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala
sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gela, bahkan juga yang
serba rahasia dan berupa teka-tek. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan
menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak
mungkin dapat menggapai kebenaran. Terlihat jelas bahwa berfilsafat
sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan
kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas.Perjuangan mencari
kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.
e. Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan
mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa
berpikir secara rasional.Berpikir secara rasional berarti berpikir logis,
sistematis, dan kritis.Berpikir logis adalah bukan hanya sekedar
menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal seha,
melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang
digunakan.Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang
sistematis.Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang
logis- sistematis dan koheren, tak mungkin diraih kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan.Berpikir kritis berarti membakar
kemauan untuk terus-menerus mengevaluasi argumen-argumen yang
mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah

8
menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan
dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis-sistematis-kritis
adalah ciri utama berpikir rasional.Adapun berpikir rasional adalah
salah satu sifat dasar filsafat.

4. Peranan Filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses
perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya
tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan
yang telah diperankannya itu ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan
pembimbing.
a. Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara
tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam
mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yangterungkap
lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala
penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut.
Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan takhayul itu
merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,
sedang tradisi itu benar dan tak boleh diganggu gugat.
Oleh sebab itu, orang-orang Yunani, yang dikatakan memiliki “suatu
rasionalitas yang luar biasa”6, juga pernah percaya kepada dewa-dewi
yang duduk di meja perjamuan di Olympus sambil menggoncangkan
kahyangan dengan sorakan dan gelak tawa tak henti-hentinya. Mereka
percaya kepada dewa-dewi yang saling menipu satu sama lain, licik,
sering memberontak dan kadangk kala seperti anak-anak nakal.7
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah
mendobrak pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral
dan selama itu tak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu

6
K.Bertens, Sejarah Filsafat Yunani,Yogyakarta,Kanisius,1984,hlm.22
7
Edith Hamilton,The Greek Way to Western Civilization,New York,The New American
Libary,n.d.,hlm.207

9
membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah
membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku
pendobrak yang mencengangkan.
b. Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan
yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga
merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat
membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya.
Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir yang mistis dan mitis.
Sesungguhnya, filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya
membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan
yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun
membebaskan manusia cara berpikir yang tidak teratur dan tidak
jernih. Filsafat mudah menerima kebenaran-kebenaran semu yang
menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia
dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak
akal budi manusia.
c. Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis
“penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia
itu? Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya
selaku pembimbing.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis
dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal
dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih
mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai
radix dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir tidak teratur dan tidak jernih

10
dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan
logis. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh
dan begitu fragmentasi dengan membimbing manusia untuk berpikir
secara integral dan koheren.

5. Kegunaan Filsafat
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu,
para pemikir yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan. Para
filsuf pada masa itu adalah juga ahli-ahli matematika, astronomi, ilmu
bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Bagi mereka, ilmu
pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa pada mulanya filsafat
mencakup seluruh ilmu pengetahuan.
Cara berpikir filsafat telah mendobrak pintu serta tembok-tembok
tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta
meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah
pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas
danmendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan
sistematis, logis kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun
semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa.
Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat
kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan
filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya,
filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu
pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang
dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan
kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai
ilmu pengetahuan yang bagitu berjasa bagi kehidupan manusia.

11
Ilmu pengetahuan dikatakan begitu berjasa bagi kehidupan umat
manusia karena lewat ilmu pengetahuan manusia telah dimungkinkan
meraih keajuan yang sangat menakjubkan dalam segala bidang
kehidupan. Teknologi canggih yang semakin mencengangkan dan
fantasis merupakan salah satu produk dari ilmu pengetahuan. Abad-
abad terakhir ini, dalam peradaban dan kebudayaan Barat, ilmu
pengetahuan telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi
tumpuan harapan banyak orang.
Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan sehingga manusia mulai percaya bahwa ilmu
pengetahuan benar-benar maha kuasa. Manusia semakin terpukau oleh
pesona ilmu pengetahuan, dan hal itu telah membuat begitu banyak
orang mendewakan ilmu pengetahuan. Bagi mereka, ilmu pengetahuan
adalah segala-segalanya. Mereka berupaya untuk meyakinkan semua
orang bahwa ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan segala persoalan.
Anggapan itu dikukuhkan oleh berbagai penemuan yang
mengemparkan dan tampilnya teori-teori serta metode-metode baru
yang lebih meyakinkan kegunaan dan ketepatannya sehingga semakin
mengembangkan suatu optimisme yang hampir tak terbatas.
Kemajuan ilmu pengetahuan yang amat memposanakan itu telah
membuat banyak orang menjadi sinis terhadap filsafat. Orang-orang
mulai meragukan kegunaan filsafat. Banyak orang yang menganggap
filsafat hanya sebagai suatu benda antik yang layak dipajang di dalam
museum. Filsafat sudah terlampau “tua” untuk “mengandung” dan
“melahirkan” suatu ilmu pengetahuan baru. Filsafat tidak bisa
menghasilkan sesuatu apa pun juga, sehingga sama sekali tidak
berguna lagi.
Benarkah ilmu pengetahuan telah sanggup merengkuh langit dan
menguasai alam semesta? Ternyata itu hanya merupakan suatu impian
yang harus segera dilepaskan tatkala menghadapi kenyataan
sesungguhnya. Fakta menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dapat diraih

12
oleh ilmu pengetahuan bersifat sementara, maka senantiasa
membutuhkan perbaikan dan penyempurnaan. Senantiasa ada batas
yang membatasi ilmu pengetahuan. Yang pasti, ilmu pengetahuan
senantiasa dibatasi oleh bidang penelitian yang sesuai dengan
kekhususannya. Itu membuat ilmu pengetahuan hanya sanggup
meneliti bagian-bagian kecil (sesuai dengan bidangnya) dari seluruh
realitas.
Di samping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoakan asas dan
hakikat realitas. Pada umumnya ilmu pengetahuan, teristimewa yang
diketengahkan oleh positivisme, cenderung lebih bersifat kuantitatif.
Karena itu, tentu saja pengetahuan itu tak sanggup menguji kebenaran
prinsip-prinsip yang menjadi landasan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan membutuhkan bantuan dari sesuatu yang bersifat tak
terbatas yang sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip yang
melandasi ilmu pengetahuan. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh
filsafat, sang induk segala ilmu pengetahuan.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki
suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa
mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat
pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh
realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan termasuk
filsafat itu sendiri.
Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi
ilmu pengetahuan. Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu
berguna selaku penghubung antar disiplin ilmu pengetahuan. Akan
tetapi, ketakterbatasnya itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi,
mengoreksi dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas
yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
b. Dalam Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak
bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang konkret.

13
Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki
hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari.
Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan
yang artistik dan elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan
memberi pemahaman tentang apa itu artistik dan elok dalam
kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat
pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan
pekerjaan pembangunan tersebut.
Filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan
pemahaman yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia
ke tindakan dan perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang
terang dan pemahaman yang jelas.

B. DEFINISI IDEOLOGI POLITIK


1. Pengertian Ideologi Politik
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu idea dan
logia. Idea berasal dari idein yang berarti “ melihat ”. Idea juga
diartikan sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan
sesuatu pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna “ ilmu
pengetahuan atau teori ”, sedang kata “logis”berasal dari
kata“logos”dari kata legein yaitu “berbicara”. Istilah ideologi sendiri
pertama kali dilontarkan oleh Antoin Destutt de Tracy ( 1754-1836 ),
ketika bergejolaknya revolusi prancis untuk mendefinisikan sains
tentang ide. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah
pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam
pikiran.dalam tinjauan terminologis, idelogy is manner or content of
thinking characteristic of an individual or class( cara hidup tingkah
laku atau hasil pemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu dari
seorang individu atau suatu kelas. Ideologi adalah ideas characteristic
of a school of thinkers a class of sociely,plolitical party or the like (
watak atau ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam

14
masyarakat atau partai politik ataupun lainnya).ideologi ternyata
memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan pemikiran
mendasar dan rasional. Pertama,dari pemikiran me ndasar ini dia
harus bisa memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Kedua,
selain kedua hal tadi,dia juga harus memiliki metode praktis
bagaimana ideologi tersebut. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal dua
pengertian mengenai ideologi,yaitu ideologi secara fungsional dan
struktural. Ideologi fungsional diartikan sebagai seperangkat gagasan
tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik, sedangkan ideologi secara struktural diartikan
sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas
setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa. Menurut
pendekatan struktural konflik, kelas yang memiliki sarana produksi
materil dengan sendirinya memiliki sarana produksi mental, sepeti
gagasan,budaya,dan hukum. Gagasan kelas yang berkuasa di mana pun
dan kapan pun merupakan gagasan yang dominan.Gagasan, budaya,
hukum, dan sebagainya sadar atau tidak merupakan pembenaran atas
kepentingan materiil pihak yang memiliki gagasan yang
dominan.Sistem pembenaran ini disebut ideologi.8Suatu ideologi
politik adalah sekumpulan kepercayaan dan pemikiran empiris dan
normatif yang relatif koheren dan terfokus pada masalah-masalah
hakikat manusia. Proses sejarah dan pengertian sosio-politik. Ideologi
ini biasanya berhubungan dengan suatu program untuk persoalan
tertentu untuk jangka pendek.Dengan tergantung pada hubungannya
dengan struktur nilai yang dominan, suatu ideologi dapat berlaku
sebagai kekuatan yang menciptakan kestabilan dan kekuatan radikal.
Pemikir- pemikir tertentu bisa menanamkan ideologi,namun menyebut
seseorang sebagai pencetus ideologi/ penganut ideologi biasanya
dianggap negatif. Oleh karena itu, istilah filusuf politik atau teoritikus
politik lebih tepat bagi seorang pemikir yang mampu mengembangkan

8
OfNeil William F,Ideologi-Ideologi Pendidikan. Yogyakarta,Pustaka Pelajar.2008

15
suatu tingkat perdebatan yang rumit, ideologi politik sesungguhnya
merupakan hasil pemikiran kolektif.
2. Konsep Ideologi Politik
a. Propaganda
Ideologi politik jangan dicampuradukan dengan propaganda, meskipun
perbedaannya tidak sejauh jelas. Propaganda adalah konsep lain yang
jarang didefinisikan dengan jelas. Dalam sistem komunis, propaganda
kadang-kadang dipakai dalam arti yang positif untuk mengacu pada
pendidikan politik yang rasional.Adapun agitasi adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk pada daya tarik gagasan yang
menyederhanakan. Disisi lain, propaganda cenderung mempunyai
konotasi negatif dibarat. Sering dikaitkan dengan pengelabuan dan
manipulasi.Oleh karena itu, baik sekali jika membatasi istilah ini pada
usaha yang sengaja untuk mendapatkan pengaruh politik dengan
terfokus pada sekumpulan isu yang relatif terbatas dan sederhana.
b. Sosialisasi
Ideologi politik dan propaganda jangan dicampuradukkan dengan
sosialisasi, meskipun perbedaannya tidak terlalu jelas. Sosialisasi
mengacu pada proses dimana dinilai dialihkan kepada anggota
masyarakat, terutama generasi muda, dengan maksud untuk
mengintegrasikan mereka dalam sistem yang dominan. Kajian-kajian
terhadap sosialisasi dapat meninjau beragam fenomena sosial dan
politik.Seperti keluarga, sekolah atau media. Misalnya, cara
perempuan digambarkan dalam iklan sebagai objek nafsu seksual
adalah bagian dari stereopit seksual. Namun, fenomena itu bukanlah
ideologi politiksebab hanya merupakan pandangan dunia yang parsial.
Fenomena itu juga bukanlah propaganda, karena barangkali tidak
disengaja, dan lebih mencerminkan norma yang dapat dihasilkan
melalui sosialisasi.

16
c. Budaya
Budaya bisa dipakai dalam sinonim dalam banyak buku untuk
ideologi, walaupun akademisi yang menggunakan kata budaya dalam
pengertian cenderung kurang tertarik dengan persoalan
kekuasaaan.Budaya bisa mengacu pada berbagai hal, dan jangan
dibatasi dengan pemahaman umum budaya. Adilihung abad ke-20
(opera karya seni besar, dan lain-lain ). Istilah ini kadang-kadang
merujuk pada nilai-nilai aktual, bukan proses dimana budaya
disebarkan. Sejak Gottfriend von Herder (1748-1791), ada
kecenderungan untuk menggunakan kata budaya yang mengacu pada
struktur nilai suatu masyarakat atau sub kelompok masyarakat.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah diatas bahwa filsafat berasal dari ketidak
puasan, ketakjuban, hasrat bertanya, dan keraguan dari manusia. Yang
memiliki sifat dasar berfikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran,
mencari kejelasan, dan berpikir rasional. dan ideologi politik sendiri
memiliki arti sekumpulan pemikiran/ide yang mampu mengembangkan
suatu tingkat perdebatan yang rumit.
B. SARAN
Penyusun sangat menyadari bahwa didalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna.Oleh itu,
pemakalah menyarankan kepada semua pihak yang membaca dan
membahas makalah ini, agar bisa lebih banyak lagi menambah literatur-
literatur supaya dapat menambah pengetahuan kita terhadap menghadapi
persaingan pasar.Yang tentunya masih banyak referensi-referensi terhadap
makalah yang kami tulis ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Yongyakarta. Paradigma.


Rapar Jan Hendrik. 2010. Pengantar Filsafat. Yongyakarta. Kanisius.
Suardi Moh. 2015. Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. Sleman.
Deepublish.

19

Anda mungkin juga menyukai