Anda di halaman 1dari 4

NAMA: MINA KURNIAEKA WATI

NIM: 206220005

PRODI: TADRIS FISIKA

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

RESUME MANAGEMENT EMOTION

TIGA GRAND THEORY MENGENAI EMOSI

1. Teori Emosi Dua-Faktor Schachter-Singer


Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi
fisiologik dapat saja sama (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin
dialirkan dalam darah, dan sebagainya) namun jika rangsangannya menyenangkan seperti
diterima di perguruan tinggi favorit- emosi yang ditimbulkan dinamakan senang. Sebaliknya,
jika rangsangannya membahayakan (misalnya, melihat ularberbisa), emosi yang timbul
dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

2. Teori James-Lange
William James (1884) dari Amerika Serikat dan Carl Lange (1885) dari Denmark, telah
mengemukakan pada saat yang hampir bersamaan, suatu teori tentang emosi yang mirip satu
sama lainnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori James-Lange (Effendi & Praja,
1993; Mahmud, 1990; Dirgagunarsa, 1996). Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul
setelah terjadinya reaksi psikologik. Jadi, kita senang karena kita meloncatloncat setelah melihat
pengumuman dan kita takut karena kita lari setelah melihat ular. Selanjutnya menurut teori ini,
emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Jadi, jika seserang misalnya
melihat harimau, reaksinya peredaran darah makin cepat karena denyut jantung makin cepat,
paru-paru lebih cepat memompa udara, dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudin
dipersepsikan dan timbulah rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul?. Ini disebabkan oleh
hasil pengalaman dan proses belajar. Emosi, menurut kedua ahli ini,terjadi karena adanya
perubahan pada sistem vasomotor (otot-otot). Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan
perubahan fisiologis dan perubahan psikologis yang disebut emosi. Dengan kata lain, James-
Lange, seseorang bukan tertawa karena senang, melainkan ia senang karena tertawa.

3. Teori “Emergency” Cannon


Teori ini dikemukakan oleh Walter B. Cannon (1929), seorang fisiologi dari Harvard
University. Cannon dalam teorinya menyatakan bahwa karena gejolak emosi itu menyiapkan
seseorang untuk mengatasi keadaan yang genting, orang-orang primitif yang membuat respons
semacam itu bias survive dalam hidupnya. Cannon mengatakan, antara lain, bahwa organ tubuh
umumnya terlalu insensitif dan terlalu dalam responsnya untuk bias menjadi dasar
berkembangnya dan berubahnya suasana emosional yang sering kali berlangsung demikian
cepat. Meskipun begitu, ia sebenarnya tidak beranggapan bahwa organ dalam merupakan satu-
satunya factor yang menentukan suasana emosional.

MACAM-MACAM EMOSI

Menurut Goleman macam-macam emosi itu adalah:

- Amarah : Beringas, mengamuk, jengkel, benci, kesal hati


- Kesedihan : Pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
- Rasa Takut : Cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang
- Kenikmatan : Senang, bangga, bahagia, gembira, riang, puase.
- Cinta : Penerimaan, persahabatan, kepercayaaan, hormat,kemesraan, kebaikan hati
- Terkejut : Terkisap, terkejut
- Jengkel : Hina, jijik, muak, tidak suka
- Malu : Malu hati, kesal

Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Jadi berbagai macam emosi itu
mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita
dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu
membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah
menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi.(Goleman, 2002)

PROSES TERJADINYA EMOSI

Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun factor fisiologis.


Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang
bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu
melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan
kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian
memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas
tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi
suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita. Pandangan teori kognitif menyebutkan
emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa
memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak
menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih positif
seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan.
Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan
fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka
perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif
MANAJEMEN EMOSI

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pengelolaan emosi adalah suatu proses, cara, dan
perbuatan untuk mengendalikan, menyelenggarakan, mengurus dan mengatur. Goleman (1997)
pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengatur perasaan, menenangkan diri, melepaskan
diri dari kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dengan tujuan untuk keseimbangan
emosi

EMOSIONAL INTELLIGENCE (KECERDASAN EMOSI)

Goleman (1997) pengelolaan emosi adalah kemampuan untuk mengatur perasaan,


menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan, dengan
tujuan untuk keseimbangan emosi. Berikut merupakan beberapa point penting untuk manajemen
emosi. Emotional Intelligence atau sering diterjemahkan dengan kecerdasan emosi menjadi
sangat terkenal diseluruh dunia semenjak seorang psikolog New York bernama Daniel Goleman
menerbitkan bukunya dengan judul kecerdasan emosi di tahun 1995. Tak kurang pejabat tinggi
gedung Putih waktu itu menggap emosional intelligence sebagai sesuatu yang baru dan layak
diperhatikan. Kecerdasan emosi bukan sesuatu yang baru di bidang psikologi. Istilah ini sengaja
dikemas oleh Goleman agar dapat ditangkap dengan mudah oleh orang-orang di luar disiplin
ilmu psikologi. Goleman menyatakan dari hasil banyak penelitian menyatakan bahwa kecerdasan
umum semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup seseorang sebanyak 20% saja,
sedangkan 80% yang lan adalah apa yang disebutnya Emotional Intelligence. Bila tidak
ditunjang dengan pengelolahan emosi yang sehat kecerdasan saja tidak akan menghasilakan
seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang. (Goleman, 1995: 25). Kecerdasan
emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard
University dan John Mayer dari University of New Hampshire. Salovey dan Mayer
mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai: “Himpunan bagian
dari kecerdasan social yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan
kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8). Berikut penjelasan mengenai ketrampilan
kecerdasan emosi menurut Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi ke
dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan
dengan orang lain. Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Kesadaran Diri (Self Awareness)


Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan dalam
dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang
kuat.

b) Pengaturan Diri (Self Management)


Self management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan
menangani emosinya sendiri dengan sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada
pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan kata hati, serta sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya suatu sasaran atau tujuannya dan mampu pulih Kembali dari tekanan
emosi.

c) Motivasi (Self Motivation)


Self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta bertindak sangat
efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari kegagalan dan frustasi.

d) Empati (Empathy/Social awareness)


Empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang lain,
mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling percaya,
serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.

e) Keterampilan Sosial (Relationship Management)


Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan
baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan
sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk
mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja
sama dalam tim.

Anda mungkin juga menyukai