Disusun Oleh :
Kelompok 8
Irsan
Munadi Kholili
Meliza Fatmayanti
Muhammad Zulkifli
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat da
n Hidayah-Nya kepada kita semua berupa Ilmu dan Amal. Berkat Rahmat dan Hid
ayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontri
busi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah yang bejudul
“Penyelesaian Sengketa Prbankan Syariah” ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan dan keuangan syariah di Indonesia mengal
ami kemajuan yang sangat pesat selama satu dekade terakhir. Ini termasuk Pe
rbankan Syariah, Asuransi Syariah dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Hal y
ang sama berlaku untuk transaksi Syariah di area riil, seperti misalnya. B. hot
el syariah, kolam renang syariah, multi level marketing syariah dll. Menurut d
ata Bank Indonesia, perkembangan perbankan syariah mengalami kemajuan y
ang sangat pesat.
Sebelum tahun 1999 jumlah bank syariah sangat terbatas bahkan hany
a ada satu bank syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia yang memiliki beber
apa cabang. Sementara itu, data Bank Indonesia Januari 2008 menunjukkan a
da tiga unit Bank Umum Syariah (BUS), yakni Bank Muamalat Indonesia (B
MI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSM
I). Dan jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) bank konvensional sebanyak 26 un
it, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) 114 unit, dan jaringan biro jasa
bank syariah 711 unit.
1 Hitungan ini belum termasuk Baitul Mal wat Tamwil, hotel syariah,
pegadaian syariah dan lain-lain yang juga mulai menjamur di negeri ini. Berd
asarkan data BI Februari 2011, Indonesia kini memiliki 11 BUS, 23 UUS, dan
115 BPRS. 2 Ditemukan bahwa di antara bank-bank Islam di atas terdapat 6 j
uta orang untuk diajak bekerja sama.
Sementara itu, jumlah personel (SDM) yang bekerja di bank syariah te
lah mencapai lebih dari 20.000 orang. Dan aset seluruh bank syariah pada De
sember 2010 adalah 100 juta rupiah. 100,26 triliun atau sekitar 3% pangsa pas
ar 3 Meskipun perkembangan perbankan dan lembaga keuangan syariah men
galami kemajuan yang begitu pesat, namun masih jauh dari segi hukum atau r
egulasi. Ini juga termasuk undang-undang penyelesaian sengketa di perbanka
n Islam.
Dimana masih terdapat permasalahan hukum yang bermasalah dalam
kasus ini yaitu dualitas kekuasaan kehakiman dalam penyelesaian sengketa pe
rbankan syariah. Otoritas ini tetap menjadi isu kontroversial baik dalam keilm
uan maupun praktik. Bahwa kewenangan tersebut menjadi konflik antara pera
dilan agama dan peradilan umum.4 Keadaan demikian dapat menimbulkan ke
tidakpastian hukum di sektor perbankan syariah.
Para pihak yang bersengketa, baik bank syariah maupun nasabahnya,
menghadapi dilema mereka sendiri dalam memilih antara dua yurisdiksi terse
but. Untuk lebih jelasnya, artikel ini kemudian akan menjelaskan bagaimana
pengaturan forum penyelesaian sengketa perbankan syariah di negara ini dan
forum mana yang berwenang dalam hal ini.
Namun perlu juga dilihat bagaimana Islam memandang masalah ini, k
arena upaya penyelesaian perselisihan ini pada hakekatnya telah dilakukan sej
ak zaman Nabi SAW dan para sahabat.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam tradisi Islam?
2. Bagaimana cara menyelesaikan sengketa pada perbankan syariah?
3. Apa saja forum penyelesaian sengketa syariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara menyelesaikan sengketa dalam tradisi Islam
2. Untuk mengetahui cara menyelesaikan sengketa pada perbankan syariah
3. Untuk mengetahui apa saja forum penyelesaian sengketa syariah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyelesaian Sengketa Dalam Tradisi Islam
Islam menawarkan konsep ideal untuk menyelesaikan perselisihan
yang timbul antara orang-orang di berbagai lapisan masyarakat. Upaya ters
ebut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kegiatan penyelesaia
n sengketa yang dilakukan oleh otoritas peradilan dan kegiatan non-pemeri
ntah.
Peradilan dalam Islam pada gilirannya terbagi menjadi tiga bagian:
Pertama, kewenangan Al-Qadla, yaitu lembaga yang berwenang memutus
perkara perdata dan pidana. Kedua, kekuasaan Al-Hisbah, yaitu lembaga r
esmi pemerintah yang berwenang menangani tindak pidana ringan yang m
enurut sifatnya tidak memerlukan penuntutan, seperti B. Pengurangan bera
t timbangan, melebihi daya dukung kendaraan dan lain-lain. Dan ketiga, k
ekuasaan Al-Madzalim, lembaga yang didirikan untuk membela dan meny
elesaikan kasus-kasus yang timbul dari kesewenang-wenangan penguasa,
pejabat, hakim, atau lainnya.
Penyelesaian perkara di luar peradilan dapat dilakukan melalui as-s
ulhu (perdamaian) atau at-tahkim (arbitrase). Aspirasi di atas didasarkan p
ada dalil-dalil Syar'i antara lain :
a) QS. As-Shad : 36 yang artinya :
“ Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti ha
wa nafsu mereka…
b) QS. Al Hujurat :9 yang artinya :
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu be
rperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang s
atu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melangga
r Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perin
tah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhny
a Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.”
c) QS. An-Nisa : 35 yang artinya:
“ Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduan
ya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksu
d Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suam
i-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengena
l”
4. . Peradilan Umum
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelesaian sengketa perbankan syariah di Indonesia dapat dilakuk
an melalui dua jalur, baik jalur litigasi maupun non litigasi. Per
adilan Agama merupakan lingkungan peradilan yang berwenang untuk m
enyelesaikan sengketa perbankan syariah pada jalur litigasi, semen
tara melalui jalur non litigasi dapat dilakukan melalui musyawarah
mediasi perbankan, arbitrase syariah, dan pengadilan dalam lingku
ngan Peradilan Umum.
Basyarnas adalah forum paling strategis untuk menyelesaikan sen
gketa perbankan syariah. Karena Basyarnas dapat menyelesaikan seng
keta dengan lebih cepat, sederhana, dan biaya riangan. Selain itu
penyelesaian melalui arbitrase syariah juga dapat lebih menjaga ra
hasia masing-masing pihak. Namun begitu, kurangnya sosialisasi Bas
yarnas kepada masyarakat, dan jaringan kantor Basyarnas yang masih
terbatas di ibu kota, menjadikan Basyarnas kurang dikenal sebagai
lembaga arbiter dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah.