Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SISTEM HUKUM DAN


PERADILAN INTERNASIONAL

Nama : Nur Muarifah


Kelas : XI Akuntansi B

SMK MUHAMMADIYAH 7
KEDUNGPRING
KEDUNGPRING - LAMONGAN
1

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbilalamin, puji syukur kami panjatkan


kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, Saya kelas
XI Akuntansi B dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
PKn

yang

berjudul

SISTEM

HUKUM

dan

PERADILAN

INTERNASIONAL.
Sesuai dengan judul yang telah disebutkan diatas, dalam
makalah

ini

internasional,

kami

memaparkan

peradilan

mengenai

internasional,

sistem

pengertian

hukum
hukum

internasional, asas-asas hukum internasional, serta materi-materi


lain yang berkaitan dengan topik tersebut.
Tujuan dari penyusunan makalah ini, selain untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PKn,

juga saya

susun sebagai bahan pembelajaran diskusi kami bersama


kelompok lain.
Namun di samping itu, kami menyadari betul bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Dan
untuk itu kami mengharapakan kritik dan saran yang sekiranya
membangun dari

para pembaca sekalian agar kekurangan

dalam makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna


untuk proses penambahan wawasan kita semua.

Kedungpring,

Penyusun

Januari 2017

DAFTAR ISI

Halaman Cover .......................................................................

Kata Pengantar .......................................................................

ii

Daftar Isi ................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang .....................................................

B.

Tujuan ..................................................................

C.

Perumusan Masalah ............................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Hukum Internasional ..................................

B. Pengertian Hukum Internasional ...........................

C. Asal Mula Hukum Internasional ..............................

D. Hukum Internasional Dalam Arti Modern ...............

E.
Asas-asas Hukum Internasional ...................................

F.

Sumber Hukum Internasional .................................

G. Subjek Hukum Internasional ..................................

H. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum


Nasional
I.
J.

................................................................................7
Proses Ratifikasi Hukum Internasional Menjadi Hukum
Nasional .................................................................

Peradilan Internasional ..........................................

10

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan .........................................................

12

B.

Saran .................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

13

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan

dunia

global

dalam

masyarakat

internasional pada zaman sekarang sudah banyak yang melintasi


batas-batas wilayah teritorial suatu negara. Dan hal ini sudah
tentu memerlukan suatu aturan atau tata tertib hukum yang
jelas dan tegas. Yang bertujuan untuk menciptakan suatu
kerukunan dalam menjalin kerjasama antar negara yang saling
menguntungkan.

Dan

sumber

hukum

internasional

seperti

perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan sebagainya


memilki

peran

penting

dalam

mengatur

masalah-masalah

bersama yang dihadapi subyek-subyek hukum internasional.


B. Tujuan
Makalah ini kami susun selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, juga kami
memiliki tujuan agar dapat membantu menambah referensi
mengenai sistem hukum internasional.
C. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini
adalah metode daftar pustaka. Dimana metode ini kami pilih
untuk

bahan

sumber

serta

pedoman

menyusun makalah ini.

untuk

kami

dalam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Hukum Internasional
Sistem hukum internasional adalah satu kesatuan hukum
yang

berlaku

dan

wajib

dipatuhi

oleh

seluruh

komunitas

internasional. Artinya hukum internasional harus dipatuhi oleh


setiap negara. Sistem hukum internasional juga merupakan
aturan-aturan yang telah diciptakan bersama oleh negara-negara
anggota yang melintasi batas-batas negara.
B. Pengertian Hukum Internasional
Pengertian hukum internasional secara umum merupakan
bagian hukum yang mengatur aktifitas entitas dalan skala
internasional. Awalnya hukum internasional hanya diartikan
sebagai perilaku dan hubungan antar negara namun dalam
perkembangan
kompleks

pola

pengertian

hubungan
ini

mulai

internasional
meluas

yang

sehingga

semakin
hukum

internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi


internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional
dan individu.
Namun disamping itu, beberapa sarjana mengemukakan
pendapatnya mengenai hukum internasional. Diantaranya adalah
:
1.

J.G Starke
Hukun internasional adalah sekumpulan hukum-hukum (body
of law) yang sebagian besar terdiri dari asa-asas dan karena
itu biasanya ditaati dalam hubungan antarnegara.

2.

Wirjono Prodjodikoro
Hukum

internasional

adalah

hukum

yang

mengatur

perhubungan hukum antara berbagi bangsa di berbagai


negara.
3. Mochtar Kusumaatmaja
4. Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas-batas negara antara :
Negara dengan negara
Negara dan subyek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain
C. Asal Mula Hukum Internasional
Hukum internasional sudah dikenal oleh bangsa romawi
sejak tahun 89 sebelum masehi. Mereka mengenal adengan
nama ius civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar
bangsa). Ius civile merupakan hukum nasional yang berlaku yang
berlaku bagi warga romawi dimanapun mereka berada. Ius
gentium yang kemudian berkembang menjadi ius inter gentium
ialah hukum yang merupakan bagian dari hukum romawi yang
diterapkan bagi orang asing yang bukan orang romawi, yaitu
orang-orang jajahan atau orang-orang asing.
Kemudian hukum ini berkembang menjadi volkernrecht (bahasa
Jerman), droit des gens (bahasa Prancis), dan law of nations atau
international law (bahasa Inggris). Pengertian volkernrecht dan
ius gentium sebenarnya tidak sama

karena dalam hukum

Romawi, istilah ius gentium memiliki pengertian :


a.

Hukum yang mengatur hubungan antara dua orang warga

kota Roma dan orang asing.


b.

Hukum ynag diturunkan dari tata tertib alam yang

mengatur masyarakat segala bangsa, yaitu hukum alam yang

menjadi dasar perkembangan hukum internasional di Eropa pada


abad ke-15 sampai dengan abad ke-19.
Seiring dengan perkembangan yang ada, pemahaman mengenai
hukum internasional dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu :
a.

Hukum Perdata Internasional. Yaitu hukum yang mengatur


hubungan hukum hukum antar warga negara suatu negara
dan warga negara dari negara lain.

b.

Hukum publik internasional, yaitu hukum yang mengatur


negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan
internasional (hukum antarnegara).
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata
Internasional. Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan
kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata
yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur
hubungan hukum perdata. Sedangkan Hukum Internasional
adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.

Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan


atau persoalan yang melintasi batas negara(internasional).
Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya
(obyeknya).
D. Hukum Internasional Dalam Arti Modern
Hukum internasional yang kita kenal sekarang merupakan
hasil dari diadakannya konfernsi Wina tahun 1969 yang diikuti
oleh

para

pakar

hukum

dunia.

Hasil

konferensi

tersebut

menyepakati sebuah naskah hukum internasional, baik yang


menyangkut hukum perdata maupun hukum publik
E.

Asas-asas Hukum Internasional

Dalam menjalin hubungan antar bangsa, ada beberapa


asas yang harus diperhatikan oleh setiap negara.
a

Asas Teritorial
Didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Intinya,
negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua
barang yang ada di wilayah negaranya.

b.

Asas Kebangsaan
Didasarkan atas kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Intinya, setiap warga negara dimanapun dia berada tetap
mnedapatka

perlakuan

hukum

dari

negaranya

sendiri

meskipun seddang berada di negara asing.


c.

Asas kepentingan umum


Didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat. Jadi,
hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

Ketiga asas ini sangat penting untuk diperhatikan, apabila tidak


diperhatikan dengan baik maka akan timbul ketidak-sesuaian
hukum dalam menjalankan hubungan internasional.
F.

Sumber Hukum Internasional


Menurut Mochtar Kusumaatmaja dalam buku Hukum

Internasional Humaniter, sumber hukum internasional dapat


dibedakan mennjadi sumber hukum dalam arti material dan
sumber hukum dalam arti formal.
a. Dalam Arti Material
Hukum internasional tidak dapat dipaksakan seperti
hukum nasional. Pada dasarnya masyarakat negara-negara
atau

masyarakat

bangsa-bangsa

yang

anggotanya

didasarkan pada kesukarelaaan dan kesadaran, sedangkan


kekuasaan tertinggi tetap berada di negara masing-masing.

Meski demikian, ada sebagian besar negara anggota


masyarakat

yang

mentaati

kaidah-kaidah

hukum

internasional. Mengenai hal ini ada dua aliran yang memiliki


pendapat berbeda.

Aliran naturalis
Bersandar pada hak asasi dan hak alamiah. Menurut
teori ini, hukum internasional adalah hukum alam sehingga
kedudukannya

dianggap

lebih

tinggi

dari

pada

hukum

nasional. Pencetus teori ini adalah Grotius (Hugo De Groot)


dan kemudian disempurnakan oleh Emmerich Vattel, ahli
hukum dan diplomat Swiss.

Aliran positivisme
Mendasarkan berlakunya hukum internasional pada
persetujuan bersama dari negara-negara ditambah dengan
asas pacta sunt servanda yang dianut oleh mazhab Wina
dengan pelopornya yaitu Hans Kelsen. Menurut Hans Kelsen
pacta sunt servanda merupakan kaidah dasar pasal

26

Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian (Viena Convention


of The Law of treatis) tahun 1969.
b. Dalam Arti Formal
Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti
formal merupakan sumber hukum paling utama dan memiliki
otoritas tertinggi dan otentik yang dapat dipergunakan oleh
Mahkamah
sengketa

Internasional
internasional.

di

dalam

Pasal

38

memutuskan
Piagam

suatu

Mahkamah

Internasional Permanen tertanggal 16 Desember 1920 dapat


dipakai oleh Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan
persoalan Internasional.
Sumber-sumber hukum internasional sesuai dengan
yang tercantum di dalam Piagam Mahkamah Internasional
pasal 38 adalah sebagai berikut :

Perjanjian Internasional (Traktat=Teraty)


Kebiasaan-kebiasaan

internasional

yang

terbukti

dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum


-

Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa


beradab
Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran para
ahli hukum internasional dari berbagai negara sebagai
alat tambahan untuk menentukan hukum, dan

Pendapat-pendapat para ahli hukum yang terkemuka

G. Subjek Hukum Internasional


Pihak-pihak yang dapat disebut sebagai subyek hukun
internasional adalah sebagi berikut :
a. Negara
Merupakan subyek hukum internasional dalam arti klasik,
artinya bahwa lahirnya hukum internasional negara sudah
diakui sebagi subyek hukum internasional.
b. Takhta Suci
Subyek hukum yang merupakan peninggalan sejarah sejak
zaman dahulu ketika paus bukan hanya merupakan kepala
gereja Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi.
c. Palang Merah Internasional
Merupakan salah satu subyek hukum internasional dan hal ini
diperkuat dengan adanya perjanjian, kemudian diperkuat oleh
beberapa konvensi Palang Merah (konvensi Jenewa) tentang
perlindungan korban perang.
d. Organisasi Internasional
Merupakan subyek hukum yang mempunyai hak-hak dan
kewajiban

yang

ditetapkan

internasional.
e. Orang Perseorangan

dalam

konvensi-konvensi

Dalam arti yang terbatas orang perseorangan dapat dianggap


sebagai subyek hukum internasional.
f.

Pemberontakan dan Pihak dalam Sengketa


Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh
kedudukan dan hak sebagai pihak yang bersengketa dalam
beberapa hal tertentu.

H.

Hubungan

Hukum

Internasional

Dengan

Hukum

Nasional
Adanya hubungan antara hukum internasional dengan
hukum nasional ternyata menarik para ahli hukum untuk
menganalisis lebih jauh. Terdapat 2 aliran yang coba memberikan
gambaran bagaimana keterkaitan antara hukum internasional
dengan hukum nasional. Kedua aliran itu adalah :
a.

Aliran monisme
Tokoh nya ialah Hanz kelsen dan george scelle. Menurut
aliran ini hukum nasional dan internasional merupakan satu
kesatuan. Hal ini disebabkan :
1.

Walaupun kedua sistem hukum tersebut mempunyai


istilah yang berbeda, tetapi subjek hukumnya tetap sama,
yaitu individu yang terdapat dalam suatu negara.

2.

Sama-sama meiliki kekuatan hukum yang mengikat

b. Aliran Dualisme
Tokohnya

adalah

Triepel

dan

anzilotti

aliran

ini

beranggapan bahwa hukum internasional dan hukum nasional


merupakan dua sistem terpisah yang berbeda satu sama lain.
Menurut

aliran

ini

perbedaan

kedua

disebabakan oleh :
1. Perbedaan sumber hukum
2. Perbedaan mengenai subjek
3. Perbedaan mengenai kekuatan hukum

hukum

tersebut

I.

Proses Ratifikasi Hukum Internasional Menjadi Hukum


Nasional

1. Proses ratifikasi hukum internasional menurut UU no


24

tahun

2000

tentang

Perjanjian

Internasional

menimbang :
a. Bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik
Indonesia sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan

kesejahteraan

umum,

mencerdaskan

kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban


dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan

keadilan

sosial,

Pemerintah

Negara

Republik

Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat internasional,


melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang
diwujudkan dalam perjanjian internasional;
b.

Bahwa

ketentuan

mengenai

pembuatan

dan

pengesahan perjanjian internasional sebagaimana diatur


dalam

Undang-Undang

Dasar

1945

sangat

ringkas,

sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut dalam suatu


peraturan perundang-undangan;
c.

bahwa

Surat

2826/HK/1960

Presiden

tanggal

22

Republik

Indonesia

Agustus

1960

No.

tentang

"Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain"


yang selama ini digunakan sebagai pedoman untuk
membuat

dan

mengesahkan

perjanjian

internasional

sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi;


d. bahwa

pembuatan

dan

pengesahan

perjanjian

internasional antara Pemerintah Republik Indonesia dan

pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional,


dan

subjek

hukum

internasional

lain

adalah

suatu

perbuatan hukum yang sangat penting karena mengikat


negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu
pembuatan

dan

pengesahan

suatu

perjanjian

internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar yang


jelas

dan

kuat,

dengan

menggunakan

instrumen

peraturan perundang-undangan yang jelas pula;


e.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam Huruf a, b, c dan d perlu dibentuk


Undang-undang tentang Perjanjian Internasional.
Pasal 5 :
1) Lembaga

negara

dan

lembaga

pemerintah,

baik

departemen maupun nondepartemen, di tingkat pusat


dan daerah, yang mempunyai rencana untuk membuat
perjanjian

internasional,

terlebih

dahulu

melakukan

konsultasi dan koordinasi mengenai rencana tersebut


dengan Menteri.
2) Pemerintah Republik Indonesia dalam mempersiapkan
pembuatan perjanjian internasional, terlebih dahulu harus
menetapkan posisi Pemerintah Republik Indonesia yang
dituangkan dalam suatu pedoman delegasi Republik
Indonesia.
3) Pedoman

delegasi

Republik

Indonesia,

yang

perlu

mendapat persetujuan Menteri, memuat hal-hal sebagai


berikut :
a) latar belakang permasalahan;
b) analisis permasalahan ditinjau dari aspek politis dan
yuridis serta aspek lain yang dapat mempengaruhi
kepentingan nasional Indonesia;
c)

posisi Indonesia, saran, dan penyesuaian yang dapat


dilakukan untuk mencapai kesepakatan.

10

4) Perundingan rancangan suatu perjanjian internasional


dilakukan oleh Delegasi Republik Indonesia yang dipimpin
oleh Menteri atau pejabat lain sesuai dengan materi
perjanjian dan lingkup kewenangan masing-masing.
2. Proses

ratifikasi

perjanjian

internasional

menurut

pasal 11 UUD 1945


a) Pengertian Ratifikasi
Ratifikasi merupakan suatu cara yang sudah melembaga
dalam kegiatan hukum (perjanjian) internasional. Hal ini
menunbuhkan

keyakinan

perwakilan-perwakilan

pada

rakyat

lembaga-lambaga

bahwa

wakil

yang

menandatangani suatu perjanjian tidak melakukan hal-hal


yang bertentangan dengan kepentingan umum.
b) Proses Ratifikasi
Ratifikasi merupakan proses pengesahan.
Berikut adalah contoh proses ratifikasi hukum (perjanjian
internasional) menjadi hukum nasional :
-

Persetujuan Indonesia-Belanda mengenai penyerahan


Irian Barat yang ditandatangani di New York (15
Januari 1962) disebut Agreement.

Perjanjian Indonesia-Australia mengenai garis batas


wilayah antara Indonesia dengan Papua Guinea yang
ditandatangani di Jakarta 12 Februari 1973 dalam
bentuk agreement.

Persetujuan

garis

batas

landas

kontinen

antara

Indonesia-Singapura 25 Mei 1973


3. Proses ratifikasi menurut UUD 1945
Pasal 11 UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara
lain. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kerja sama

11

antara eksekutif (Presiden) dan legislatif (Dewan Perwakilan


Rakyat), harus diperhatikan hal-hal berikut :
1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain.
2)

Presiden dalam membuat perjanjian internasional


lainnya

yang

dapat

menimbulkan

akibat

luas

dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan


beban

keuangan

perubahan

atau

negara,

dan/atau

pembentukan

mengharuskan

undang-undang

harus

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.


3)

Ketentuan

lebih

lanjut

tentang

perjanjian

internasional diatur dengan undang-undang


J.

Peradilan Internasional
Peradilan

Internasional

dilaksanakan

oleh

Mahkamah

Internasional yang merupakan salah satu organ perlengkapan


PBB yang berkedudukan di Denhaag (Belanda).
Para angota nya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni
15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara berdasarkan
kecakapannya dalam hukum. Masa jabatan mereka 9 tahun,
sedangkan tugasnya antara lain selain memberi nasehat tentang
persoalan hukum kepada majelis umum dan dewan keamanan,
juga memeriksa perselisihan atau sengketa antara negaranegara

anggota

PBB

yang

diserahkan

kepada

mahkamah

internasional.
Mahkamah internasional dalam mengadili suatu perkara
berpedoman pada perjanjian-perjanjian internasional ( traktattraktat dan kebiasaan- kebiasaan internasional ) sebagai sumbersumber hukum. Keputusan Mahkamah Internasional merupakan
keputusan terakhir walaupun dapat diminta banding. Disamping

12

pengadilan mahkamah internasional, terdapat juga pengadilan


arbitrase

internasionl.

Arbitrase

internasional

hanya

untuk

perselisihan hukum, dan keputusan para arbitet tidak perlu


berdasarkan peraturan hukum.
Dalam

hukum

internasional

dikenal

juga

istilah

adjudikation, yaitu suatu tehnik hukum untuk meyelesaikan


persengketaan internasional dengan menyerahkan keputusan
kepada peradilan. Adjudikasi berbeda dengan arbitrase karena
adjudikasi mencangkup proses kelembagaan. Yang dilakukan
oleh lembaga peradialan tetap semntara arbitrase dilakukan
melalui prosedur ade hoc. Lembaga peradilan internasional
pertama yang berkaitan dengan adjudikasi adalah permanent
court of internasional justice ( PCJI ) yang berfungsi sebagai
bagian dari sistem LBB mulai tahun 1920 hingga 1946. PCJI
dilanjutkan dengan kehadiran internasional court of justice (ICJ),
suatu organ pokok PBB.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Jadi, hubungan internasional merupakan aturan-aturan

yang telah di ciptakan bersama negara-negara anggota yang

13

melintasi

batas-batas

negara.

Peradilan

Internasional

dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang merupakan


salah satu organ perlengkapan PBB. Sumber Hukum Internasional
adalah

sumber-sumber

yang

digunakan

oleh

Mahkamah

Internasional dalam memutuskan masalah-masalah hubungan


internasional. Sumber hukum internasional dibedakan menjadi
sumber hukum dalam arti materil dan formal. Dalam arti materil,
adalah sumber hukum internasional yang membahas dasar
berlakunya hukum suatu negara. Sedangkan sumber hukum
formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau
menemukan ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Dari

uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem hukum dan


peradilan internasional itu sangat diperlukan oleh suatu negara
untuk tetap mempertahankan eksistensi dan kemakmuran suatu
negara.
B.

Saran
Seharusnya kita dapat menghargai dan ikut mengerti

tentang masalah sengketa internasional dengan cara memenuhi


dan mematuhi kewajiban perjanjian internasional.

DAFTAR PUSTAKA

14

http://sukmadew.blogspot.co.id/2014/05/sistem-hukum-danperadilan-internasional.html
http://adimasnonbloks.blogspot.co.id/2015/11/bab-5-sistemhukum-dan-peradilan.html
http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-sistem-hukumdan-peradilan-internasional.html

15

Anda mungkin juga menyukai