Anda di halaman 1dari 20

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN

AKSEOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah
Filsafat pada prodi Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :
Kelompok 8
FITRIANI :(742342022043)
RIZAL :(742342022038)

Dosen :
Ahmad Zuhry Amir, S.Sy.,

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kehadirannya kepada jujungan Nabi
besar Muhammad SAW.

Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kkata sempurna.
Dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Harapan besar penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
siapa saja baik yang membacanya maupun yang hanya mendengarkannya Aamiiin
YaaRobbal Alamiin.

Watampone, 30 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Pengertian Ontologi.............................................................................. 3
B. Pengertian Epistimologi........................................................................ 8
C. Pengertian Aksiologi............................................................................ 10
D. Hubungan Antara Landasan Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi.... 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada setiap kajian disiplin suatu ilmu, biasanya ada aspek-aspek
tertentu yang mendominasi bersifat mayor, disamping ada juga aspek lain yang
yang akan menjadi aspek pendukung yang bersifat minor. Terlebih lagi jika
kajian ini membahas dari suatu induk. Induk yang dimaksud di sini ialah induk
pengetahuan itu sendiri atau sering disebut dengan ‘filsafat’, sebelum
melahirkan turunannya yang kemudian menjadi berbagai cabang berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.Tiga hal tersebut itu adalah ontologi, epistemology,
dan aksiologi, akan selalu menjadi prolog suatu pembahasan sehingga dapat
membedakan akar suatu pembahasan dengan pengetahuan yang melingkupi
suatu akar pembahasan.Di banyak kesempatan sebagian orang malah justeru
tiga pembahasan tersebut (ontology, epistemology, dan aksiologi) diposisikan
sebagai tiga cabang dari filsafat itu sendiri.  Adapun ontologi dimaksud di sini
adalah suatu kajian yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan “apa”,
sehingga ini sangatlah mendasar dan awal sebelum membahas hal yang
lainnya.

Pembahasan pertama dari tema apapun seharusnya diawali dengan


menjawab “apa”, sehingga akan teridentifikasi batasan-batasan apa yang
menjadi kajiannya. Sementara tahapan berikutnya adalah epistemologi, yaitu
bagaimana mencari berbagai pengetahuan yang berhubungan dan berkaitan
terhadap jawaban “apa” yang dimaksud di kajian ontologi seperti tersebut di
atas. Adapun langkah berikutnya adalah, tidak hanya cukup dengan
mendefinisikan ‘apa sesuatu’ itu tetapi harusnya melengkapi berbagai macam
halnya tentang ‘sesuatu’ yang sedang menjadi objek pembahasan. Oleh karena
itu berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan ‘sesuatu’ yang sedang
menjadi objek pembahasan menjadi target utama aspek epistemologi ini, guna
melahirkan suatu disiplin ilmu tertentu. Hanya dengan dua aspek utama inilah
lalu kemudian lahir berbagai cabang ilmu dan cabang pengetahuan hingga kini

1
2

berkembang begitu pesat tidak seperti awal mula filsafat muncul yang hanya
melahirkan beberapa disiplin ilmu seperti; logika, biologi, sosiologi, etika,
estetika, ekonomi, dan metafisika. Tetapi lahir berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dari induknya yaitu filsafat, dengan melalui tiga aspek utama
yang sangat penting telah diletakkan oleh para filosof Yunani bahkan hingga
kini; ontologi, epsitemologi, dan aksiologi. Melengkapi pertanyaan dari “apa”
yang ada di kajian “ontologi’, kemudian penjelasan tentang pertanyaan dari
pertanyaan “bagaimana” yang ada di kajian “epitemologi” ini, lalu kemudian
dilengkapi dengan apa yang dikaji dalam aksiologi. Karena aksiologi ini
membahas tentang daya manfaat dan daya guna dari bahasan tersebut, apakah
memberi kemanfaatan dan berguna ataukah tidak memberikan manfaat dan
tidak berguna.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ontologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?
3. Apa yang dimaksud dengan Aksiologi?
4. Bagaimana hubungan antara ketiga landasan tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dan pengertian dari onlogi, epistemologi dan
aksiologi.
2. Untuk Mengetahui hubungan dari ketiga landasan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi

Ontologi terdiri dari dua suku kata,yakn ontos dan logos .Ontos berarti
sesuatuyang berwujud (being ) dan logos berarti ilmu. Jadiontologi adalah
bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala
sesuatuyang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab
akibat yaitu ada manusia,ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu
hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalamkeharmonisan (Suparlan
Suhartono, 2007). Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau
teoritentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah
dunia empiris, dunia yang dapat dijangkau panca indera.Dengan demikian,
obyek ilmu adalah pengalaman inderawi.Dengan kata lain,ontologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud(yang ada)
dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian ini didukung pula
oleh pernyataan Runes bahwa “ ontology is the theory of being qua being” ,
artinya ontologi adalahteori tentang wujud.Obyek telaah ontologi adalah yang
ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya
dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyakdigunakan ketika
kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu.Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi
membahas tentangyang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencariinti yang termuat dalam setiap
kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yangada yang
kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indera senantiasa
berubah.karena itu,ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, kopi atau
gambaran dari idea-ideanya. Dengan katalain, benda-benda yang dapat
ditangkap dengan panca indera ini hanyalah khayal dan illusi belaka.

3
4

Istilah ontologi muncul sekitar pertengahan abad ke-17. Pada waktu itu
ungkapan filsafat mengenai yang ada (philosophia entis) digunakan untuk hal
yang sama. Menurut akar kata Yunani, ontologi berarti ‘teori mengenai ada yang
berada. Oleh sebab itu, orang bisa menggunakan ontologi dengan filsafat pertama
Aristoteles, yang kemudian disebut sebagai metafisika. Namun pada
kenyataannya, ontologi hanya merupakan bagian pertama metafisika, yakni teori
mengenai yang ada, yang berada secara terbatas sebagaimana adanya dan apa
yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut.
Di dalam metafisika, ontologi adalah suatu bidang kajian yang
mempersoalkan esensi eksistensi segala hal di semesta ini. Secara lebih khusus,
ontologi berurusan dengan kategori-kategori dasar atau konsep generik dari semua
unsur di alam semesta. Dalam sistem informasi, ontologi adalah spesifikasi yang
jelas tentang serangkaian konsep yang menjelaskan sebuah wilayah pengetahuan
tertentu yang dipakai bersama oleh para pengguna sistem bersangkutan.
Seringkali ontologi adalah sebuah struktur hirarkis yang mengandung definisi
kelas, antar hubungan (relationships), karakteristik atau property, dan tata-aturan
(rules) yang berlaku di suatu bidang pengetahuan. Jadi, ontologi sebenarnya dapat
juga dilihat sebagai kosakata bersama dan mewakili konsensus masyarakat
tentang sebidang pengetahuan tertentu. Itu sebabnya Gruber (1995)
mendefinisikan ontologi sebagai “sebuah spesifikasi yang formal dan eksplisit
tentang sebuah konsep yang dipakai bersama (a formal, explicit specification of a
shared conceptualization)” (hal. 907). Dengan kata lain pula, ontologi adalah
sebuah domain dan juga metadata yang mengambarkan unsur semantik dari
sebuah sistem informasi. Dari beberapa pengertian ontologi di atas, maka dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas, apa yang disebut dengan ontologi. Ontologi
juga mengandung pengertian sebuah cabang filsafat yang menyelidiki realitas
yang menentukan apa yang kita sebut realitas. Dari beberapa pengertian dasar
tersebut bisa disimpulkan bahwa ontologi mengandung pengertian “pengetahuan
tentang yang Ada”.Dapat juga dikatakan bahwa ontologi merupakan bagian dari
filsafat ilmu yang membahas pandangan terhadap hakikat ilmu atau pengetahuan
ilmiah, termasuk pandangan terhadap sifat ilmu itu sendiri.
5

Terdapat beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni monisme, dualisme,


materialisme, idealisme, dan agnostisisme.

a. Monisme

Monisme adalah aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala


sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi maupun
rohani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Para filosof pra-
Socrates seperti Thales, Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam
kelompok Monisme, selain juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof
Modern seperti I. Kant dan Hegel adalah penerus kelompok Monisme,
terutama pada pandangan idealisme mereka.

b. Dualisme

Dualisme meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat,
yaitu materi (jasad) dan jasmani (spiritual). Kedua macam hakikat itu
masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dan azali.
Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam
alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua
hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran


(rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua
hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja).
Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karena
kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan
kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan
hidup.
6

c. Materialisme

Materialisme menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa


segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah
merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan
materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan
kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme. Namun


sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan
aliran filsafat yang menganggap bahwa alam saja yang ada, yang lainnya
di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedangkan
yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi benda
dan roh. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari
benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme,


mereka disebut filsafat alam. Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam
ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M)
menganggap bahwa unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 s.M)
menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak
terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal
itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-
360 s.M) menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang
banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah
yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah
tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.

d. Idealisme

Idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan


spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka
warna itu semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu.
Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang.
7

Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada
penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia
menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi
kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya,
sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.

e. Agnostisisme

Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu


mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang
ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal
yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof
Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre
menyatakan tidak ada hakikat "ada" manusia, tetapi yang ada adalah
"keberadaan"-nya.

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

 yang-ada
 kenyataan/realitas
 eksistensi
 esensi
 substansi
 perubahan
 tunggal
 jamak
Ontologi salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal
dariYunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret.Tokoh Yunani yangmemiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Padamasanya, kebanyakan orang belum
membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai
filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi
terdalam yang meupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting
8

ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu subst
ansi belaka(sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

B. Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme dan logos berasal dari bahasaYunani.
Episteme  artinya pengetahuan, sedangkan logos menunjukkan
adanya pengetahuan sistematik. Jadi Epistemologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Theory of Knowledge). Beberapa
tokoh juga mendefinisikan tentang Epistemologi antara lainkedua tokoh dari
Indonesia yaitu: P. Hardoyo Hadi menyatakan bahwaEpistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skop
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta bertanggung jawab
atas pernyataan tentang pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan menurut D.W.
Hamlyn bahwasannya epistemologi adalah sebagai cabang dari filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendalian-
pengendaliannya serta  secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.Epistemologi juga disebut
logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi,logika dibedakan menjadi dua,
yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir
dan dalil-dalilnya, seperti silogisme.Logika mayor mempelajari hal pengetahuan,
kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.

Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang


disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk
menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar.Jacques Martain
mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal utama untuk menjawab
pertanyaan, apakah sayadapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu”, yang menjadi pusat perhatian dar i tujuan
epistemologi adalah memiliki potensi untuk memeroleh pengetahuan. Istilah
istilahlainyangsetaramaksudnyadengan“epistemologi”dalam berbagai kepustakaan 
filsafat kadangkadang disebut juga logikamaterial,kriteriologi  kritika pengetahua
9

n, gnosiologi dan dalam bahasaIndonesia lazim dipergunakan istilah “Filsafat


Pengetahuan” sebagai berikut:

a. Logika material

Logika material merupakan suatu ilmu pengetahuan yang


bersangkutandengan kebenaran materil, yang kadang-kadang disebut juga
dengankebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.

b. Kriteriologi
Istilah Kriteriologi berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran untuk
menetapkan benar-tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
tertentu.Sehingga kriteriologi merupakan suatu cabang filsafat yang
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran pengetahuan
berdasarkan tentang kebenaran.
c. Kritika pengetahuan

Kritika pengetahuan dapat diartikan menunjuk kepada suatu


ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusahame
nentukan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan
manusia.Kritika pengetahuan disini dapat dikatakan sejenis usaha manusia
untukmenetapkan, apakah suatu pikiran atau pengetahuan manusia itu
sudah benar atau tidak benar dengan jalan meninjaunya secara sedalam-
dalamnya. 

d. Gnosiologi
Istilah gnoseologi berasal dari kata gnosis dan logos. Gnosis berarti penget
ahuan yang bersifat keilahian, logos berarti ilmu pengetahuan.Sehingga
gnoseologi berarti ilmu pengetahuan atau cabang
filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pengetahuan,khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian.
10

e. Filsafat pengetahuan

Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat


yangmempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.

Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan merupakan kajian yang berguna,


karena ia membahas aspek kehidupan manusia yang amat fundamental yaitu ilmu
pengetahuan. Epistemologi mengkaji secara filosofis tentang asal, struktur,
metode, validitas dan tujuan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan apa yang disebut
kebenaran serta kriterianya dan menjelaskan cara yang dapat membantu
diperolehnya kebenaran itu. Epistemologi mempunyai tempat yang cukup
sentral dalam bangunan filsafat ilmu, sehingga epistemologi telah menarik
perhatian para pemikir baik di Barat maupun di bangunan pemikiran Islam
modern.

Dari segi sejarah, pembahasan filsafat merupakan induk utama ilmu


pengetahuan. Atas dasar pokok filsafat inilah lahir cabang ilmu lain, seperti
matematika, logika atau logika, kedokteran, dan lain-lain. Epistemologi asal kata
dari "epistēmē" dalam bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Aliran ini secara
garis besar dibagi menjadi dua aliran pokok yakni idealisme dan realism. Pertama,
idealisme atau dikenal sebagai rasionalism adalah aliran yang merujuk pada
peranan dari akal, ide, kategori, dan bentuk sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Kedua, realisme atau dikenal empirism adalah aliran yang merujuk peranan indera
baik itu penglihat, pendengar, peraba, pencium, dan pengecap sebagai sumber
sekaligus alat mendapatkan ilmu pengetahuan. Para tokoh pemikiran aliran-aliran
ini, ada kalanya saling mempertahankan keyakinan pemikirnya dan kadang sangat
eksklusif dalam mengungkap kebenaran.

C. Aksiologi

Filsafat ilmu juga tidak terlepas dari landasan aksiologi dari ilmu. Landasan


ini memperdebatkan manfaat dan dampak ilmu bagi manusia dan lingkungan
hidup. Fokus dari landasan ini bukanlah kebenaran seperti halnya landasan
ontologis dan epiestmologis, melainkan kebaikan. Meskipun landasan ini lebih
11

merupakan urusan dari etika, namun dalam situasi konkret, filsafat ilmu wajib
mempertimbangkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial dari pemilihan dan
penggunaan kebenaran ilmiah oleh manusia. Oleh karenanya, aksiologi
memerlukan tempat serius dalam filsafat ilmu.

Para ahli mendefinisikan aksiologi sebagai berikut:

1. KBBI

Bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, terdapat


definisi aksiologi secara mendasar. Dijelaskan bahwa aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang
nilai-nilai khususnya etika. Sehingga secara mendasar, aksiologi
merupakan sebuah penjelasan tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi
manusia. Sekaligus bisa menjelaskan mengenai nilai-nilai dalam
kehidupan, khususnya adalah mengenai etika. 

2. Sumantri

 Sumantri melalui salah satu bukunya menjelaskan tentang definisi dari


aksiologi. Menurutnya, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Sehingga Sumantri
disini berpendapat bahwa aksiologi sejatinya adalah sebuah teori nilai
yakni sebuah ilmu yang membahas mengenai nilai. Nilai-nilai yang
dibahas kemudian berkaitan dengan pengetahuan yang didapatkan dan
digunakan oleh manusia. 

3. Kattsoff 

Pendapat berikutnya datang dari Kattsoff, dijelaskan bahwa aksiologi


adalah  ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.Sehingga membahas mengenai
definisi nilai-nilai dalam kehidupan menggunakan dasar ilmu filsafat.
12

Dasar ini kemudian membantu memahami nilai secara mendalam dan


dikaitkan dengan unsur yang lebih murni dan mendasar. 

4. Wibisono 

Berikutnya ada pendapat dari Wibisono, menjelaskan bahwa aksiologi


adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika serta moral sebagai
dasar normatif penelitian dan juga penggalian, dan juga penerapan ilmu.

5. Jujun S. Suriasumantri 

Terakhir adalah pendapat dari Jujun S. Suriasumantri, menurutnya


aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Sehingga segala nilai yang berhubungan
dengan manfaat pengetahuan akan dikaji atau dibahas di dalam cabang
ilmu filsafat satu ini. 

Melalui beberapa pendapat tersebut maka bisa disimpulkan bahwa aksiologi


merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai kehidupan
yang mengarah pada manfaat atau kegunaan dari pengetahuan bagi hidup
manusia

Aksiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak


bebas nilai. Artinya pada tahap tertentu kadang ilmu harus diaesuaikandengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat sehingga nilai kegunaan
ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahtaaan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.

Dewasa ini perkembangan ilmu sudah melenceng jauh dari hakikatnya,
dimana  ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapaitujuan hidupnya, melainkan bahkan kemungkinan menciptitakan tujuan
hidup itu
13

sendiri. Darisinilah moral sangat berperan sebagai landasan normati
dalampenggunaan ilmu, serta dituntut tanggung ja'ab sosial ilmu'an dengan
kapasitaskeilmuannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekn
ologi ,sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.

D. Hubungan dari ontologi epistemolog dan aksiologi

Dari tiga pengertian di atas dapa kita simpulkan bahwa antologi adalah ilmu
yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunkana ilmu, sedangkan
epistimologi adalah bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan filsafat, dan
aksiologi adalah ilmu membicarakan tentang tujuan ilmu penegtahuan itu sendiri.
Jadi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hubungan antara ketiganya bahwa
(epistimologi) yaitu bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian
(antologi) bagaimana kita menggunakan ilmu itu dengan baik, bermanfaat buat
kita sendiri dan untuk masyarakat banyak, dan (aksiologi) apa tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri? .

Ontologi membahas tentang ada dan realita yang sebenarnya. Berdasarkan


asal kata tersebut ontologi menelaah tentang sesuatu yang ada atau yang mungkin
ada mengenai suatu objek.Dalam kaitannya pendidikan dengan ontologi yaitu
mengkaji mengenai hakikat ilmu dan objeknya, serta menyelidiki keadaan alam
nyata yang sebenarnya dan gejala-gejala empirik yang terjadi melalui panca indra.
Biasanya ontologi mengkaji tentang realita yang akan menjurus kepada
kebenaran.

Berikutnya keterkaitan pendidikan dengan epistemologi. Epistemologi


memiliki asal kata yaitu episteme (Pengetahuan) dan logos (teori) yang berasal
dari bahasa yunani. Dapat dikatakan bahwa epistemologi disini membahas tentang
pengetahuan.Dalam keterkaitannya pendidikan dengan epistemologi yaitu
mengkaji mengenai cara memperoleh pengetahuan beserta metode-metode yang
diguanakan dalam ilmu pengetahuan. Pengetahuan didapat melalui akal, intuisi,
pengalaman dan pancaindra manusia.
14

Selanjutnya yang terakhir yaitu keterkaitan pendidikan dengan aksiologi.


Memiliki asal kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu aksion (nilai) dan logos
(teori). Jadi berdasarkan asal kata tersebut aksiologi membahas mengenai nilai
dan juga terkait dengan moral (etika).Keterkaitan aksiologi dengan pendidikan
yaitu bagaimana serta tujuan setiap manusia dalam menggunakan ilmu yang
dimiliki. Dengan adanya pendidikan setiap manusia diajarkan untuk
menggunakan ilmu yang dimiliki untuk tujuan yang baik dan juga supaya manusia
bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku.

Ketiga lingkup kajian yang terdapat dalam filsafat ini memiliki artti yang
berbeda-beda, namun ketiganya saling melengkapi dan terkait satu sama lain.
Dalam kaitannya dengan pendidikan dapat disimpulkan bahwa ontologi,
epistemologi dan aksiologi mengkaji mengenai keberadaan suatu ilmu
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan bagaimana memanfaatkan
pengetahuan yang dimiliki.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang


berwujud(yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Epistemologi
mengkaji secara filosofis tentang asal, struktur, metode, validitas dan
tujuan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan apa yang disebut kebenaran serta
kriterianya dan menjelaskan cara yang dapat membantu diperolehnya
kebenaran itu. Dijelaskan bahwa aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai
khususnya etika. Sehingga secara mendasar, aksiologi merupakan sebuah
penjelasan tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi manusia. Sekaligus
bisa menjelaskan mengenai nilai-nilai dalam kehidupan, khususnya
adalah mengenai etika. Fokus dari landasan ini
bukanlah kebenaran seperti halnya landasan ontologis dan epiestmologis,
melainkan kebaikan. Meskipun landasan ini lebih merupakan urusan
dari etika, namun dalam situasi konkret, filsafat ilmu wajib
mempertimbangkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial dari pemilihan
dan penggunaan kebenaran ilmiah oleh manusia.

Ketiga lingkup kajian yang terdapat dalam filsafat ini memiliki artti yang
berbeda-beda, namun ketiganya saling melengkapi dan terkait satu sama
lain. Dalam kaitannya dengan pendidikan dapat disimpulkan bahwa
ontologi, epistemologi dan aksiologi mengkaji mengenai keberadaan suatu
ilmu pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan bagaimana
memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki.

15
16

B. Saran

Besar harapan penulis agar kiranya pembaca saling menyampaikan kritik dan
saran mengenai penulisan makalah ini yang masih jjauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Ontologi - https://digilib.undip.ac.id/2012/06/19/ontologi/

https://www.rangkumanmakalah.com/ontologi-ilmu-pengetahuan/

https://barisanpinggiran.wordpress.com/tag/pembagian-ontologi/

Ontologi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

https://www.academia.edu/41553160/Epistemologi

https://uinsgd.ac.id/dasar-dasar-epistemologi-islam/

https://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi#cite_note-1

https://deepublishstore.com/materi/pengertian-aksiologi/

(DOC) Hubungan Landasan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi dalam


filsafat ilmu | Ahmat Arnal - Academia.edu

Keterkaitan Pendidikan dengan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


Halaman all - Kompasiana.com

Enden –filsafat ilmu

17

Anda mungkin juga menyukai