Disusun oleh :
JAKARTA
1444 H/2022 M
Analisis Yurisprudensi
A. Kasus Posisi
Famela Dwinta Sari, perempuan, umur 33 Tahun, status kawin, pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil, Agama Islam, kewarganegaraan Indonesia, dengan alamat Jalan Gatot
Subroto, RT. 001/ RW. 003, Kelurahan Rimba Sekampung, Kecamatan Bengkalis,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, NIK 1403014404871388,, dalam hal ini memberikan
kuasa kepada FEDRIAL YURMAN, S.H., M.H., Adalah Advokat / Pengacara pada
Kantor DHU AL- FAQAR LAW OFFICE yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 40,
Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru, yang terdaftar
dikepaniteraan Pengadilan Agama Pekanbaru dengan Nomor Regiter 105 /2020 tanggal 25
Februari 2020, selanjutnya disebut PENGGUGAT.
Melawan
PT. Maybank Indonesia Finance Kantor Cabang Pekanbaru yang beralamat Jalan
Arifin Ahmad No. 45 Kelurahan Sidomulyo Timur, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota
Pekanbaru, Provinsi Riau, selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.
konvensional
5. Bahwa praktek yang dilakukan oleh Tergugat telah bertentangan dengan ketentuan
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah,
poin pertama angka 4 dan angka 9 yakni sebagai berikut ;
a) Angka 4 ; “Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba”.
b) Angka 9 ; “Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, menjadi milik bank”.
Dwinta Sari yang mana seluruh fasilitas pembiayaan tersebut telah disepakati bersama
dan berlaku serta mengikat dan patut dihormati antara Debitur (Penggugat) dengan
Kreditur (Tergugat) selayaknya undang-undang (pacta sunt servanda)
4. Bahwa tindakan Penggugat yang demikian beritikad buruk telah melanggar kewajiban
Penggugat sebagai umat islam yang konsisten menjalankan hukum syariah dan
mencederai secara dzolim hak Tergugat yang telah membantu membiayai Penggugat
dalam pembelian unit kendaraan pada Akad Pembiayaan Murabahah No.
57390190063.
Pertimbangan Hukum
Dalam pokok perkara (gugatan penggugat)
Menimbang, bahwa dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pada pasal 116 ayat (2)
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ditegaskan bahwa penjual harus membeli barang
yang diperlukan pembeli atas nama penjual sendiri dan pembelian ini harus bebas riba.
Kemudian pada pasal 119 ditegaskan apabila penjual hendak mewakilkan kepada
pembeli untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang secara prinsip sudah menjadi milik penjual.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu menjelaskan praktek akad Murabahah dalam
perbankan Syariah, yang kesemuanya dapat dibagi kepada tiga katagori besar yaitu,
1. Tipe Pertama
Penerapan Murabahah adalah tipe Konsisten Dalam tipe ini bank membeli dahulu
barang yang akan dibeli oleh nasabah setelah ada perjanjian sebelumnya. Setelah
barang dibeli atas nama bank kemudian dijual kepada nasabah dengan harga
perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan. Pembelian dapat
dilakukan secara tunai (cash) atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu;
2. Tipe Kedua
Tipe kedua mirip dengan tipe pertama, tapi perpindahan kepemilikkan langsung dari
supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan bank langsung kepada
penjual pertama/suplier, nasabah selaku pembeli akhir menerima barang setelah
sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank. Pembelian dapat
dilakukan secara tunai (cash) atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada
waktu tertentu;
3. Tipe Ketiga
Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah. Bank melakukan
perjanjian Murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad
wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Dana
lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangani tanda terima uang.
Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa
nasabah tidak berhutang kepada Bank karena tidak menerima uang sebagai sarana
pinjaman (Dr..H.M Amran Suadi, SH, M.Hum, M.M.; Penyelesaian Sengketa
Ekonomi Penemuan dan Kaedah Hukum ;2018,h.196-198; Prenadamedia Group)
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta Penggugat dan Tergugat tersebut di atas dan
dikaitkan peraturan perundang undangan yang berlaku terbukti bahwa Tergugat meminta
Penggugat (nasabah) untuk membayarkan uang muka (urbun/Down Paymen) pada saat
awal pemesanan barang oleh Penggugat (nasabah) sebesar Rp.72.000.000,- (tujuh puluh
dua juta rupiah) yang ditranfer langsung oleh Penggugat kepada PT Kartajaya Utama P
(Showroom Honda Sukarno Hatta) dan Tergugat (PT Maybank Indonesia Finance) telah
melunasi harga pembelian mobil tersebut sebesar Rp 216.781.950,-(dua ratus enam belas
juta tujuh ratus delapan puluh satu ribu sembilan ratus lima puluh rupiah) kepada PT
Kartajaya Utama P (Showroom Honda sukarno Hatta);
Menimbang, bahwa Tergugat (PT Maybank Indonesia Finance) telah melunasi harga
beli sebesar Rp 216.781.950,- (dua ratus enam belas juta tujuh ratus delapan puluh satu
ribu sembilan ratus lima puluh rupiah) kepada kepada PT Kartajaya Utama P (Showroom
Honda Sukarno Hatta) dan uang pelunasan tersebut yang dijadikan Akad Pembiayaan
Murabahah No. 57390190063 tanggal 09 Juli 2019 antara Penggugat dengan Tergugat
untuk pembelian kendaraan roda empat Merek Honda BRV 1,5 Prestige CVT, SUV
Tahun Pembuatan 2018, Nomor Polisi BM 1412 EM atas nama Famela Dwinta Sari
dengan Margin yang disepakati sebesar Rp.61.618.050.,00(enam pulus satu juta enam
ratus delapan belas ribu lima puluh rupiah), oleh karena itu majelis hakim berpendapat
proses pembiayaan murabahah antara Peggugat dengan Tergugat telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku serta Prinsip prinspi Syariah;
Menimbang, bahwa Akad Pembiayaan Murabahah No. 57390190063 tanggal 09 Juli
2019 antara Penggugat dengan Tergugat telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku serta Prinsip prinspi Syariah oleh karenanya Majelis
Hakim menetapkan Akad Pembiayaan Murabahah No. 57390190063 tanggal 09 Juli
2019, adalah sah dan mengikat Penggugat dan Tergugat serta berlaku sebagai Undang-
Undang;
B. Analisis Putusan
Dalam Eksepsi Tergugat tentang Kewenangan Mengadili (Kompetensi Absolut)
Dalam amar putusan, Pengadilan Agama menolak eksepsi tergugat bahwa
Pengadilan Agama berhak mengadili perkara ini, Sedangkan dalam Perjanjian kedua
belah pihak telah sepakat bersama-sama untuk menyelesaikan sengketa di Badan
Arbitrase Syariah (Basyarnas).
Lalu perkara ini dibawa oleh Penggugat ke Pengadilan Tinggi Pekanbaru dan
dalam amar putusannya, PTA membatalkan putusan PA bahwa PA tidak berwewenang
mengadili perkara ini karena secara kewenangan perkara ini harus diselesaikan di
Basyarnas.
Selanjutnya, Penggugat mengajukan Kasasi di MA, dan disini MA membatalkan
putusan PTA dan menyatakan bahwa PA berhak mengadili perkara sengketa akad
Murabahah ini.
Jika dilihat dalam perjanjian di awal, para pihak telah menentukan Forum
Penyelesaian (choice of forum) yakni di Basyarnas, maka hal ini meniadakan kewajiban
yang lain untuk menyelesaikan perkara tersebut dalam hal ini Pengadilan Agama
walaupun Pengadilan Agama dalam Pasal 49 UU PA dijelaskan bahwa Pengadilan
Agama berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang yang telah ditentukan.
Hal ini dibuktikan dalam jawaban tergugat bahwa terdapat klausul Arbitrase dalam
kontrak akad murabahah yang dimana kesepakatan tersebut diatas tercantum pada angka
22 Akad Pembiayaan Murabahah No. 57390190063 yang berbunyi :
“Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atau penafsiran atas hal-hal yang tercantum
di dalam akad ini atau terjadi perselisihan atau sengketa dalam pelaksanaannya, para
pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat. Apabila
musyawarah untuk mufakat telah diupayakan namun perbedaan pendapat atau
penafsiran, perselisihan atau sengketa tidak dapat diselesaikan oleh para pihak, maka
para pihak bersepakat dan dengan ini berjanji serta mengikatkan diri satu terhadap yang
lain, untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional menurut
prosedur beracara yang berlaku didalam Badan Arbitraase tersebut.”
Oleh karenanya sesuai dengan yang telah disepakati, bahwa apabila terjadi
perselisihan maka untuk diselesaikan pada Badan Arbitrase Syariah Nasional, sehingga
kesepakatan tersebut secara mutatis mutandis menjadi kewenangan absolut Badan
Arbitrase dan bukan pada Peradilan umum.
Eksistensi Klausul Arbitrase (Clausul Arbitration) atau disebut juga dengan
Pactum de comptromittendo (Kesepakatan di awal perjanjian) bahwa dalam perjanjian
telah memberikan kewenangan kepada Badan Arbitrase untuk menyelesaikan perkara.
Dan hal ini diatur dalam Pasal 7 UU No. 30 Tahun 1999 (UU Arbitrase) Bahwa Para
pihak dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi antara mereka
untuk diselesaikan melalui arbitrase.
Selanjutnya, Dengan dicantumnya dalam Akad, artinya sebuah akad harus dipatuhi
layaknya seperti Undang-undang (Pact sunt Servanda) sehingga langkah Pengadilan
Tinggi Agama Pekanbaru sudah benar dalam menerapkan hukum bahwa pengadilan
agama tidak berwewenang mengadili perkara tersebut.
Jika dilihat dalam Pertimbangan hakim PTA Pekanbaru bahwa ada Dessenting
Opinion antara Ketua majelis dengan anggota nya dalam hal ini Hakim Ketua Majelis
berbeda pendapat tentang format amar mengadili sendiri yang menyatakan dalam pokok
perkara bahwa “ Pengadilan Agama Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara ini”,
dimana sebenarnya merupakan jawaban terhadap “dalam eksepsi “ yang mengabulkan
Eksepsi Tergugat”
Bahwa sesuai dengan pendapat Hukum M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya
Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan “halaman 889 yang menyebutkan bahwa “Apabila Hakim
berhadapan dengan kasus perkara yang secara absolut atau relative berada diluar
yurisdiksinya, dia harus menjatuhkan putusan yang berisi amar : - tidak berwenang
mengadili, dan - menyatakan gugatan tidak dapat diterima”.
C. Kesimpulan
Putusan Pengadilan Agama Pekanbaru No. 407/Pdt.G/2020/PA.Pbr tanggal 09 Juli
2019 adalah Gugatan Pembatalan Akad Murabahah antara Nasabah yakni Famela
Dwinta Sari selaku Penggugat melawam PT. Maybank Indonesia Finance Kantor
Cabang Pekanbaru selaku Tergugat. Adapun yang digugat adalah akad pembiayaan
Murabahah No. 57390190063 tanggal 09 Juli 2019 dengan objek Data Kendaraan
honda-brv-1.5 prestige cvt.suv 2018/lunar silver metalic yang akan dibayar dalam
jangka waktu 60 bulan dengen angsuran sebesar Rp. 4.640.000,- (empat juta enam ratus
empat puluh ribu rupiah) per bulan.
Majelis Hakim PA dalam pertimbangannya menolak gugatan penggugat dan juga
menolak eksepsi tergugat bahwa PA berhak menerima dan mengadili perkara tersebut
walaupun ada klausula arbitrase yang secara mutatis mutandis menjadi kewenangan
absolut Badan Arbitrase dan bukan pada Peradilan umum. Dan dalam hal ini, Majelis
hakim tidak menyebutkan alasan pertimbangan dalam menolak eksepsi tergugat
tersebut.
D. Kaidah Hukum
Dikutip dari legal opinion M. Yahya Harahap, S.H. dalam bukunya bahwa apabila
Hakim berhadapan dengan kasus perkara yang secara absolut atau relative berada
diluar yurisdiksinya, dia harus menjatuhkan putusan yang berisi amar : - tidak
berwenang mengadili, dan - menyatakan gugatan tidak dapat diterima sehingga
seluruh isi perkara baik gugatan penggugat atau gugatan tergugat (rekonvensi)
termasuk keberatan-keberatan yang diajukan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke
verklaard).