Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PPKN
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1945-SEKARANG

DISUSUN OLEH :
AGRA LINGGA JOLIN PRATAMA

KELAS : XI IPS 3

SMA NEGERI 02 BENGKULU UTARA


2023/2024
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Priode 1945-1949.

•Latar Belakang Demokrasi Priode 1945-1949

Periode 1945-1949 di Indonesia di tandai oleh upaya untuk mendapatkan kemerdekaan dari
penjajahan belanda. setelah jepang menyerah pada akhir perang dunia II. Indonesia
menyatakan kemerdekaannya pada 17 agustus 1945, namun belanda tidak mengakui klaim ini
dan mencoba mengembalikan kendali kolonialnya. memicu perjuangan bersenjata yang di
kenal sebagai perang kemerdekaan Indonesia.

•Awal Mula Indonesia Menganut Asas Demokrasi

Sejak memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia menganut asas


demokrasi. Namun wujud demokrasi di awal kemerdekaan berbeda dengan bentuk demokrasi
yang kita lihat hari ini. Di awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi banyak rintangan mulai
dari upaya Belanda yang ingin menguasai Indonesia, perekonomian yang terseok-seok,
perbedaan ideologi yang menyebabkan pemberontakan, dan banyak hal lainnya. Risalah sidang
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), memperlihatkan besarnya
komitmen para pendiri bangsa untuk mewujudkan demokrasi politik di Indonesia. Mohammad
Yamin memasukkan asas peri kerakyatan dalam usulan dasar negara Indonesia merdeka.
Soekarno memasukkan asas mufakat atau demokrasi dalam usulan tentang dasar negara
Indonesia merdeka yang kemudian diberi nama Pancasila. Keyakinan besar para pendiri bangsa
tersebut timbul karena dipengaruhi latar belakang pendidikan. Mereka percaya bahwa
demokrasi bukan merupakan sesuatu yang hanya terbatas pada komitmen. Tetapi juga
merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan.

•Pelaksanaan Demokrasi di Masa Revolusi

Pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan (1945-1949) pelaksanaan demokrasi sangat


terbatas. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Soekarno selaku presiden. la membentuk sendiri
kabinetnya. Sementara di unsur legislatif, Indonesia belum memiliki DPR. Fungsi legislatif
diemban oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang membantu presiden. Adapun
fungsi yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dengan Hakim Agung pertamanya Kusumah.
Pada periode ini telah diletakkan hal-hal mendasar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia
untuk masa selanjutnya, yaitu:
Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh
Kekuasaan presiden dibatasi Lahirnya partai politik Pemberian hak-hak politik secara
menyeluruh Para pembentuk negara sejak semula punya komitmen besar terhadap demokrasi.
Begitu Indonesia menyatakan kemerdekaan dari pemerintah kolonial Belanda, semua warga
negara yang dianggap dewasa punya hak politik sama, tanpa diskriminasi ras, agama, suku dan
kedaerahan.
Kekuasaan Presiden dibatasi Presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk
menjadi diktator, kekuasaannya dibatasi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang dibentuk
menggantikan parlemen.

•Lahirnya Partai Politik

Dengan maklumat Wakil Presiden maka dimungkinkan terbentuk sejumlah partai politik.
Pembentukan sejumlah partai politik ini kemudian menjadi peletak dasar sistem kepartaian di
Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik Indonesia.

•Bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan demokrasi selama periode 1949-1949:

• Konflik dan pertikaian antar kelompok yang memiliki pandangan politik berbeda,
mengakibatkan tindakan represif dan pelanggaran HAM.

•Gangguan dari pihak asing, terutama Belanda mencoba merebut kembali kendali atas
Indonesia, mengganggu proses demokratis.

•Tindakan otoriter atau represif dalam menghadapi perlawanan bersenjata dari pihak yang
menolak kedaulatan Indonesia.
Adanya kendala logistik dan organisasi dalam menggelar pemilihan umum, mengakibatkan
pemilihan yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili kehendak rakyat.
Pelaksanaan Demokrasi diindonesia pada periode 1949-1959

Indonesia adalah negara demokrasi yang dapat dibuktikan dari sudut pandang normatif dan
empirik.bukti empirik bahwa Indonesia adalah negara demokrasi bisa dilihat dari alur sejarah
politik diIndonesia, yaitu:
1.Pemerintahan masa revolusi kemerdekaan Indonesia (1945-1949).
2.Pemerintahan parlementer (1949-1959).
3.pemerintahan demokrasi terpimpin (1959-1965).
4.pemerintahan orde baru (1965-1998).
5.pemerintahan orde reformasi (1998-sekarang).

Indonesia periode parlementer (1949-1959) Periode kedua pemerintahan negara Indonesia


merdekaberlangsung dalam rentang waktu antara 1949-1959. Pada periode ini terjadi dua kali
pergantianundang-undang dasar, yaitu: Pergantian UUD 1945 dengan Konstitusi RIS pada
rentang waktu 27Desember 1949 - 17 Agustus 1950. Dalam rentang waktu ini, bentuk negara
Indonesia berubah darikesatuan menjadi serikat. Sistem pemerintahan berubah dari presidensil
menjadi quasi parlementer.Pergantian Konstitusi RIS dengan Undang-undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950 pada rentang waktu17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959. Periode pemerintahan ini
bentuk negara kembali berubah menjadinegara kesatuan. Sistem pemerintahan menganut
sistem parlementer.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demokrasi Indonesia
Periode ParlementerDemokrasi apa yang dianut pada saat itu?Demokrasi Parlamenter
-Demokrasi parlementer (liberal) merupakan salah satu sistem demokrasi yang menitik
beratkankedudukan badan legislatif sebagai lembaga tertinggi daripada badan eksekutif.
-Negara dengan menganut sistem demokrasi yang demikian merupakan negara yangdipimpin
oleh seorang Perdana Menteri dimana seorang Perdana menteri dan jajaran menteridalam
kabinetnya akan diberhentikan oleh parlemen.
-Dalam demokrasi parlementer posisi kepala negara akan ditempati oleh seorang Presiden.

Berikut ini enam indikator ukuran kesuksesan pelaksanaan demokrasi pada masa pemerintahan
parlementer:

Pertama, lembaga perwakilan rakyat atau parlemen berperan tinggi dalam proses politik.
Perwujudan kekuasaan parlemen terlihat dari sejumlah mosi tidak percaya pada pihak
pemerintah. Akibatnya kabinet harus meletakkan jabatan meski pemerintahan baru berjalan
beberapa bulan. Seperti Djuanda Kartawidjaja diberhentikan dengan mosi tidak percaya dari
parlemen.

Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politisi pada umumnya


sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media
massa sebagai alat kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini
merupakan
contoh konkret tingginya akuntabilitas.

Ketiga, kehidupan kepartaian memperoleh peluang sebesar-besarnya untuk berkembang secara


maksimal. Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem multipartai. Pada periode ini 40 partai
politik terbentuk dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekrutmen, baik
pengurus atau pimpinan partai maupun para pendukungnya. Campur tangan pemerintah dalam
hal rekrutmen tidak ada. Sehingga setiap partai bebas memilih ketua dan segenap anggota
pengurusnya.

Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali pada 1955, tetapi Pemilihan
Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi. Kompetisi antar partai
politik
berjalan sangat intensif dan fair. Setiap pemilih dapat menggunakan hak pilih dengan bebas
tanpa
ada tekanan atau rasa takut.

Kelima, masyarakat umumnya dapat merasakan hak-hak dasar dan tidak dikurangi sama sekali.
Meski tidak semua warga negara dapat memanfaatkan hak-hak dasar dengan maksimal. Tetapi
hak
untuk berserikat dan bekumpul dapat diwujudkan, dengan terbentuknya sejumlah partai politik
dan
organisasi peserta Pemilihan Umum. Kebebasan pers dan kebebasan berpendapat dirasakan
dengan
baik. Masyarakat bisa melakukan tanpa rasa takut menghadapi risiko, meski mengkritik
pemerintah
dengan keras.
Contoh Dr. Halim, mantan Perdana Menteri, menyampaikan surat terbuka dengan kritikan
sangat
tajam terhadap sejumlah langkah yang dilakukan Presiden Soekarno. Surat tersebut tertanggal
27
Mei 1955.

Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah yang memperoleh otonomi


yang
cukup. Daerah-daerah bahkan memperoleh otonomi seluas-luasnya dengan asas desentralisasi
sebagai landasan untuk berpijak, dalam mengatur hubungan kekuasaan antara pemerintah
pusat
dengan pemerintah daerah.

Keenam indikator tersebut


merupakan ukuran dalam
pelaksanaan demokrasi pada
masa pemerintahan parlementer.Akan tetapi, pelaksanaan tersebut tidak berumur
panjang.Demokrasi parlementer hanya
bertahan selama sembilan tahun
seiring dengan dikeluarkannya
dekrit oleh Presiden Soekarno
pada tanggal 5 Juli 1959 yang
membubarkan Konstituante dan
kembali kepada UUD 1945.Presiden menganggap bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong royong sehingga
beliau menganggap bahwa sistem demokrasi ini telah gagal mengadopsi nilai-nilai kepribadian
bangsa Indonesia.

Mengapa demokrasi parlementer


mengalami kegagalan?

Pertama, munculnya usulan presiden yang


dikenal dengan konsepsi Presiden untuk
membentuk pemerintahan yang bersifat gotong
royong yang melibatkan semua kekuatan politik
yang ada termasuk Partai Komunis Indonesia.
Melalui konsepsi ini Presiden membentuk Dewan Nasional yang melibatkan semua
organisasipolitik dan organisasi kemasyarakatan. Konsepsi Presiden dan Dewan Nasional ini
mendapat tantangan yang sangat kuat dari sejumlah partai politik terutama Masyumi dan
Partai Syarikat Islam. Mereka menganggap bahwa pembentukan Dewan Nasional merupakan
pelanggaran yang sangat fundamental terhadap konstitusi negara karena lembaga tersebut
tidak dikenal dalam konstitusi.

Kedua, Dewan Konstituante mengalami jalan


buntu untuk mencapai kesepakatan merumuskan ideologi nasional, karena tidak tercapainya
titik temu antara dua kubu politik, yaitu kelompok yang menginginkan Islam sebagai ideologi
negara dan kelompok lain yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketika voting
dilakukan,ternyata suara mayoritas yang diperlukan tidak
pernah tercapai.

Ketiga, dominannya politik aliran sehingga membawankonsekuensi terhadap pengelolaan


konflik. Akibat politik aliran tersebut, setiap konflik yang terjadi cenderung meluas
melewati batas wilayah yang pada akhirnya membawa dampak yang sangat negatif terhadap
stabilitas politik.

Keempat, basis sosial ekonomi


yang masih sangat lemah.Struktur sosial yang dengan tegas membedakan kedudukan
masyarakat secara langsungtidak mendukung keberlangsungan demokrasi. Akibatnya, semua
komponenmasyarakat sulit dipersatukan,sehingga hal tersebut mengganggu stabilitas
pemerintahan yang berdampak pada begitu mudahnya pemerintahan yang sedang berjalan
dijatuhkan atau diganti sebelum masa jabatannya selesai.
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode 1959-1965.

Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama (1959-1965) adalah masa ketika Presiden Indonesia
Soekarno berkuasa di bawah naungan Undang-Undang Dasar 1945 yang asli. Demokrasi
terpimpin sendiri adalah sebuah sistem demokrasi yang seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara.
Kinerja dewan konstituante yang berlarut-larut membawa Indonesia ke dalam persoalan politik
yang sangat pelik. Negara dilingkupi oleh kondisi yang serba tidak pasti, karena landasan
konstitusional tidak mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena hanya bersifat sementara.
Presiden Soekarno menerbitkan suatu dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang selanjutnya dikenal
dengan sebutan dekrit presiden 5 Juli 1959.dalam dekrit tersebut, presiden menyatakan
pembubaran dewan konstituante dan kembali kepada undang-undang dasar 1945. Dekrit
presiden tersebut mengakhiri era demokrasi parlementer yang kemudian membawa dampak
yang sangat besar dalam kehidupan politik nasional era baru demokrasi dan pemerintahan
Indonesia mulai dimasuki, yaitu suatu konsep demokrasi yang oleh presiden Soekarno disebut
sebagai demokrasi terpimpin. Maksud konsep terpimpin ini, dalam pandangan presiden
Soekarno adalah dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan pada masa
demokrasi parlementer. Adapun karakteristik yang utama dari perpolitikan pada era demokrasi
terpimpin sebagai berikut.

*Pertama menggaburnya sistem kepartaian.kehadiran partai-partai politik bukan untuk


mempersiapkan diri dalam rangka mengisi jabatan politik di pemerintah karena pemilihan
umum tidak pernah dijalankan, tetapi lebih merupakan elemen penopang dari tarik ulur
kekuatan antara lembaga kepresidenan angkatan darat dan partai komunis Indonesia.

*Kedua dengan terbentuknya dewan perwakilan rakyat gotong royong peranan lembaga
legislatif dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian tidak lebih hanya merupakan
instrumen politik lembaga kepresidenan proses rekrutmen politik untuk lembaga ini pun
ditentukan oleh presiden.

Ketiga hak dasar manusia menjadi sangat lemah titik kritik dan saran dari lawan-lawan politik
presiden tidak hanya diberikan titik mereka tidak mempunyai keberanian untuk menentang kan

keempat masa demokrasi terpimpin membuat kebebasan berkurang sejumlah surat kabar dan
majalah dilarang terbit oleh pemerintah seperti misalnya harian abadi yang berfasilitasi dengan
Masyumi dan harian pedoman yang berfasilitasi dengan PSI.
Kelima sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah titik daerah- daerah memiliki otonomi yang terbatas.

Terdapat beberapa kebijakan masa demokrasi di bawah kekuasaan dan wewenang Soekarno,
yaitu:

1.Soekarno ditetapkan sebagai presiden seumur hidup.


2. Tidak ada pemilu.
3.Soekarno membentuk Kabinet 100 Menteri (Kabinet Dwikora II) dengan jumlah 132 pejabat
pembantu presiden.
4. Konfrontasi dengan Malaysia.
5. Keluar dari PBB. 6. Menyelenggarakan asian Games pertama.
6.Menghabiskan anggaran negara dan memanfaatkan pinjaman untuk pembangunan proyek-
proyek mercu suar.

Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno:

1. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa demokrasi liberal,
menyebabkan ketidakstabilan negara.

2. Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet pada

masa demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak
dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.

3. Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan UUDS
1950.

Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh anjuran
Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah UUD
1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante.
Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota
Konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan pada 30 Mei, 1 Juni, dan 2 Juni 1959 dalam
rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1965-1998

• ERA BARU DALAM PEMERINTAHAN DIMULAI SETELAH MELALUI MASA TRANSISI YANG
SINGKAT YAITU;

ANTARA 1966-1968. ΚΕTIKA JENDERAL SOEHARTO DIPILIH MENJADI PRESIDEN REPUBLIK


INDONESIA.

ERA PEMERINTAHAN PADA MASA SOEHARTO DIKENAL SEBAGAI ORDE BARU DENGAN KONSEP
DEMOKRASI PANCASILA.VISI UTAMA PEMERINTAHAN ORDE BARU INI ADALAH UNTUK
MELAKSANAKAN PANCASILA DAN UUD 1945 SECARA MURNI DAN KONSEKUENSI DI SETIAP
ASPEK KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA.

• DENGAN VISI TERSEBUT,ORDE BARU MEMBERIKAN SECERCAH HARAPAN BAGI INDONESIA.


HARAPAN TERSEBUT TENTU SAJA ADA DASARNYA. PRESIDEN SOEHARTO SEBAGAI TOKOH
UTAMA ORDE BARU BERHASIL MEMBUBARKAN PKI YANG SAAT INI MUSUH UTAMA
NEGERI.DAN JUGA, BELIAU BERHASIL MENCIPTAKAN STABILITAS KEAMANAN NEGERI PASCA
PEMBERONTAKAN PKI DALAM WAKTU SINGKAT

DALAM PERJALANAN POLITIK PEMERINTAHAN ORDE BARU, KEKUASAAN PRESIDEN


MERUPAKAN PUSAT DARI SELURUH POLITIK DI INDONESIA.LEMBAGA KEPRESIDENAN
MERUPAKAN MENGONTROL UTAMA LEMBAGA NEGARA LAIN YANG BERSIFAT
SUPRASTRUKTUR (DPR,MPR,DPA, BPK,MA) MAUPUN BERSIFAT INFRASTRUKTUR (LSM, PARTAI
POLITIK) SELAIN ITU JUGA PRESIDEN SOEHARTO MEMPUNYAI LEGALITAS YANG TIDAK DI MILIKI
OLEH SIAPAPUN, YAITU PENGEMBANGAN SUPERSEMAR, MENDATARIS MPR,BAPAK
PEMBANGUNAN, PANGLIMA TERTINGGI ABRI.

KARAKTERISTIK DEMOKRASI PANCASILA PADA ORDE BARU (1965-1998) BERDASARKAN PADA


INDIKATOR DEMOKRASI:

• 1 (PERTAMA)

ROTASI KEKUASAAN EKSEKUTIF BOLEH DIKATAKAN HAMPIR TIDAK PERNAH TERJADI.KECUALI


PADA JAJARAN YANG LEBIH RENDAH, SEPERTI:GUBERNUR, BUPATI/WALIKOTA, CAMAT, KEPALA
DESA.KALAUPUN ADA PERUBAHAN, SELAMA ORDE BARU HANYA TERJADI PADA WAKII
PRESIDEN, SEMENTARA PEMERINTAH MASIH TETAP SAMA.

•2(KEDUA)
REKRUTMEN POLITIK BERSIFAT TERTUTUP.REKRUTMEN POLITIK MERUPAKAN PROSES
PENGISIAN JABATAN POLITIK DI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAH NEGARA.BAIK
UNTUK LEMBAGA EKSEKUTIF (PEMERINTAH PUSAT MAUPUN DAERAH), LEGISLATIF
(MPR,DPR,DAN DPRD) MAUPUN LEMBAGA YUDIKATIF (MAHKAMAH AGUNG). DALAM NEGARA
YANG MENGANUT SISTEM PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS SEMUA WARGA NEGARA YANG
MAMPU DAN MEMENUHI SYARAT MEMPUNYAI PELUANG YANG SAMA UNTUK MENGISI
JABATAN POLITIK TERSEBUT.

• 3(KETIGA)

PEMILIHAN UMUM.PADA MASA PEMERINTAH ORDE BARU PEMILIHAN UMUM TELAH DI


LANGSUNGKAN SEBANYAK ENAM KALI DENGAN FREKUENSI YANG TERATUR SETIAP LIMA KALI
SETAHUN. TETAPI,PEMILIHAN UMUM TIDAK MELAHIRKAN PERSAINGAN YANG SEHAT.

• 4(KEEMPAT)

PELAKSANAAN HAK DASAR WARGA NEGARA.SUDAH BUKAN MENJADI RAHASIA UMUM LAGI,
BAHWA DUNIA INTERNASIONAL SERING MENYOROTI POLITIK INDONESIA BERKAITAN ERAT
DENGAN PERWUJUDAN JAMINAN HAK ASASI MANUSIA MASALAH KEBEBASAN PERS SERING
MUNCUL KE PERMUKAAN.PERSOALAN MENDASAR ADALAH SELALU ADANYA CAMPUR TANGAN
BIROKRASI YANG SANGAT KUAT.SELAMA PEMERINTAH ORDE BARU SEJARAH PENGEKANGAN
KEBEBASAN PERS TERULANG KEMBALI SEPERTI YANG TERJADI PADA MASA ORDE LAMA.
Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1998- Sekarang

Pengertian Demokrasi.
Pengertiam Demokrasi adalah keadaan negara dimana dalamsistem pemerinahannya
kedaulaan beradadi tangan rakyat, kekuasaan tertnggi berada dalam keputusan bersamarakyat,
rakyat kekuasaan, pemerintahan rakyat dan kekuasaanolehrakyat.

Pengertian REFORMASI.
Pengertian Reformasi, Reformasi secara umum berarti perubahan menghadap ke depan suatu
sistem yang telah ada pada suatu masa. Dilndonesia, kata Reformasiumumnya
Merujuk kepada gerakan pelaiar pada tahun 1998-sekarang

Demokrasi pada Periode 1998 - Sekarang

Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempumaan pelaksanaannya dan
perbaikan peraturan-peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-
lembaga tinggi dan tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara
lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR-MPR hasil Pemilu 1999
yang telah memilih presiden dan wakil presiden sertaterbentuknya lembaga-lembaga tinggi
yang lain. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yangdemokratis antara
lain dkeluarkannya:

1.Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi


2.Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3.Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN 4.Tap
MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI
5.Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

Keberhasilan Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi (1998 - sekarang)

Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak dua kali yaitu
tahun 1999 dan tahun 2004.Dimana pada tahun 1999 sebagai presiden terpilih adalah
Megawati Soekarno Putri dan pada tahun 2004 adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Sistematika Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi (1998 sekarang)

pada dasarnya adalah negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pelaksanaan demokrasi Pancasila pada masa Orde Reformasi dilandasi semangat Reformasi,
dimana paham demokrasi berdasar ataskerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalampermusyawaratan/perwakilan, dilaksanakan dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalumemelihara persatuan
Indonesia dan untuk mewujudkan suatu keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia.

Sistem Pemerintahan Masa Reformasi (1998 - sekarang) Sistem pemerintahan masa orde
reformasi dapat dilihat dari aktivitas kenegaraan sebagai berikut:

Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak untuk
mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan atau tulisan sesuai pasal 28 UUD 1945 dapat
terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2/1999 tentang partai politik yang memungkinkan
multi partai.Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bertanggung jawab dibuktikan dengan dikeluarkan ketetapan MPR No IX/MPR/1998 yang
ditindaklanjuti dengan UU No 30/2002 tentang KOMISI pemberantasan tindak pidana korupsi.

1.Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang tahunan
dengan menuntut adanya laporan pertanggung jawaban tugas lembaga negara, UUD 1945 di
amandemen,pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat presiden dalam
sidang istimewanya.

2. Dengan Amandemen UUD 1945 masa jabatan presiden paling banyak dua kali masa jabatan,
presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2000 dan yang
terpilih sebagai presiden dan wakil presiden pertama pilihan langsung rakyat adalah Soesilo
Bambang Yodoyono dan Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan
lembaga negara yang kedudukannya sama dengan presiden, MA, BPK, kedaulatan rakyat tidak
lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD.

Anda mungkin juga menyukai