DISUSUN
Oleh :
1. LILI YULIA
2. WIDYA SARI Br MANURUNG
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan begitu banyak
nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah
didapatkan dari Tuhan.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul ini yang merupakan tugas mata kuliah HUKUM TATA NEGARA
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan kesalahan-
kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan khususnya
bagi penulis sendiri. Amin
BAB 1
A.PENDAHULUAN
Hukum adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat norma-norma dan aturan-
aturan yang mengatur tingkah laku manusia.Ada pula yang menyebutkan hukum
merupakan aturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur masyarakat dikenai
sanksi jika melanggarnya.
Ketika hokum ditegakkan ,makaperkara akan diselesaikan. Dalam penyelesaiannya perlu melalui
proses pengadilan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Hakikatnya, tujuan hokum yaitu
universal dengan terwujudnya ketentraman ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.
Hukum memiliki banyak cabang antara lain hokum administrasi negara, hukum
internasional dan hokum tata negara, hokum tata Negara juga merupakan sebuah hukum
yang wajib kita ketahui tentang apa-apa saja yang harus dibahas dalam hokum tata negara
ini, oleh karena itu tujuan saya membuat atau mengangkat hokum tata Negara sebagai tema
makalah saya adalah untuk bias menambah wawasan kita tentang apa itu hokum tata Negara
tersebut
Rumusan Masalah
1. Sumber HTN
2. Sumber HTN Indonesia
B. Pembahasan
1. Sumber Hukum Tata Negara Berdasarkan Sumber Hukum Formil dan Sumber Hukum
Materil
• Sumber hukum tata negara tidak dapat dipisahkan dari pengertian sumber hukum menurut pandangan
ilmu hukum pada umumnya. Sumber hukum tata negara mencakup sumber hukum dalam arti materiil
dan sumber hukum dalam arti formil. Sumber hukum materil tata negara adalah sumber yang
menentukan isi kaidah hukum tata negara. Misalnya : Dasar dan pandangan hidup bernegara, dan
kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah-kaidah hukum tata
negara.Sumber HukumFormil
Sumber hukum formil merupakan sumber hukum yang menentukan bentuk dan sebab
terjadinya suatu peraturan atau kaidah hukum. Jimly menyebutkan 7 macam sumber hukum tata
negara sebagai berikut :
1.) Nilai-nilai konstitusi yang tidak tertulis
2.) Undang-undang dasar, baik pembukaannya maupun asalnya
3.) Perturan perundang-undangan tertulis
4.) Yurisprudensi pengadilan
5.) Konvensi ketatanegaraan
6.) Doktrin ilmu hukum yang telah menjadi IUS COMMUNIS OPINIO DOCTORUM
7.) Hukum Internasional yang telah diratifikasi.
• Sumber HukumMateril
Sumber hukum materil adalah sumber hukum yang menentukan isi atau suatu peraturan atau
kaidah yang mengikat setiap orang.
• Sumber Hukum TataNegara
Laurensius Arliman S, Hukum Pidana Sebagai Landasan Penegakan Hukum Oleh Penegak Hukum Di
Indonesia, Jurnal Jendela Hukum dan Keadilan, Volume 4, Nomor 2, 2017 .
Tata urutan perundang-undangan menurut undang-undang nomor 10 tahun 2004 addalah
sebagai berikut :
a. UUD 1945 (UUD NKRI1945)
b. UU / peraturan pemerintah pengganti uu(perpu)
c. Peraturan Pemerintah(pp)
d. Keputusan Presiden(Keppres)
e. Menteri
3). Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan hakim yang mamuat peraturan tersendiri dan telah berkekuatan
hukum tetap, kemudian diikuti oleh hakim lain dalam peristiwa yang sama. Pengertian
yurisprudensi di negara-negara Anglo Saxon yang menganut tradisi hukum common law
(inggrisdan amerika) memiliki arti yang luas, dimana yurisprudensi dapat diartikan sebagai ilmu
hukum.
Yurisprudensi dalam arti luas sebagai putusan hakim atau hukum yang dibuat oleh
pengadilan, terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Yurisprudensi tetap, yaitu semua putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dan
sifatnya yuridismurni.
b. Yurisprudensi tidal tetap yaitu semua putusan hakim terdahulu yang tidak didasarkan pada
standard arrest, atau putusan hakim yang tidak didasarkan pada putusan hakim yang telah
berkekuatantetap.
Laurensius Arliman S, Undang-undang 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Perppu 1 Tahun 2016 Sebagai
Wujud Perlindungan Anak Ditinjau Dari Perspektif Hukum Tata Negara
c. Yurisprudensi semi yuridis, yaitu semua penetapan pengadilan berdasarkan permohonan
seseorang yang hanya berlaku khusus padapemohon.
d. Yurisprudensi administratif, yaitu surat edaran mahkamah agung (SEMA) yang hanya berlaku
secara administratif dan mengikat intern dalam lingkup peradilan.
4.) Traktat
Traktat disebut juga dengan istilah konvensi atau perjanjian internasional. Traktat atau
perjanjian antar negara adalah suatu perjanjian internasional setara dua negara atau lebih.
Traktat dapat dijadikan sebagai sumber hukum formal jika memenuhi syarat formal tertentu.
Misalnya perjanjian antar negara yang biasa dilakukan oleh pemerintah Indonesia, harus
disahkan oleh kedua belah pihak agar mengikat negara peserta traktat.
Perjanjian ini dapat dilakukan antara dua negara atau lebih. Jika dilihat berdasarkan jumla
negara yang melakukan perjanjian tersebut, traktat terdiri dari :
Traktat bilateral, yakni bila traktat dilakukan oleh dua negara. Misalnya perjanjian
internasional yang dilakukan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Filipina tentang
pembatasan penyelundupan dan bajaklaut.
a. Traktat multirateral, yakni jika menjadi pihak dalam perjanjian tersebut dilakukan oleh
lebih dari duanegara.
b. Traktat korektif, yakni traktat yang memberikan keterbukaan kepada negara-negara untuk
turut serta dalam perjanjian tersebut. Misalnya piagam PBB, konvensi-konvensi Genewa
1949 tentang perlindungan korban perang dan protokol-protokoltambahan.
5.) Doktrin
Doktrin merupakan pendapat atau bajaran ahli hukum yang terkemuka dan mendapat
pengakuan dari masyarakat. Misalnya pemeriksa perkara atau dalam pertimbangan putusannya
menyebutkan ahli hukum tertentu. Dengan demikian, hakim dianggap telah menemukannya dalam
doktrin, sehingga doktrin yang demikian telah menjadi sumber hukum formal.
2. Yurisprudensi pengadilan
Yurisprudensi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu hukum di Indonesia.
Yurisprudensi sudah sangat akrab dalam dunia peradilan. Peranan yurisprudensi di Indonesia
sudah sedemikian pentingnya, selain sebagai sumber hukum yurisprudensi menjadi guidelines
bagi para hakim dalam memutus perkara. Yurisprudensi merupakan produk hukum dari lembaga
yudikatif.
Fungsi yurisprudensi sendiri dalam hal hakim membuat putusan adalah mengisi kekosongan
hukum karena menurut AB, hakim tidak boleh menolak perkara karena tidak ada hukum yang
mengatur. Kekosongan hukum hanya bisa teratasi dan ditutupi melalui “judge made law” ya
akan dijadikan pedoman sebagai yurisprudensi sampai terciptanya kodifikasi hukum yang
lengkap dan baku.
Yurisprudensi, selain terkait dengan pembentukan hukum, terkait juga dengan
akuntabilitas dan pengawasan hakim. Yurisprudensi dapat menunjang pembaharuan dan
pembinaan hukum. Semakin konsisten para hakim dalam memutus perkara yang sama
maka akan semakin baik sistem peradilan secara keseluruhan, dimana dengan
yurisprudensi dalam fungsinya sebagai guidelines tadi, hakim dapat menekan angka
disparitas. Dengan kekonsistenan dalam memandang suatu fakta hukum, maka akan mudah
melihat adanya “ketidakberesan” para hakim dalam mengadili suatu perkara. Hal ini terkait
fungsi Mahkamah Agung (MA) salah satunya adalah pengawasan terhadaphakim-hakim.
Dalam sebuah penelitian, Yurisprudensi diterima sebagai suatu sumber hukum
dikarenakan hal-hal berikut:
a.Adanya kewajiban hakim untuk menetapkan dan memutus perkara yang diajukan
kepadanyameskipun belum ada peraturan yangmengaturnya;
b. Salah satu fungsi Pengadilan dalam pembaharuan dan pembangunan hukum ialah
menciptakan sumber hukumbaru;
Hal yang baik dalam mencari dan menegakkan keadilan. Dari segi teori dan praktek,
yurisprudensi telah diterima sebagai salah satu sumber hukum, baik dalam sistem hukum
civil law maupun common law. Tetapi daya kekuatan mengikatnya yurisprudensi bagi para
hakim dalam sistem hukum civil law, memang berbeda dengan sistem hukum common
law. Walaupun harus diakui bahwa dalam kenyataan dan perkembangan hukum sekarang,
perbedaan tersebut tidak lagi terlalu mutlak untuk secara ketat harus dipertentangkan satu
sama lain, melainkan sudah saling memasuki dan mempengaruhi sehingga batasnya
menjadi tipis.
Perbedaan preseden dalam common law (stare decicis) dan yurisprudensi telah
kehilangan ketajamannya selama abad kedua puluh. Jika putusan pengadilan Anglo-
Amerika mempunyai “kekuatan mengikat”, putusan pengadilan civil law memperoleh
“kekuatan persuasif” yang sebetulnya tidak kalah kuat. Memang dalam sistem civil law
yang beragam dan hierarkis, kekuatan mengikat ini lebih melekat pada putusan Mahkamah
Agung ketimbang putusan pengadilan tingkat bawah.
Anglo-Amerika. Hal ini terlihat pada saat Mahkamah Agung memberikan putusan yang
identik dalam serangkaian perkara. Demikianlah, apabila dalam sistem civil law sebuah
putusan yang dianggap sebagai yurisprudensi dapat mempunyai otoritas persuasif yang
besar, maka serangkaian putusan yang konsisten mengenai suatu permasalahan hukum
tertentu dapat dipandang mengikat. Konsistensi ini ditopang oleh fakta bahwa pengadilan
tertinggi di berbagai negara yang menganut sistem civil law telah mengacu pada putusan
mereka sendiri dan demikian telah menciptakan “yurisprudensi tetap”. Hal mana dapat
dikatakan bertentangan dengan doktrin dan praktik awal civil law.
Laurensius Arliman S, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Tereksploitasi Secara Ekonomi Di
Kota Padang, Arena Hukum, Volume 9, Nomor 1, 2016, https://doi.org/10.25123/vej.2076.
Akibatnya, putusan-putusan pengadilan di kebanyakan negara civil law mempunyai
dampak pembuatan hukum yang menjangkau di luar pihak yang berperkara. Dengan
demikian perbedaan antara stare decicis Anglo-Amerika dan yurisprudensi civil law harus
dilihat, dengan memperhatikan nuansa-nuansa yang subtil, sebagai area abu-abu dan bukan
sekedar hitam dan putih.
Yurisprudensi adalah putusan-putusan hakim terdahulu yang telah berkekuatan hukum
tetap menyangkut suatu perkara yang baru dan menarik dari sudut ilmu hukum, atau suatu
penafsiran atau penalaran hukum baru terhadap suatu norma hukum yang diikuti oleh para
hakim atau badan peradilan lain dalam memutus perkara atau kasus yang sama.
Sumber hukum tata negara Indonesia mencakup sumber hukum dalam arti materiil
dan sumber dalam arti formil.
2. Ketetapan MPR
ketetapan MPR tidak terdapat dalam UUD 1945, namun berdasarkan surat Presiden
yang ditujukan kepada DPR no.2262/HK/1959 tanggal 20 Agustus 1959,dikenal bentuk
peraturan perundang-undangan salah satunya adalah Keputusan MPRS yaitu peraturan
perundang-undangan yang dibuat berdasarkan pasal 2 UUD 1945. Istilah ketetapan itu
sendiri baru dikenal pada sidang pertama MPRS yang didasarkan pada pasal 3 UUD 1945
yang menyatakan bahwa MPR bertugas untuk menetapkan Undang-undang dan Garis-
garis besar haluan negara (GBHN).
3. Undang-undang / PERPU
Undang-undang dalam arti formil adalah suatu bentuk keputusan atau ketentuan yang
dikeluarkan oleh pembentuk Undang-undang dengan prosedur tertentu.Dasar dari
pembuatan Undang-undang ialah Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945.
Ibid 1
5. Keputusan presiden
7. Konvensi
Ibid
8. Traktat
Sandra Dewi, Mengenal Doktrin Dan Prinsip Piercing The Corporate Veil Dalam Hukum Perusahaan,
Soumatera Law Review, Volume 1, Nomor 2, 2018, 10.22216/soumlaw.v1i2.3744
D. Penutup
Sumber hukum tata negara tidak dapat dipisahkan dari pengertian sumber hukum
menurut pandangan ilmu hukum pada umumnya. Sumber hukum tata negara mencakup
sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formil. Beberapa sumber
hukum tata negara berdasarkan sumber hukum formil adalah yurisprudensi, konvensi
ketatanegaraan,doktrin ilmu hukum, peranan yurisprudensi di Indonesia sudah sedemikian
pentingnya, selain sebagai sumber hukum yurisprudensi menjadi guidelines bagi para
hakim dalam memutus perkara. Yurisprudensi merupakan produk hukum dari lembaga
yudikatif, hal yang baik dalam mencari dan menegakkan keadilan. Dari segi teori dan
praktek, yurisprudensi telah diterima sebagai salah satu sumber hukum, baik dalam sistem
hukum civil law maupun common law. Sebagai tradisi ketatanegaraan di Indonesia,
konvensi selayaknya tetap dipertahankan keberadaannya. Selain masih dipertanyakan
terkait dengan konstitusionalitasnya, praktik ini juga mencegah Indonesia terjebak ke
dalam kondisi overregulated society, dimana segala sesuatu harus diatur dengan hukum
tertulis secara mendetail. Dalam ilmu hukum tata negara umumnya menganggap doktrin
ilmu hukum yang telah diakui sebagai communis opinio doctorum dikalangan para ahli
yang memiliki otoritas yang diakui oleh umum menurut Jimly Asshiddiqie (2006) diakui
sebagai salah satu sumber hukum yang dapat dijadikan referensi dalam membuat keputusan
hukum. Namun, sumber hukum yang dianggap penting dalam ilmu hukum tata negara pada
umumnya adalah: UUD dan peraturan perundangan tertulis, Jurisprudensi peradilan,
kebiasaan ketatanegaraan (konvensi) dan Hukum Internasional tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Laurensius Arliman S, Hukum Pidana Sebagai Landasan Penegakan Hukum Oleh Penegak
Hukum Di Indonesia, Jurnal Jendela Hukum dan Keadilan, Volume 4, Nomor 2, 2017.
Sandra Dewi, Mengenal Doktrin Dan Prinsip Piercing The Corporate Veil Dalam Hukum
Perusahaan, Soumatera Law Review, Volume 1, Nomor 2, 2018,
10.22216/soumlaw.v1i2.3744