Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR:

0354/Pdt.G/2016/PA.Ba TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA


EKONOMI SYARIAH

Dwi Salma Ayuni1

Abstrak

Pelaksanaan transaksi bisnis ekonomi Syari’ah tidak menutup kemungkinan


terjadinya penyimpanganpenyimpangan dari kesepakatan yang telah dibuat oleh
kedua belah pihak. Sehingga dalam koridor masyarakat yang sadar hukum, tidak
dapat dihindari muculnya perilaku saling tuntut menuntut satu sama lain, yang
mengakibatkan kuantitas dan kompleksitas perkara-perkara bisnis syari’ah akan
sangat tinggi dan beragam. Dari segi otoritas hukum Islam dalam operasional
konsep dan sistem ekonomi syariah akan semakin kuat, sebagaimana
dikeluarkannya putusan Mahkamah konstitusi Republik Indonesia Nomor :
93/PUU-X/2012 tanggal 29 Agustus 2013 hak nasabah dan unit usaha syariah
untuk mendapat kepastian hukum akan terpenuhi sebagaimana amanat Pasal 28D
ayat (1) Undang-Undang dasar 1945 dan juga memberikan wewenang absolut
Pengadilan Agama untuk mengadili sengketa ekonomi syariah.

A. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 Pasal 49 huruf (i)
dimana pasal dan isinya tidak dirubah dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009 Tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama, dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa Peradilan
Agama bertugas dan berwenang mengadili dan menyelesaikan perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang ekonomi syariah1,
diantaranya :Bank Syariah, Lembaga Keuangan Mikro syariah, Asuransi Syariah,
Reasuransi Syariah, Reksadana syariah, Obligasi syariah dan surat berharga
berjangka menengah syariah, Sekuritas Syariah, Pembiayaan syariah, Pegadaian
Syariah, Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah, dan Bisnis Syariah.2
Ekonomi Syariah telah menjadi instrumen terpenting dan berkembang
dengan pesat dalam sistem perekonomian umat manusia. Aktifitas ekonomi
syariah telah melibatkan banyak orang sebagai pelakunya, setiap manusia
mempunyai naluri untuk beraktifitas dan hidup dengan orang lain
(gregariousness).3 Dalam aktifitasnya manusia melakukan interaksi sosial yan

1
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama.
2
Jaih Mubarok, Hukum Ekonomi Syariah Akad Mudharabah (Bandung: fokusmedia,
2013).
3
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah “Teori & Praktik”, (Bandung,
Kencana,Cetakan 2, 2017), hlm. 6.

1
dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan
berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict) yang dapat menimbulkan
sengketa.
Perkembangan dunia usaha yang menggunakan akad-akad syariah secara
signifikan faktanya, mengakibatkan tidak sedikit terjadi sengketa di antara para
pelaku ekonomi syariah, sehingga Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 2016 pada tanggal 22 Desember 2016
Tentang Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah.4
Dengan demikian sengketa ekonomi syariah adala merupakan suatu
pertentangan antara satu pihak atau lebih pelaku kegiatan ekonomi, dimana
kegiatan ekonomi tersebut berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah dan ajaran
hukum ekonomi syariah yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan pendapat
tentang suatu hal yang dapat mengakibatkan adanya sanksi hukum terhadap salah
satu pihak yang bersangkutan. Dan terjadinya suatu sengketa tersebut karena salah
satu pihak melakukan wanprestasi dan atau melakukan perbuatan malawan hukum
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pihak yang lain.
Tuisan ini mengkaji seputar penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah antara
nasabah dengan perusahaan bank syari’ah dalam perkara kepailitan melalui
arbitrase, yang berlanjut ke Pengadilan Agama, dengan difokuskan pada analisis
yuridis terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor: 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba.
B. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah
Menurut Halim dan Erlies Septiana, secara filosofis, penyelesaian sengketa
merupakan upaya untuk mengembalikan hubungan para pihak yang bersengketa
dalam keadaan seperti semula. Dengan pengembalian hubungan tersebut, maka
mereka dapat mengadakan hubungan baik sosial maupun hubungan hukum. Teori
yang mengkaji tentang hal ini disebut teori penyelesaian sengketa.5
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah merupakan kompetensi dan
kewenangan Pengadilan Agama yang didasarkan pada Penjelasan point (1) Pasal
49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, serta ditegaskan kembali dalam
Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang menyatakan apabila terjadi sengketa di bidang perbankan syariah,
maka peyelesaian sengketa diajukan ke Pengadilan Agama. Dalam hal ini
Pengadilan agama mempunyai hak dan wewenang untuk menerima, mengadili,
dan menyelesaikannya.6

4
Media Pembinaan dan Mediasi Tengah.
5
Edi Hudiata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Pasca Putusan MK Nomor
93/PUU- X/2012, Yogyokarta, UII Press tahun 2015, hlm 13
6
Nasikhin, Perbankan Syariah dan Sistem Penyelesaian Sengketanya.141

2
Sengketa bisa jadi muncul biasanya karena salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya kepada pihak lain dan/atau dapat disebabkan karena salah satu
pihak melakukan pengingkaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat. Sebagai
contoh, untuk memenuhi rasa keadilan dalam penyelesaian perkara perdata
syari’ah, klausula arbitase banyak digunakan sebagai pilihan penyelesaian
sengketa kepailitan karena dipandang sifatnya mengikat (binding) dan memiliki
kekuatan hukum tetap seperti putusan pengadilan.
C. Studi Kasus atas Putusan Mahkamah Agung Nomor
0354/Pdt.G/2016/PA.Ba.
Dalam tulisan ini, ada salah satu putusan hakim yang menarik dan aktual dalam
penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah yaitu Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Agung Nomor: 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba. Dilihat dari segi identitas perkara,
Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor: 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba
ini merupakan penyelesaian sengketa antara PT. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) sebagai penggugat yang melawan tergugat 1, umur 38 tahun,
agama Islam, pekerjaan pedagang, bertempat tinggal di Kabupaten Banjarnegara,
selanjutnya disebut sebagai "Tergugat I" dan tergugat 2, umur 47 tahun, agama
Islam, pekerjaan pedagang, bertempat tinggal di Kabupaten Banjarnegara,
selanjutnya disebut sebagai "Tergugat II".
Kemudian dilihat dari segi kasus posisi, dapat diambil rumusan pokok
putusan yang menyatakan sebagai berikut:
Bahwa Majelis Hakim telah menasehati Penggugat agar perkara ini
dimusyawarahkan kembali secara kekeluargaan antara Penggugat dan para
Tergugat, namun tidak berhasil karena Penggugat tetap pada dalil-dalil
gugatannya untuk menggugat Tergugat melalui Pengadilan. Karena kehadiran
Penggugat dan Tergugat dipersidangan, maka antara Pengguat dan Tergugat telah
dilakukan upaya Mediasi oleh Mediator Drs. H. Chayun Arifin, SH. Hakim
pengadilan Agama Banjarnegara Kelas IA, namun tidak berhasil, selanjutnya
dimulai pemeriksaan dengan membacakan surat gugatan Penggugat yang maksud
dan tujuannya tetap dipertahankan oleh Penggugat.
Bahwa para Tergugat dipersidangan telah mengajukan jawaban secara
tertulis yang dibacakan dipersidangan dengan tambahan secara lisan yang pada
pokoknya sebagai berikut :
1. Membenarkan pokok gugatan Penggugat
2. Menyatakan kesiapannya untuk membayar cicilan sebesar Rp. 750.000,-
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap bulan
3. Memohon Pengadilan untuk tidak melakukan Sita atas Jaminan para
Tergugat, karena barang tersebut adalah milik orang tua Tergugat.
Selanjutnya fakta hukum yang terungkap selama persidangan putusan
Mahkamah Agung Nomor 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba Bahwa Tergugat tidak

3
mengajukan bukti tertulis, karena sudah menganggap cukup dengan bukti-bukti
yang diajukan Penggugat, namun para Tergugat telah mengajuka seorang saksi
untuk didengan keterangannya dibawah sumpah yang pada pokoknya dapat
diuraikan sebagai berikkut :
1. Bahwa Saksi kenal dengan para Tergugat, karena saksi adalah tetangga
dengan merka dan status saksi selaku Ketua Rukun Tetangga ;
2. Bahwa saksi telah mengenal para Tergugat sejak tahun 2002.;
3. Bahwa saksi telah diminta tolong oleh para Tergugat untuk mencarikan
modal usaha Bangunan dan usahanya lancar sampai dengan tahun 2013,
namun sejak tahun 2015 tokok sudah ditutup karena ada permasalahan
keluaraga sakit sehingga usahanya macet ;
4. Bahwa Tergugat I sekarang tinggal dirumah orang tuanya di Mandiraja
Adapun rumah Tergugat yang berdempetan dengan rumah mertua Tergugat
I atau orang tua Tergugat II sekarang kosong ;
5. Bahwa saksi kenal dengan Bu Surip atau ibu Siti Muslimah, yaitu ibu yang
selama ini dimana tanah yang diatasnya ada bangunan Toko para Tergugat
SPPT nya adalah atas nama ibu Siti Muslimah ;
6. Bahwa para Terguat dulu memiliki 2 (dua)m mobil, namun saat ini mobil
warna biru sudah dijual sedang yang warna putih masih ada. ;
7. Bahwa saksi pernah membantu para Tergugat meminjam modal dari BRI,
namun saat ini sudah selesai dilunasi ;
8. Bahwa Usaha para Tergugat sejak setahun lalu sudah berhenti dan sejak
pinjam dari Bank Syari’ah usahanya tidak berlanjut, karena pengajuan
Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) ternyata yang dikabulkan hanya
Rp.175.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) ;
9. Bahwa modal usaha para Tergugat yang ada ditangan orang lain ada kurang
lebih Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Bahwa Penggugat telah mengujukan kesimpulan sesuai suratnya tanggal 6
Oktober 2016 dan para Tergugat telah mengajukan kesimpulan secara lisan yang
untuk meringkas uraian putusan ini, maka ditujuk hal ihwal sebagaimana
diuraikan dalam Berita Acara Sidang dan untuk selanjutnya dianggap telah dimuat
dalam putusan ini.
Dalam amar putusan disebutkan bahwa dalam Putusan Nomor
0354/Pdt.G/2016/PA.Ba tanggal 15 Februari 206 :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian ;
2. Menyatakan sah dan berharga Sita Jaminan (conservatoir beslag) atas barang
jaminan para Tergugat yang telah diikat hak tanggungan Nomor 247 tanggal 19
Maret 2015 dan telah diletakkan Sita oleh Pengadilan Agama Banjarnegara
pada tanggal 3 Oktober 2016 :
3. Menyatakan sah menurut hukum sebagian Akad Pembiayaan Musyarokah
nomor 247 tanggal 19 Maret 2015 yang ditandatangani oleh Penggugat dan

4
para Tergugat dihadapan EKO PUSPITA NINGRUM, SH.,M.Kn. Notaris yang
beralamat di Jl. Munawaroh No. 12 Banjarnegara;
4. Menyatakan para Tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap Akad
Pembiayaan Musyarokah nomor 247 tanggal 9 Maret 2015 yang berakibat
telah merugikan Penggugat ;
5. Menghukum para Tergugat untuk membayar kerugian materiil kepada
Penggugat sebesar Rp. 161.477.222,- (seratus enam pulu satu juta empat ratus
tujuh puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh dua rupiah) dengan cara tunai dan
apabila tidak dapat dilaksanakan secara tunai, maka dapat dilaksanakan secara
lelang pada Kantor Lelang Negara atas jaminan hutang berupa :
a. Tanah Pekarangan berdasarkan Sertipikat Hak Milik Nomor: 500, Luas 260
M2, sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur Nomor 22/02/2005 tertanggal
23 Maret 2005 yang terletak di Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja,
Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, tertulis atas nama SITI
MUSLIMAH,dengan batas-batas : -------
 Sebelah Utara : Surip

 Sebelah Timur : Jalan Otonom


 Sebelah Selatan : Jalan Desa
 Sebelah Barat : Kistam (Alm.)
a. Satu buah BPKB Kendaraan bermotor roda empat No Polisi R 1810 MM,
atas nama AKHMAD SUYUD SUDIHARJO, Alamat Desa Somawangi RT.
01/02 Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, Merk SUZUKI, Type
FUTURA/ST150, Jenis MBRG/PICK UP, Tahun pembuatan 2004, Isi
Silinder 1493 CC, No Rangka : MHYESL4154J156234, No. Mesin :
G15AIA155831.
6. Tidak menerima gugatan Penggugat untuk selebihnya ;
7. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp.
3.022.000,- (tiga juta dua puluh dua ribu rupiah)
Adapun yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim adalah Termohon
Banding/Pemohon PK memiliki alasan bahwa perkara ini termasuk sengketa di
bidang ekonomi Syari’ah, dan berdasarkan Ketentuan pasal 55 ayat (1) Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah, serta Undang Nomor
7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dan disempurnakan dengan Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang
Nomor 50 Tahun 2009, Pengadilan Agama Banjarnegara berwenang untuk
memeriksa,memutus, dan menyelesaikan perkara ini.
Alasan lainnya, mengenai posita 4 tentang menyatakan hukumnya tergugat
telah melakukan perbuatan cidera janji/wanprestasi terhadap akad Pembiayaan
Murabahah nomor : 247 tertangal 19 Maret 2015 yang sangat merugikan
Penggugat, yaitu berupa kerugian materiil sebesar Rp. 161.477.222.,- (seratus
enam pulu satu juta empat ratus tujuh puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh dua
rupiah).
Berdasarkan alasan yang diajukan oleh Pemohon PK tersebut, Mahkamah
Agung mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian, menyatakan sah dan
berharga Sita Jaminan (conservatoir beslag) atas barang jaminan para Tergugat

5
yang telah diikat hak tanggungan Nomor 247 tanggal 19 Maret 2015 dan telah
diletakkan Sita oleh Pengadilan Agama Banjarnegara pada tanggal 3 Oktober
2016. Menghukum para Tergugat untuk membayar kerugian materiil kepada
Penggugat sebesar Rp. 161.477.222,- (seratus enam pulu satu juta empat ratus
tujuh puluh tujuh ribu dua ratus dua puluh dua rupiah) dengan cara tunai dan
apabila tidak dapat dilaksanakan secara tunai, maka dapat dilaksanakan secara
lelang pada Kantor Lelang Negara atas jaminan hutang.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam putusan
Mahkamah Agung nomor 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba terdapat masalah hukum,
dimana upaya penyeleseian sengketa ekonomi syariah tersebut termasuk banding
biasa. Hal ini dapat dilihat dari putusan yang menyatakan gugatan penggugat
dikabulkan.
D. Penutup
Setiap perkara yang diselesaikan melalui Pengadilan Agama sebelum
diregister harus diperhatikan hal hal yang penting yaitu pastikan lebih dahulu
perkara tersebut bukan perkara perjanjian yang mengandung klausula arbitrase
dan pelajari secara cermat perjanjian atau akad yang mendasari kerjasama antar
para pihak. Perkara Nomor 0354/Pdt.G/2016/PA.Ba dinyatakan sebagai perkara
aquo, karena telah memenuhi alasan hukum dan tidak melawan hak, serta telah
melaksanakan hukum yang beralku dalam putusan-putusan ekonomi syariah yang
terdapat dalam pasal 49 (i) tentang peradilan agama.
E. Daftar Pustaka
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah “Teori & Praktik”,
(Bandung, Kencana,Cetakan 2, 2017), hlm. 6.
Edi Hudiata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Pasca Putusan MK
Nomor 93/PUU- X/2012, Yogyokarta, UII Press tahun 2015, hlm 13
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/86cebbe8f567a415814e
a9dfd7cc5f53.html diakses tanggal 24 Desember 2021 pukul 21.17
Jaih Mubarok, Hukum Ekonomi Syariah Akad Mudharabah (Bandung:
fokusmedia, 2013).
Media Pembinaan dan Mediasi Tengah.
Nasikhin, Perbankan Syariah dan Sistem Penyelesaian Sengketanya.141
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama.

Anda mungkin juga menyukai