Anda di halaman 1dari 7

DEMOKRASI

KONSTITUSIONA
L INDONESIA &
IMPLEMENTASIN
YA
A. Pengertian Demokrasi konstitusional
■ Demokrasi konstitusional atau demokrasi liberal adalah sistem politik yang menganut
kebebasan individu. Secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam
demokrasi konstitusional , keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau
langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk
pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan
hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.
■ Demokrasi konstitusional pertama kali dikemukakan pada Abad Pencerahan oleh penggagas
teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, dan John Locke. Semasa Perang Dingin, istilah
demokrasi konstitusional bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada
zaman sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi
langsung atau demokrasi partisipasi.
B. Pelaksanaan Demokrasi konstitusional di Indonesia

1. Masa Orde Lama


Sepanjang perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ternyata pelaksanaan demokrasi
konstitusional mengalami tarik menarik antara langgam demokrasi dan langgam otoritarian dalam
sistem politik. Keduanya muncul secara bergantian dengan kecenderungan linear pada otoriterisme.
Sistem demokrasi baru muncul ketika pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden mengeluarkan
Maklumat No. X Tahun 1945 yang mengubah kedudukan KNIP menjadi lembaga legislatif yang
sejajar dengan Presiden dan bukan lagi sebagai pembantu Presiden. Maklumat itu juga memuat
pembentukan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang berfungsi sebagai
pelaksana sehari-hari tugas KNIP. BP-KNIP inilah yang kemudian mengusulkan diubahnya sistem
kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer yang disetujui oleh pemerintah melalui
maklumat tanggal 14 November 1945 tanpa melakukan perubahan atas UUD 1945. Jadi, berlakunya
sistem parlementer ini berlangsung hingga tahun 1959 yang di dalamnya pernah terjadi perubahan
UUD sampai dua kali, yakni Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1949 dan Undang-undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Pada kurun waktu itulah, tercatat bahwa langgam politik di Indonesia
bersifat demokratis dengan konfigurasi yang demokratis pula.
2. Masa Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru juga menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi yang harus
dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Semula rezim Orde Baru menampilkan
langgam politik yang demokratis. Tetapi setelah itu, sejak tahun 1969 dan pada
Pemilihan Umum (Pemilu) 1971, rezim ini pun menjadi otoriter dengan selalu
mengatakan dirinya bersikap konstitusional berdasarkan UUD 1945. Rezim ini
akhirnya diruntuhkan oleh gerakan rakyat (yang dimotori oleh mahasiswa) dalam apa
yang disebut dengan Gerakan Reformasi dan mencapai puncaknya pada tanggal 21 Mei
1998 ketika Soeharto tidak dapat mengelak dari tuntutan untuk berhenti dari
jabatannya sebagai Presiden.
Bahwa UUD 1945 tidak pernah menghadirkan pemerintahan yang demokratis, juga dapat
dilihat dari sejarah berlakunya UUD 1945 yang secara garis besar dibagi atas tiga periode,
yaitu periode 1945-1949, periode 1959-1966, dan periode 1966-1998. Sejarah perjalanan
bangsa ini mencatat bahwa periode 1945-1959 adalah periode sistem politik yang demokratis.
C. Kelemahan Pelaksanaan Demokrasi
konstitusional di Indonesia
1. Tidak Ada Mekanisme (Check and Balance)
2. Terlalu Banyaknya Atribusi Kewenangan
3. Adanya Pasal-pasal yang Multitafsir
4. Terlalu Percaya pada Semangat Orang (Penyelenggara)
D. Contoh – Contoh Demokrasi
konstitusional
1. Sistem Uniter
Dalam sistem kesatuan pemerintah pusat memiliki kekuasaan penuh, yang dapat didelegasikan kepada
pemerintah.
2. Sistem Federal
Dalam sistem federal kekuasaan dibagi antara pemerintah pusat yang memiliki kekuasaan penuh atas beberapa
hal dan satu set pemerintah provinsi atau negara bagian bawahan yang memiliki kekuasaan atas hal-hal lain.
3. Keseimbangan Lembaga
Ini adalah mekanisme konstitusional dimana setiap cabang pemerintah berbagi kekuasaan dengan cabang
lainnya sehingga tidak ada cabang yang bisa menjadi mutlak. Setiap cabang “memeriksa” yang lain, karena
seimbang dengan sumber kekuatan lain.
4. Pemisahan dan Pembagian Konstitusi
Semua demokrasi konstitusional menggunakan pemisahan kekuasaan sebagai sarana penting untuk membatasi
pelaksanaan kekuasaan politik. Pemisahan ini biasanya antara fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Meskipun tanggung jawab utama untuk masing-masing kekuatan ini dapat ditempatkan pada satu atau lebih
lembaga atau cabang pemerintah tertentu, lembaga dan cabang lainnya berbagi kekuasaan.
5. Sistem Parlemen dan Presiden
Pemerintah dapat diatur sebagai sistem parlementer atau presidensial. Di beberapa negara,
kedua sistem digabungkan dan disebut sistem “eksekutif ganda” seperti perbedaan demokrasi
liberal dan demokrasi terpimpin di indonesia.
6. Sistem Parlemen
Kepala eksekutif, yang biasa disebut perdana menteri, dipilih dari kalangan anggota legislatif.
Sementara hukum memperbaiki interval maksimum antara pemilihan, pemerintah parlementer
mungkin akan berakhir lebih cepat. Jika mayoritas suara parlemen memilih mosi “tidak
percaya diri” dalam pemerintahan, maka wajib mengundurkan diri. Dalam kasus ini,
pemerintah dikatakan “jatuh” dan pemilihan baru diadakan.
7. Sistem Presiden
Kekuasaan eksekutif dipisahkan dari kekuasaan legislatif. Kepala eksekutif atau kepala
pemerintahan bukan anggota legislatif. Dia menjalani masa jabatan yang ditetapkan
oleh konstitusi dan dapat dihapus hanya dalam keadaan luar biasa seperti impeachment
dan proses persidangan. Presiden juga merupakan kepala negara dan mewakili kebijakan pada
acara seremonial.

Anda mungkin juga menyukai