Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Mata Kuliah : Filsafat Islam

Dosen Pengampu : Putri Riziyah Rahmawati,M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Suci Andini (223151079)

2. Fajri Nur Wahid (223151101)

3. Edwina Khofifata Lutfitasari (223151106)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah dengan judul “Ontologi ” ini dapat tersusun lancar hingga selesai. Tak lupa penyusun ucapkan

terima kasih kepada dosen pengampu. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga

kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa itu ontologi yang saya sajikan dari

berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang

dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan

dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Filsafat Illmu

yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis melalui hasil penyusunan data-data sekunder yang

penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan topik bahasan materi pembelajaran. Serta

informasi dari media massa yang berkaitan dengan topik bahasan materi pembelajaran. Selain itu.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat

menambah wawasan kita mengenai “ONTOLOGI” khususnya bagi penulis.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkankritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.

Kartasura, 23 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

3. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

1. Pengertian Ontologi Ilmu ............................................................................................. 2

2. Konsep Konsep Ontologi .................................................................................... 4

3. Aliran-aliran Ontologi ........................................................................................ 5

4. Karakteristik Ilmu ............................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 7

1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7

2. Saran .................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat
ilmu. Bidang ini mempelajari dasar dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk
di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan dengan
epistemologi ontologi.

Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Ontology membahas relalitas atau suatu entitas denga napa adanya.
Pembahasan mengenai ontology berarti membahas kebenaraan suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaraan itu, ontology memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir di
dasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan relalitas.

Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan ataupun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat
penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu
merupakan suatu kegitan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas darimana suatu
ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat operasional, ilmu pengetahuan tidak dapat menempatkan
diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya. Maka dari pendahuluan ini saya akan
merumuskan masalah apa saja yang ada dalam penjelasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ontologi secara umum dan para ahli?
2. Konsep konsep ontologi
3. Apa saja aliran-aliran ontologi
4. Apa saja karakteristik ilmu

C. Tujuan penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui arti ontologi


2. Dapat memahami konsep konsep ontologi
3. Dapat memahami tentang aliran ontologi
4. Dapat memahami tentang karakteristik ilmu

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Ontologi

1. Pengertian ontologi

Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah Ontologi adalah ilmu
yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.

Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap
representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah
struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan
untuk sebuah knowledge base”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari
suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu
domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang
ada.

2. Ontologi menurut para ahli


a) Menurut Suriasumantri (1985)
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan
kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan :
a. apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b. bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c. c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.

b) Menurut Soetriono & Hanafie (2007)


Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran
tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat
merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya
berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

c) Menurut Pandangan The Liang Gie


Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang
pembahasannya meliputi persoalan-persoalan:
a. Apakah artinya ada, hal ada?
b. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada?
c. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada?

2
d. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan
(misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada?

d) Menurut Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dari Konsepsi Aristoteles


Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik dasar dari seluruh
realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan sifat nyata
yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan prinsip benda tersebut.
(Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM)
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba mencari
hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut lingkup
cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan berubah
sesuai dengan berjalannya waktu.

3
B. Konsep Konsep Ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi dapat dirangkum menjadi 5 konsep utama,
yaitu :
1. Umum (universal) dan Tertentu (particular)
Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh sesuatu, misalnya:
karakteristik da kualitas. “Umum” dapat dipisahkan atau disederhanakan melalui cara-cara tertentu.
Sebagai contoh, ada dua buah kursi yang masing-masing berwarna hijau, maka kedua kursi ini berbagi
kualitas “berwarna hijau” atau “menjadi hijau”.
Tertentu (particular) adalah entitas nyata yang terdapat pada ruang dan waktu. Contohnya,
Socrates (guru dari Plato) adalah tertentu (particular), seseorang tidak dapat membuat tiruan atau
kloning dari Socrates tanpa menambahkan sesuatu yang baru pada tiruannya.
2. Subtansi (substance) dan Ikutan (accident)
Substansi adalah petunjuk yang dapat menggambarkan sebuah objek. Jika tanpa properti tersebut,
maka objek tidak ada lagi.
Ikutan dalam filsafat adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh sebuah objek.
Menurut Aristoteles, “ikutan” adalah kualitas yang dapat digambarkan dari sebuah objek. Misalanya:
warna, tekstur, ukuran, bentuk, dan sebagainya.
3. Abstrak dan Kongkrit
Abstrak adalah objek yang “tidak ada”dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi “ada” pada sesuatu
yang tertantu, contohnya: ide, permainan tenis (permainan adalah abstrak, sedang pemain tenis adalah
kongkrit). Kongkrit adalah objek yang “ada” pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu
tertentu. Misalnya: awan, bada, manusia.
4. Esensi dan Eksistensi
Esensi adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi dasar keberadaan sebuah objek. Atribut
tersebut merupakan penguat dari objek, jika atribut hilang maka objek akan kehilangan identitas.
Eksistensi (exixtere : tampak, muncul. Bahasa Latin) adalah kenyataan akan adanya suatu objek yang
dapat dirasakan oleh indera.
5. Determinasi dan Indeterminasi
Determinasi adalah pandangan bahwa setiap kejadian (termasuk perilaku manusia, pengambilan
keputusan dan tindakan) adalah bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-kejadian
sebelumnya. Indeterminasi merupakan perlawanan terhadap determinisme.

4
C. Aliran-aliran Ontologi
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni:
1) Naturalisme
William R. Dennes, seorang penganut paham naturalisme modern – ketika berpendirian bahwa
apa yang dinamakan kenyataan pasti bersifat kealaman – beranggapan bahwa kategori pokok untuk
memberikan keterangan mengenai menggenai kenyataan ialah kejadian. 1 Kejadian-kejadian dalam
ruang dan waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada, dan senantiasa dapat dialami
oleh manusia biasa. Hanya satu satuan semacam itulah yang merupakan satu-satunya penyusun dasar
bagi segenap hal yang ada.
Jika naturalisme modern mengatakan bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari kenyataan,
dengan menggunakan istilah kita, ya demikian ini sama dengan mengatakan bahwa apapun yang bers
nyata pasti termasuk dalam kategori alam. Artinya, apapun yang bersifat nyata pasti merupakan sesuatu
yang terdapat dalam ruang dan waktu tertentu, yang dapat dijumpai oleh manusia, dan dapat pula dipel
dengan cara-cara yang sama seperti yang dilakukan oleh ilmu.
2) Materialisme
Seorang naturalisme mendasarkan ajarannya pada pengertian 'alam', berusaha melampaui
pengertian 'alam, dan mendasarkan diri pada macam substansi atau kenyataan terdalam yang dinamakan
'materi'. Sebelum berkembangnya fisika modern dengan hasil penyelidikannya yang menunjukkan
bahwa substansi renik yang keras, bulat serta tidak tertembus yaitu atom ternyata masih dapat
dipecahkan lebih lanjut, maka substansi semacam itulah yang dipandang sebagai materi. Kaum
materialis pada masa lampau memandang alam semesta tersusun dari zat-zat renik yang terdalam
tersebut dan memandang alam semesta dapat diterangkan berdasarkan hukum-hukum dinamika.
Berangkat dari pemahaman itu, kaum materialis dewasa ini mengenal rumus yang paling mengejutkan
di dalam fisika, yaitu E=MC2, yang menggambarkan bahwa tenaga E kedudukannya dapat saling
dipertukarkan dengan massa M.
3) Idealisme
Para penganut paham naturalisme dan materialism mengatakan bahwa istilah-istilah yang mereka
sarankan (materi, alam dan sebagainya) sudah cukup untuk memberikan keterangan mengena segenap
kenyataan. Namun kiranya ada banyak orang benar-benar dapet merasakan bahwa ada hal-hal serta gejala-
gejala yang tidak dapat semata mata diterangkan berdasarkan pengertian alam. Lebih-lebih sekadar
berdasarkan pengertian materi. Kiranya ada hal-hal seperti pengalaman nilai, makna dan sebagainya yang
tidak akan mengandung makna kecuali jika ada usaha untuk memperkenalkan istilah-istilah yang lain, atau
merupakan tambahan terhadap istilah-istilah yang bersifat naturalis
4) Hylomorfisme
Penyelesaian-penyelesaian masalah yang telah kita bicarakan sampai kini semuanya berusaha
mengembalikan segala sesuatu kepada unsur unsur penyusunnya dalam arti yang sangat khusus. Tetapi
sesungguhnya apa yang diusahakan untuk disingkapkan oleh setiap mazhab ialah hakekat atau substansi
terdalam segenap kenyataan yang ada. Pertanyaan "Apakah yang merupakan substansi terdalam?,"
dapat diubah menjadi "Apakah hakekat substansi itu?"
Pertanyaan semacam ini segera muncul sesudah orang menyadari bahwa mungkin sekali bukan
hanya terdapat satu substansi, melainkan banyak, atau setidak-tidaknya dua unsur penyusun dasar yang
terdalam Dengan kata lain, orang dapat berpendirian bahwa segala sesuatu tersusun dari dua macam
substansi atau lebih.

5
D. Karakteristik Ilmu
Ilmu (science), berasal dari bahasa Latin, scientia yang artinya juga ilmu. Sinonim yang
paling akurat dalam bahasa Yunani adalah episteme. Pada prinsipnya, ilmu merupakan
cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Jadi, tidak semua pengetahuan
dinamakan ilmu. Pengetahuan yang diangkat sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Rasional
Ilmu pengetahuan didasarkan atas kegiatan berpikir secara logis dengan
menggunakan rasa (nalar) dan dan hasilnya dapat diterima oleh nalar manusia.
2. Objektif
Kebenaran yang dihasilkan suatu ilmu merupakan kebenaran pengetahuan yang
jujur, apa adanya sesuai dengan kenyataan objeknya, serta tidak tergantung pada
suasana hati, prasangka, atau pertimbangan nilai pribadi.
3. Akumulatif
Ilmu dibentuk dengan dasar teori lama yang disempurnakan, ditambah, dan
diperbaiki sehingga semakin sempurna. Ilmu yang dikenal sekarng merupakan
kelanjutan dari ilmu yang dikembangkan sebelumnya.
4. Empiris
Kesimpulan yang diambil harus dapat dibuktikan melalui pemeriksaan dan
pembuktian empiris (inderawi), serta dapat diuji kebenarannya dengan fakta.
5. Andal dan Dirancang
Ilmu pengetahuan dapat diuji Kembali secara terbuka menurut persyaratan
dengan hasil yang dapat diandallkan. Selain itu, ilmu pengetahuan
dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah.

Karakteristik ilmu yang paling kentara adalah bahwa cara kerjanya ditentukan oleh
sebuah metode. Metode berarti bahwa penyelidikan terlangsung menurut suatu perncana
tertentu. Karakteristik selanjutnya adalah bahwa Bahasa ilmu sifatnya tertutup dan memakai
cara kerja sistem sendiri.

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate realita baik yang berbentuk konkret
maupun rohani/abstrak. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.
Adapun konsep-konsep umum ontologi yang meliputi: umum, substansi, abstrak, esensi,
determinasi. Aliran-aliran yang ada pada ontologi yaitu naturalisme, materialisme, idealisme,
hylomorfisme. Dan ada juga karakteristik ilmu yang pada prinsipnya, ilmu merupakan cabang
pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Jadi, tidak semua pengetahuan dinamakan ilmu.

B. SARAN
Demikianlah pembahasan kelompok kami tentang Ontologi. Kami sebagai penyusun makalah
ini sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata
bahasa maupun kalimat, oleh karena itu kami sangat berharap sekali masukan, kritik maupun saran yang
sifatnya membangun guna penyempurnaan penyusunan makalah saya selanjutnya. Demikian makalah
yang telah kami susun, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/18654625/Makalah_Ontologi
https://www.slideshare.net/GktmG/maka
William E. Hocking, “Mind and Near Mind”, dalam W.G. Mueder dan L. Sears (eds.), Development of
American Philosophy, (Boston: Houghton Miffin C0., 1940), hal. 496.
Kattsoff Louis O. 2014. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai