Nim: D10118690
umum syariah (BUS), 23 unit usaha syariah (UUS), dan 163 bank pembiayaan
rakyat syariah (BPRS). Hal ini tentu sangat menggembirakan, meskipun total aset
Tahun 1989 dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, kewajiban
Peradilan Agama diperluas. Di samping memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkawaninan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infak, dan shadaqah, Pengadilan
Agama juga di bidang ekonomi syariah [Pasal 49 ayat [i] UU No. 3 Tahun
'perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan sesuai prinsip syariah, antara
lain meliputi: (a) bank syariah; (b) lembaga keuangan mikro syari'ah; (c) asuransi
terbatas di bidang perbankan syariah saja, tapi juga di bidang ekonomi syariah
syariah merupakan langkah yang dan layak untuk diapresasi. Akan tetapi, masalah
muncul ketika Pengadilan Negeri juga memberikan kewenangan yang sama dalam
dalam suatu penyelesaian yang sama oleh dua lembaga peradilan yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 49 (i) UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama.
No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dengan alasan bertentangan dengan
2008 tentang Perbankan Syariah bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak
Dengan adanya putusan Mahkamah Kontitusi tersebut, maka tidak ada lagi
perbankan syariah secara khusus dan ekonomi secara umum merupakan bidang
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ilmu ekonomi syariah, baik dari
Mahkamah Agung dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia tentang
Keuangan pada bulan Juli 2014 lalu adalah langkah-langkah yang perlu
akhir ini. Beberapa di antaranya bisa diselesaikan dengan baik dan beberapa lagi
tidak. Hal ini dikarenakan rujukan untuk menyelesaikan sengketa masih belum
begitu luas.
Oleh sebab itu, Pengadilan Agama perlu meningkatkan lagi pengetahuan dan
Mulai dari kasus perbankan dengan individu, perbankan dengan perbankan, atau
bahkan perbankan dengan industri. Kasus antara perbankan dan individu menjadi
salah satu yang paling banyak dilaporkan. Berikut ini kami akan memberikan
contoh singkatnya:
Contoh Kasus
Kasus ini diambil dari masalah sengketa antara Sugiharto Widjaja (50)
yang merupakan warga Kota Bandung dengan Bank Swasta Syariah ternama.
Di tahun 2014, Sugiharto membeli lahan dan bangunan dengan harga 20 miliar.
70% dananya atau sebesar 13 miliar bersumber dari bank syariah dan 7 miliar
Sisa dananya kemudian dicicil oleh Sugiharto dengan cicilan 136 juta
perbulan. Dana yang sudah dibayarkan adalah 1,3 miliar. Namun, cicilan tersebut
Negeri Kota Bandung secara verstek. Gugatan tersebut dimenangkan oleh pihak
Bandung agar mencabut putusan bank syariah tersebut. Namun, ditolak karena
Kedua belah pihak menjalani proses media mengenai kesepakatan yang hendak
Analisa Sengketa
Berdasarkan kasus di atas ada poin yang perlu diperhatikan dan menjadi
Adanya tumpang tindih laporan antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.
Pihak bank menggugat melalui Pengadilan Negeri dan gugatan tersebut tidak
syariah memang tidak dapat terhindar dari sengketa dan masalah lainnya.