Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“Penyelesaian sengketa Ekonomi Syariah”

DOSEN PENGAMPU : Syahrul,S.H.I.,M.A.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia

Oleh kelompok 1

Nama:

1. Rahma Yuliana
2. Diana rickiyah
3. Puja Puspita sirait
4. Humairoh Loransiah R

FAKULTAS/Prodi : SYARI’AH/HES& HKI

SEMESTER : IV(empat) B

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM

ASAHAN-KISARAN

T.A 2021/2022
Penyelesaian sengketa Ekonomi Syariah

A Pendahuluan

Sengketa merupakan bagian yang tak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia di belahan
dunia mana pun. Oleh karena itu, sengketa bukan merupakan monopoli oleh masyarakat
tertentu saja karena sengketa bisa terjadi di dalam lingkungan masyarakat macam apa pun.
Semua lapisan masyarakat sering terjadi sengketa atau permasalahan dalam kehidupannya.

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah adalah termasuk kewenangan Pengadilan Agama yang
sudah di atur dalam Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 sebagai perubahan atas Undang-
Undang nomor 7 tahun 1989. Ekonomi Islam atau di sebut juga dengan Ekonomi Syariah, yaitu
ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dan yang dimaksud dengan ekonomi syariah
adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah yang meliputi
bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah, asuransi syariah, reasuransi syariah, reksadana
syariah, obligasi syariah dan surat berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan
syariah, pergadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah dan bisnis syariah.

Dengan demikian maka, Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang
No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama merupakan produk legislasi yang pertama kali
memberikan kompetensi kepada peradilan agama dalam penyelesaian perkara ekonomi
syariah.

Kali ini akan membahas “ Penyelesaian sengketa ekonomi Syariah” Berdasarkan makalah
diatas,masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Penyelesaian sengketa ekonomi Syariah berdasarkan hukum islam?

2. Penyelesaian sengketa ekonomi syariah berdasarkan tradisi hukum positif Indonesia?

3. Institusional penyelesaian sengketa ekonomi syariah?


B Penyelesaian sengketa ekonomi Syariah berdasarkan hukum islam

Hukum dan ekonomi dua hal yang tidak boleh dipisahkan, sebab dua hal ini saling melengkapi
seperti dua sisi mata uang. Hukum ekonomi merupakan kajian tentang hukum yang berkaitan
dengan ekonomi secara interdisipliner dan multidimensional.1 Hukum adalah suatu kaidah atau
peraturan, ekonomi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup, jadi Hukum Ekonomi syari’ah merupakan sebuah kaidah yang mengatur
segala permasalahan tentang kegiatan yang dilakukan oleh manusia berdasarkan pada syari’at
Islam yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

Dalam hukum Islam, penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:

a. Al-Sulh (Perdamaian)

Secara bahasa, “sulh” berarti meredam pertikaian, sedangkan menurut istilah “sulh” berarti
suatu jenis akad atau perjanjian untuk mengakhiri perselisihan/pertengkaran antara dua pihak
yang bersengketa secara damai.2 Dalam melakukan perjanjian perdamaian itu sendiri ada tiga
rukun yang wajib dipenuhi, yaitu ijab, kabul, dan lafaz dari perjanjian damai tersebut. Dari
perjanjian damai itulah kemudian lahir suatu ikatan hukum, yang mewajibkan pihak-pihak yang
melakukan perjanjian tersebut untuk melaksanakan perjanjian yang disepakati. Perjanjian
perdamaian (sulh) yang dilaksanakan sendiri oleh kedua belah pihak yang berselisih atau
bersengketa, dalam praktik di beberapa negara Islam, terutama dalam hal perbankan syari’ah
disebut dengan “tafawud” dan “taufiq” (perundingan dan penyesuaian). Kedua hal yang
terakhir ini biasanya dipakai dalam mengatasi persengketaan antara intern bank, khususnya
bank dan lembaga-lembaga keuangan pemerintah.3

b. Tahkim (Arbitrase)

1
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari’ah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Cet 1, (Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2012), hal. 5
2
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002) , hal. 843
3
Abdul Manan, Op.Cit, hal. 429
Secara umum, tahkim memiliki pengertian yang sama dengan arbitrase, yaitu pengangkatan
seseorang atau lebih sebagai wasit dari adanya dua orang atau lebih, guna menyelesaikan
persengketaan mereka dengan cara damai, dan orang yang menyelesaikan sengketa disebut
dengan “hakam”

C. Wilayat al-Qadha (Kekuasaan Kehakiman)

1. Al-Hisbah Al-Hisbah

merupakan lembaga resmi negara yang diberi wewenang untuk menyelesaikan masalah-
masalah atau pelanggaran ringan yang menurut sifatnya tidak memerlukan peradilan dalam
menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

2. Al-Madzalim

Lembaga ini dibentuk oleh pemerintah tujuannya untuk membela orang-orang yang teraniaya
yang disebabkan oleh sikap semena-mena dari pembesar negara atau keluarganya, yang
biasanya sulit untuk dapat diselesaikan oleh pengadilan biasa atau kekuasaan hisbah.

3. Al-Qadha (Peradilan)

Kata “peradilan” berasal dari akar kata “adil”, dengan awalan “per” dan dengan imbuhan “an”.
Kata “peradilan” sebagai terjemahan dari “qadha”, yang berarti memutuskan, “melaksanakan”,
“menyelesaikan”.4 Dan ada pula yang menyatakan bahwa umumnya kamus tidak membedakan
antara peradilan dengan pengadilan.5

4
Ahmad Warson Munawir, Op. Cit., hal. 1215
5
Abdul Mujib Mabruri Thalhah Sapiah AM. Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994) , hal.258.
Ilmu ekonomi syari’ah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia sebagai
hubungan antara tujuan dan sarana untuk memiliki kegunaan-kegunaan alternatif berdasarkan
hukum Islam. Adapun studi ilmu ekonomi syari’ah adalah suatu studi yang mempelajari cara-
cara manusia mencapai kesejahteraan dan mendistribusikannya berdasarkan hukum Islam.

C Penyelesaian Sengketa Ekonomi syariah berdasarkan Tradisi hukum positif Indonesia.

1. perdamaian dan alternative penyelesaian sengketa (ADR)

(Wahbah Az Zuhaili, 2005:752)

Konsep Sulh (Perdamaian) sebagaimana telah disebutkan disebuah kitab berbagai kitab fiqih
merupakan satu dokrin utama hukum Islam dalam bidang muamalah untuk menyelesaikan
suatusengketa,dan ini sudah merupakan conditio sine quo non dalam kehidupan masyarakat
manapun,karena pada hakekatnya perdamaian bukalah suatu pranata Positif
belakang,melainkan lebih beru pafitrah dari manusia. 6

Menurut Suyud Margono kecenderungan memilih Alternatif Dispute Resolution (ADR) oleh
masyarakat dewasa ini didasarkan atas pertimbangan:

 Kurang percaya pada sistem pengadilan dan pada saat yang sama Sudah dipahaminya
keuntungan mempergunakan sistem arbitrase dibanding dengan Pengadilan ,sehingga
masyarakat pelaku bisnis lebih suka mencari alternative lain dalam upaya
menyelesaikan berbagai sengketa bisnisnya yakni dengan jalanArbitrase,

 Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga arbitrasekhususnya BANI mulai menurun


yang disebabkan banyaknya klausul-klausul arbitrase yang tidak berdiri sendiri
sendiri,melainkan mengikuti dengan klausul kemungkinan pengajuan sengketa
kePengadilan jika putusan arbitrasenya tidak berhasil diselesaikan.

Dengan kata lain,tidak sedikit kasus-kasus sengketa yang diterima oleh Pengadilan merupakan
kasus-kasus yang sudah diputus oleh arbitraseBANI.Dengan demikian penyelesaian sengketa
dengan cara ADR merupakan alternative yang menguntungkan.Undang-Undang Nomor 30
6
Harahap,M.Yahya.1989.KedudukanKewenangandalam AcaraPeradilan Agama UU No . 7 Tahun 1989 .Jakarta :
SinarGrafika.
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara mengatur tentang
penyelesaian.

Sengketa diluar Pengadilan, yakni melalui konsultasi,mediasi,negosiasi,konsiliasi dan penilaian


ahli.Undang-Undang ini tidak seluruhnya memberikan pengertian atau batasan-batasan secara
rinci dan jelas. Disini akan dijelaskan tentang pengertian singkat tentang bentuk-bentuk
ADRsebagai berikut:

a.Konsultasi

Black.sLaw Dictionary memberi pengertian Konsultasi adalah “aktivitas konsultasi atau


perundingan seperti klien dengan penasehat hukumnya”.

b.Negosiasi

Negosiasi adalah proses yang dilakukan oleh dua pihak dengan permintaan (kepentingan)yang
saling berbeda dengan membuatsuatu persetujuan secara kompromis dan memberikan
kelonggaran.

c.Konsiliasi

Konsiliasi adalah penciptaan penyesuaian pendapat dan Penyelesaian suatu sengketa dengan
suasana persahabatan dan tanpa ada rasa permusuhan yang dilakukan dipengadilan sebelum
dimulainya persidangan dengan maksud untuk menghin dari proses legitasi.

d.Pendapat atau Penilaian Ahli (MuhammadIbnuFarhum:1031:19)

Bentuk ADR lainnya yang diintrodusir dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1990 adalah
pendapat (penilaian)ahli. Dalam rumusan pasal 52 Undang-Undang ini dinyatakan bahwa para
pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang mengikat dari lembaga
arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.
2. Arbitrase(Tahkim)

Biasanya dalam kontrak bisnis sudah disepakati dalam kontrak yang dibuatnya untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi dikemudian hari diantara mereka.Usaha penyelesaian
sengketa dapat diserahkan kepada forum-forum tertentu sesuai dengankesepakatan.
7
DiIndonesia terdapat beberapa lembaga arbitrase untuk menyelesaikan berbagai sengketa
bisnis yang terjadi dalam lalu lintas perdagangan,antara lain BAMUI(Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia) yang khusus menangani masalah persengketaan dalam bisnis Islam, BASYARNAS
(Badan Arbitrase Syariah Nasional)yang menangani masalah-masalah yang terjadi dalam
pelaksanaan Bank Syariah,dan BANI(Badan Arbitrase Nasional Indonesia)yang khusus
menyelesaikan sengketa bisnis nonIslam.

a.Badan Arbitrase Nasional Indonesia(BANI)

Sebagian besar dinegara-negara barat telah memiliki lembaga arbitra sedalam menyelesaikan
berbagai sengketa ekonomi yang timbul akibat wanprestasi terhadap kontrak-kontrak yang
dilaksanakannya . Dalam kaitan ini,Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat dunia
juga telah memiliki lembaga arbitrase dengan nama Badan Arbitrase Nasional Indonesia yang
disingkat dengan BANI . Adapun tujuan didirikannya Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
adalah memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa perdata yang
timbul dan berkaitan dengan perdagangan dan keuangan,baik yang bersifat nasional maupun
yang bersifat internasiona Disamping itu , keberadaan BANI disamping berfungsi menyelesaikan
sengketa,ia juga dapat menerima permintaan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu
perjanjian untuk memberikan suatu pendapat(legalopinion)yang mengikat mengenai suatu
persoalan.

b.Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)

Perkembangan bisnis muamalat Islam berdasar syariah semakin menunjukkan


kemajuannya,maka kebutuhan akan lembaga yang dapat menyelesaikan persengketaan yang

7
Sumitro,Warkum,Asas-asasPerbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait,Jakarta:PTRadjagrafndo,
terjadi atau mungkin terjadi dengan perdamaian dan prosesnya secara cepat merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak. Adapun tujuan dibentuk BAMUI adalah

1. memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa muamalah


perdata yang timbul dalam bidang perdagangan,industri,keuangan,jasa dan lain-lain,

2. Menerima permintaan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian tanpa
adanya suatu sengketa untuk memberikansuatu pendapat yang mengikat mengenai
suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut. (Suyud Margono,2000:82)

C.Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) berkedudukan diJakarta dengan cabang atau
perwakilan ditempat tempat lain yang dipandang perlu.Badan Arbitrase Syariah
Nasional(BASYARNAS) sesuai dengan Pedoman Dasar yang ditetapkan oleh MUI:ialah lembaga
hakam yang bebas,otonom dan independent,tidakboleh dicampuri oleh kekuasaan dan pihak-
pihak mana pun.Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah perangkat organisasi.

D instutisional penyelesaian sengketa ekonomi syariah

Lembaga keuangan syariah sangat beragam untuk memilih cara dan memilih lembaga
penyelesaian sengketa ekonomi Syariah.Ada yang memilih pengadilan agama ,
BASYARNAS ,lembaga ADR lainnya bahkan pengadilan negeri.Beragamnya pilihan responden
untuk memilih lembaga penyelesaian sengketa atas pengadilan agama,BASYARNAS dan
lembaga ADR lainnya serta pengadilan agama disebabkan oleh 5 faktor yaitu factor
regulasi,asas kebebasan berkontrak,sumber daya manusia,kelembagaan dan efsiensi waktu
serta biaya berperkara.

Dengan beragamnya penafsiran para ahli hukum dan legal ofcer serta praktisihukum lainnya
untuk menter jemahkan UU No.3 Tahun 2006 yang mempertegas kompetensi absolut peradilan
agama dalam hal ekonomi syariah dan UU No.21Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
meskipun penjelasan ayat 2 Pasal 55 UUNo.21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah sudah
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi dengan keputusan No.93/PUUX/2012 sehingga masih
ditemukan penyelesaian sengketa ekonomi syariah diselesaikan melalui pengadilan negeri
bahkan eksekusi BASYARNAS pun masih ada yang dilakukan oleh pengadilan negeri.Seyogyanya
Mahkamah Agung secara tegas melalui surat edaran kepengadilan negeri untuk tidak menerima
penyelesaian sengketa terkait dengan bisnis dan ekonomi syariah.

Karena persoalan juga menjadi problem utama dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah.
Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia . Selain
itu,recruit mencalon sumber daya manusia di bidang hukum ekonomi dan bisnis syariah baik
yang didistribusikan sebagai akademisi maupun praktisi hukum juga diperlukan. Seyogyanya
pemerintah mendukung dan menggalakkan lembaga-lembaga pendidikan formal yang konsen
kepada kajian dan program studi hukum ekonomi dan bisnis syariah serta memberikan regulasi
yang jelas untuk merekruit para lulusan hukum ekonomi bisnis.

E Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai