DisusunOleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum merupakan keseluruhan norma yang dibuat oleh penguasa untuk
mengatur keberlangsungan hidup masyarakat secara tertib dan teratur. Islam sebagai
agama yang diturunkan secara sempurna telah mengatur segala urusan manusia baik
secara individual maupun social. Salah satu aturan dalam islam yang perlu diketahui dan
dikembangkan adalah aturan bermuamalah.hal ini sangat penting dikarnakan semakin
kompleksnya permasalah yang muncul ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat salah
satu contohnya adalah permasalahan yang muncul pada penerapan sistem ekonomi.
Islam sebagai agama yang merupakan rahmat bagi seluruh alam haruslah bisa
mengatasi dan memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang muncul dalam
kehidupan pemeluknya dlam konteks ekonomi islam sangat menjunjung tinggi prinsip
persaudaraan, keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan universalisme. Semua prinsip
tersebut diambil dari sumber utama hukum islam yaitu alqur’an dan hadist.
Indonesia sebagai negara yang berasaskan Pancasila telah mengatur dan
memasukkan hukum-hukum agama pada hukum-hukum perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia contohnya adalah UU No.3 th 2006 yang membahas tentang
peradilan agama dan putusan MK No.93/PUU-X/2012 tentang uji materi UU No.21 th
2008 yang membahas perbankan Syariah. Dalam UU No.3 th 2006 peradilan agama
mempunyai kewenangan untuk mengatur ekonomi Syariah, sengketa perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, dan sodakoh. Hal ini merupakan bukti bahwa aturan
agama mengenai muamalah telah diakui dan dilaksanakan di Indonesia.
Pada tulisan kali ini saya akan nencoba meninjau dan menganalisis putusan
peradilan agama terhadap kasus penegakan hukum Syariah di Indonesia. Putusan yang
akan saya kaji adalah putusan PA No.0004/Pdt.G/2018/PA.smg. tentang kasus ingkar
janji (wanprestasi) yang diselesaikan oleh pengadilan agama kabupaten Pati.
B. Gugatan/Dakwaan
Dalam kasus kali ini penggugat saudara M. Ari Prabowo, S.H.,M,M menggugat
saudara Supriyadi dengan gugatan sederhana dalam perkara wanprestasi. Adapun
gugatannya adalah ;
Bahwa Penggugat dalam surat Gugatan Sederhananya tanggal 19 Desember 2018
telah mengajukan gugatan sederhana ekonomi syari’ah, yang telah didaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Agama Semarang dengan Nomor 0004/Pdt.G/2018/PA.Smg.
tanggal 19 Desember 2018 dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat In Person adalah badan hukum Indonesia yang berdiri berdasarkan
hukum Indonesia yang bergerak pada sektor perbankkan dan yang ikut dalam
pembangunan perekonomian dan serta sudah memberikan sumbangsih banyak
terhadap kemajuan pembangunan Bangsa melalui Pajak dan Bea lain nya serta telah
membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia;
2. Bahwa pada mula nya pada tanggal 11 September 2015 Tergugat mendapat fasilitas
pembiayaan dari Penggugat sebesar Rp. 120.000.000,- (Seratus dua puluh juta rupiah)
dengan sistem pengembalian secara angsuran setiap bulannya dengan margin sebesar
1,35% /bulan dengan jangka waktu 60 bulan yang tertuang dalam Akad Pembiayaan
nomor ; 2700/BPRS-MHS/MRA/IX/2015 bertanggal 11 September 2015 (Bukti – P1);
3. Bahwa untuk menjamin pelunasan atas fasilitas pembiayaan Tergugat tersebut,
Tergugat menjaminkan Sertipikat Hak Milik ; SHM nomor : 518, luas : 1486 m2,
yang terletak di Kelurahan Karangmalang RT 02 RW 03, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang milik dan atau atas nama Tergugat yaitu Supriyadi (Bukti – P2);
4. Bahwa atas persetujuan penggunaan jaminan, Tergugat telah mendapatkan
persetujuan oleh Istri Tergugat dengan bukti penanda tanganan oleh Istri Tergugat
sebagai penjamin (Bukti - P3);
5. Bahwa sejak pada mula Tergugat sudah mengalami keterlambatan secara hari akan
pembayaran angsuran nya setiap bulan nya dan sejak pada bulan atau menginjak di
angsuran ke 4 (empat) kewajiban angsuran pembiayaan Tergugat mengalami
keterlambatan dan atau tunggakan angsuran secara bulan, akan
tunggakan/keterlambatan kewajiban angsuran pembiayaan Tergugat tersebut
Penggugat sudah sering melakukan pembinaan, pemberitahuan baik secara lisan
maupun secara tertulis (Bukti P – 4);
6. Bahwa akan kondisi pembayaran kewajiban angsuran pembiayaan Tergugat tersebut
yang tidak kunjung memperbaiki kondisi tunggakan/keterlambatannya, Penggugat
sudah melayangkan Surat Peringatan / Somasi sebanyak 3 kali ;Peringatan/Somasi ke
1 pada tanggal 27 Januari 2017 (Bukti – P5), Peringatan/Somasi ke 2 pada tanggal 14
Maret 2017(Bukti – P6), Peringatan/Somasi ke 3 pada tanggal 18 September
2017(Bukti – P7);
7. Bahwa terhadap Surat Peringatan/Somasi yang sudah diberikan tersebut, kondisi
kewajiban angsuran pembiayaan Tergugat masih dan atau tetap mengalami
keterlambatan, jadi cukup beralasan menurut hukum bagi Penggugat berpendapat
Tergugat tidak mengindahkan Peringatan/Somasi tersebut;
8. Bahwa Wanprestasi menurut pasal 1238 KUHPerdata yang berbunyi ; Si Berutang
adalah lalai, apabila surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai,
atau demi perikatan itu sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa Si Berutang harus
dianggap lalai dengan lewat nya waktu yang ditentukan.
9. Bahwa atas kondisi pembayaran kewajiban angsuran pembiayaan Tergugat tersebut
yang masih dan atau tetap mengalami keterlambatan maka cukup beralasan menurut
hukum sudah secara seketika, langsung dan terjadi Tergugat melakukan Cidera Janji
dan atau Wanprestasi;
10. Bahwa menurut pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi ;Penggantian biaya, kerugian
dan bunga karena tak dipenuhi nya suatau perikatan mulai diwajibkan, bila debitur
walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dilakukan nya hanya dapat diberikan atau
dilakukan nya dalam waktu yang melampui waktu yang telah ditentukan;
11. Bahwa atas tindakan Tergugat tersebut Penggugat harus menanggung biaya dan atau
kerugian dari perikatan ini; yaitu segala pengurusan dalam perkara ini serta biaya
kepengacaraan sampai perkara ini diajukan sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
12. Bahwa dimana sampai gugatan ini dibuat jumlah kewajiban Tergugat ;Sisa Hutang
Pokok; Rp. 89.880.000,-(Delapan puluh Sembilan juta delapan ratus delapan puluh
ribu rupiah),Margin 1.35 %/bulan terhutang sampai gugatan ini diajukan sebesar; Rp.
69.020.000,-(Enam puluh Sembilan juta dua puluh ribu rupiah),Denda (ta’zir) atas
keterlambatan sebesar ; Rp. 1.170.000,- (satu juta seratus tujuh puluh ribu rupiah);
13. Bahwa oleh karena nya mengenai subyek, obyek dan alasan gugatan masih dalam
kaidah gugatan sederhana, mohon kepada Mejelis Hakim pemeriksa perkara a quo
untuk memeriksa dan memutus perkara ini berdasarkan hukum acara gugatan
sederhana yang sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung nomor 2 Tahun 2015
tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana.
Bahwa telah apa yang Penggugat dalilkan dan disertainya bukti-bukti yang kuat,
maka cukup beralasan dan patut menurut hukum Ketua Pengadilan Agama Kelas IA
Semarang lewat Majelis hakim yang memeriksa perkara a quo untuk menerima dan
memutus;
DALAM PETTITUM
Priemer
Subsider
Dan atau jika Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adil
nya (et a quo at bono).
TINJAUAN TEORITIK
B. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam putusan putusan PA Nomer
0004/Pdt.G/2018/A.smg. adalah:
a. Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak dipenuhi atau ingkar
janji atau kelalaian yang dilakukan debitur baik karna tiak melaksanakna apa
yangbtelah diperjanjikan maupun melakukan sesuatu yang menurut perjanjian
tidak boleh dilakukan.
b. Wanprestasi menurut pasal 1238 KUHPerdata yang berbunyi:
si berutang adalah lalai, atau demi perikatan itu sendiri, ialah jika ini
menetapkan bahwa Si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.
c. Menurut pasal 1243 KUHPerdata yang berbuni:
Penggantian biaya, kerugian dan Bungan karena tak dipenuhinya suatu
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur walaupun telah dinyatakan lalai, tetap
lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan
1
https://web.pa-sumber.go.id/layanan-publik/prosedur-beracara
atau dilakukan nya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah
ditentukan.
d. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 huruf (a) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, perkara ini
merupakan perkara ekonomi syari’ah antara orang-orang yang beragama
Islam, maka menjadi kewenangan (kompetensi) Pengadilan Agama i.c.
Pengadilan Agama Semarang.
e. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun 2015 bahwa Hakim
telah berusaha untuk menasihati dan mendamaikan Penggugat dan ternyata
usaha damai tersebut berhasil.
f. Berdasarkan ketentuan pasal 271 Rv, bahwa oleh karena pencabutan perkara
ini sebelum dibacakan gugatan Penggugat, maka Majelis dapat mengabulkan
pencabutan tersebut, dan pemeriksaan perkara ini dinyatakan selesai karena
dicabut.
C. Landasan teoritik
1. Wanprestasi
Wanprestasi atau dikenal dengan ingkar janji, yaitu kewajiban dari debitur untuk
memenuhi suatu prestasi, jika dalam melaksanakan kewajiban bukan terpengaruh
karena keadaan, maka debitur dianggap telah ingkar janji. Perkataan wanprestasi
berasal dari Bahasa belanda, yaitu berarti prestasi buruk (bandingkam: wanbeheer
yang berarti pengurusan bururk, wanddad perbuatan buruk). Pelanggaran hak
kontraktual menimbulkan kewajiban gantirugi berdasarkan wanprestasi sebagaimana
diatur dalam pasal 1236 BW (untuk prestasi memberikan sesuatu) dan pasal 1239 BW
(untuk prestasi berbuat sesuatu). Kemudian berkenaan dengan wanprestasi dalam
pasal 1243 BW menyatakan bahwa penggantian biaya, rugi, dan bunga karna tidak
dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan apabila si berutang setelah
terutang dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam
tenggang waktu yang telah dilampauinya.
Menurut Setiawan, dalam praktik sering dijumpai ingkar janji dalam bentuk
hukum perdata, ada tiga bentuk dalam prestasi
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali
2. Terlambat memenuhi prestasi
3. Memenuhi prestasi secara tidak baik
Sehubung dengan perbedaan ingkar janji seperti tersebut diatas, timbul suatu
persoalan bagaimana jika debitur yang tidak memenuhi prestasi tepat pada waktunya
harus dianggap terlambat atau tidak memenuhi prestasi sama sekali.? Apabila debitur
tidak mampu memenuhi prestasi, maka debitur dapat dikatakann tiak memenuhi
prestasi sama sekali. Adapun debitur masih dapat diharapkan memenui prestasinya,
maka masih digolongkan ke dalam terlambat mmenuhi prestasi. Jika tidak memenuhi
prestasi dengan baik, maka debitur dianggap terlambat memenuhi prestasi secara
ridak baik.
Menurut Subeki, wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat
berupa empat jenis yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tapi tidak sebagaimana dijajikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak noleh dilakukan;
Menurut M. Yahya Harahap secara umum wanprestasi yaitu, “pelaksanaan
kewajiban yang tidak tepat pada waktunya”. Kalau begitu seorang debitur disebutkan
dan berada dalam keadaan wanprestasi, apa bia di dalam melakukan pelaksanaan
prestasi dalam perjanjian telah lalai, sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang
ditentukanatau dalam melaksankan suatu prestasi tidak nenurut “sepatutnya atau
selayaknya”. Dalam membicarakan “wanprestasi” kita tidak bisa terlepas dari
masalah “pernyataan lalai” (ingebrekke stelling) dan “kelalaian” (verzuim). Akibat
yang timbul dari wanprestasi aalah kaharusan bagi debitur membayar fanti atau
dengan adanya wanprestasi salah sati pihak, maka pihak yang lainnya dapat menuntut
“pembatalan kontrak/perjanjian”2
2. Akad Murabhah
A. Pengertian Murabahah
Menurut Ibnu Rusyd, Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dalam jual beli jenis ini, penjual
harus memberitahu harga barang yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.
2
Dr. Yahman, S.H, M.H. KARAKTERISTIK WANPRESTASI & TINDAK PIDANA PENIPUAN, KENCANA (devisi dari
PRENADEMADIA group),Jakarta 2014,hlm-81-83
3
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997,
hlm. 463.
dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan mengadakan
barang yang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga
setelah ditambah keuntungan yang disepakati.
B. Rukun Murabahah
a. Penjual / Ba’i: penjual dalam hal ini adalah pihak Bank yang membiayai
pembelian barang yang diperlukan oleh pihak nasabah pembiayaan dengan
system pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya dalam teknis
pengaplikasiannya bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank itu sendiri, walaupun terkadang Bank menggunakan akad wakalah dalam
pembelian barang, dimana si nasabah sendiri yang membeli barang yang
diinginkan atas nama bank
b. Pembeli / Musytari: Pembeli dalam pembiayaan murabahah ini adalah
nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan ke Bank .
c. Objek Jual beli / Mabi’ : yg sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan
murabahah oleh sebagian besar nasabah adalah terhadap barang-barang yang
4
Ghufran Ajib, Fiqh Muamalah II Kontemporer Indonesia (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015) hlm 83
bersifat konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan produksi seperti rumah, tanah,
mobil dan sebagainya.5
d. Harga/ Tsaman: harga dalam pembiayaan murabahah dianalogikan dengan
pricing atau plafond pembayaran
e. Ijab Qabul: Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang
diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah dalam pengadaan barang,
juga pihak bank syariah harus memberitahukan harga pokok pembelian dan
jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah, kemudian penentuan
lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murabahah.
C. Syarat Murabahah
a. Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli
b. Akad pertama harus sah sesuai dengan rukun yg ditetapkan
c. Akad harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian.6
D. Jenis-Jenis Murabahah
a. Murabahah tanpa pesanan: merupakan jenis jual beli murabahah yang
dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yg memesan atau tidak,
sehingga penyediaan barang dilakukan oleh bank sendiri dan dilakukan tidak
terkait dengan jual beli murabahah sendiri. Pengadaan barang yg dilakukan
bank syariah dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
- Membeli barang jadi kepada produsen
- Memesan kepada pembuat barang dengan pembayaran dilakukan secara
keseluruhan setelah akad
- Memesan kepada pembuat barang/ produsen dengan pembayaran yg
dilakukan didepan, selama dalam masa pembuatan atau setelah penyerahan
barang
- Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau musyarakah.
5
Karnaen A, Perwata Atmadja dan M Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta:Dana Bhakti
Wakaf, 1992,hlm.25.
6
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka SM, 2007 hlm. 79.
E. Murabahah berdasarkan pesanan: jual beli yang dilakukan setelah ada pesanan
dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah7. Jadi dalam
murabahah berdasarkan pesanan bank syariah melakukan pengadaan barang dan
melakukan transaksi jual beli setelah ada nasabah yang memesan untuk dibelikan
barang atau asset sesua dengan apa yg diinginkan nasabah tersebut.
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Pertimbangan Hakim
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 hur-uf (a) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, perkara ini
merupakan perkara ekonomi syari’ah antara orang-orang yang beragama Islam, maka
menjadi kewenangan (kompetensi) Pengadilan Agama i.c. Pengadilan Agama Semarang;
Menimbang, bahwa Hakim telah berusaha untuk menasihati dan mendamaikan
Penggugat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun 2015 dan ternyata usaha damai
tersebut berhasil; Menimbang, bahwa Penggugat di depan sidang telah menyatakan
bahwa Tergugat telah dapat melunasi hutangnya, kemudian mencabut perkaranya,
sebelum dibacakan gugatan Penggugat, sehingga pencabutan tersebut tidak diperlukan
persetujuan Tergugat;
Menimbag bahwa oleh karena pencabutan perkara ini sebelum dibacakan gugatan
Penggugat, maka Majelis dapat mengabulkan pencabutan tersebut berdasarkan ketentuan
pasal 271 Rv, dan pemeriksaan perkara ini dinyatakan selesai karena dicabut;
Menimbang bahwa oleh kerena perkara ini telah dicabut, maka untuk tertib
administrasinya dipandang perlu memerintahkan Panitera untuk mencatat pencabutan
tersebut dalam register perkara;
Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini mengenai ekonomi syari’ah, dan telah
dicabut oleh Penggugat, maka biaya perkara ini dibebankan kepada Penggugat;
7
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka SM, 2007 hlm. 79.
Mengingat segala peraturan perundang-undanggan yang berlaku dan dalil-dalil syar’i
yang berkaitan dengan perkara ini;
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dalam putusan Nomor 004/Pdt.GS/2018/PASmg. Yang berisikan kasus perkara
wanprestasi, dalam perkara tersebut bahwa penggugat In person adalah badan hukum
Indonesia yang berdiri berdasarkan hukum indonesiayang bergerak pada sektor
perbankan, ergugat mendapatkan fasilitas pembiayaan dari penggugat sebesar Rp.
120.000,000,-(serratus dua puluh juta rupiah) dengan sisitim pengembalian secara
angsuran setiap bulannya dengan margun sebesar 1,35%/bulan dengan jangka waktu
60 bulan yang tertuang dalam akad pembiayaan Nomor ;
2700/BPRS-MHS/MRA/IX2015 bertangga 11 september 2015, akantetapi tergugat
tidak melaksankan apa yang telah disepakati dalam akad tersebut, sehingga terjadi
ingkar janji (wanprestasi) yang merugikan penggugat.
2. Peran hakim yang dijelaskan dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b, Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia, Nomor 2 Tahun 20. Telah dijalankan oleh hakim Drs. H.
Ahmad Manshur Noor untuk mendamaikan kedua belah pihak, hakim mengabulkan
pencabutan perkara oleh penggugat berdasarkan pertimbangan ketentuan pasal 271
Rv, penggugat di depan siding telah menyatakan bahwa tergugat telah melunasi
hutangnya dan biaya perkara dibebankan kepada pihak yang mencabut gugatan.
3. Hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk mencabut perkara nomor:
004/Pdt.GS/2018/PASmg berdasarkan bukti dan dalil-dalil pemohon, serta
berdasarkan pertimbangan ketentuan pasal 271 Rv, dan pemeriksaan perkara ini
dinyatakan selesai karena dicabut. Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus
telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, penggugat dibebankan untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp. 291.000,-(dua ratus Sembilan puluh satu ribu
rupiah); Hakim memerintahkan panitera untuk mencatat pencabutan perkara tersebut
dalam register perkara.
B. Rekomendasi
Untuk tergugat, Ketika mendapat fasilitas pembiayaan dan sudah tertuang dalam
akad pembiayaan Nomor ; 2700/BPRS-MHS/MRA/IX2015 bertangga 11 september
2015, seharusnya tergugat tidak lalai dalam hal pengembaliaannya karena sudah ada
perjanjiaan yang disepakatai dalam hal sistem pengembaliannya/sistem pelunasan
tersebut, jika lalai dalam hal pelunasan atau ingkar janji (wanprestasi) itu dapat
merugikan penggugat.
Untuk putusan PA Nomor 0004/Pdt.GS/2018/A.smg, menurut saya sudah adil dan
tidak ada yang perlu direkomendasikan lagi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Putusan
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/
f1d61f86f80dd053a420ec8bb675afd7.html
B. Daftar Hadir PPL