Oleh :
(2302010133)
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah pengantar Hukum Indonesia dengan
judul “Hukum Internasional”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami
makna dari hukum internasional . Kami sadar tulisan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
kita dalam Asumsi bahwa setiap model hukum akan di atur atau dibentuk
sistem hukum hanya mengatur individual, grup atau komunitas dan juga
setiap hukum harus memiliki organ atau bagian yang membuat law,bagian
2.1 Pembahasan
3.1.1 Nature Of Hukum Internasional
Dalam perjalanan panjang umat manusia dari gua ke komputer ,hukum
telah menjadi instrumen yang penting ,instrumen yang diperlukan untuk
kestabilan dan keamanan yang bertentangan dengan kekacauan. Setiap masyarakat
baik kecil maupun besar, kuat ataupun lemah,kaya ataupun miskin dll telah
menciptakan dan mewujudkan prinsip terkait apa yang boleh dibuat dan tidak.
Hukum merupakan sebuah elemen yang mengikat setiap individu yang
tinggal dalam komunitas bersama yang dimana memerlukan ketaatan didalaminya
terkait standar dan nilai yang telah diterpakan. Hukum terdiri dari serangkaian
aturan yang mengatur perilaku, dan mencerminkan, sampai batas tertentu, gagasan
dan perhatian masyarakat di mana ia berfungsi.
Hal ini berlaku untuk hukum internasional tetapi perbedaannya yaitu pada
ketentuan atau hal ini dikarenakan Hal paling menonjol dalam hukum
internasional adalah peraturannya bertujuan mengatur kelakuan atau tindakan dari
sebuah negara dan bukan individual.Negara merupakan aktor utama dalam kasus
internasional.Ini merupakan hal yang berbeda dengan hukum nasional ketika
menempatkan individual sebagai subjek utama.
Walaupun subjek protagonist adalah negara tetapi tentu dalam operasinya
itu melalui individual yang tidak bertindak melalui keinginannya tetapi bertindak
sebagai utusan negara. Misalnya ada negara yang membuat perjanjian ekstradisi
seperti usa and china for trading/commerce maka Anda tidak boleh dibutakan
karena walaupun ini dibuat oleh atau antara individu yang merupakan sebuah
perwakilan tetapi ini juga harus dilaksanakan dan diwujudkan oleh
“individu”.Mekanisme hukum internasional yaitu perjanjian yang dibuat oleh
kedua bela pihak akan dinegosiasikan oleh kedua pihak yaitu diplomat dari setiap
negara yang membuat perjanjian .kemudian jika telah mencapai kesepakatan
maka akan ditanda tangani oleh menteri luar negeri kemudia oleh kepala negara
masing masing ditambah majelis parlemen. Setelah perjanjian ini diterpakan atau
diberlakukan maka hal ini akan dilaksanakan oleh pengadilan masing masing dan
jika diperlukan pejabat kehakiman.
Namun akan muncul pertanyaan ,bagaimana kalau adanya pelanggaran
dalam perjanjian?.Hal ini mudah negara yang dilanggar perjanjiannya akan
berekasi untuk melalukan “pembalasan”.Tanggapan atau pembalasan ini akan
ditentukan oleh agen negara misalnya menteri luar negeri atas saran dan
pertimbangan dari berbagai pihak sepeti kabinet lainnya atau kehakiman dan
aparat lainnya dalam memberi “tindakan balasan”.Terkait tindakan
balasan ,hukum internasional tidak memegang sistem sanksi terpadu. Dalam
hukum internasional sanksi yang dimaksud yaitu ketika pelanggaran perjanjian
terjadi maka sanksi yang telah ditetapkan dalam perjanjian tersebut dapat
diterpakan tergantung isi perjanjian.Misalnya sanksi ekonomi yang dijatuhkan
oleh PBB yang bersifat ekonomi dalam kasus rhodesia 1966 ;atau sanksi militer
seperti perang Korea 1950 atau bahkan keduanya seperti 1990 di Irak .
Sanksi hukum internasional tidak koheren dan komperhensif seperti
hukum nasional.Sanksi hukum internasional dipandang sebagai hak dalam
membela diri dari pelanggaran perjanjian dibandingkan sebuah hukuman ini lebih
pantas disebut Sebagai permintaan hak.
a. Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional,dalam pengertian luas dan abstrak akan menganut aturan
aturan hubungan antar bangsa,yang disimpulkan dari hak hak dan klaim moral
mereka atau dengan kata lain merupakan ekspresi dari hubungan hukum dan
moral negara satu sama lain .
Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit,hukum internasional adalah sistem
peraturan positif yang digunakan oleh negara negara di dunia untuk hubungan
mereka satu sama lain.Namun kenyataannya definisi ini masih terlalu umum dan
luas dikarenakan masih belum ada undang undang yang mengatur dan diakui oleh
semua negara.Negara negara yang beradab dari timur tidak akan setuju dengan
negara negara barat atau eropa dan negara kuno tidak akan setuju dengan negara
modern.
Dalam batasan yang lebih sempit hukum internasional didefinisikan sebagai
kumpulan peraturan yang diakui oleh negara negara yang berkaitan,sebagai
kewajiban dalam hubungannya satu sama lain,dan terhadap subjek satu sama lain
Hukum internasional adalah hukum positif dan progresif dan tidak
menentu.Hukum internasional termasuk dalam penetapan pandangan bahwa setiap
negara negara bebas memebntuk suatu hak atau hukum bersama anggota.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja Hukum Internasional merupakan keseluruhan
kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara-negara (hubungan internasional). Pembahasan Hukum
Internasional tidak selalu membahas tentang hubungan antar negara saja tetapi
membahas juga tentang Hukum Diplomatik, Hukum Udara, Hukum Laut
Internasional dan sebagainya yang terkait dengan Hukum Internasional itu sendiri.
Hukum internasional mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek
hukum internasional. Subjek hukum internasional adalah pemegang atau
pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional dan setiap pemegang
atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah subjek
hukum internasional.
Dalam sistem internasional semua bersifat horizontal sehingga semua negara
setara di dalam hukum internasional tidak mengakui siapapun yang berwenang
atas mereka .Hukum berada di atas individu dalam sistem domestik, namun
hukum internasional hanya ada di antara negara-negara. Individu hanya
mempunyai pilihan apakah akan menaati hukum atau tidak. Mereka tidak
menciptakan hukum. Itu dilakukan oleh institusi tertentu. Sebaliknya, dalam
hukum internasional, negara sendirilah yang menciptakan hukum dan menaati
atau tidak menaatinya.
3.1.2 Sumber Hukum Internasional
Dalam ajaran hukum internasional yang dijadikan sumber hukum dalam
menyelesaikan sengketa antar negara adalah Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkaah
Internasional (International Court of Justice) yang menentukan bahwa sumber
hukum internasional terdiri dari perjanjian internasional (treaty), kebiasaan
internasional (international customary), prinsip-prinsip hukum umum (general
principles of law) dan sumber hukum tambahan berupa Doktrin dan
Yurisprudensi. Sumber hukum yang paling sering digunakan oleh negara dalam
menyelesaikan konflik diantara negara adalah perjanjian internasional
i. Perjanjian internasional
Perkembangan hubungan internasional dewasa ini menunjukkan bahwa
hubungan antar negara cenderung dilembagakan dalam berbagai organisasi
internasional dan diikat oleh norma hukum dalam bentuk perjanjian internasional.
Negara-negara Eropa sekarang telah berkembang menjadi masyarakat Uni Eropa
yang telah melepas sekat-sekat tradisional hubungan antar negara selama ini,
selain itu negara-negara di Kawasan Asia Tenggara saat ini sedang merintis jalan
menuju masyarakat Asean.
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional tidak terlepas pula
dari pergaulan internasional yang diikat oleh perjanjian internasional. Pasal 11
UUD 1945 telah mengakui
keberadaanperjanjianinternasionalsebagainormayangmengatur hubungan antara
negara. Dalam konteks itu, pengikatan diri negara dalam perjanjian internasional
harus dilakukan melalui tindakan mengesahkan perjanjian internasional
Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan
untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
G. Schwarzenberger mendefinisikan traktat sebagai suatu persetujuan
antara subjek-subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-
kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional, dapat berbentuk bilateral
ataupun multilateral. Sementara itu Oppenheim mendefinisikan perjanjian
internasional adalah suatu persetujuan antar- negara, yang menimbulkan hak dan
kewajiban di antara para pihak.
Perjanjian internasional merupakan sumber hukum yang sah dan
instrumen yang penting dalam pelaksanaan hubungan internasional negara yang
dimana memiliki kelebihan yaitu perjanjian internasional ini bersifat tertulis
sehingga memiliki kepastian hukum dan mudah digunakan sebagai pembuktian.
D.p Conel memberikan batasan terhadap perjanjian internasional
perjanjian internasional tersebut memberikan kejelasan bahwa yang berwenang
untuk membuat perjanjian internasional dalam hukum internasional hanyalah
negara yang memiliki perbedaan dengan perjanjian dalam konteks hukum
nasional. Definisi ini membatasi pula keweangan subjek hukum internasional
yang lain untuk mengadakan perjanjian internasional. Batasan selanjutnya yaitu
pada cara untuk menentukan apakah suatu perjanjian internasional dapat dianggap
sebagai perjanjian internasional atau bukan, yaitu: pertama, dengan melihat
kehendak (kehendak) para pihak dalam membuat perjanjian internasional, dan
kedua, dengan melihat cara pengikatan diri negara dalam perjanjian internasional
(channel of consent).
Selain tentang batasan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perjanjian
internasional berdasarkan Pasal 2 ayat (1) a Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
Perjanjian, yaitu :
a. Kewenangan dalam membuat perjanjian internasional (capacity to make
treaties).
Berdasarkan hukum ini maka disimpulkan bahwa pihak yang dapat
membuat perjanjian internasional adalah negara.Sedangkan untuk individu
tidak memungkinkan dan tidak diakui kapasitasnya untuk melakukan
sebuah perjanjian internasional.beberapa pembagian dalam kewenangan
pembuat perjanjian internasional :
• Negara
• Negara bagian
Kewenangan ini masih dipertanyakan namun demikian dalam prakteknya banyak
negara federal seperti Jerman yang memberikan kebebasan untuk negara bagian
melakukan perjanjian internasional dengan negara lain.Namun demikian
sebenarnya secara keabsahan dan berdasarkan konvensi Wina maka perjanjian
yang dilakukan oleh negara bagian itu tidak diakui
• Negara jajahan yang tidak berpemerintahan sendiri
Negara jajahan sekalipun tetap masuk dalam subjek perjanjian
internasional ,mereka berhak untuk melakukan perjanjian dengan negara lain ini
terjadi pada tahun 1999 konferensi perdamaian Paris negara jajahan Inggris
seperti canada,Australia Afrika selatan dll dapat ikut serta dalam pembuatan
perjanjian Versailess dan menjadi pendiri liga liga bangsa
• Organisasi internasional
Syarat organisasi internasional dalam melakukan perjanjian internasional
Pertama, ketentuan tentang kewenangan organisasi tersebut dimuat dalam
anggaran dasar dari organisasi internasional internasional itu sendiri, misalnya
dalam Pasal 57 dan Pasal 63 Piagam PBB memberikan kewenangan kepada PBB
untuk mengadakan perjanjian dengan berbagai badan khusus.
Kedua, Kewenangan yang secara implisit dari organisasi internasional, misalnya
dalam Pendapat Hukum Mahkamah Internasional dalam Kasus Reparation for
injuries suffered in the service of the United Nations case (ICJ Rep 174) pada
tahun 1949 yang memberikan kewenangan PBB berperkara di Mahkamah
Internasional2
• Perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum internasional
kasus Anglo-Iranian Oil Company tahun 1952 yang menganggap bahwa kontrak
internasional yang dibuat oleh Inggris dengan Perusahaan Minyak Iran (Iranian
Oil Company) yang mengaggap kontrak tersebut sebagai perjanjian internasional.
b.Bermaksud untuk menciptakan hubungan hukum (Intention to create
legal relations) dan sebuah persetujuan internasional
Perjanjian internasional bermaksud untukmenciptkan dan membentuk
hubungan hukum antar negara.Hubungan hukum disini dibebankan oleh
hak dan kewajiban bagi mereka yang telah melakukan kesepakatan
tersebut.
c.Diatur dalam hukum internasional dan bersifat tertulis
Ini menyatakan bahwa perjanjian internasional menuntun hak dan
kewajiban dan bersifat mengikat secara internasional bukan nasional lagi
sehingga seluruh negara yang telah menyetujui dan ikut dalam
kesepakatan wajib tunduk dalam perjanjian tersebut selain itu dengan
perjanjian internasional yang bersifat tertulis maka jaminan yang diberikan
bersifat absolut.
ii. Kebiasaan Internasional
Kebiasaan sebagaimana dimaksudkan adalah adat istiadat yang memperoleh
kekuatan hukum. Dalam pasal 38 ayat (1) Mahkamah Internasional, kebiasaan
internasional dirumuskan sebagai ‚bukti praktik umum yang diterima sebagai
hukum‛. Hal ini berarti bahwa persyaratan utama bagi pembentukan ‚kebiasaan‛
adalah adanya ‚praktik umum‛ dalam hubungan antar negara.
kebiasaan internasional harus memenuhi unsur-unsur yaitu :
1. Lamanya (Duration).
2. Keseragaman, praktek yang terus menerus (Uniformity, Consistency of
the parctice).
3. Praktek secara umum (Generality Practice).
4. kebiasaan harus terunifikasi dan bersesuaian (self- consistent).
iii. Prinsip prinsip hukum
Prinsip prinsip hukum adalah pemikiran pemikiran hukum,dalil dalil dsb yang
telah diterima oleh hukum nasional dan hukum internasional dalam penerapannya
yang sesuai dengan kriteria hukum
Sebagai contoh keputusan akhir Konferensi Asia Afrika 1955 yang telah
menghasilkan 10 prinsip hidup berdampingan secara damai yang dikenal sebagai
Dasasila Bandung, yaitu126:
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan
prinsip-prinsip dalam Piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan dan integritas wilayah semua negara;
3.Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua
negara besar dan kecil;
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam masalah dalam
negeri negara lain;
5. Menghormati hak setiap negara untuk memepertahankan dirinya sendiri
atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB;
6. (a).Tidak menggunakan tatanan pertahanan kolektif yang menunjang
kepentingan khusus dari setiap negara adikuasa;
(b). Setiap negara tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7. Tidak melakukan tindakan agresi atau ancaman agresi atau kekerasan
bersenjata terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara lain;
8. Penyelesaian persengketaan internasional dengan cara damai sesuai
dengan Piagam PBB;
9. Peningkatan kepentingan timbal balik dan saling kerjasama;
10. Menghormati keadilan dan kewajiban internasional. iv. Keputusan
Pengadilan dan Pendapat sarjana.Keputusan pengadilan dan pendapat para
sarjana terkemuka dari seluruh dunia hanyalah sumber pelengkap atau
pelengkap. Artinya, putusan pengadilan dan pendapat para sarjan dapat
menunjukkan adanya aturan hukum internasional mengenai suatu
permasalahan tertentu berdasarkan sumber primer yaitu perjanjian
internasional, praktek internasional dan asas-asas hukum umum. Keputusan
pengadilan dan pendapat sarjana itu sendiri tidak mengikat sehingga tidak
menimbulkan aturan hukum.
3.1.3 Manfaat dan asas Hukum Internasional
Manfaat Hukum Internasional
Dalam komunitas internasional dan nasional,, hukum internasional digunakan
oleh negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai alat untuk
mencapai
kepentingannya. Misalnya, negara memperoleh kepentingan di bidang kesehatan
melalui Organisasi Kesehatan Dunia, kepentingan pangan melalui FAO, dan
kepentingan keuangan melalui Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan
Bank Pembangunan Asia. Melalui ketertarikan UNICEF pada bidang pendidikan,
melalui ketertarikan WTO pada bidang perdagangan, dan sebagainya. Tujuan
suatu negara hanya dapat dicapai melalui organisasi internasional. Oleh karena
itu, fungsi hukum internasional (termasuk perjanjian internasional) bersifat
kondusif bagi pembangunan negara Indonesia.
Hukum internasional dapat digunakan dalam tiga cara, termasuk: “sebagai
pengubah konseptual, sebagai alat intervensi dalam negeri, dan sebagai alat
penekan” (Juwana, 2011).
A. sebagai pengubah konsep
Artinya hukum internasional sebagai instrumen politik mempunyai manfaat
dalam mengubah istilah, prinsip, aturan atau konsep. Karena hukum
internasional dikembangkan oleh banyak negara, konsep ini dapat digunakan
oleh negara-negara peserta dan, jika diterima, konsep ini akan mengikat.
Sebagai pengubah konseptual, Cassese menyatakan dalam bukunya
International Law: A Divided World bahwa hukum internasional di negara-
negara berkembang “...berkontribusi pada pencapaian perubahan sosial...”
(Juwana, 2011) Artinya
hukum internasional digunakan sebagai alat untuk mengubah masyarakat. .
b.Sebagai sarana intervensi dalam negeri
Artinya, campur tangan terhadap urusan dalam negeri negara lain tidak
dianggap ilegal menurut hukum internasional. PBB melakukan intervensi di
suatu negara (Irak, Myanmar, Korea Utara). Hukum internasional berdampak
pada transformasi negara-negara peserta Memasukkan ketentuan-ketentuan
dari perjanjian internasional ke dalam hukum nasional. Oleh karena itu,
hukum dalam negeri suatu negara harus mencerminkan ketentuan-ketentuan
perjanjian internasional yang dianutnya dan tidak boleh bertentangan
dengannya. Misalnya, setelah Perang Dunia II, negara yang gagal dalam
perang mungkin tidak memiliki kemampuan untuk berperang, seperti Jepang.
Jika Jepang ingin menyelesaikan perselisihan tersebut, Jepang akan
memkepada PBB. Perjanjian internasional berfungsi sebagai pintu masuk
campur tangan terhadap hukum domestik suatu negara. Tanpa persetujuan
inteuntuk melakukan intervensi.
3. Asas Kebangsaan
Menurut asas ini, hukum tidak terikat pada suatu batas wilayah negara.
Didasarkan pada wewenang suatu negara sebagai pelindung dan pengatur
kepentingan dalam bermasyarakat.Artinya negara bisa menyesuaikan diri
dengan berbagai peristiwa atau keadaan yang berkaitan dengan kepentingan
umum.
4. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas ini merupakan perjanjian yang dibuat untuk mengikat para pihak yang
membuatnya. Di mana, asas ini menjadi kekuatan hukum serta moral bagi
semua negara yang ada di dalam perjanjian internasional ini.
5. Asas Egality Right
Asas hukum internasional selanjutnya yaitu asas egality right. Asas ini
menjelaskan bahwa pihak negara-negara punya kedudukan yang sama dan
bisa saling mengadakan hubungan.
Asas egality right terdiri dari:
• Asas reciprositas: tindakan suatu negara terhadap negara lain yang bisa
dibalas dengan setimpal (bisa tindakan positif maupun negatif).
• Asas courtesy: asas untuk saling menjaga kehormatan dan menghormati
suatu negara.
6. Asas Rebus Sic Stantibus
Asas ini bisa digunakan untuk suatu perubahan yang fundamental atau
mendasar yang berhubungan dengan perjanjian internasional.Asasnya
meliputi asas persamaan derajat, yang merupakan hubungan antar negara
perlu didasarkan pada asas bahwa negara yang memiliki hubungan adalah
negara berdaulat.Pada dasarnya, negara-negara di dunia sudah sama
derajatnya secara formal. Namun, secara substansi dan faktualnya masih ada
ketidaksamaan derajat, terutama dalam bidang ekonomi.
7. Asas Keterbukaan
Menurut asas ini, hubungan antar negara didasarkan hukum internasional
dengan kesediaan masing-masing pihak untuk memberi informasi
berlandaskan rasa keadilan dan kejujuran.Tujuannya, agar masing-masing
pihak bisa tahu jelas apa saja hak, manfaat, dan kewajiban mereka dalam
menjalin hubungan internasional.
8. Asas Nebis in Idem
Asas hukum internasional ini menjelaskan beberapa poin tentang:
• Tidak seorang pun bisa diadili terkait dengan perbuatan kejahatan untuk
orang bersangkutan yang telah diputus bersalah atau dibebaskan.
• Tidak seorang pun di pengadilan lain untuk kejahatan ketika orang tersebut
telah dihukum atau dibebaskan oleh pengadilan pidana internasional.
• Tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan di sebuah
negara tentang perbuatan yang dilarang berdasarkan pasal tertentu, dan boleh
diadili jika berkenaan dengan perbuatan yang sama.
https://eprints.uad.ac.id/9437/1/DEMOKRASI%20dwi.pdf
https://staffnew.uny.ac.id/upload/131655980/lainlain/Membedah
%20Demokrasi%20FULL-%20Sunarso.pdf
https://static.america.gov/uploads/sites/8/2016/07/Democracy-in-Brief_In-
Brief-Series_English_Hi-Res.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/a/pengertian-demokrasi--sejarah--dan-
pelaksanaan-di-indonesia-lt61b739dbb5bf8/
http://repository.uinbanten.ac.id/7562/4/BAB%20II.pdf
https://www.mpr.go.id/pengkajian/
05_HKBP_KA_Penegasan_Demokrasi_Pancasila_Unpad.pdf
https://repositori.kemdikbud.go.id/20568/1/Kelas%20XI_PPKn_KD
%203.2.pdf