Anda di halaman 1dari 7

PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA DARI MASA KE MASA

(Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Oleh
DWI FITRIA RUSTIANA
NPM: 217021068

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
PENDAHULUAN

Sebagai seorang warga negara Republik Indonesia kita sering mendengar


istilah demokrasi tersebut diucapkan atau ditulis. Demokrasi berasal dari kata
demos dan kratos dimana demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti
kekuatan yang jika digabungkan maka menjadi kekuatan rakyat. Demokrasi pada
umumnya adalah suatu bentuk atau sistem pemerintahan di mana seluruh rakyat
berpartisipasi dan memerintah melalui perwakilan mereka.

Beberapa tokoh sejarah memiliki definisi sendiri mengenai demokrasi ini


yang biasanya tergantung dari paham politik yang mereka anut saat itu. Franklin
D. Roosevelt menyatakan bahwa "jangan sampai kita lupa bahwa pemerintah
adalah diri kita sendiri dan bukanlah kekuatan asing atas kita, penguasa utama dari
demokrasi kita bukanlah seorang Presiden dan para Senator dan anggota kongres
ke pejabat pemerintah tetapi para pemilih di negara ini". Menurut Abraham
Lincoln “demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat” definisi tersebut yang kini kita gunakan dalam
menjalankan demokrasi di Indonesia. Indonesia telah beberapa kali mengganti
model demokrasinya sejak merdeka pada tahun 1945.

Tiga komponen dasar demokrasi adalah hak untuk memilih, hak untuk
dipilih, dan hak untuk melayani. Hak untuk memilih berarti bahwa setiap warga
negara dapat memilih pemimpinnya sendiri dari antara calon yang tercantum
dalam surat suara. Hak untuk dipilih berarti setiap calon harus dipilih secara resmi
oleh rakyat untuk menjadi pemimpin terpilih. Hak untuk melayani berarti bahwa
pemimpin yang dipilih harus memimpin rakyat dalam masyarakat yang adil dan
merata. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling efektif karena
menjamin bahwa semua warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk
memilih dan dipilih. Perhatian utama demokrasi adalah pada proses pemilihan
pemimpin sehingga pemimpin tersebut akan berkualitas dan kompeten untuk
memimpin masyarakat.

Demokrasi Indonesia adalah kisah kemajuan. Indonesia adalah negara


monarki yang diperintah oleh Soekarno. Presiden pertama Indonesia adalah
Sukarno yang lahir pada tahun 1907. Ia memimpin gerakan untuk mendirikan
pemerintahan baru setelah Jepang menduduki Indonesia bagian timur. Presiden
Soekarno mendirikan republik baru. Suharto mengambil alih kekuasaan pada
pertengahan tahun 1960-an ketika Presiden Sukarno ditangkap. Setelah Revolusi
Indonesia, pemerintah Suharto menangkap banyak orang dan membunuh banyak
orang. Pada tahun 1998, pemerintahan Suharto digulingkan. Inilah alasan
mengapa demokrasi Indonesia adalah sebuah cerita kemajuan. Demokrasi adalah
sistem pemerintahan berdasarkan kehendak rakyat. Dalam sistem ini, orang dipilih
untuk mewakili kepentingan mereka. Orang juga dapat memilih individu untuk
mewakili mereka.

PEMBAHASAN

Sejarah perkembangan demokrasi Indonesia

Secara umum periode demokrasi dapat dibagi menjadi empat yaitu


demokrasi parlementer 1945-1959, demokrasi terpimpin 1959-1965, demokrasi
Pancasila atau orde baru 1965-1999 dan demokrasi transisi atau reformasi 1999-
sekarang.

1. Demokrasi parlementer tahun 1945-1959

Periode ini merupakan pertama kalinya Indonesia menganut sistem


demokrasi parlementer atau yang biasa disebut dengan demokrasi liberal. Masa
demokrasi liberal memiliki pengaruh yang cukup besar di Indonesia karena
mempengaruhi situasi dan kondisi politik pada saat itu. Periode ini juga
merupakan masa kejayaan demokrasi Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat ditemukan dalam manifestasi kehidupan politik Indonesia.
Akibat runtuhnya kabinet presidensial pertama pada 14 November 1947,
muncullah sistem parlementer di Indonesia, yang disebabkan oleh Dekrit Wakil
Presiden Nomor 10 Tahun 1945 yang dikeluarkan pada 16 Oktober 1945.

Sistem parlementer multipartai terdiri dari perwakilan partai dari aliran


atau ideologi yang berbeda, termasuk partai Islam, nasionalis, dan non-Islam,
tetapi aliran politik yang dominan memiliki pengaruh pada manajemen konflik.
Kedua, pondasi sosial ekonomi yang masih sangat lemah menjadi salah satu
penyebab gagalnya demokrasi parlementer. Ketiga, pengawasan ketat parlemen
telah menimbulkan rasa tanggung jawab penyelenggara negara yang sangat
tinggi, dan situasi politik di berbagai tempat tidak stabil dan kacau balau.
Keempat, parlemen memiliki kekuatan politik yang sangat besar dalam sistem
ini, presiden bertanggung jawab kepada Partai pewakilan, dan sistem
perwakilan menganut sistem bikameral, yaitu MPR dan DPR. Kelima, kabinet
pemerintahan koalisi tidak stabil dan sering berganti-ganti.
Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa demokrasi parlementer:
1. Kabinet Natsir dari September 1950 sampai Maret 1951 
2. Kabinet Sukiman mulai dari April 1951 sampai akhir 1952
3. Kabinet Wilopo mulai dari April 1952 sampai Juni 1953
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo mulai dari Juli 1953 sampai Agustus 1955
5. Kabinet Burhanuddin Harahap mulai dari Agustus 1955 sampai dengan
Maret 1956

2. Demokrasi terpimpin tahun 1959-1966 

Demokrasi Terpimpin diawali dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5-7-


1959 oleh Presiden Sukarno. Masa demokrasi terpimpin yang diprakarsai oleh
Presiden Sukarno yang berawal dari anjuran mengenai undang-undang yang
diusulkannya untuk menggantikan undang-undang sementara tahun 1950 yaitu
UUD 1945, ada yang setuju setuju namun ada juga yang tidak setuju. Dan
terjadi pertentangan di antara para pemilih, dan kemudian dilakukan
pemungutan suara penuh, yang menghasilkan 269 orang setuju untuk
mengembalikan UUD 1945 dan 119 orang tidak setuju dengan pemulihan
UUD 1945. Dari situ, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden 9-7-
1959. Periode demokrasi terpimpin telah banyak menyimpang dari demokrasi
konstitusional dalam berbagai hal, tetapi lebih banyak menampilkan aspek-
aspek tertentu dari demokrasi rakyat. Periode ini ditandai dengan kekuasaan
presiden yang mendominasi, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis, dan peran ABRI serta faktor sosial politik yang semakin
meluas.
Karakteristik demokrasi terpimpin yang pertama, sistem kepartaian
melemah karena kekuasaan Presiden yang semakin besar dan juga peran
kontrol DPR gotong royong melemah terdapat juga upaya konsolidasi
kekuatan politik dengan cara pembentukan dewan nasional yang terdiri dari
golongan fungsional yaitu wakil buruh, petani, pendeta, ulama, wanita dan
lain-lain. Yang kedua, kewenangan daerah terbatas. Ketiga, kebebasan pers
dibatasi dan sejumlah media dibredel, berbeda dengan demokrasi parlemen
yang hak berserikat dan berkumpulnya terjamin dengan jelas. Keempat, Pemilu
tidak terselenggara pada saat demokrasi terpimpin ini, kepemimpinan
yang dijalankan tidak memperbaiki kemelut ekonomi dan sosial pada masa
sebelumnya pada akhirnya Soekarno tersingkir dan kekuasaan yang kemudian
digantikan oleh Soeharto.

3. Demokrasi Pancasila atau Orde Baru 1966-1998 

Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan


mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi yaitu undang-undang
dasar 1945. Era demokrasi Pancasila diawali dengan suatu peristiwa sejarah
yang sangat kelam bagi Indonesia yaitu gerakan 30S PKI. Masa
demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan
sistem presidensial. Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945
dan ketetapan MPRS atau MPR dalam rangka meluruskan kembali
penyelewengan terhadap undang-undang dasar 1945 pada bab pada masa
demokrasi terpimpin. Namun, dalam perkembangannya peran
Presiden semakin dominan terhadap lembaga-lembaga negara.

Karakteristik demokrasi Pancasila  saat orde baru yang pertama, pada


masa ini Indonesia menggunakan sistem presidensial sehingga kekuatan
Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan sangat tinggi
terjadi birokrasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik serta masih
sangat kuat campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
publik. Kedua, tidak ada pergantian kekuasaan politik, walaupun Pemilu
terselenggara teratur setiap lima tahun Soeharto tetap berkuasa selama lima
periode Pemilu. Ketiga, pembatasan peran dan fungsi partai politik dan jumlah
Parpol pun dibatasi. Keempat, kebebasan pers dibatasi dan kerap terjadi
pembredelan media massa. Dominannya peran ABRI dalam hal ini peran
militer sangat kuat dengan konsep dwifungsi ABRI. Di akhir Orde Baru
perekonomian kacau, melambungnya harga  BBM dan kebutuhan pokok
memicu terjadinya demonstrasi massa yang dimotori oleh mahasiswa yang
menuntut reformasi dan mundurnya Suharto, Soeharto pun
akhirnya mengundurkan diri sebagai Presiden pada 21 Mei 1998.

4. Demokrasi transisi atau reformasi sejak tahun 1998-sekarang

Era reformasi diawali dengan turunnya Soeharto karena demonstrasi massa


yang dimotori mahasiswa pada tahun 1998. Era reformasi mengakar kuat
dalam politik multipartai yang berupaya mengembalikan keseimbangan
kekuasaan antara lembaga negara, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif .
Pada era ini, peran partai politik sekali lagi menjadi begitu besar sehingga
sistem demokrasi mendapat langkah baru. Jika esensi demokrasi adalah
kekuasaan di tangan rakyat, maka demokrasi pada saat pemilu memang
demikian, tetapi dalam praktik , setelah banyak kebijakan tidak didasarkan
pada rakyat melainkan tentang pembagian kekuasaan Presiden dan partai
politik DPR. Dengan begitu demokrasi pada era ini kurang mementingkan
aspek keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karakteristik demokrasi transisi saat reformasi yang pertama yaitu


menggunakan sistem multipartai. Kedua, Pemilu lebih demokratis dan
sistem pemilihan langsung dilakukan untuk Presiden dan kepala daerah.
Lembaga perwakilan kemudian dibagi menjadi DPR dan DPD. Ketiga,
kebebasan pers lebih baik, sebagian hak dasar bisa terjamin seperti adanya
kebebasan menyatakan pendapat. Keempat, Dibentuknya komisi-komisi
independen negara seperti KPK. Kelima, rotasi kekuasaan dilaksanakan mulai
pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Saat ini Indonesia menggunakan
sistem desentralisasi kekuasaan dengan model otonomi daerah.
PENUTUP

Pelaksanaan demokrasi di masyarakat tercermin dari kegiatan gotong


royong, dalam gotong royong mengandung nilai moral dan intelektual yang
sangat luhur. Gotong royong dan musyawarah sangat diperlukan bagi masyarakat
karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Melalui kerjasama dan saling mempertimbangkan, kita
juga belajar untuk menghargai pendapat orang lain dan saling bertoleransi.

REFERENSI

Budiardjo Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.
Irawan, Benny Bambang. 2007. Perkembangan Demokrasi Di Negara Indonesia.
Jurnal Hukum Dan Dinamika Masyarakat. Volume: 5 Nomor: 1.
Purdiantari Yetty. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket C
Setara SMA/MA Kelas XIModul Tema 7 : Linimasa Demokrasi. Direktorat
Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan-Ditjen Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai