Anda di halaman 1dari 9

Transcript of Sistem Demokrasi pada kurun waktu 1945-1949

Sistem Demokrasi pada kurun waktu 1945-1949


Demokrasi pada masa revolusi
Pada periode ini sistem Demokrasi pemerintahan Pancasila seperti yang diamanatkan oleh
UUD 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
Sistem Demokrasi Revolusi (1945-1949)
Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan
Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD
ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari
kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahan
presidensil menjadi parlementer.
Dengan adanya kebijakan tersebut, terjadi perubahan sistem pemerintahan, menjadi sistem
pemerintahan parlementer.
Periode ini, yang menjadi konstitusi negara adalah
Undang-Undang Dasar 1945.

Lama pada periode ini dari


18 agustus 1945
sampai dengan
27 desember 1949
Pada periode ini, bentuk negara indonesia adalah negara kesatuan.
Soekarno dan M. Hatta yang pada saat itu merupakan presiden dan wapres
Sistem Pemerintahan periode 1945-1949
Bentuk negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensil
Konstitusi : UUD 1945
Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Namun berdasarkan pada konstitusi UUD 45, Indonesia adalah negara demokrasi yang
berkedaulatan rakyat. Oleh karena itu, pada waktu itu ada indikasi keinginan kuat pemimpin
untuk membentuk pemerintah yang demokratis
Namun, pada akhir tahun 1949 sistem pemerintahan kembali ke sistem pemerintahan
presidensil.
Any Questions?
sistem pemerintahan parlementer
Pada 16 Oktober 45, dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden no. X atas usul BP-KNIP,
KNIP berubah peran menjadi badan legislatif dan ikut menetapkan GBHN. Menteri-menteri
tidak bertanggung jawab pada Presiden tetapi pada KNIP.
Sutan Syahrir
Sedangkan KNIP bertanggung
jawab kepada Presiden. Tanggal 14 November 1945 terbentuklah kabinet parlementer dengan
PM Sutan Syahrir.
Kabinet Parlementer
APA ITU DEMOKRASI?
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dēmokratía
yang berarti
kekuasaan rakyat
. Yang Terbentuk dari kata
dêmos (
rakyat) dan
kratos (
kekuatan/kekuasaan).
Jadi demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Penerapan demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang di praktekan di
negara-negara lain di dunia. Hal Tersebut di karenakan sejarah pertumbuhan dan
perkembangan bangsia Indonesia berbeda. Perbedaan tersebut juga de sebabkan
karena perbedaan tata nilai sosial budaya yang di anutnya, yaitu Pancasila, maka
demokrasi yang di terapkan di namakan demokrasi Pancasila.

Pelaksanaan demokrasi di Indosnesia pun mengalami pasang surut sejalan dengan


sejarah ketatanegaraan Indonesia yang berubah pula dari sejak kita merdeka pada
tahun 1945 sampai sekarang.
Pelaksanaan demokrasi masa 1945 – 1949 (masa Undang-Undang Dasar 1945 kurun
waktu yang pertama)
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi berbagai rongrongan.
Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna itu kita dapat memahami terjadinya
perubahan ketatanegaraan seperti :
1. Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat No. X/1945
yang memberikan kewenangan yang luar biasa kepada BP KNIP untuk
menjalankan kekuasaan legislatif dan menetapkan GBHN.
2. Tanggal 3 Nopember 1945 di keluarkan maklumat Pemerintah agar rakyat di
beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Setelah di
keluarkan Maklumat tersebut secara resmi berdiri 10 partai politik.
3. Maklumjat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 yang merubah sistem
pemerintahan presidensiil menjadi kabinet parlementer yang berdasarkan asas-
asas demokrasi liberal yang di pimpin oleh perdana mentri Syahrir. Dlam
kabinet ini mentri-mentri tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab
kepada Presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.
Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949 – 1950, masa konstitusi RIS
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-Undang Dasar 1945
menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serkat. Sejak berlakunya
konstitusi RIS yang berlaku adalah demokrasi liberal dengan sistim parlementer.
Pelaksanaan demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk
negara serikat yang di anut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan bangsa
Indonesia oleh karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita kembali lagi ke bentuk
negara kesatuan RI.
Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950 -1959, masa UUDS
Pada masa berlakunyaUUDS 1950 pemerintah berdasarkan sistem parlementer
dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini bangsa Indonesia untuk pertama
kalinya menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota konstituante dan anggota
DPR. Lembaga konstituante yang di beri tugas untuk membentuk UUD ternyata
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh adanya
konflik antar partai dalam tubuh konstituante. Akibat macetnya tugas penyusunan
UUD, keadaan ketatanegaraan menjadi sangat rawan, dan sangat membahayakn
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, maka Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli
1959 yang isinya menetapkan :
1. Pembubara konstituante
2. Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun 1950.
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah utusan daerah
dan golongan serta pembentukan DPAS.
Pelaksanaan Demokrasi kurun waktu tahun 1959 – 1966
Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali,
Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi terpimpin dengan sistem pemerintahaan
Presidensil, menggantikan demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan
parlementer. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang sesuai dengan sila
keempat pancasila, yaitu demokrasi khas indonesia yang dipimpin oleh hikmah
kebikjasanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Akhirnya semua kebijaksanaan
yang di tempuh harus bisa di kembalikan dengan sila keempat Pancasila.
Presiden Soekarno mengungkapkan demokrasi terpimpin tersebut tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa namun identik
dengan Demokrasi pancasila.

Namun dalam prakteknya yang di maksud dengan terpimpin adalah di pimpin oleh
Presiden, sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yaitu Presiden.
Kekuasaan presiden sangat dominan, kepemimpinannya jauh lebih besar dari pada
demokrasinya. Kebijakan-kebijakannya seringkali bertentangan dan menyimpang
dari ketentuan dalam UUD 1945. Pada masa ini politik di Indonesia didominasi oleh
penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan tidak berjalan sesuai dengan
UUD 1945, keadan politik, keamanan dan ekonomi semakin memburuk. PKI
memanfaatkan keadaan itu untuk melakukan pemberontakan, dengan kegagalan
pemberontakan tersebut berakhir pelaksanaan demokrasi terpimpin dan berlakunya
demokrasi Pancasila.
Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1966 – 1998
Pelaksanaan Demokrasi liberal dan Demokrasi terpimpin telah membuat bangsa
Indonesia Hancur karna telah terjadi Peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai
dengan cita-cita Proklamasi , UUD 1945 dan Pancasila.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis diperlukan adanya keberanian
dan peran aktif dari lembaga kontrol terhadap penyelengaraan pemerintahan
sehingga demokrtatisasi dapat berjalan dengan baik.

Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara


pada kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 1998, membuktikan bahwa dengan
lemahnya kontrol terhadap pemerintahan demokratisasi tidak berjalan. Hal ini terjadi
karna orde baru tidak kosekwen dalam pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Di
mana kekuasa Presiden sangat sentralistik mendominasi supra struktur maupun
infra struktur, Pancasila sebagai satu satunya asas bagi parpol dan ormas sehingga
menimbulkan budaya KKN yang memicu terjadinya krisis diseluruh aspek kehidupan
bangsa, terjadinya ketidak adilan, pelanggaran Hak Asasi Manusia dan munculnya
gejolak sosial yang mengarah pada gejala disintegrasi bangsa.

Pada masa ini pancasila di jadikan sumber tindakan otoriter dengan diikuti
manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari itu rakyat menuntut reformasi
untuk mengembalikan Pancasila pada fungsi dan kedudukan yang sebenarnya yaitu
sebagai dasar negara buikan alat untuk memperkokoh kedudukan penguasa.
Akhirnya lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde baru
pada tanggal 21 Mei 1998.
6. Pelaksanan Demokrasi kurun waktu tahun 1988 sampai sekarang
Dalam praktek orede baru hanya membawa kebahagiaan semu, Perekonomian
merosot, Ekonomi mengarah pada kapitalis dan banyak lagi. Puncaknya di tandai
dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka timbul sebagai gerakan masyarakat
yang menuntut roformasi di segala bidang terutama politik, ekonomi, hukum.
Maka reformasi saat ini banyak di salah artikan sebagai gerakan masyarakat untuk
melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum, dan penganiyayaan
yang hakekatnya merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Menurut Riswanda Imawan 1998 makna reformasi pada hakekatnya sebagai suatu
gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang menyimpang untuk di
kembalikan ke bentuk semula dengan nilai nilai idial yang di cita citakan rakyat.

Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, 1998, gerakan reformasi harus tetap ada
diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan
mengarah pada disintergasi, anarchisme, brutalisme dan pada akhirnya menuju ke
arah kehancuran bangsa dan negara indonesia. Agar gerakan reformasi berhasil
harus memiliki kondisi dan syarat tertentu yaitu :

1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-


penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang
jelas,dalam hal ini pancasila sebagai idiologi bangsa dan negara Indonesia.
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka
struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi serta keadaan
yang lebih baik.
5. Reformaswi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia
yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya persatuan dan kesatuan
bangsa.

Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan-perubahan dalam


bidang politik, adanya pembagian kewenangan secara tegas dan legislatif, eksekutuf
dan yudikatif, peran serta masyarakat semakin meningkatdan berkurangnya
dominasi pemerintah. Demokrasi yang di kembangkan pada masa ini dalah
demokrasi yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dengan penyempurnaan dan
perbaikan peraturan-peraturan agar lebih demokratis,mingingkatkan peran lembaga-
lembaga demokrasi dan penegakkan sepremasi hukum sehinga hukum yang
demokratis dapat terwujud.
MEMBANGUN DEMOKRASI DI INDONESIA
Negara Indonesia adalah negara demokrasi, dalam dekade terakhir negara ini
banyak mengalami kemajuan dalam berdemokrasi. Para pimpinan lembaga negara
sepakat bahwa kunci membangun demokrasi Indonesia adalah dengan memperkuat
“4 pilar kebangsaan”, empat pilar itu adalah;
1. Pancasila
2. UUD 1945
3. NKRI
4. Bhinneka Tunggal Ika.

Dengan memperkuat empat pilar tersebut diharapkan oleh para Pimpinan Lembaga
Negara dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh “Negara
Indonesia”. Empat pilar tersebut merupakan pondasi yang kuat yang telah
dicetuskan oleh founding father/Bapak Pendiri Bangsa kita dalam membangun
demokrasi. Diharapkan kesemuanya dapat berjalan balance sehingga tercipta
suasana yang harmonis dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Tidak ada
peraturan yang sempurna jika tidak ada yang patuh dan taat kepadanya, namun
peraturan yang sederhana dan jelek sekalipun jika ditaati dan dilaksanakan secara
bersama-sama maka akan menjadi peraturan yang sempurna. Keteladanan dari
para penyelenggara

Negara sangat diperlukan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dengan


memahami dan melaksanakan nilai-nilai luhur bangsa yang terangkum dalam 4 pilar
berbangsa dan Bernegara. Jadi cukup dengan empat pilar tersebut jika semuanya
menjalankan dengan baik dan benar karena sebuah ketulusan maka kemungkinan
besar Indonesia akan menjadi Negara Besar dan berdaulat penuh.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang
pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan.

Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu


kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung
melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa,
Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis. ||Dari berbagai
sumber.[]

Dalam perjalanannya, Belanda berusaha memecah-belah bangsa indonesia


dengan cara membentuk negara Sumatera Timur, Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, & Negara Jawa Timur. Bahkan Belanda melakukan Agresi Militer I pada
tahun 1947 (pendudukan terhadap ibukota jakarta) dan Agresi Militer II atas kota
Yogyakarta pada tahun 1948. Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI,
PBB turun tangan dengan menyelenggarakann Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Den Haag (Belanda) tanggal 23 Agustus -2 November 1949.
Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor
Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda
dipimpin olah Van Harseveen.
Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan
persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan
pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik
Indonesia Serikat (RIS).
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani
Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. yang terdiri atas Mukadimah
berisi 4 alinea, Batang Tubuh yg berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah
lampiran. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan Negara/Daerah
dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu:

1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian


Renville.
2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat
3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur
4. R. A. A. Tjakraningrat dari Madura
5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar
6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka
7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung
8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar
9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah
10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur
11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara
12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur
13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan
14. Radja Mohammad dari Riau
15. Abdul Malik dari Negara Sumatra Selatan
16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatra Timur
Pada tanggal 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani Piagam Persetujuan
Konstitusi RIS. Piagam persetujuan konferensi RIS antara Republik Indonesia
dengan BFO. Hasil keputusan KMB diajukan kepada Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP). Selanjutnya KNIP bersidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk
membahas hasil-hasil itu. Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP dilakukan
melalui pemungutan suara dengan KNIP menerima hasil KMB.
KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :
a. Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat
b. Penyerahan kedaulatan kpada Republik Indonesia Serikat selambat-
lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
c. Didirikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda
Salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia menjadi
negara serikat dengan nama Republik Indonesia serikat. Untuk menjadi RIS
tersebut, KNIP dan DPR mengadakan sidang di Jakarta. Sidang tersebut berhasil
menyetujui naskah konstitusi untuk RIS yang dikenal sebagai UUD RIS. Pada
tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang pemilihan Presiden RIS di Gedung
Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas negara bagian. Sidang itu
dipimpin oleh Muh. Roem dan anak Agung Gede Agung. pada tanggal 14 Desember
1949 para wakil pemerintah yang menjadi bagian dari RIS. Pada tanggal 14
Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir.
Soekarno. Akhirnya, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden, kemudian dilantik dan
diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Tanggal 17 Desember 1949
diadakan upacara pelantikan Presiden RIS di Bangsal Sitinggil, Keraton Yogyakarta.
Drs Moh. Hatta menjadi perdana menteri yang akan memimpin kabinet RIS.
Berdasarkan UUD RIS maka DPR RIS terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Negara yang disebut senat. Kekuasaan pemerintahan dipegang
oleh perdana menteri. Presiden hanya mempunyai wewengang untuk mengesahkan
hasil keputusan cabinet yang dipimpinoleh perdana menteri. Bila kita tinjau isinya
konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila
dan ber UUD 1945, karena :
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi
dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan
kenegaraan. Mengenai bentuk negara dinyatakan dalam pasal 1 ayat (1) Konstitusi
RIS yg berbunyi: 'Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat adalah
negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi'. Dengan berubah menjadi
negara serikat, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian dan masing-
masing memiliki kekuasaan pemarintahan di wilayah negara bagiannya. negara
bagian itu adalah :
 Republik Indonesia
 Negara Indonesia Timur
 Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta
 Negara Jawa Timur
 Negara Madura
 Negara Sumatra Timur
 Negara Sumatra Selatan
Di samping itu, ada juga wilayah yang berdiri sendiri (otonom) dan tak tergabung
dalam federasi, yaitu:
 Jawa Tengah
 Kalimantan Barat (Daerah Istimewa)
 Dayak Besar
 Daerah Banjar
 Kalimantan Tenggara
 Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)
 Bangka
 Belitung
 Riau
2. Sistem pemerintahan yg digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS
adalah sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2 Konstitusi
RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak dapat diganggu gugat'. Artinya
presiden tidak dapat dimintai pertanggungb jawaban atas tugas-tugas pemerintahan,
karena presiden adalah kepala negara, bukan kepala pemerintahan. Pada pasal 118
ayat (2) ditegaskan bahwa, 'Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh
kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya maupun masing-
masing untuk dirinya sendiri'. Dengan demikian, yang melaksanakan & bertanggung
jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adalah menteri-menteri. Dalam sistem ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri, dengan sistem pemerintahan
parlementer, dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap parlemen (DPR).
Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :
a. Presiden
b. Menteri-menteri
c. Senat
d. DPR
e. MA
f. Dewan Pengawas Keuangan

Hal-hal yang mengatur tentang lembaga kepresidenan tidak terletak dalam satu
bab khusus melainkan tersebar di berbagai pasal. Menurut Konstitusi RIS (secara
khusus]):
1. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara
2. Presiden merupakan bagian dari pemerintah [pasal 68 (1) dan (2), 70, 72 (1)];
3. Presiden tidak dapat diganggu-gugat dan segala pertanggung jawaban berada di
tangan kabinet [pasal 74 (4), 118 (2), dan 119];
4. Presiden dilarang: (a). rangkap jabatan dengan jabatan apapun baik di dalam
ataupun di luar federasi, (b). turut serta atau menjadi penanggung perusahaan yang
diadakan negara federal maupun negara bagian, (c). dan mempunyai piutang atas
tanggungan negara [pasal 79 (1), (2), dan (3)]. Larangan (b) dan (c) tetap berlaku
selama tiga tahun setelah presiden meletakkan jabatannya [pasal 79 (4)];
5. Presiden maupun mantan presiden diadili oleh Mahkamah Agung atas pelanggaran
jabatan atau pelanggaran lainnya yang dilakukan dalam masa jabatannya [pasal 148
(1)]
6. Hal keuangan presiden diatur dalam UU federal [pasal 78];
7. Presiden dengan persetujuan Dewan Pemilih membentuk Kabinet Negara [pasal 74
(1) – (4)];
8. Presiden menyaksikan pelantikan kabinet [pasal 77];
9. Presiden menerima pemberitahuan kabinet mengenai urusan penting [pasal 76 (2)];
10. Presiden menyaksikan pelantikan anggota Senat [pasal 83];
11. Presiden mengangkat ketua Senat [pasal 85 (1)] dan menyaksikan pelantikannya
[pasal 86];
12. Presiden menyaksikan pelantikan anggota DPR [pasal 104];
13. Presiden mengesahkan pemilihan ketua dan wakil-wakil ketua DPR[pasal 103 (1)];
14. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusanlegislatif [pasal 128
(1) dan (2), 133-135; 136 (1) dan (2), 137, dan 138 (3)];
15. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusankonstitutif [pasal
187 (1) dan 189 (3)].
16. Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota-anggota Mahkamah Agung untuk pertama kalinya [pasal 114 (1)] dan
memberhentikan mereka atas permintaan sendiri [pasal 114 (4)];
17. Presiden dengan pertimbangan Mahkamah Agung memberi grasi dan amnesti
[pasal 160];
18. Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota-anggota Dewan Pengawas Keuangan untuk pertama kalinya [pasal 116 (1)]
dan memberhentikan mereka atas permintaan sendiri [pasal 116 (4)];
19. Presiden mengadakan dan mengesahkan perjanjian internasional atas kuasa UU
federal [pasal 175];
20. Presiden mengangkat dan menerima misi diplomatik [pasal 178];
21. Presiden memegang kekuasaan militer [pasal 183 (1) dan (3)];
22. Presiden memberikan tanda kehormatan menurut UU federal [pasal 126].
Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam fungsi
administratif/protokoler, presiden, menurut konstitusi, antara lain:
1. Menjalankan pemerintahan federal [pasal 117];
2. Mendengarkan pertimbangan dari Senat [pasal 123 (1) dan (4);
3. Memberi keterangan pada Senat [pasal 124];
4. Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR dan Senat[pasal
138 (2)];
5. Mengeluarkan peraturan darurat (UU Darurat) dalam keadaan mendesak [pasal
139];
6. Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 141];
7. Memegang urusan hubungan luar negeri [pasal 174, 176, 177];
8. Menyatakan perang dengan persetujuan DPR dan Senat [pasal 183];
9. Menyatakan keadaan bahaya [pasal 184 (1)];
10. Mengusulkan rancangan konstitusi federal kepada konstituante [pasal 187 (1) dan
(2)], dan mengumumkan konstitusi tersebut [pasal 189 (2) dan (3)] serta
mengumumkan perubahan konstitusi [pasal 191 (1) dan (2)].

Anda mungkin juga menyukai