Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR FILSAFAT ILMU DAN DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Dosen pengampu :
Putri Rizkiyah Rahmawati, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Muhammad Faiz Nashrullah (223151108)


2. Moh Yusuf Shodiq (223151074)
3. Alifiyah Miftahul Jannah (223151094)
4. Salshabilla Amalia Putri (223151082)

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
Kata Pengantar

Bicara filsafat berarti kita bicara mengenai pendayagunaan rasio atau akal dalam
memahami berbagai realitas, termasuk wahyu Tuhan. Sementara itu, keimanan dalam sebuah
agama lebih menuntut pada ketundukan jiwa pada kebenaran ilahi. Dua titik pijak yang
berbeda ini sering kali mengakibatkan terjadinya benturan antara filsafat dan agama. Sejarah
pertarungan antara paradigma Al-Ghazali yang ingin mempertahankan tradisi dan paradigma
Ibnu Rusyd yang ingin menafsirkan wahyu dengan lebih rasional menjadi salah satu
buktinya.
Pertama, salah satu masalah yang dihadapi oleh setiap agama wahyu adalah masalah
interpretasi. Maksudnya, teks wahyu yang merupakan Sabda Allah selalu dan dengan
sendirinya terumuskan dalam bahasa manusia yang bersifat duniawi. Akan tetapi segenap
makna dan arti bahasa manusia tidak pernah seratus persen pasti. Itulah sebabnya kita begitu
sering mengalami apa yang disebut salah paham.
Kedua, secara spesifik filsafat selalu dan sudah memberikan pelayanan itu kepada
ilmu yang mencoba mensistematisasikan, membetulkan dan memastikan ajaran agama yang
berdasarkan wahyu, yaitu ilmu teologi. Maka secara tradisional-dengan sangat tidak
disenangi oleh para filosof-filsafat disebut ancillatheologiae (abdi teologi). Teologi dengan
sendirinya memerlukan paham paham dan metode-metode tertentu, dan paham-paham serta
metode-metode itu dengan sendirinya diambil dari filsafat.
Ketiga, filsafat dapat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru,
artinya masalah-masalah yang pada waktu wahyu diturunkan belum ada dan tidak
dibicarakan secara langsung dalam wahyu, seperti yang berhubungan dengan bidang
moralitas. Misalnya masalah bayi tabung atau pencangkokan ginjal. Bagaimana orang
mengambil sikap terhadap dua kemungkinan itu : Boleh atau tidak? Bagaimana dalam hal ini
ia mendasarkan diri pada agamanya, padahal dalam Kitab Suci agamanya, dua masalah itu
tak pernah dibahas? Jawabannya hanya dapat ditemukan dengan cara menerapkan prinsip-
prinsip etika yang termuat dalam konteks lain dalam Kitab Suci pada masalah baru itu. Nah,
dalam proses itu diperlukan pertimbangan filsafat moral.
Keempat, filsafat dapat membantu merumuskan pertanyaan-pertanyaan kritis yang
menggugah agama dengan mengacu pada hasil ilmu pengetahuan dan ideologi-ideologi masa
kita, misalnya pada ajaran evolusi atau pada feminisme. Pelayanan keempat yang dapat
diberikan oleh filsafat kepada agama diberikan melalui fungsi kritisnya. Salah satu tugas
filsafat adalah kritik ideologi.

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II PENGERTIAN DAN DASAR-DASAR FILSAFAT ILMU.................................... 3
A. Definisi Filsafat.....................................................................................................................3
B. Definisi Ilmu..........................................................................................................................4
C. Definisi Filsafat Ilmu.............................................................................................................6
D. Dasar-dasar Filsafat Ilmu.....................................................................................................11
E. Dasar-dasar Pengetahuan.....................................................................................................11
BAB III PENUTUP .........................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam diri manusia pada masa kontemporer ini tidak dapat dipungkiri
perkembangan peradaban kehidupan manusia ini merupakan bentuk desakan baik
terkandung dalam potensi – potensi kejiwaan (spiritual) yang sangat
menentukan bagi esensi (diri) dan ekstensi (keberadaan) manusia itu sendiri. Hal
ini dipengaruhi berkembangnya aspek – aspek kehidupan dimasa lalu.
Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada
akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada
lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita ke masa depan manusia
yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan barat yang
menyatakan bahwa organizedreligion (agama formal) akan lenyap, atau
tidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi) dan filsafat semakin berkembang, ternyata hal ini tidak terbukti..
Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal)
dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.
Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi
kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara
menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari
ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.
Adapun kecenderungan terhadap nilai ”kebenaran” perasaannya
berkecenderungan terhadap nilai” kebaikan”. Dengan kata lain, tri potensi
kejiwaan manusia itu mendorong suatu tingkah laku, yaitu” ingin tahu”
mengenai apa saja menurut nilai – nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Nilai
kebenaran memberikan pedoman dalam hal ketetapan tingkahlaku, sehingga
setiap perbuatan selalu diawali dengan perhitungan – perhitungan logis.
Sedangkan nilai keindahan memberikan suasana ketenangan dalam perbuatan,
sehingga setiap perbuatan selalu memiliki daya tarik tertentu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis dapat
merumuskan beberapa permasalahan, terutama yang berkaitan erat dengan
hubungan Agama, filsafat, dan Sains. Adapun permasalahan yang dimaksud
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah definisi filsafat itu ?
2. Apakah definisi ilmu itu ?
3. Apakah definisi filsafat ilmu itu ?
4. Apa sajakah dasar-dasar filsafat ilmu ?
5. Apa sajakah dasar-dasar pengetahuan ?

1
C. Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini tentu dilandasi suatu harapan yang menjadi
tujuan yang akan dicapai oleh penulis. Tujuan dan harapan itu antara lain:
a. Mengetahui definisi filsafat
b. Mengetahui definisi ilmu
c. Mengetahui definisi filsafat ilmu
d. Mengetahui dasar-dasar filsafat ilmu
e. Mengetahui dasar-dasar pengetahuan

2
BAB II
PENGERTIAN DAN DASAR-DASAR FILSAFAT ILMU

A. Definisi Filsafat
Secara etimologis, kata filsafat (philosophy) diambil dari perkataan Yunani:
Philo (suka, cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Jadi “philosophia” berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Berdasarkan makna etimologis ini,
seorang yang ahli filsafat (filosof) adalah orang yang dalam hidupnya sangat
mencintai kebijaksanaan, kebenaran dan pengetahuan. Seorang filosof adalah orang
yang bijaksana karena seluruh sikap dan perilakunya didasarkan pada pengetahuan
dan kebenaran. Itulah sebabnya, seorang filosof disebut juga sebagai pecinta
pengetahuan yaitu orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
Sementara itu, secara konseptual, filsafat merupakan cabang pengetahuan
yang memiliki cakupan objek yang sangat luas meliputi seluruh fenomena dan
realitas. Demikian luasnya, sehingga mendefinisikan filsafat merupakan persoalan
yang sangat filosofis juga. Berdasarkan pertimbangan tersebut, orang dapat
mendefinisikan filsafat dengan cara berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan
sudut pandang masing-masing. Di antara beberapa definisi filsafat tersebut antara
lain:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut
merupakan arti yang informal dari filsafat atau kata-kata “mempunyai
filsafat”. Biasanya kalau orang berkata: filsafat saya adalah begini atau
begitu.Ini menunjukkan sikap yang informal terhadap apa yang
dibicarakan.
2. Filsafat adalah sebuah proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari
filsafat.
3. Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Filsafat berusaha
memadukan temuan sains dengan pengalaman kemanusiaan sehingga
menjadi pandangan yang konsisten tentang alam semesta dan isinya (arti
spekulatif).
4. Usaha menafsirkan segala sesuatu berdasarkan akal pikiran (rasionalisme)
dan seluruh alam semesta (empirisme) secara sistematis, mendalam,
radikal dan komprehensif.

 Beberapa pendapat para ahli mengenai filsafat yaitu :


1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum
Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada,
serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

3
2. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga
berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
3. Cicero (106 – 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha
agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.
4. Al Farabi (870 – 950 M). Seorang Filsuf Muslim mendefinisikan Filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang
sebenarnya.
5. ImmanuelKant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok
dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan
yaitu :
 Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).
 Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
 Agama (sampai dimanakah pengharapan kita)
 Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).
6. H.CWebb dalam bukunya HistoryofPhilosophy menyatakan bahwa filsafat
mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang
khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari
dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di
dunia ini.
7. Harold H. Titus dalam bukunya LivingIssues in Philosophy mengemukakan
beberapa pengertian filsafat yaitu :
 Philosophyisanattitudetowardlifeanduniverse (Filsafat adalah sikap
terhadap kehidupan dan alam semesta).
 Philosophyis a methodofreflectivethinkingandreasonedinquiry (Filsafat
adalah suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional)
 Philosophyis a groupofproblems (Filsafat adalah sekelompok masalah)
 Philosophyis a groupofsystemsofthought (Filsafat adalah serangkaian
sistem berfikir)

B. Definisi Ilmu
Dalam Ensiklopedia Indonesia, Ilmu didefinisikan sebagai berikut : ilmu
Pengetahuan adalah suatu system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu system dari pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinisikan ilmu
adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati pancaindera manusia.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima –
ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan

4
sebagai Idrokusyaibihaqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa
Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan
knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata
Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan
dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang
sama.
Sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya
pengertian ilmu adalah sebagai berikut :
 Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu
mengacu pada ilmu seumumnya.
 Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.
Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis dan
pendekatannya yaitu :
 Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau
kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan
 Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh
faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
pancaindra manusia.
Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebagaimana
diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan
pengertian ilmu yaitu :
 Ilmu adalah sejenis pengetahuan
 Tersusun atau disusun secara sistematis
 Sistematisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu
 Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.
Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu
pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode
berpikir yang jelas, karena pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini
merupakan akumulasi dari pengalaman/pengetahuan manusia yang terus difikirkan,
disistematisasikan, serta diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang
mempunyai kekhasan dalam objeknya.
Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas
filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu
sebagaimana adanya”. WillDuran dalam bukunya The storyofPhilosophy
mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk
pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri dianalogikan sebagai pengetahuan
termasuk di dalamnya ilmu. Sehingga dapat dikatakan filsafat membantu dan
memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Semua ilmu, baik ilmu alam
maupun sosial bertolak dari pengembangannya sebagai filsafat. Nama asal fisika
adalah filsafat alam (natural philosophy) dan nama asal ekonomi adalah filsafat moral

5
(moral philosophy). Issac Newton (1642-1627) pencetus banyak hukum fisika
dikatakan sebagai Philosophiae Naturalis PrincipiaMathematica (1686) dan Adam
Smith (1723-1790) bapak ilmu ekonomi penulis The WealthOfNation (1776) disebut
sebagai Professorof Moral Philosophy di Universitas Glasgow.
AugusteComte (1963) dalam ScientificMetaphysicPhilosophy,
ReligionandScience, membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu:
religius, metafisik dan positif. Dalam tahap awal asas religilah yang dijadikan postulat
ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran religi. Tahap berikutnya
orang mulai berspekulasi tentang metafisika dan keberadaan wujud yang menjadi
objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem
pengetahuan di atas dasar postulat metafisik. Tahap terakhir adalah tahap pengetahuan
ilmiah (ilmu) di mana asas asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses
verifikasi yang objektif. Tahap terakhir Inilah karakteristik sains yang paling
mendasar selain matematika.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini
berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang
tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu
akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa,
sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan
normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi
kesahihan atau validitas ilmu. atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan pengetahuan tak ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal
ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang
telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif
atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (yang diberikan
Tuhan kepada para nabi).
Dengan kata lain, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis,
jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian
diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. Sedangkan
pengetahuan yang pra ilmiah, walaupun sesungguhnya diperoleh secara sadar dan
aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga
tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra-ilmiah karena tidak
diperoleh secara sistematis metodologis ada yang cenderung menyebutnya sebagai
pengetahuan “naluriah”.

C. Definisi Filsafat Ilmu


Dari penjelasan tentang definisi dari filsafat dan definisi dari Ilmu maka para
ahli telah banyak mengemukakan definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut
pandangnya masing-masing, dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna

6
pemahaman yang komprehensif tentang makna filsafat ilmu, berikut ini akan
dikemukakan beberapa definisi filsafat ilmu

1. Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari


epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk
pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan
objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan
ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu
lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :

 Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini
mencakup masalah realitas dan penampakan (realityandappearance), serta
bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan subjek/manusia.
 Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu,
bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang
benar.
 Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika
dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
2. Peter Caw memberikan makna filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat yang
kegiatannya menelaah ilmu dalam kontek keseluruhan pengalaman manusia.
3. Steven R. Toulmin memaknai filsafat ilmu sebagai suatu disiplin yang
diarahkan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur
penelitian ilmiah, penentuan argumen, dan anggapan-anggapan metafisik guna
menilai dasar-dasar validitas ilmu dari sudut pandang logika formal, dan
metodologi praktis serta metafisika.
4. White Beck lebih melihat filsafat ilmu sebagai kajian dan evaluasi terhadap
metode ilmiah untuk dapat dipahami makna ilmu itu sendiri secara
keseluruhan,
5. Masalah kajian atas metode ilmiah juga dikemukakan oleh Michael V. Berry
setelah mengungkapkan dua kajian lainnya yaitu logika teori ilmiah serta
hubungan antara teori dan eksperimen.
6. Benyamin yang memasukkan masalah metodologi dalam kajian filsafat ilmu
di samping posisi ilmu itu sendiri dalam konstelasi umum disiplin intelektual
(keilmuan).
7. Menurut The Liang Gie, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia.
Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk
dipahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah kefilsafatan
terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut ilmu, dan bukan kajian di dalam
struktur ilmu itu sendiri.
8. Sementara itu GahralAdian mendefinisikan filsafat ilmu sebagai cabang
filsafat yang mencoba mengkaji ilmu pengetahuan (ilmu) dari segi ciri-ciri dan
cara pemerolehannya. Filsafat ilmu selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mendasar/radikal terhadap ilmu seperti tentang apa ciri-ciri spesifik yang
menyebabkan sesuatu disebut ilmu, serta apa bedanya ilmu dengan

7
pengetahuan biasa, dan bagaimana cara pemerolehan ilmu, pertanyaan –
pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk membongkar serta mengkaji asumsi-
asumsi ilmu yang biasanya diterima begitu saja (takenforgranted), Dengan
demikian filsafat ilmu merupakan jawaban filsafat atas pertanyaan ilmu atau
filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan penelaahan secara mendalam
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu.

Dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan tentang apa itu


filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-
dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan seperti
landasan ontologis, epistemologi dan axiologi. Filsafat ilmu adalah proses
berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan proses pendidikan dan bidang keilmuan tertentu. Filsafat
ilmu merupakan perenungan yang mempelajari ilmu secara lebih mendalam,
mengenai sebab akibat dan sebagainya.

 Ruang Lingkup Filsafat llmu


Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Filsafat Ilmu sampai tahun sembilan puluhan
telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang
amat luas dan begitu mendalam. Lingkupan filsafat ilmu berkembang begitu pesat
sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan mendalam.
Lingkupan filsafat ilmu sebagaimana telah dibahas oleh para pakar filsafat
kontemporer, dapat dikemukakan secara ringkas seperti di bawah ini.
Menurut Peter Adam Angeles (1981: 250), filsafat ilmu mempunyai empat
bidang konsentrasi utama: (1) Telaah mengenai berbagai konsep, pra-anggapan,
dan metode Ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat; (2) Telaah dan pembenaran
mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya; (3)
Telaah mengenai kaitan diantara berbagai ilmu; (4) Telaah mengenai akibat akibat
pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan pencerapan dan
pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan
realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar
kemanusiaan.
Cornelius Benjamin (dalam Runes, 1962) membagi pokok soal filsafat
ilmu dalam tiga bidang: (1) Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan
struktur logis dari sistem perlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut
logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda; (2) Penjelasan
mengenai konsep dasar, pra anggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut
landasan-landasan dasar empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi
tumpuannya. Segi ini dalam banyak hal berkaitan dengan metafisika, karena
mencakup telaah terhadap berbagai keyakinan mengenai dunia kenyataan,
keseragaman alam, dan rasionalitas dari proses ilmiah; (3) Aneka telaah mengenai
saling kait diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta
seperti misalnya idealisme, materialisme, monisme dan pluralisme.
Arthur Danto (1967: 296-297) menyatakan, "lingkupan filsafat ilmu cukup
luas mencakup pada kutub yang satu, yaitu, persoalan persoalan konsep yang
demikian erat bertalian dengan ilmu itu sendiri, sehingga pemecahannya dapat

8
seketika dipandang sebagai suatu sumbangan kepada ilmu daripada kepada
filsafat, dan pada kutub lain persoalan-persoalan begitu umum dengan suatu
pertalian filsafati sehingga pemecahannya akan sebanyak merupakan suatu
sumbangan kepada metafisika atau epistemologi seperti kepada filsafat ilmu yang
sesungguhnya. Begitu pula, rentangan masalah-masalah yang diselidiki oleh
filosof-filosof ilmu dapat demikian sempit, sehingga menyangkut keterangan
tentang sesuatu konsep tunggal yang dianggap penting dalam suatu cabang ilmu
tunggal, dan begitu umum sehingga bersangkutan dengan ciri-ciri struktural yang
tetap bagi semua cabang ilmu yang diperlakukan sebagai suatu himpunan. Yang
Edward Madden (1968: 31) berpendapat bahwa apapun lingkup filsafat
umum, tiga bidang tentu merupakan bahan perbincangannya yaitu: (1)
Probabilitas; (2) Induksi; (3) Hipotesis.
Ernest Nagel (1974: 14) menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga
bidang luas: (1) Pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu. (2)
Pembentukan konsep ilmiah. (3) Pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.
Menurut Nidditch (1971: 2) lingkupan filsafat ilmu luas dan beraneka
ragam. Isinya dapat digambarkan dengan mendaftar serangkaian pembagian dwi
bidang yang saling melengkapi: (1) Logika ilmu yang berlawanan dengan
epistemologi Ilmu. (2) Filsafat ilmu-ilmu kealaman yang berlawanan dengan
filsafat ilmu-ilmu kemanusiaan.

 Permasalahan Filsafat Ilmu


Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang
lingkup filsafat ilmu seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan
suatu bagian dari filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupan
filsafat sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan dengan persoalan-persoalan
dan filsafat ilmu dan problem-problem filsafat pada umumnya. Clarence
IrvingLewis (1956) juga mengemukakan adanya dua gugus persoalan yakni,
problem problem reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan
membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan problem-problem mengenai asas
permulaan dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu maupun
aktivitas kehidupan seumumnya.
Permasalahan (problem) menurut definisi A. Cornelius Benjamin ialah
sesuatu situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau
otomatis yang memadai, dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses
refleksi (Runes, 1975: 55). Banyak sekali pendapat para ahli filsafat ilmu
mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam
filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya
dikutipkan pendapat-pendapat berikut:
Michael Berry (dalam Bullock, Stallybrass, &Trombley, 1977: 559-560)
mengemukakan dua problem yang berikut: (1) Bagaimana kuantitas dari rumusan
dalam teori-teori ilmiah? (misalnya suatu ciri dalam genetika atau momentum
dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia
alamiah di luar pikiran kita; (2) Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil
ilmiah adalah ‘benar berdasarkan induksi dari sejumlah persoalan yang terbatas?
MenurutB. Van Fraussen dan 11 Margonaut (1968: 25:27) puluhan ialah
(1) Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah

9
mengenai sifat dasar dari penjelasan inish, dan teori pengukuran) (2) Landasan
ilmu-HmuGlucions empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai
landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematiko) (3)
Ontologi (Persoalan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep-
konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi,
serta status dari entitas-entitas teoritis):
David Hull (1974) seorang ahli filsafat dan biologi ini mengemukakan
persoalan: “Apakah pembagian tradisional dari ilmu-ilmu empiris dalam cabang-
cabang pengetahuan yang terpisah seperti geologi, astronomi dan sosiologi
mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari
perbedaan pokok dalam metodologi. Secara singkat, adakah suatu filsafat ilmu
tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah
beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya
sendiri?”.
Victor Lenzen (1965: 94) mengajukan dua problem: (1) Struktur Ilmu,
yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah, (2) Pentingnya ilmu bagi praktik
dan pengetahuan tentang realitas.
Smart (1968: 4-5) memberi perumpamaan, kalau seorang awam membuka-
buka beberapa nomor dari majalah Amerika serikat berjudul PhilosophyofScience
dan majalah Inggris The BritishJournalofthePhilosophyofscience, maka akan
dijumpainya dua jenis persoalan: (1) Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu,
misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah,
sifat dasar dari dalil dan teori dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah; (2)
Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil
penyelidikan ilmiah akan menolong para filosof menjawab pertanyaan pertanyaan
tentang manusia dan alam semesta.
Joseph Sneed (Butts&Hintikka, 1977: 245) menyatakan bahwa pembedaan
dalam jenis problem-problem filsafat ilmu khusus (misalnya variabel tersembunyi,
determinisme dalam mekanika kuantum) dan jenis problem-problem filsafat ilmu
seumumnya (misalnya ciri-ciri teori ilmiah) yang telah umum diterima adalah
menyesatkan. Hal itu dinyatakannya demikian, “Saya menyarankan bahwa
dualitasdiantara problem-problem filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya
berpendapat bahwa problem-problem filsafati tentang sifat dasar ilmu seumumnya
tidaklah, dalam suatu cara yang mendasar, berbeda dengan problem-problem
filsafati yang bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus
tidaklah ada makna khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan suatu
usaha normatif, sedangkan filsafat ilmu-ilmu khusus tidak.”
David William Theobald (1968: 5-6) menyatakan bahwa filsafat ilmu
terdapat dua kategori problem yaitu: (1) Problem-problem Metodologis yang
menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka.
Misalnya analisis probabilitas, peranan kesederhanaan dalam ilmu, realitas dari
entitas teoritis, dalil ilmiah, sifat dasar penjelasan, dan hubungan antara penjelasan
dan peramalan.
2) Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki arti dan implikasi dari konsep-
konsep yang dipakai para ilmuwan. Misalnya kausalitas, waktu, ruang, dan alam
semesta.

10
Pakar filsafat sejarah, Walsh (1960: 9) menyatakan bahwa filsafat ilmu
mencakup problem yang timbul dari metode dan pra anggapan dari ilmu serta sifat
dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah.

D. Dasar-dasar Filsafat Ilmu


Secara garis besar dasar-dasar filsafat dibagi kedalam beberapa aspek,
seperti Ontologi, Kosmologi, Efistemologi, dan Oxiologi.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, “Onto” artinya yang ada dan
“logos” berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian ontologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang wujud (being) sesuatu sejauh itu ada. Oleh
karena itu ontlogi bukan saja mempelajari tentang hakekat Tuhan, akan tetapi juga
mempelajari substansi dan hakekat suatu benda dan persoalan lainnya.
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme berarti pengetahuan
dan logos artinya ilmu atau teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang pengetahuan dalam mengkaji asal usul filsafat dan benda
Secara terminologi epistemologi adalah salah satu problem logika yang
dapat menentukan kebenaran dan cara memperoleh pengetahuan tentang filsafat
yang tepat, yang merupakan cara yang ditempuh dalam memperoleh pengetahuan
filsafat, baik yang teoritis maupun yang praktis.
Aksiologi, berasal dari bahasa Yunani juga yaitu “Axio” berarti
bermanfaat atau bernilai dan “logos” berarti ilmu pengetahuan. Jadi aksiologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai estetika dan etika terhadap
hasil dari pengetahuan. Aksiologi juga merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan kefilsafatan, nilai yang dimaksud
adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.
Kosmologi, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu “kosmos” berarti
alam (material) dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi kosmologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang struktur dan lapisan alam beserta isinya yang
melibatkan manusia sebagai subjek
Logika, berasal dari kata “logic” berarti akal atau rasio. Jadi logika adalah
cabang filsafat yang mepelajari tentang hukum-hukum atau silogisme-silogisme
dalam mengumpulkan data, dengan menggunakan metode deduktif dan induktif,
negasi-negasi terhadap proposisi-proposisi yang akhirnya akan mendapatkan
kesimpulan yang bersifat rasional.

E. Dasar-dasar Pengetahuan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada
pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
dengan perasaan. Penalaran mempunyai ciri, yaitu:
 Merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu.

11
 Logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir analisis adalah
berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan
pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.
Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran,
kita dapat bedakan jenis pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui
usaha aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun
lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intuisi. Kedua, pengetahuan yang didapat
tidak dari kegiatan aktif manusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran
agama. Untuk melakukan kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus
diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran yaitu dari rasio
(paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme). Penalaran ilmiah pada
hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan
induktif (terkait dengan empirisme). Penalaran merupakan proses berpikir yang
membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kesimpulan
dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut
dengan logika.

12
BAB III
PENUTUP

Manusia mulai dengan berfilsafat, bila ia berpikir dengan teliti dan teratur
untuk memecahkan problem-problem dan memandang permasalahannya dari sudut
yang hakiki. Maka dari itu pada hakikatnya. Filsafat mengemukakan pandangan-
pandangan yang bersifat akar dari ilmu yang lain. Namun di samping itu antara ilmu
filsafat dan ilmu-ilmu lain terdapat kesamaan-kesamaan sifat, yaitu bahwa semuanya
tertarik pada pengetahuan dan masing-masing adalah lapangan yang mengadakan
pemeriksaan dan penemuan, mempunyai objek, metode penelitian dan sistem.

A. Kesimpulan
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat
ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana
ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-
ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu
adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk memahami persoalan
ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan
cermat dan kritis.

B. Saran
Demikianlah pembahasan kelompok kami tentang pengantar filsafat ilmu dan dasar-
dasar pengetahuan.
Kami sadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kami sebagai
penyaji memohon saran dan kritik pembangun, sebagai alat pacu perbaikan bagi kami.
Demikianlah penyajian kami atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ade Hidayat. 2020. Filsafat Ilmu : Sejarah, Konsep, dan Strategi Pengembangan
Ipteks. Bandung : Penerbit Alfabeta
Dr. Hambali, S.Fil., M.Pd. 2017. FILSAFAT ILMU Islam dan Barat. Bandung :
Penerbit Alfabeta
Dr. Ilyas Supena, M.Ag. 2013. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Elihami, 2012.Hubungan Sains, Agama Dan Filsafat Dalam Pandangan Ontologi,
Epistemologi Dan Aksiologi. PPs. UMPAR
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/konsep-dasar-filsafat-ilmu/
https://id.scribd.com/document/358575590/Pengantar-Filsafat-Ilmu-Dan-Dasar-
Dasar-Pengetahuan
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/makalah-filsafat-ilmu.html?m=1
https://www.ilmusaudara.com/2016/06/pengertian-ilmu-filsafat-dasar-dasar.html?m=1
https://www.researchgate.net/publication/326033204_Filsafat_Ilmu

14

Anda mungkin juga menyukai