Anda di halaman 1dari 8

PERJALANAN DEMOKRASI Di INDONESIA

Diposting oleh : nur budi asri wahyuni


Kategori: Artikel Guru - Dibaca: 89704 kali

A. Latar Belakang
Berbicara mengenai perjalanan demokrasi di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pelaksanaan pasang surut demokrasi itu sendiri. Bangsa indonesia pernah menerapkan tiga
model demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari
pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi.
Menurut Robert Dahl pandangan Yunani tentang demokrasi, bahwa warga Negara adalah
pribadi yang utuh yang baginya politik adalah aktivitas social yang alami dan tidak terpisah
secara tegas dari bidang kehidupan lain. Nilai-nilai tidak terpecah tetapi terpadu karena itu
mereka aktif dalam kegiatan politik. Namun dalam prakteknya pula demokrasi Yunani dalam
hal kewarganegaraannya merupakan hal yang eksklusif, bukan inklusif. Persyaratan
kewargaanegaraan adalah kedua orang tua harus warga Athena asli. Jika orang asing aktif dan
memberikan sumbangan besar pada kehidupan ekonomi dan intelektual akan mendapat status
tertentu.
Demokrasi menurut asal katanya (semantik) yakni demos berarti rakyat dan kratos
berarti kekuasaan atau berkuasa. Jadi demokrasi artinya kekuasaan atau kedaulatan rakyat.
Dalam perkembangannya, terdapat dua aliran demokrasi, yaitu demokrasi konstitusional dan
demokrasi yang mendasarkan diri pada pada komunisme. Kelompok pertama berkembang di
negara-negara eropa dan amerika sedangkan kelompok kedua berkembang di negara-negara
berpaham komunis. Perbedaan fundamental antara keduanya ialah bahwa demokrasi
konstitusional mencita-citakan pemerintah tyang terbatas kekuasaannya, suatu negara hukum
(Rechstaat) yang tunduk pada Rule of Low. Sebaliknya demokrasi yang mendasarkan dirinya
atas komunisme mencita-citakan pemerintahan yang tidak dibatasi kekuasaannya (machstaat)
dan lebih bersifat totaliter (Miriam Budiarjo, 1996 : 52).
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada
dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan
saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Berawal dari kemenangan Negara-negara Sekutu (Eropah Barat dan Amerika Serikat)
terhadap Negara-negara Axis (Jerman, Italia & Jepang) pada Perang Dunia II (1945), dan
disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham Komunisme di
akhir Abad XX , maka paham Demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropah Barat dan
Amerika Utara menjadi paham yang mendominasi tata kehidupan umat manusia di dunia
dewasa ini.
Suatu bangsa atau masyarakan di Abad XXI ini baru mendapat pengakuan sebagai warga
dunia yang beradab (civilized) bilamana menerima dan menerapkan demokrasi sebagai
landasan pengaturan tatanan kehidupan kenegaraannya. Sementara bangsa atau masyarakat
yang menolak demokrasi dinilai sebagai bangsa/masyarakat yang belum beradab
(uncivilized).
Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia
Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya, mungkin
kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu. Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak
masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang
dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling
berbeda satu dengan lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka diperoleh suatu permasalahan antara lain :
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia ?
2. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia, sudahkah berjalan dengan lancer ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis dapat mengambil 2 (dua) tujuan ,yakni :
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi di Indonesia
2. Mengetahui pelaksanaan demokrasi di Indonesia

D. Pembahasan
Sejarah demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus 1945,
para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia (selanjutnya disebut NKRI menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana
kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian berarti juga NKRI tergolong
sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat disatu pihak
dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk di BPUPKI
tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebahagian terbesarnya pernah
mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropah
Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia
sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi
yang berkembang di negara-negara Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi
suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar
sebagai pemenang Perang Dunia-II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini,
ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa
model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia
mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi
Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan
(eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan
Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di atas, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model Demokrasi
Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik
yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara.
Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-ny
Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan
ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan
turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11 Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan
model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila (Orba), untuk
menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan
ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan dengan
model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun,
tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari
jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang
tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto,
maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara
yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya
UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan
tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya
laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar
lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya perubahan
terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi
Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini dinamakan saja sebagai
Demokrasi Reformasi, karena memang belum ada kesepakatan mengenai namanya) yang
telah dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-
tanda kemampuannya untuk mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajek),
sekalipun lembaga-lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil
Presiden) dan lembaga-lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan
umum langsung yang memenuhi persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1.Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 - 1950 ).
Tahun 1945 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
a.Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi lembaga
legislatif.
b.Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
c.Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer

2.Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama ( 1950 - 1966 ).


a.Masa Demokrasi Liberal 1950 1959;
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan
parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan:
Dominannya partai politik,
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah,
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950.
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
Bubarkan Badan Konstituante,
Kembali ke UUD 1945 dan tidak berlakunya UUD S 1950,
Segera dibentuk MPRS dan DPAS.

b.Masa Demokrasi Terpimpin 1959 1966


Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
Dominasi Presiden
Terbatasnya peran partai politik
Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan,
Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR,
Jaminan HAM lemah,
Terjadi sentralisasi kekuasaan,
Terbatasnya peranan pers,
Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur).
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang menjadi
tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.

3.Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde baru ( 1966 - 1998 )


Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan
keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada
rakyat pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru
berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada,
b. Rekrutmen politik yang tertutup,
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis,
d. Pengakuan HAM yang terbatas,
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.

Sebab jatuhnya Orde Baru:


a. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi ),
b. Terjadinya krisis politik,
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba,
d. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden.
4.Pelaksanaan Demokrasi Reformasi ( 1998 sekarang )
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto
ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan bangsa Indonesia yang demokratis
antara lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi,
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum,
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN,
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI,
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu
tahun 1999 dan tahun 2004.

E. Penutup
Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 , para Pendiri Negara Indoneia
melalui UUD 1945 telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut
paham atau ajaran demokrasi , dimana kekuasaan tertinggi ditangan Rakyat dan dilaksanakan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan demokrasiyang pernah
ada di Indonesia. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dibagi menjadi beberapa periodesasi
antara lain :
1.Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 1950 ),

2.Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama;


a. Masa Demokrasi Liberal 1950 1959,
b. Masa Demokrasi Terpimpin 1959 1966

3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 1998,


4. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi ( 1998 - Sekarang).
Salah satu ciri negara demokrasi adalah terselenggaranya pemilihan umum yang bebas untuk
menentukan wakil wakil rakyat di lembaga legislatif ,lembaga eksekutif baik itu presiden
atau wakil presiden maupun kepala daerah. Dapat dikatakan bahwa pemilu merupakan syarat
minimal adanya demokrasi. Pemilu pertama kali di Indonesia pada tahun 1955 dan yang
kedua pada tahun 2004.

Home Nasional Sejarah Perjalanan Demokrasi di Indonesia

Sejarah Perjalanan Demokrasi di Indonesia


Nasional
Author admin - October 29, 2014
0

Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan negara, dimana sistem tersebut
mengizinkan rakyat memimpin diwakili oleh badan-badan negara demi mewujudkan
kedaulatan rakyat. demokrasi di Indonesia sendiri sebenarnya sudah muncul sejak zaman
penjajahan Belanda dimana pada masa itu banyak orang-orang dari kaum elit yang
disekolahkan oleh Belanda dan banyak membaca tentang pemerintahan luar negeri sehingga
mereka terekspos pada sistem demokrasi negara barat.

Perjalanan Demokrasi di Indonesia


Pada masa Orde Lama yang berlangsung dari awal tahun 1950, mulai terjadi banyak
perpecahan pada sistem sosial di Indonesia menyusul berakhirnya perjuangan bersama untuk
menjaga kemerdekaan Indonesia. Perpecahan tersebut menyerang hampir seluruh lini mulai
dari kultur, moral, tradisi, kekristenan, Marxisme, dan ketakutan bahwa masyarakat Jawa
akan mendominasi dunia politik. Karena perbedaan ini, beberapa gerakan separatis mulai
muncul dan menentang republik Indonesia, seperti misalnya Darul Islam yang ingin
mendirikan Negara Islam Indonesia dan melakukan serangan gerilya pada tahun 1948 hingga
1962. Di Maluku juga terjadi hal yang sama, dimana masyarakat Ambon yang pada masa itu
adalah bekas tentara Hindia Belanda menuntut kemerdekaan terhadap Republik Maluku
Selatan. Hal yang sama juga muncul di Sumatera dan Sulawesi pada tahun 1955 dan 1961.

Perjalanan demokrasi di Indonesia dimulai dengan Demokrasi Liberal yang diterapkan pada
tahun 1950 dimana saat itu terjadi banyak sekali pergantian kabinet, dimana kabinet paling
sukses hanya dapat berjalan 2 tahun. Bahkan, pemilihan umum pertama yang dilangsungkan
pada tahun 1955 gagal membawa kestabilan politik pada Indonesia.

Pada Oktober 1956, Soekarno melakukan kunjungan resmi ke Republik Rakyat Tiongkok
dimana ia terpukau dengan perkembangan yang ada disana setelah perang sipil. Soekarno
berkesimpulan bahwa hal ini dipengaruhi oleh kemampuan Mao Zedong untuk memimpin,
dimana sentralisasi kekuatannya sangat kontras dengan kekacauan politik di Indonesia.
Setelah pulang dari kunjungan tersebut pada 30 Oktober 1956, Soekarno membicarakan
konsep barunya tentang sistem pemerintahan yang baru dimana 2 hari sebelumnya ia
meminta partai-partai politik untuk dikubur. Awalnya, partai-partai tersebut menolak, tapi
setelah diberi tahu bahwa mereka tidak harus dihancurkan, Partai Komunis Indonesia (PKI)
memberikan dukungan mereka pada Soekarno.
Pada 21 Februari 1957, Soekarno membeberkan detil rencananya. Ia menekankan bahwa
pada tingkat pedesaan, pertanyaan-pertanyaan harus diselesaikan dengan tujuan mencapai
kosensus. Model pengambilan keputusan ini lebih cocok dengan Indonesia dibandingkan
demokrasi ala barat. Dengan sistem yang kemudian menjadi tonggak sejarah demokrasi di
Indonesia bernama Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno menggambarkan bahwa ia akan
memimpin para tetua desa pada level nasional.
Demokrasi terpimpin dicetuskan oleh Soekarno karena beberapa Sebab:

Alasan keamanan, yaitu beberapa gerakan separatis yang menyebabkan


ketidakstabilan politik pada masa demokrasi liberal.
Alasan ekonomi, dimana penggantian kabinet saat demokrasi liberal diterapkan
menimbulkan banyak perbedaan program, sehingga sektor ekonomi terhambat
pembangunannya.
Alasan politik, dimana gagalnya penyusunan UUD yang beri demi menggantikan
UUDS 1950.

Yang menjadi awal dari masa ini adalah Soekarno memerintahkan untuk kembali
menggunakan UUD 1945 dan meninggalkan UUDS 1950. Perintah tersebut tentu saja menuai
banyak protes dari anggota konstituante, meski tak sedikit juga yang setuju. Demi
menyelesaikannya dengan adil, diadakan sebuah pemungutan suara oleh seluruh anggota
dengan hasil 269 suara setuju untuk kembali menggunakan UUD 45, dan 119 tidak setuju.
Hasil voting yang berat sebelah itu menyimpulkan bahwa perintah Soekarno akan
dilaksanakan.

Masa demokrasi terpimpin ini dipenuhi dengan kerjasama orang-orang atas PKI dengan
kaum borjuis, dimana mereka menekan pergerakan yang dilakukan oleh para buruh dan juga
petani-petani yang ada di Indonesia. Hal yang dilakukan oleh para borjuis dan pimpinan PKI
ini gagal dan banyak efek domino yang terjadi seperti turunnya pendapatan ekspor, devisa
yang terus turun cadangannya, inflasi yang terus melonjak naik, hingga korupsi yang terus
terjadi. Terjadinya semua itu mendorong banyaknya demonstrasi yang digerakkan oleh para
buruh, mahasiswa dan petani.

Pada 30 September 1965, terjadi sebuah insiden yang diberi nama Gerakan 30 September
(G30S) yang menewaskan 6 perwira TNI yang paling senior saat itu. Setelah aksi ini ditutup
dengan pembersihan komunis yang menewaskan 500.000 jiwa dan secara total
menghancurkan PKI, Soekarno terpaksa melakukan transfer kekuatan politik dan militer
kepada Soeharto. Soeharto akhirnya resmi ditunjuk sebagai presiden pada tahun 1968.

Meski naiknya Soeharto membawa kestabilan di bidang ekonomi dan politik, terjadi
perubahan lagi dalam sejarah demokrasi di Indonesia dimana partai politik disederhanakan
menjadi hanya tiga kekuatan besar yaitu: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang adalah
gabungan dari NU, PSSI, PERTI, dan Parmusi; Partai Demokrasi Indonesia (PDI), gabungan
Partai Katolik, Parkindo, IPKO, PNI, Partai Murba, dan Golongan Karya (Golkar). Ini
dilakukan untuk memberikan kestabilan bangsa dan negara karena pada masa Orde Lama
terlalu banyak perbedaan pandangan politik hingga menyebabkan perpecahan yang hebat.
Selama pemerintahan Orde Baru juga terjadi 6 kali pemilu yang masing-masing diadakan
selama 5 tahun sekali mulai dari 1971 hingga 1997.

Sejarah demokrasi di Indonesia terus berlanjut hingga di masa reformasi. Masa ini diawali
dengan mundurnya presiden Soeharto dan digantikan BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Demokrasi pada era ini berlangsung terus menerus melanjutkan tradisi pada masa Orde Baru,
yaitu setiap 5 tahun sekali. Meski begitu, jumlah partai yang ada semakin bertambah seiring
waktu dan total partai terbanyak dalam pemilu adalah pada tahun 2009 yaitu 38 parpol
nasional ditambah 6 parpol lokal di Aceh.

Ternyata cukup berliku ya perjalanan demokrasi di Indonesia, semoga artikel diatas dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Selain itu semoga sistem demokrasi yang
kita gunakan sekarang ini dapat mencerminkan asas dari sistem demokrasi yang sebenarnya.
Mari bersama-sama kita dukung dan mengawasi kinerja pemerintahan yang ada, karena
dalam demokrasi rakyatlah yang punya andil besar dalam kemajuan sebuah Negara. Akhir
kata Terima kasih telah mengunjungi Kumpulan Sejarah.

Anda mungkin juga menyukai