FILSAFAT PENDIDIKAN
“ONTOLOGI ,EPISTEMOLOGI,AKSIOLOGI”
DISUSUN OLEH :
Namun saya menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian saya, baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi
saya selaku penyusun, saya mengharapkan kritik dan sarannya demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
a. Latar belakang.............................................................................................5
b. Rumusan masalah........................................................................................5
c. Tujuan.........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
a. Kesimpulsn ................................................................................................15
b. Daftar pustaka............................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
B. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Ontologi,epistemologi dan aksiologi
B. Pengertian Ontologi ilmu (Hakikat ilmu)
C. Pandangan pokok pemikiran dalam pemahaman ontologi
D. Pengertian epistemologi
E. Hubungan Epistemologi Dengan Ilmu-Ilmu Lain
F. Pengertian Aksiologi
G. Hakikat dan makna nilai
C. TUJUAN PENULISAN
1. mengatahui Pengertian Ontologi,epistemologi dan aksiologi
2. mengetahui Pengertian Ontologi ilmu (Hakikat ilmu)
3. mengetahui Pandangan pokok pemikiran dalam pemahaman ontologi
4. mengetahui Pengertian epistemologi
5. mengetahui Hubungan Epistemologi Dengan Ilmu-Ilmu Lain
6. mengetahui Pengertian Aksiologi
7. mengetahui Hakikat dan makna nilai
5
BAB II
PEMBAHASAN
1).PENGERTIAN
A. ONTOLOGI
1. Pengertian Ontologi ilmu (Hakikat ilmu)
1
Aceng Rachmat, Op.Cit., hlm. 144
2
Ibid., hlm. 2
6
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ontologi artinya cabang ilmu filsafat yg berhubungan dengan
hakikat hidup. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan
hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis
berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kausa
prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam
keharmonisan.Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud
hakikat yang ada. Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang
dapat dijangkau pancaindera. Dengan demikian, objek ilmu adalah pengalaman
inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika
semata. Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is
the theory of being qua being”, artinya ontologi adalah teori tentang wujud.
2 3
Amsal Bakhtiar, hlm. 131
4
http://kbbi.web.id/
5
Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar-Ruzz
Media, 2007)
7
2. PANDANGAN POKOK PEMIKIRAN DALAM PEMAHAMAN
ONTOLOGI
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis.
Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika
menjadi dua, yaitu:
a. Metafisika umum
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.
Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari
segala sesuatu yang ada.
b. Metafisika khusus.
1) Kosmologi
Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang alam
semesta
2) Psikologi
Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang jiwa
manusia
3) Teologi
Cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan.
Sedangkan arti metafisika itu sendiri menurut Reza A.A Wattimena, dalam
bukunya yang berjudul “Filsafat dan Sains; Sebuah Pengantar” adalah cabang
filsafat yang merefleksikan hakekat dari realitas pada levelnya yang paling
abstrak. Ada beberapa pandangan pemahaman tentang ontologi, diantaranya yaitu:
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Thomas Davidson menyebut dengan
Block Universe. Kemudian paham ini terbagi ke dalam dua aliran:
a. Materialisme (naturalisme)
Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani.22 Seperti halnya manusia, karena manusia pada instansi terakhir adalah
benda dunia (materi) seperti benda (materi) lainnya.3
3 6
Amsal Bakhtiar, hlm. 133
Ibid., hlm. 134
7
8
Reza A.A Wattimena, Filsafat dan Sains; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Grasindo), hlm.10
8
b. Idealisme
Aliran ini menyatakan bahwa hakikat benda adalah nurani, spirit atau
sebangsanya.
2. Dualisme
Paham ini menganggap bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai
asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan
spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda.25
3. Pluralisme
4. Nihilisme
Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Pertama,
tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat
diketahui. Disebabkan penginderaan tidak dapat dipercaya karena sumber ilusi.
Ketiga, sekalipun realitas itu dapat diketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan
kepada orang lain.
5. Agnostisisme
B. EPISTEMOLOGI
1. Pengertian epistemologi
4 9
Surajiyo, hlm. 151
10
http://kbbi.web.id/
11
J. Sudarminta, Epistemologi Dasar; Pengantar Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), cet. 9, hlm. 18
9
Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai,
artinya mendudukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme
berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk “menempatkan sesuatu dalam
kedudukan setepatnya.” Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam
bahasa Yunani juga dipakai kata “gnosis”, maka istilah “epistemologi” dalam
sejarah pernah juga disebut gnoseologi. Sebagian kajian filosofis yang membuat
telaah kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemologi
kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge;
Erkentnistheorie).Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan
“misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami.
10
1. Hubungan epistemologi dengan ilmu logika
C. AKSIOLOGI
6 14
Mujamil Qomar, hlm. 20-21
15
Surajiyo, hlm. 90
16
Mohammad Adib, hlm. 74
11
1. Pengertian Aksiologi
12
diketahui melaui akal. Pendirian ini dinamakan “obyektivitas logis”.
b. Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan
Pendirian ini disebut “obyektivitas metafisik”.
8 19
Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Alih Bahasa oleh Soedjono Soemargono,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), hlm. 331
20
Ibid., hlm. 332
21
Aceng Rahmat., hlm. 140
22
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2003), hlm. 34-35
13
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan
masalah-masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda. Ini berarti bahwa
secara metafisika ilmu terbebas dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik Galileo
(1564-1642).47 Yaitu ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya
tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa“bumi yang berputar
mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh
ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber
pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin
mempelajari alam sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain, terdapat
keinginan agar ilmu mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang
terdapat dalam ajaran-ajaran diluar bidang keilmuan di antaranya agama.
Timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang
berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Galileo oleh
pengadilan agama tersebut,dipaksa untuk mencabut pernyataanya bahwa bumi
berputar mengelilingi matahari.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://kbbi.web.id/
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta:
Penerbit Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP Fakultas filsafat,
2000)
Wattimena, Reza A.A, Filsafat dan Sains; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Grasindo)
16