Anda di halaman 1dari 14

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH

Makalah Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu

Rasiam, S.E.I., M.A

Disusun Oleh Kelompok XIII

1. Ismawati
2. Siti Chofifah R 11822055
3. Muhammad Andi Gusriyansah

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONTIANAK

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah kami berjudul
“PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH” ini.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga d apat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Rasiam, S.E.I, M.A selaku dosen pengampu dari mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah yang
telah memberikan tugas ini dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “PENYELESSIAN


SENGKETA EKONOMI SYARIAH” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari bapak kami tunggu untuk perbaikan
makalah ini nantinya.

Pontianak, 25 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….

1. Latar belakang………………………………………………………………
2. Rumusan masalah…………………………………………………………..
3. Tujuan………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..

A. Sengketa ekenomi Syariah…………………………………………………


B. Litigasi……………………………………………………………………..
C. Non litigasi…………………………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Sistem Ekonomi Syari’ah di Indonesia saat ini Semakin pesat.


Kondisi ini terjadi melalui pembangunan berkelanjutan, Indonesia diharapkan mampu
dan bisa bersaing di dunia, baik dari sektor perdagangan maupun perindustrian.
Bermodalkan pengalaman pahit Reformasi 1998 Indonesia diharapkan mampu menjadi
negara yang lebih kuat dan unggul dalam mengatasi gejolak perekonomian yang muncul
di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya bidang perekonomian, di bidang perbankan
juga diharapkan mampu mendongkrak pembangunan yang mulai dirintis oleh Pemerintah
untuk memudahkan masyarakat bertransaksi. Berbagai banyak perbankan yang muncul di
Indonesia menjadikan masalah yang muncul lebih kompleks. Tidak hanya perbankan
milik negara yang muncul, tetapi juga milik swasta, adapula perbankan berbasis Syari’ah.

Setiap masyarakat memiliki berbagai macam cara untuk memperoleh kesepakatan


dalam proses perkara atau untuk menyelesaikan sengketa dan konflik. Cara yang dipakai
pada suatusengketa tertentu jelas memiliki konsekuensi, baik bagi para pihak yang
bersengketa maupun masyarakat melebihi penyelesaian sengketa tersebut. Mengingat
konsekuensi tersebut, maka sangat diperlukan untuk menyalurkan sengketa-sengketa
tertentu kepada suatu mekanisme penyelesaian sengketa yang paling tepat bagi mereka.

Hakikatnya penyelesaian sengketa masuk dalam ranah hukum perjanjian sehingga


asas yang berlaku adalah asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Artinya para
pihak bebas melakukan pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa yang
akan dipakai manakala terjadi sengketa keperdataan di antara mereka. Selama ini
sengketa yang terjadi dalam praktek ekonomi syariah diselesaikan melalui lembaga
arbitrase atau lewat lembaga peradilan lainnya. Dalam penyelesaian melalui lembaga
arbitrase harus ada persetujuan antara kedua belah pihak yang bersengketa, jika salah satu
pihak tidak setuju dengan jalur tersebut maka tidak bisa dibawa ke badan arbitrase. Akan
tetapi ketika permasalahan sengketa Perbankan Syariah tersebut diselesaikan melalui
lingkungan Peradilan Umum kurang tepat, karena Peradilan umum tidak menggunakan
prinsip syariah sebagai dasar hukum dalam penyelesaian sengketa melainkan dengan
hukum perdata barat.

Pengadilan Agama awalnya hanya memiliki kompetensi untuk menyelesaikan


kasus-kasus hukum dalam bidang hukum keluarga, seperti pemutusan perkawinan,
sengketa waris/wasiat, wakaf, dan lain-lain. Setelah Undang-Undang Peradilan Agama
Nomor 7 Tahun 1989 diamandemen, kompetensi Pengadilan Agama menjadi lebih luas.
Cakupan kewenangannya meliputi penyelesaian sengketa dalam bidang ekonomi syariah.
Tercantum dalam Pasal 49 Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006, yaitu: Pengadilan
Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang: (1) perkawinan; (2)
warta; (3) wasiat; (4) hibah; (5) wakaf; (6) zakat; (7) Infaq; (8) shadaqah; dan (9)
ekonomi syariah.

Seiring dengan perkembangan hukum perbankan syariah di Indonesia, telah


diterbitkan undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut. Lahirnya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, memberikan harapan sebagai
payung hukum dalam praktek bisnis bidang perbankan syariah, dan diharapkan
menguatkan eksistensi praktek perbankan syariah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah ?
2. Apa Yang dimaksud Litigasi ?
3. Apa Yang Dimaksud Nonlitigasi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah.
2. Untuk Mengetahui Litigasi.
3. Untuk Mengetahui Nonlitigasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sengketa Ekonomi Syariah

Kata “Sengketa” menurut bahasa Inggris adalah disebut dengan “conflict” dan “dispute”,
keduanya mengandung pengertian tentang adanya perselesihan atau percekcokan atau
perbedaan kepentingan antara dua pihak atau lebih. Kata “conflict” sudah diserap ke dalam
bahasa Indonesia manjadi “konflik”, sedangkan dispute dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi “Sengketa”.1

Sengketa adalah konflik, secara bahasa kedua kata tersebut mengandung arti suatu
peristiwa yang menggambarkan tentang adanya perbedaan atau benturan kepentingan antara
dua pihak atau lebih. Konflik adalah keadaan dimana apabila dua pihak atau lebih
dihadapkan pada perbedaan kepentingan berkembang menjadi sebuah sengketa (wanprestasi)
apabila pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya,
baik secara langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada
pihak lain. Dasar dari sebuah ekonomi adalah merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari
harta dan benda. Dikatakan kegiatan ekonomi apabila ada sebuah transaksi ekonomi antara
satu pihak dengan pihak yang lain, yang terkadang transaksi tersebut menimbulkan sebuah
sengketa.2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 Pasal 49 huruf (i) dimana pasal dan
isinya tidak dirubah dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, dalam Undang-
Undang tersebut disebutkan bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang mengadili dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam
bidang ekonomi syariah, diantaranya : Bank Syariah, Lembaga Keuangan Mikro syariah,
Asuransi Syariah, Reasuransi Syariah, Reksadana syariah, Obligasi syariah dan surat
berharga berjangka menengah syariah, Sekuritas Syariah, Pembiayaan syariah, Pegadaian
1
Mujahidin Ahmad, 2010, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia, hal 46
2
Muh Nasikhin, Perbankan Syariah Dan Sistem Penyelesaian Sengketanya (Kuala Tunggal: Fatawa, 2010).
Syariah, Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah, dan Bisnis Syariah. Dan Sengketa
Ekonomi Syariah.3

Selama ini sengketa yang terjadi dalam praktek ekonomi syariah diselesaikan melalui
lembaga arbitrase atau lewat lembaga peradilan lainnya. Dalam penyelesaian melalui
lembaga arbitrase harus ada persetujuan antara kedua belah pihak yang bersengketa, jika
salah satu pihak tidak setuju dengan jalur tersebut maka tidak bisa dibawa ke badan arbitrase.
Akan tetapi ketika permasalahan sengketa Perbankan Syariah tersebut diselesaikan melalui
lingkungan Peradilan Umum kurang tepat, karena Peradilan umum tidak menggunakan
prinsip syariah sebagai dasar hukum dalam penyelesaian sengketa melainkan dengan hukum
perdata barat.

Penyelesaian sengketa ekonomi syariah juga masih termasuk dalam kewenangan


peradilan umum, sebagaimana sengketa perbankan pada umumnya. Persoalan hukum
berkenaan ekonomi syariah menyangkut prinsip dan ketentuan hukum syariah, maka pihak
dari pengadilan negeri yang akan menangani sengketa ekonomi syariah menyiapkan tenaga
ahli dalam bidang hukum syariah. Pengadilan negeri akan menggunakan syariah sebagai
landasan hukum bagi penyelesaian perkara sengketa ekonomi syariah.

Perkembangan dunia usaha yang menggunakan akad-akad syariah secara signifikan


faktanya, mengakibatkan tidak sedikit terjadi sengketa di antara para pelaku ekonomi
syariah, sehingga Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 14
Tahun 2016 pada tanggal 22 Desember 2016 Tentang Penyelesaian Perkara Ekonomi
Syariah.

Ekonomi syariah telah disebutkan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Pasal 1 ayat 1.

Dengan demikian sengketa ekonomi syariah adalah merupakan suatu pertentangan antara
satu pihak atau lebih pelaku kegiatan ekonomi, dimana kegiatan ekonomi tersebut
berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dan ajaran hukum ekonomi syariah yang
3
Jaih Mubarok, Hukum Ekonomi Syariah Akad Mudharabah (Bandung: fokusmedia, 2013)
ditimbulkan oleh adanya perbedaan pendapat tentang suatu hal yang dapat mengakibatkan
adanya sanksi hukum terhadap salah satu pihak yang bersangkutan. Dan terjadinya suatu
sengketa tersebut karena salah satu pihak melakukan wanprestasi dan atau melakukan
perbuatan malawan hukum sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pihak yang lain.
Wanprestasi adalah kelalaian pihak debitor dalam memenuhi prestasi yang telah ditentukan
dalam perjanjian.

B. Litigasi

Litigasi adalah jalur penyelesaian masalah hukum melalui jalur pengadilan.


Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut litigasi gugatan adalah suatu tindakan sipil yang
dibawa di pengadilan hukum di mana penggugat, pihak yang mengklaim telah mengalami
kerugian sebagai akibat dari tindakan terdakwa, menuntut upaya hukum atau adil. Terdakwa
diperlukan untuk menanggapi keluhan penggugat. Jika penggugat berhasil, penilaian akan
diberikan dalam mendukung penggugat, dan berbagai perintah pengadilan mungkin
dikeluarkan untuk menegakkan hak, kerusakan penghargaan, atau memberlakukan perintah
sementara atau permanen untuk mencegah atau memaksa tindakan. Orang yang memiliki
kecenderungan untuk litigasi daripada mencari solusi non-yudisial yang disebut sadar
hukum.4

1. Perkara Sederhana

Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Melalui Jalur Ligitasi

Sidang Sengketa Ekonomi Syariah Perkara Sederhana

Drs. M. Shaleh, M.Hum. menyatakan gugatan sederhana ini bermula dari lahirnya Peraturan
Mahkamah Agung (Perma) No. 2 Tahun 2015. Pada awalnya Perma ini diperuntukkan
sebagai pedoman beracara di lingkungan Peradilan Umum. Seiring dengan berjalannya
waktu, lahirlah Perma No. 14 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Ekonomi
Syariah. Dan sampai dengan saat ini, lahirlah Perma No. 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana yang melengkapi aturan-aturan sebelumnya. Tidak semua

4
https://komisiinformasi.bantenprov.go.id/read/arsip-artikel/86/Perbedaan-Litigasi-Dan-Non-
Litigasi.html#.YKI7_TmySh8
perkara dapat diajukan secara gugatan sederhana, untuk dapat diajukan dengan sistem
gugatan sederhana, terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi antara lain:

(1). Nilai gugatan maksimal lima ratus juta rupiah,

(2). Terdapat Wanprestasi dan atau Perbuatan Melawan Hukum,

(3.) Para Pihak Tidak Boleh lebih dari satu orang kecuali memiliki kepentingan yang sama,
(4). Tempat tinggal Tergugat harus diketahui alamatnya dengan jelas,

(5). Penggugat dan Tergugat berdomisili di daerah hukum yang sama,

(6). Tidak Termasuk sengketa yang diselesaikan melalui pengadilan khusus dan sengketa hak
atas tanah. Selain itu, terdapat kekhasan dalam beracara secara gugatan sederhana yaitu
Penggugat wajib melampirkan bukti surat, Tidak dapat diajukan tuntutan provisi, eksepsi,
rekonvensi , intervensi, replik, duplik dan kesimpulan, penyelesaian gugatan sederhana
maksimal 25 hari sejak sidang pertama dan Penggugat dan tergugat dapat menggunakan
administrasi perkara di penagdilan Agama secara elektronik. Sistem beracara dengan gugatan
sederhana ini pun ternyata memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

(1). Penyelesaian perkara yang relatif singkat, yakni hanya dibatasi maksimal 25 hari kerja
saja,

(2). Proses lebih sederhana dan cepat dibandingkan dengan beracara biasa. Dan

(3) dari segi upaya hukum, hanya terdapat verzet dan keberatan dari para pihak.

Penyelsaian Gugatan Sederhana ini bermula dari proses pendaftaran. Pada tahap ini
Penggugat mendaftarkan gugatannya dengan mengisi blanko yang sudah ditentukan. Selain
itu, Penggugat diwajibkan melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisir. Setelah selesai
pendaftaran, Ketua Pengadilan melalui petugas kasir menaksir panjar biaya perkara. Tahap
selanjutnya, Ketua Pengadilan menetapkan hakim tunggal, sedangkan Panitera menunjuk
Panitera Pengganti.

2. Perkara biasa

Sidang Sengketa Ekonomi Syariah Perkara Biasa


Berbeda dengan sidang biasa pada umumnya, dalam perkara gugatan sederhana, terdapat
pemeriksaan pendahuluan, dalam tahap ini Hakim tunggal memeriksa perkara yang diajukan
tersebut, apakah memenuhi kriteria perkara gugatan sederhana atau malah perkara biasa. Apabila
Hakim tunggal memutuskan perkara yang diajukan tersebut memenuhi kriteria gugatan
sederhana, maka hakim menetapkan hari sidang. Namun apabila hakim berpendapat perkara
yang diajukan tersebut bukan perkara gugatan sederhana, maka hakim mengeluarkan penetapan
bukan gugatan sederhana sehingga mencoret perkara tersebut dari register dan mengembalikan
sisa uang panjar kepada Penggugat. Memasuki pemeriksaan pokok perkara, apabila Penggugat
yang sudah dipanggil tidak hadir tanpa alasan yang sah, Hakim dapat menjatuhkan putusan
gugur meskipun Kuasa Hukumnya hadir. Hal ini karena fungsi Kuasa Hukum dalam
pemeriksaan gugatan sederhana hanya sebatas mendampingi bukan sebagai wakil dari pihak
berperkara. Bagaimana dengan kehadiran Tergugat? Apabila Tergugat tidak hadir, maka
Tergugat dipanggil untuk kedua kalinya, bilamana pada sidang kedua tidak hadir lagi, maka
hakim dapat menjatuhkan putusan verstek. Namun apabila pada saat sidang pertama Tergugat
hadir dan pada sidang berikutnya Tergugat tidak hadir, maka perkara diputus secara
kontradiktor.Dalam gugatan sederhana ini, Hakim wajib berperan aktif dalam memberikan
penjelasan mengenai acara gugatan sederhana dan turut berupaya menyelesaikan perkara secara
damai, menuntun para pihak dalam pembuktian dan menjelaskan upaya hukum yang dapat
ditempuh.

Dalam pemeriksaan persidangan, pada saat sidang pertama hakim wajib mendamaikan dengan
memperhatikan batas waktu penyelesaian gugatan sederhana yaitu 25 hari (kerja) sejak sidang
pertama. Apabila ketika sedang proses persidangan terjadi perdamaian antara Pengguat dan
Tergugat, maka hakim membuat putusan perdamaian.Proses yang tak kalah pentingnya dalam
gugatan sederhana adalah pembuktian. Apabila bukti dari Penggugat (yang sudah diajukan pada
saat pendaftaran) diakui atau tidak dibantah oleh Tergugat, maka Penggugat tidak perlu
membuktikan lebih lanjut. Namun apabila bukti yang diajukan penggugat tersebut dibantah oleh
Tergugat, maka Tergugat harus membuktikan bantahannya.Berbeda dengan acara biasa, dalam
gugatan sederhana, upaya hukum dari hasil putusan gugatan sederhana ini adalah verzet apabila
putusan yang dijatuhkan verstek. Namun bila kedua belah pihak hadir, Tergugat dapat
mengajukan keberatan dengan mengajukan akte keberatan. Permohonan keberatan ini sendiri
harus diajukan paling lama 7 hari setelah putusan diucapkan. Atas keberataan tersebut, Tergugat
harus menyampaikan memori keberatan maksimal 3 hari sejak permohonan diterima. Hasil dari
Putusan keberatan ini bersifat putusan akhir dan tidak ada banding, kasasi maupun PK.Sementara
itu, penanganan perkara ekonomi syariah dengan cara biasa tetap mengacu kepada berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Baik dalam hal gugatan sederhana maupun gugatan
biasa, penggugat dapat mengajukan perkaranya dengan datang ke kepaniteraan PA/MS atau
melalui pendaftaran elektronik. Bedanya, jika hendak mendaftarkan gugatan sederhana,
penggugat cukup mengisi formulir atau blanko gugatan yang disediakan pengadilan. Isinya
menguraikan identitas penggugat dan tergugat; penjelasan ringkas duduk perkara (posita); dan
tuntutan penggugat (petitum). Selain itu, ketika mendaftarkan perkaranya, penggugat wajib
melampirkan bukti surat yang sudah dilegalisasi.

B. Non Ligitasi

Jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan. Jalur non-
litigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif.

Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan perundangan di


Indonesia. Pertama, dalam penjelasan Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman disebutkan ” Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas
dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitase) tetap diperbolehkan” . Kedua, dalam UU
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka
10 dinyatakan ” Alternatif Penyelesaian Perkara ( Alternatif Dispute Resolution) adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau
penilaian para ahli.

1. Mediasi

Mediasi merupakan penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan dibantu oleh


pihak luar yang tidak memihak/netral guna memperoleh penyelesaian sengketa yang
disepakati oleh para pihak.

2. Konsultasi
Konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak (klien)
dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan pendapatnya atau saran
kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan klien. Konsultan hanya
memberikan pendapat (hukum) sebagaimana diminta oleh kliennya, dan selanjutnya
keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil oleh para pihak.

3. Negosiasi

Negoisasi penyelesaian sengketa melalui musyawarah/perundingan langsung diantara


para pihak yang bertikai dengan maksud mencari dan menemukan bentuk-bentuk
penyelesaian yang dapat diterima para pihak.Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut
selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh para pihak.

4. Arbitrase
Abritase adalah penyelesaian masalah atau sengketa perdata di luar peradilan
hukum. Sesuai yang tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian
suatu sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase secara
tertulis oleh para para pihak yang bersengketa. 5
5. Konsiliasi

Consilliation dalam bahasa Inggris berarti perdamaian , penyelesaian sengketa melalui


perundingan dengan melibatkan pihak ketiga yang netral (konsisliator) untuk membantu
pihak yang berdetikai dalam menemukan bentuk penyelesaian yang disepakati para pihak.
Hasil konsilisiasi ini ini harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani secara bersama oleh
para pihak yang bersengketa, selanjutnya harus didaftarkan di Pengadilan Negeri.
Kesepakatan tertulis ini bersifat final dan mengikat para pihak.

5
https://www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/
KESIMPULAN

A. Kata “Sengketa” menurut bahasa Inggris adalah disebut dengan “conflict” dan “dispute”,
keduanya mengandung pengertian tentang adanya perselesihan atau percekcokan atau perbedaan
kepentingan antara dua pihak atau lebih. Kata “conflict” sudah diserap ke dalam bahasa
Indonesia manjadi “konflik”, sedangkan dispute dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi “Sengketa”.

B. Sengketa adalah konflik, secara bahasa kedua kata tersebut mengandung arti suatu peristiwa
yang menggambarkan tentang adanya perbedaan atau benturan kepentingan antara dua pihak
atau lebih. Konflik adalah keadaan dimana apabila dua pihak atau lebih dihadapkan pada
perbedaan kepentingan berkembang menjadi sebuah sengketa (wanprestasi) apabila pihak yang
merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, baik secara langsung
kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain. Dasar dari
sebuah ekonomi adalah merupakan kegiatan yang tidak terlepas dari harta dan benda. Dikatakan
kegiatan ekonomi apabila ada sebuah transaksi ekonomi antara satu pihak dengan pihak yang
lain, yang terkadang transaksi tersebut menimbulkan sebuah sengketa. Litigasi adalah jalur
penyelesaian masalah hukum melalui jalur pengadilan. Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut
litigasi gugatan adalah suatu tindakan sipil yang dibawa di pengadilan hukum di mana
penggugat, pihak yang mengklaim telah mengalami kerugian sebagai akibat dari tindakan
terdakwa, menuntut upaya hukum atau adil.

C. Jalur non litigasi berarti menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan. Jalur non-litigasi
ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif.

Penyelesaian perkara diluar pengadilan ini diakui di dalam peraturan perundangan di Indonesia.
Pertama, dalam penjelasan Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman disebutkan ” Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas dasar
perdamaian atau melalui wasit (arbitase) tetap diperbolehkan” . Kedua, dalam UU Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasal 1 angka 10 dinyatakan
” Alternatif Penyelesaian Perkara ( Alternatif Dispute Resolution) adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, atau penilaian para ahli.

DAFTAR PUSTAKA

Mujahidin ahmad,2010,prosedur penyelesaian sengketa ekonomi Syariah,bogor:ghalia


Indonesia,
Muh nasikhin,perbankan Syariah dan sistem penyelesaian sengketa(kuala
tunggal:fatawa,2010
Jaih mubarok, hukum ekenomi Syariah akad mudhorobah(bandung:fokusmedia,2013)
http://www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/
http:www.pa-mempawah.go.id/berita-galeri/arsip-informasi-pa-mempawah/911-bimtek-
hari-pertama-gugatan-sederhana-dalam penyelesaian-sengketa-ekenomi Syariah-seasion1
diakses pada tanggal 22 mei 2021, pukul 9:26 wib.
http://komisiinformasi.bantenprov.go.id/read/arsip-artikel/86/perbedaan-litigasi-dan non
litigasi.html#.ykl7_tmysh8 diakses pada tanggal 22 mei 2021,pukul 9:26 WIB.

Anda mungkin juga menyukai