PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
rakyat (MPR). hal inilah yang kemudian disebut dengan demokrasi
perwakilan atau demokrasi tidak langsung (repsentative democracy)
Mengapa para pendiri bangsa ketika itu menetapkan paham demokrasi
didalam sistem pemerintahan NKRI? Hal ini tidak terlepas dari pengaruh
para pendiri bangsa yang duduk di BPUPKI yang pernah mengikuti
pendidikan sistem Barat, Belanda (Eropa Barat) diantaranya Moh. Hatta,
Mr. Soepomo, dan Mr, Muh. Yamin. Dinegara ini, sudah cukup mengenal
paham demokrasi yang berkembang pesat dan didorong oleh sebuah
kenyataan bahwa Negara-negara yang menganut demokrasi tersebut telah
banyak yang berhasil muncul sebagai pemenang dalam Perang Dunia II.
Pada 1950, dibawah pemerintahan soekarno, Indonesia kemudian
memberlakukan UUD sementara, yang berdampak pada penerapan model
demokrasi parlementer murni atau demorasi liberal. Penerapan demorasi
liberal ini tidak memberikan perubahan yang lebih baik tetapi mengarah
kepada munculnya ketidak stabilan politik, bahkan berdampak pada
instabilitas dalam pemerintahan.
Pemberlakuan kembali pada UUD 1945 berdampak pada
ditetapkannya Demokrasi Terpimpin yang kemudian dinyatakan sebagai
sistem demokrasi yang sesuai dengan ideology Negara, yaitu Pancasila.
Paham integralistik yang lebih mengedepankan keserasian hubungan antara
rakyat dan Negara. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya terdapat sejumlah
penyimpangan. Akibatnya pada 1965 kehidupan Negara kembali terancam
oleh adanya konflik politik dan ideology yang berujung pada peristiwa
Gerakan 30 September 1965. Sebuah tragedi nasional berlatar konflik dan
pertentangan ideologi yang berjalan cukup lama dan memakan banyak
korban jiwa. Dalam hal ini Partai Komunis Indonesia-lah yang dianggap
sebagai dalang peristiwa. Peristiwa ini pula yang kemudian mengakhiri
pemerintahan Presiden Soekarno yang telah menjabat sebagai presiden
Indonesia sejak 1945.
Penggantinya adalah Soeharto kemudian menetapkan model demokrasi
yang hampir sama, yaitu demorasi Pancasila yang menekankan kepada
pentingnya musyawarah untuk mufakat. Demorasi inilah akhirnya yang
dianggap paling sesuai dengan ideology Negara yaitu Pancasila.
Demokrasi Pancasila ala Soeharto memang bertahan cukup lama
sekitar 32 tahun dan baru berakhir ketika Soeharto tidak lagi menjadi
presiden pada 21 Mei 1998. Berhentinya Presiden Soeharto banyak
meninggalkan sejumlah persoalan, seperti kehidupan kenegaraan yang
tidak stabil dan krisis yang terjadi dalam berbagai bidang, setelah
pemerintahan Soeharto berakhir, digantikan oleh pemerintahan Revormasi
yang tidak lagi menerapkan sistem demokrasi perwakilan karena para
3
presiden sesudah Soeharto pada masa ini dipilih secara langsung oleh
rakyat.
4
Akan tetapi, politik perundingan yang dijalankan pemerintahan RI tidak
dapat dukungan dari semua golongan. Akibatnya syahrir menyerahkan
mandatnya kembali kepada Presiden. Ketika pembentukan Kabinet
Republik Indoesia yang ketiga, Soekarno tetap menunjuk Sutan Syahrir
sebagai perdana menteri sehingga kabinetnya dinamakan kabinet syahrir II,
yang berakhir pada 2 Oktober 1946
5
oleh Moh.Hatta, yang merupakan satu-satunya kabinet yang terbentuk pada
masa pemerintahan RIS.
Ketika Indonesia menjadi negara bagian dari RIS, dibentuk kabinet yang
dipimpin oleh dr. A. Halim. Kabinet ini bertugas dari 21 Januari-6
Sepetember 1950. Usia kabinet ini pun sangat singkat, mengingat
Indonesia kembali menjadi negara kesatuan pada September 1950.
salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) telah membawa
kosekuensi kepada terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat (RIS),
sebagai sebuah negara federal. Akan tetapi pembentukan negara federal
yang di prakarsai oleh Belanda untuk melemahkan integrasi Indonesia
sebagai negara kesatuan tidak mendapat tempat dihati masyarakat
Indonesia. Banyak negara bagian yang menyatakan ingin kembali ke
negara kesatuan. Perdana menteri kabinet RIS, Mohammad Hatta
kemudian menyerahkan mandatnya kepada presiden Soekarno pada 15
Agustus 1950. 2 hari setelah itu Indonesia kembali menjadi negara
kesatuan. Masa revolusi fisik atau masa perjuangan harus segera
ditinggalkan,gangguan keamanan yang sekama ini banyak menyita
perhatian, waktu dan dana pemerintah harus segera digantikan dengan
langkah-langkah konkret untuk perbaikan berbagai bidang.
Setelah berakhirnya pemerintahan RIS pada 1950 pemerintah republik
Indonesia masih melanjutkan model demokrasi parlementer yang liberal.
Kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab
kepada parlemen. Presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara.
Sistem politik ini telah mendorong lahinya partai-partai politik karena
keanggotaan di parlemen menganut sistem multipartai.
PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat di DPR saat itu
sehingga dalam waktu lima tahun (1950-1955). Dari kebinet 1950-1959
kembali terjadi pergantian kabinet dengan sangat cepat.
Jatuh bangunnya kabinet-kabinet yang berkuasa pada masa Demokrasi
Liberal lebih disebabkan oleh kegagalan-kegagalan atau dianggap gagal
dalan mengendalikan pemerintahan.
Meskipun menghadapi ujian berat dari kemelut yang muncul di tubuh
angkatan darat, pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastromijoyo I atau
sering juga disebut dengan Kabinet Ali-wongso sempat mengalami
demisioner. Hanya saja Kabinet ini berhasil mengukir prestasi dengan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 18-25
6
April 1955. Dalam konferensi ini telah hadir 29 negara Asia Afrika yang
kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan dari bangsa bangsa Asia Afrika.
7
3. Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin
Berangkat dari tiga hal tersebut pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno membubarkan parlemen, membubarkan konstituante, dan
sekaligus menyatakan kembali pada UUD 1945. Soekarno kemudian
membentuk kabinet kerja dan bertindak sebagai Perdana Menteri, serta Ir.
Djuanda menjadi menteri pertama. Kabinet ini kemudian dilantik pada 10
Juli 1959 dengan programnya Tri Program Kabinet Kerja. Tugasnya
mengatasi masalah sandang pangan serta peningkatan keamanan di dalam
negeri dan pegembalian Irian Barat.
8
Pemerintah kemudian membentuk lembaga-lembaga seperti MPRS (
Penetapan Presiden No.3 tahun 1959) dengan keanggotaan yang ditunjuk
dan di angkatboleh Presiden. Kemudian dibentuk pula Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) melalui penetapan Presiden Nomor3 Tahun
1959, yang juga dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dwngan
mengangkat Roesla Abdulgani sebagai wakil ketua.
9
partai politik yang ada, tetapi konflik antara angkatan militer dan PKI
justru semakin tajam. Apabila ketika PKI mulai melakukan aksi-aksi
sepihak menyangkut keamanan masyarakat, misalnya peristiwa Bandar
Besty di Simalungun Sumatera Utara dan peristiwa Jengkol di Kediri, Jawa
Timur.
10
kebijakan dalam bidang moneter. Pada 13 Desember 1965, melalui
penetapan presiden nomor 27 tahun 1965 pemerintah mengambil langkah
devaluasi yaitu kebijakan untuk menekan inflasi. Pemerintah menggunting
uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1 .
Tindakan kebijakan moneter pemerintah ini di dalam praktiknya
semakin meningkatkan inflasi. Hal ini semakin diperparah oleh kegiatan
ekspor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dan impor yang dibatasi
oleh lemahnya devisa Negara. Pada 1965 untuk pertama kalinya dan
tercatat dalam sejarah moneter Indonesia, pemerintah telah membelanjakan
cadangan devisa Negara hingga 3 juta dolar AS. Sebagian besar dana
tersebut dihabiskan untuk membiayai kegiatan politik konfrontasi, baik
dengan Malaysia ataupun dengan Negara-negara barat lainnya
Susunan cabinet
Nama kabinet Tahun Pemerintahan Nama pimpinan
Kabinet kerja I 10 juli 1959-18 Ir. Soekarno
februari 1960
Kabinet kerja II 18 februari 1960-6 Ir. Soekarno
maret 1962
Kabinet kerja III 8 maret 1962 - 13 Ir. Soekarno
november 1963
Kabinet kerja IV 13 nov 27 agustus Ir. Soekarno
1964
Kabinet dwikora I 27 agustus 1964 22 Ir. Soekarno
februari 1966
Kabinet dwikora II 24 februari 1966 28 Ir. Soekarno
maret 1966
11
C. Beberapa perbedaan dalam pelaksanaan Demokrasi
Liberal dan Terpimpin
1. Keterkaitannya dengan masalah kedaulatan rakyatt
pada Demokrasi Liberal kedaulatan rakyat dilaksanakan sepenuhnya
oleh DPR (parlemen/legislatif). DPR dapat membentuk dan membubarkan
pemerintah dan cabinet (eksekutif). Pada Demokrasi terpimpin, secara
normative konstitusional ditetapkan kedaulatan rakyat berada dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Namun dalam pelaksanaannya
kedaulatan rakyat sepenuhnya berada di tangan presiden. Kemudian
presiden kemudian membentuk MPR (S) dan DPR gotong royong
berdasarkan kepada putusan presiden
BAB III
12
PENUTUP
Bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari laporan sejarah yang telah
A. Kesimpulan
3. Pemimpin dengan sikap yang kurang tegas dan disiplin, merupakan salah
tepat.
B. Saran
1. Kita ketahui bahwa perubahan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya,
jadi kita sebagai rakyat Indonesialah yang harus memulai perubahan itu.
13
2. Seharusnya pemimpin yang baik dapat mengambil keputusan yang
14
DAFTAR PUSTAKA
Crouch, Herbert, (2001). Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.
Karim, Rusli. (1993). Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang-
Surut, Jakarta: Rajawali Pers.
Marwati Djoened Poesponegoro dkk (1993). Sejarah Nasional Indonesia jilid VI,
Jakarta: Depdikbud-Balai Pustaka.
http://209.85.175.104/search?q=cache:S3YhgBx1fgJ:avaproletar.blogspot.com/2007/1
2/indonesiautopiademokrasi.html+sistem+pemerintahan+setelah+proklamasi&hl=id&
ct=clnk&cd=2&gl=id&xclient=firefox-a (13 November 2011)
http://www.rifalnurkholiq.com/2015/10/makalah-demokrasi-liberal-
demokrasi.htmlRatna Hapsari, M. Adil, 2015: penerbit erlangga Sejarah Indonesia
kelompok wajib.
https://realmind.web.id/makalah-demokrasi-liberal-demokrasi-terpimpin-sampai-
reformasi.html/
Mutiara Shifa F, Ringo Rahata, Melkisedek Bagas F, Sejarah Indonesia mata pelajaran
wajib: Intan Pariwara XII
15