Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Penerapan demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang di praktekan di
negara-negara lain di dunia. Hal Tersebut di karenakan sejarah pertumbuhan dan
perkembangan bangsia Indonesia berbeda. Perbedaan tersebut juga de sebabkan
karena perbedaan tata nilai sosial budaya yang di anutnya, yaitu Pancasila, maka
demokrasi yang di terapkan di namakan demokrasi Pancasila.
Namun dalam prakteknya yang di maksud dengan terpimpin adalah di pimpin oleh
Presiden, sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yaitu Presiden.
Kekuasaan presiden sangat dominan, kepemimpinannya jauh lebih besar dari pada
demokrasinya. Kebijakan-kebijakannya seringkali bertentangan dan menyimpang
dari ketentuan dalam UUD 1945. Pada masa ini politik di Indonesia didominasi oleh
penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan tidak berjalan sesuai dengan
UUD 1945, keadan politik, keamanan dan ekonomi semakin memburuk. PKI
memanfaatkan keadaan itu untuk melakukan pemberontakan, dengan kegagalan
pemberontakan tersebut berakhir pelaksanaan demokrasi terpimpin dan berlakunya
demokrasi Pancasila.
Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1966 – 1998
Pelaksanaan Demokrasi liberal dan Demokrasi terpimpin telah membuat bangsa
Indonesia Hancur karna telah terjadi Peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai
dengan cita-cita Proklamasi , UUD 1945 dan Pancasila.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis diperlukan adanya keberanian
dan peran aktif dari lembaga kontrol terhadap penyelengaraan pemerintahan
sehingga demokrtatisasi dapat berjalan dengan baik.
Pada masa ini pancasila di jadikan sumber tindakan otoriter dengan diikuti
manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari itu rakyat menuntut reformasi
untuk mengembalikan Pancasila pada fungsi dan kedudukan yang sebenarnya yaitu
sebagai dasar negara buikan alat untuk memperkokoh kedudukan penguasa.
Akhirnya lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde baru
pada tanggal 21 Mei 1998.
6. Pelaksanan Demokrasi kurun waktu tahun 1988 sampai sekarang
Dalam praktek orede baru hanya membawa kebahagiaan semu, Perekonomian
merosot, Ekonomi mengarah pada kapitalis dan banyak lagi. Puncaknya di tandai
dengan hancurnya ekonomi nasional. Maka timbul sebagai gerakan masyarakat
yang menuntut roformasi di segala bidang terutama politik, ekonomi, hukum.
Maka reformasi saat ini banyak di salah artikan sebagai gerakan masyarakat untuk
melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum, dan penganiyayaan
yang hakekatnya merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Menurut Riswanda Imawan 1998 makna reformasi pada hakekatnya sebagai suatu
gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang menyimpang untuk di
kembalikan ke bentuk semula dengan nilai nilai idial yang di cita citakan rakyat.
Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, 1998, gerakan reformasi harus tetap ada
diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan
mengarah pada disintergasi, anarchisme, brutalisme dan pada akhirnya menuju ke
arah kehancuran bangsa dan negara indonesia. Agar gerakan reformasi berhasil
harus memiliki kondisi dan syarat tertentu yaitu :
Dengan memperkuat empat pilar tersebut diharapkan oleh para Pimpinan Lembaga
Negara dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh “Negara
Indonesia”. Empat pilar tersebut merupakan pondasi yang kuat yang telah
dicetuskan oleh founding father/Bapak Pendiri Bangsa kita dalam membangun
demokrasi. Diharapkan kesemuanya dapat berjalan balance sehingga tercipta
suasana yang harmonis dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Tidak ada
peraturan yang sempurna jika tidak ada yang patuh dan taat kepadanya, namun
peraturan yang sederhana dan jelek sekalipun jika ditaati dan dilaksanakan secara
bersama-sama maka akan menjadi peraturan yang sempurna. Keteladanan dari
para penyelenggara
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang
pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan.
Hal-hal yang mengatur tentang lembaga kepresidenan tidak terletak dalam satu
bab khusus melainkan tersebar di berbagai pasal. Menurut Konstitusi RIS (secara
khusus]):
1. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara
2. Presiden merupakan bagian dari pemerintah [pasal 68 (1) dan (2), 70, 72 (1)];
3. Presiden tidak dapat diganggu-gugat dan segala pertanggung jawaban berada di
tangan kabinet [pasal 74 (4), 118 (2), dan 119];
4. Presiden dilarang: (a). rangkap jabatan dengan jabatan apapun baik di dalam
ataupun di luar federasi, (b). turut serta atau menjadi penanggung perusahaan yang
diadakan negara federal maupun negara bagian, (c). dan mempunyai piutang atas
tanggungan negara [pasal 79 (1), (2), dan (3)]. Larangan (b) dan (c) tetap berlaku
selama tiga tahun setelah presiden meletakkan jabatannya [pasal 79 (4)];
5. Presiden maupun mantan presiden diadili oleh Mahkamah Agung atas pelanggaran
jabatan atau pelanggaran lainnya yang dilakukan dalam masa jabatannya [pasal 148
(1)]
6. Hal keuangan presiden diatur dalam UU federal [pasal 78];
7. Presiden dengan persetujuan Dewan Pemilih membentuk Kabinet Negara [pasal 74
(1) – (4)];
8. Presiden menyaksikan pelantikan kabinet [pasal 77];
9. Presiden menerima pemberitahuan kabinet mengenai urusan penting [pasal 76 (2)];
10. Presiden menyaksikan pelantikan anggota Senat [pasal 83];
11. Presiden mengangkat ketua Senat [pasal 85 (1)] dan menyaksikan pelantikannya
[pasal 86];
12. Presiden menyaksikan pelantikan anggota DPR [pasal 104];
13. Presiden mengesahkan pemilihan ketua dan wakil-wakil ketua DPR[pasal 103 (1)];
14. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusanlegislatif [pasal 128
(1) dan (2), 133-135; 136 (1) dan (2), 137, dan 138 (3)];
15. Presiden bertindak secara administratif/protokoler dalam urusankonstitutif [pasal
187 (1) dan 189 (3)].
16. Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota-anggota Mahkamah Agung untuk pertama kalinya [pasal 114 (1)] dan
memberhentikan mereka atas permintaan sendiri [pasal 114 (4)];
17. Presiden dengan pertimbangan Mahkamah Agung memberi grasi dan amnesti
[pasal 160];
18. Presiden dengan pertimbangan Senat mengangkat Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota-anggota Dewan Pengawas Keuangan untuk pertama kalinya [pasal 116 (1)]
dan memberhentikan mereka atas permintaan sendiri [pasal 116 (4)];
19. Presiden mengadakan dan mengesahkan perjanjian internasional atas kuasa UU
federal [pasal 175];
20. Presiden mengangkat dan menerima misi diplomatik [pasal 178];
21. Presiden memegang kekuasaan militer [pasal 183 (1) dan (3)];
22. Presiden memberikan tanda kehormatan menurut UU federal [pasal 126].
Selain bertindak secara khusus, sebagai bagian dari pemerintahan dalam fungsi
administratif/protokoler, presiden, menurut konstitusi, antara lain:
1. Menjalankan pemerintahan federal [pasal 117];
2. Mendengarkan pertimbangan dari Senat [pasal 123 (1) dan (4);
3. Memberi keterangan pada Senat [pasal 124];
4. Mengesahkan atau memveto UU yang telah disetujui oleh DPR dan Senat[pasal
138 (2)];
5. Mengeluarkan peraturan darurat (UU Darurat) dalam keadaan mendesak [pasal
139];
6. Mengeluarkan peraturan pemerintah [pasal 141];
7. Memegang urusan hubungan luar negeri [pasal 174, 176, 177];
8. Menyatakan perang dengan persetujuan DPR dan Senat [pasal 183];
9. Menyatakan keadaan bahaya [pasal 184 (1)];
10. Mengusulkan rancangan konstitusi federal kepada konstituante [pasal 187 (1) dan
(2)], dan mengumumkan konstitusi tersebut [pasal 189 (2) dan (3)] serta
mengumumkan perubahan konstitusi [pasal 191 (1) dan (2)].