Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SISTEM HUKUM INTERNASIONAL

Disusun oeh:

Ananda Salsabila Kenyo Sarasati


XI Multimedia 1

28

JURUSAN MULTIMEDIA

SMK MUHAMMADIYAH

LUMAJANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata pelajaran PPKN yang
berjudul “Sistem Hukum Internasional”

Namun dari semua itu, saya menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
 
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
 

Lumajang,  Januari 2019

 
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Tujuan ......................................................................................................................1

C. Metode penulisan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

A. Sistem Hukum Internasional................................................................................... 2

B. Pengertian Hukum Internasional..............................................................................2

C. Asal Mula Hukum Indonesia....................................................................................3

D.Hukum Internasional dalam arti Modern .................................................................4

E.Asas Hukum Internasional........................................................................................4

F.Sumber Hukum Internasional................................................................................... 5

G.Subjek Hukum Internasional.................................................................................... 6

H.Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Internasional............................... 7

I. Proses Ratifikasi Hukum Internasional Menjadi Hukum Nasional.......................... 7

J.Peradilan Internasional.............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................9

A.Kesimpulan................................................................................................................9

B.Saran......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
         Perkembangan dunia global dalam masyarakat internasional pada zaman sekarang sudah
banyak yang melintasi batas-batas wilayah teritorial suatu negara. Dan hal ini sudah tentu
memerlukan suatu aturan atau tata tertib hukum yang jelas dan tegas. Yang bertujuan untuk
menciptakan suatu kerukunan dalam menjalin kerjasama antar negara yang saling
menguntungkan. Dan sumber hukum internasional seperti perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, dan sebagainya memilki peran penting dalam mengatur masalah-masalah bersama
yang dihadapi subyek-subyek hukum internasional.

B. Tujuan
         Makalah ini kami susun selain untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Hukum
Internasional, juga kami memiliki tujuan agar dapat membantu menambah referensi mengenai
sistem hukum internasional.

C. Metode Penulisan
        Metode yang kami gunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode daftar pustaka.
Dimana metode ini kami pilih untuk bahan sumber serta pedoman untuk kami dalam menyusun
makalah ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Hukum Internasional


Sistem hukum internasional adalah satu kesatuan hukum yang berlaku dan wajib dipatuhi
oleh seluruh komunitas internasional. Artinya hukum internasional harus dipatuhi oleh setiap
negara. Sistem hukum internasional juga merupakan aturan-aturan yang telah diciptakan
bersama oleh negara-negara anggota yang melintasi batas-batas negara.

B. Pengertian Hukum Internasional


Pengertian hukum internasional secara umum merupakan bagian hukum yang mengatur
aktifitas entitas dalan skala internasional. Awalnya hukum internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional
yang semakin kompleks pengertian ini mulai meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.
Namun disamping itu, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai hukum
internasional. Diantaranya adalah :
1. J.G Starke
Hukun internasional adalah sekumpulan hukum-hukum (body of law) yang sebagian besar
terdiri dari asa-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antarnegara.
2. Wirjono Prodjodikoro
Hukum internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antara berbagi
bangsa di berbagai negara.
3. Mochtar Kusumaatmaja
4. Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara antara :
· Negara dengan negara
· Negara dan subyek hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu
sama lain
·
2
C. Asal Mula Hukum Internasional
Hukum internasional sudah dikenal oleh bangsa romawi sejak tahun 89 sebelum masehi.
Mereka mengenal adengan nama ius civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar bangsa).
Ius civile merupakan hukum nasional yang berlaku yang berlaku bagi warga romawi dimanapun
mereka berada. Ius gentium yang kemudian berkembang menjadi ius inter gentium ialah hukum
yang merupakan bagian dari hukum romawi yang diterapkan bagi orang asing yang bukan orang
romawi, yaitu orang-orang jajahan atau orang-orang asing.
Kemudian hukum ini berkembang menjadi volkernrecht (bahasa Jerman), droit des gens (bahasa
Prancis), dan law of nations atau international law (bahasa Inggris). Pengertian volkernrecht  dan
ius gentium sebenarnya tidak sama  karena dalam hukum Romawi, istilah ius gentium memiliki
pengertian :
a. Hukum yang mengatur hubungan antara dua orang warga kota Roma dan orang asing.
b. Hukum ynag diturunkan dari tata tertib alam yang mengatur masyarakat segala bangsa,
yaitu hukum alam yang menjadi dasar perkembangan hukum internasional di Eropa pada
abad ke-15 sampai dengan abad ke-19.
Seiring dengan perkembangan yang ada, pemahaman mengenai hukum internasional
dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu :
a. Hukum Perdata Internasional. Yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum hukum
antar warga negara suatu negara dan warga negara dari negara lain.
b. Hukum publik internasional, yaitu hukum yang mengatur negara yang satu dengan
negara yang lain dalam hubungan internasional (hukum antarnegara).
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional. Hukum
Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan
perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata.
Sedangkan Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan
bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya
(obyeknya).

3
D. Hukum Internasional Dalam Arti Modern
Hukum internasional yang kita kenal sekarang merupakan hasil dari diadakannya
konfernsi Wina tahun 1969 yang diikuti oleh para pakar hukum dunia. Hasil konferensi tersebut
menyepakati sebuah naskah hukum internasional, baik yang menyangkut hukum perdata
maupun hukum public

E. Asas-asas Hukum Internasional


Dalam menjalin hubungan antar bangsa, ada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh
setiap negara.
a. Asas Teritorial
Didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Intinya, negara melaksanakan
hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayah negaranya.
b. Asas Kebangsaan
Didasarkan atas kekuasaan negara untuk warga negaranya. Intinya, setiap warga
negara dimanapun dia berada tetap mnedapatka perlakuan hukum dari negaranya
sendiri meskipun seddang berada di negara asing.
c. Asas kepentingan umum
Didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
dalam kehidupan masyarakat. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah
suatu negara.
Ketiga asas ini sangat penting untuk diperhatikan, apabila tidak diperhatikan dengan baik
maka akan timbul ketidak-sesuaian hukum dalam menjalankan hubungan internasional.

F. Sumber Hukum Internasional


Menurut Mochtar Kusumaatmaja dalam buku “Hukum Internasional Humaniter”,
sumber hukum internasional dapat dibedakan mennjadi sumber hukum dalam arti material dan
sumber hukum dalam arti formal.
a. Dalam Arti Material
Hukum internasional tidak dapat dipaksakan seperti hukum nasional. Pada dasarnya
masyarakat negara-negara atau masyarakat bangsa-bangsa yang anggotanya didasarkan pada
kesukarelaaan dan kesadaran, sedangkan kekuasaan tertinggi tetap berada di negara masing-
masing. 
4
Meski demikian, ada sebagian besar negara anggota masyarakat  yang mentaati kaidah-kaidah
hukum internasional. Mengenai hal ini ada dua aliran yang memiliki pendapat berbeda.
· Aliran naturalis
Bersandar pada hak asasi dan hak alamiah. Menurut teori ini, hukum internasional
adalah hukum alam sehingga kedudukannya dianggap lebih tinggi dari pada hukum
nasional. Pencetus teori ini adalah Grotius (Hugo De Groot) dan kemudian
disempurnakan oleh Emmerich Vattel, ahli hukum dan diplomat Swiss.
· Aliran positivism
Mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama dari negara-
negara ditambah dengan asas pacta sunt servanda yang dianut oleh mazhab Wina
dengan pelopornya yaitu Hans Kelsen. Menurut Hans Kelsen pacta sunt servanda
merupakan kaidah dasar pasal  26 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian (Viena
Convention of The Law of treatis) tahun 1969.
b.    Dalam Arti Formal
Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan sumber
hukum paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dapat dipergunakan oleh
Mahkamah Internasional di dalam memutuskan suatu sengketa internasional. Pasal 38 Piagam
Mahkamah Internasional Permanen tertanggal 16 Desember 1920 dapat dipakai oleh Mahkamah
Internasional untuk menyelesaikan persoalan Internasional.
Sumber-sumber hukum internasional sesuai dengan yang tercantum di dalam Piagam Mahkamah
Internasional pasal 38 adalah sebagai berikut :
· Perjanjian Internasional (Traktat=Teraty)
· Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktik umum dan diterima
sebagai hukum
· Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab
· Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional dari
berbagai negara sebagai alat tambahan untuk menentukan hukum, dan
· Pendapat-pendapat para ahli hukum yang terkemuka

5
G. Subjek Hukum Internasional
Pihak-pihak yang dapat disebut sebagai subyek hukun internasional adalah sebagi berikut :
a. Negara
Merupakan subyek hukum internasional dalam arti klasik, artinya bahwa lahirnya hukum
internasional negara sudah diakui sebagi subyek hukum internasional.
b. Takhta Suci
Subyek hukum yang merupakan peninggalan sejarah sejak zaman dahulu ketika paus
bukan hanya merupakan kepala gereja Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi.
c. Palang Merah Internasional
Merupakan salah satu subyek hukum internasional dan hal ini diperkuat dengan adanya
perjanjian, kemudian diperkuat oleh beberapa konvensi Palang Merah (konvensi Jenewa)
tentang perlindungan korban perang.
d. Organisasi Internasional
Merupakan subyek hukum yang mempunyai hak-hak dan kewajiban yang ditetapkan
dalam konvensi-konvensi internasional.
e. Orang Perseorangan
Dalam arti yang terbatas orang perseorangan dapat dianggap sebagai subyek hukum
internasional.
f. Pemberontakan dan Pihak dalam Sengketa
Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai
pihak yang bersengketa dalam beberapa hal tertentu.

H. Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional


Adanya hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional ternyata menarik
para ahli hukum untuk menganalisis lebih jauh. Terdapat 2 aliran yang coba memberikan
gambaran bagaimana keterkaitan antara hukum internasional dengan hukum nasional. Kedua
aliran itu adalah :
a. Aliran monisme
Tokoh nya ialah Hanz kelsen dan george scelle. Menurut aliran ini hukum nasional dan
internasional merupakan satu kesatuan. Hal ini disebabkan  :

6
1. Walaupun kedua sistem hukum tersebut mempunyai istilah yang berbeda, tetapi
subjek hukumnya tetap sama, yaitu individu yang terdapat dalam suatu negara.
2. Sama-sama meiliki kekuatan hukum yang mengikat
b. Aliran Dualisme
Tokohnya adalah Triepel dan anzilotti aliran ini beranggapan bahwa hukum internasional
dan hukum nasional merupakan dua sistem terpisah yang berbeda satu sama lain. Menurut aliran
ini perbedaan kedua hukum tersebut disebabakan oleh :
1. Perbedaan sumber hukum
2. Perbedaan mengenai subjek
3. Perbedaan mengenai kekuatan hukum

I. Proses Ratifikasi Hukum Internasional Menjadi Hukum Nasional


a. Bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana
tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, Pemerintah Negara
Republik Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat internasional, melakukan hubungan
dan kerja sama internasional yang diwujudkan dalam perjanjian internasional;
b. Bahwa ketentuan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sangat ringkas, sehingga perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan perundang-undangan;
c. bahwa Surat Presiden Republik Indonesia No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960
tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain" yang selama ini
digunakan sebagai pedoman untuk membuat dan mengesahkan perjanjian internasional
sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi;
d. bahwa pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah Republik
Indonesia dan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan subjek hukum
internasional lain adalah suatu perbuatan

7
hukum yang sangat penting karena mengikat negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh
sebab itu pembuatan dan pengesahan suatu perjanjian internasional harus dilakukan
dengan dasar-dasar yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen peraturan
perundang-undangan yang jelas pula;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Huruf a, b, c dan d perlu
dibentuk Undang-undang tentang Perjanjian Internasional.

J. Peradilan Internasional
Peradilan Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang merupakan
salah satu organ perlengkapan PBB yang berkedudukan di Denhaag (Belanda).

Para angota nya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni 15 orang hakim yang dipilih
dari 15 negara berdasarkan kecakapannya dalam hukum. Masa jabatan mereka 9 tahun,
sedangkan tugasnya antara lain selain memberi nasehat tentang persoalan hukum kepada majelis
umum dan dewan keamanan, juga memeriksa perselisihan atau sengketa antara negara-negara
anggota PBB yang diserahkan kepada mahkamah internasional.
Mahkamah internasional dalam mengadili suatu perkara berpedoman pada perjanjian-
perjanjian internasional ( traktat-traktat dan kebiasaan- kebiasaan internasional ) sebagai
sumber-sumber hukum. Keputusan Mahkamah Internasional merupakan keputusan terakhir
walaupun dapat diminta banding. Disamping pengadilan mahkamah internasional, terdapat juga
pengadilan arbitrase internasionl. Arbitrase internasional hanya untuk perselisihan hukum, dan
keputusan para arbitet tidak perlu berdasarkan peraturan hukum.
Dalam hukum internasional dikenal juga istilah adjudikation, yaitu suatu tehnik hukum
untuk meyelesaikan persengketaan internasional dengan menyerahkan keputusan kepada
peradilan. Adjudikasi berbeda dengan arbitrase karena adjudikasi mencangkup proses
kelembagaan. Yang dilakukan oleh lembaga peradialan tetap semntara arbitrase dilakukan
melalui prosedur ade hoc. Lembaga peradilan internasional pertama yang berkaitan dengan
adjudikasi adalah permanent court of internasional justice ( PCJI ) yang berfungsi sebagai
bagian dari sistem LBB mulai tahun 1920 hingga 1946. PCJI dilanjutkan dengan kehadiran
internasional court of justice (ICJ), suatu organ pokok PBB.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, hubungan internasional merupakan aturan-aturan yang telah di ciptakan bersama
negara-negara anggota yang melintasi batas-batas negara. Peradilan Internasional dilaksanakan
oleh Mahkamah Internasional yang merupakan salah satu organ perlengkapan PBB. Sumber
Hukum Internasional adalah sumber-sumber yang digunakan oleh Mahkamah Internasional
dalam memutuskan masalah-masalah hubungan internasional. Sumber hukum internasional
dibedakan menjadi sumber hukum dalam arti materil dan formal. Dalam arti materil, adalah
sumber hukum internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu negara. Sedangkan
sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
hukum dan peradilan internasional itu sangat diperlukan oleh suatu negara untuk tetap
mempertahankan eksistensi dan kemakmuran suatu negara.

B. Saran
Seharusnya kita dapat menghargai dan ikut mengerti tentang masalah sengketa
internasional dengan cara memenuhi dan mematuhi kewajiban perjanjian internasional.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://charming29bawell.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://charming29bawell.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

http://suratpenaw1r.sosblogs.com/The-first-blog-b1/Pengertian-hubungan-internasional-
menurut-tygve-nathiessen-b1-p150.htm

10

Anda mungkin juga menyukai