Anda di halaman 1dari 7

LEGAL OPINION WANPRESTASI PADA PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI BANK

SYARIAH

NAMA :VENATHA TANOTO

NRP : 233222033

KELAS : B

FAKULTAS HUKUM

MAGISTER KENOTARIATAN

2023
LEGAL OPINION

A. Posisi Kasus

Bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( BPRS ) Buana Mitra Perwira sebagai
Penggugat mengajukan gugatan sengketa Ekonomi Syari’ah dan melayangkan gugatan
terhadap Tuan Pujadi Hadi Saputro sebagai Tergugat I dan Nyonya Hartati sebagai Tergugat
II, Berikut adalah fakta hukum yang dapat dikemukakan:
1. Bahwa pada tanggal 18 Oktober 2010, Tergugat I atas persetujuan Tergugat II dengan
Penggugat telah terikat akad pembiayaan musyarakah nomor: 55/064 - 1/10 / 1 0
2. Bahwa pada tanggal 18 Oktober 2010, Tergugat I dan Tergugat II telah menerima
pemberian modal / pembiayaan musyarakah sebesar Rp 60.000.000,- (enam puluh juta
rupiah) dari Penggugat untuk keperluan modal usaha dagang pakaian.
3. Bahwa jangka waktu penggunaan modal oleh para Tergugat adalah 9 bulan terhitung
sejak penandatanganan perjanjian ini pada tanggal 18 Oktober 2010 sampai 18 Juli
2011.
4. Bahwa Tergugat dalam perjalanannya telah menunggak angsuran.
5. Bahwa Penggugat telah memberikan kesempatan, namun hingga gugatan ini diajukan
para Tergugat tidak menyelesaikan kewajibannya kepada Penggugat.
6. Bahwa Tergugat lalai tidak pernah melakukan bagi hasil (syirkah) pada tiap-tiap
tanggal realisasi pada tiap bulannya kepada Penggugat.
7. Bahwa Tergugat lalai tidak mengembalikan modal sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan dalam akad pembiayaan musyarakah.
8. Bahwa Penggugat berhak untuk menuntut dan menagih pembayaran atas seluruh
modal dan pembagian keuntungan kepada para Tergugat.
9. Bahwa Para Tergugat telah dianggap melakukan perbuatan cidera janji / ingkar janji /
wanprestasi yang merugikan Penggugat.
10. Bahwa Penggugat merasa dirugikan secara materiil yaitu sesuai dengan Akad
Pembiayaan Musyarakah Nomor : 55/064 - 1/10 / 10 tertanggal 18 Oktober 2010 yang
perinciannya pertanggal 20 Juli 2011 dengan total kerugian Rp. 69.023.694,- (enam
puluh Sembilan juta dua puluh tiga ribu rupiah).
11. Bahwa Penggugat melalui kuasa hukumnya melayangkan somasi tertanggal 27Juli
2011, dan atas somasi tersebut Para Tergugat tidak menanggapi.

B. Permasalahan

Bahwa setelah melihat fakta hukum diatas maka isu hukum yang dapat diambil adalah
:
1. Telah terjadi wanprestasi ( suatu keadaan dimana debitor lalai atau tidak dapat
memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian) oleh Tuan Pujadi
Hadi Saputro sebagai Tergugat I dan Nyonya Hartati sebagai Tergugat II yang
merupakan nasabah yang berhutang kepada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( BPRS
) Buana Mitra Perwira sebagai selaku kreditor atau pihakyang memberi pinjaman.
2. Tuan Pujadi Hadi Saputro sebagai Tergugat I dan Nyonya Hartati sebagai Tergugat II
yang merupakan nasabah yang berhutang berkewajiban mengembalikan modal sesuai
dengan jadwal dan wajib bagi hasil (syirkah) pada tiap-tiap tanggal realisasi pada tiap
bulannya kepada Penggugat.

1. Apakah para Tergugat melakukan wanprestasi ?


2. Apa hak dan kewajiban para pihak dalam akad pemniayaan musyarakah?
3. Bagaimana cara menyelesaikan sengketa perbankan syari’ah ?

C. Aturan Hukum
Dengan melihat alat bukti yang dikemukakan diatas maka dasar hukum yang kuat
untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah :
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
1. Pasal 1238 KUHPerdata : Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau
dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri,
ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.
2. Pasal 1239 KUHPerdata : tentang wanprestasi, apabila si berutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga.
3. Pasal 1240 KUHPerdata: Dalam pada itu Si berpiutang berhak menuntut akan
penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan, dan
bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh menghapuskan segala
sesuatu yang telah dibuat diatas biaya siberutang; dengan tak mengurangi hak menuntut
penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.
4. Pasal 1242 KUHPerdata : Jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat sesuatu, maka
pihak yang manapun jika yang berbuat berlawanan dengan perikatan, karena
pelanggaran itu dank arena itu pun saja, wajiblah ia akan penggantian biaya, rugi, dan
bunga.
5. Pasal 1243 KUHPerdata: Kewajiban berhutang membayar penggantian biaya, rugi, dan
bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si
berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau
jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat
dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.
6. Pasal 1247 KUHPerdata : Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan
bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan
dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu-daya
yang dilakukan olehnya.
Berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah :
1. Pasal 21 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Setiap akad wajib dilaksanakan oleh
para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan
pada saat sama terhindar dari cidera janji.
2. Pasal 36 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak yang berhutang melakukan apa
yang dijanjikannya tetapi terlambat.
3. Pasal 37 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak berutang dalam akad melakukan
ingkar janji, apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah
dinyatakan ingkar janji atau demi perjanjiannya sendiri menetapkan, bahwa pihak
dalam akad harus dianggap ingkar janji dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
4. Pasal 38 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak berutang dalam akad yang
melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi membayar ganti rugi, pembatalan akad,
peralihan resiko, denda atau membayar denda perkara.
5. Pasal 39 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Sanksi pembayaran ganti rugi dapat
dijatuhkan apabila pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa
perbuatan ingkar janji yang dilakukannya tidak dibawah paksaan.

D. Analisis Kasus
Dengan melihat fakta-fakta hukum diatas maka dasar hukum yang digunakan sebagai
alat bukti oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( BPRS ) Buana Mitra Perwira sebagai
Penggugat dengan Tuan Pujadi Hadi Saputro sebagai Tergugat I dan Nyonya Hartati sebagai
Tergugat II adalah bahwa pada tanggal 18 Oktober 2010, Tergugat I atas persetujuan Tergugat
II dengan Penggugat telah terikat akad pembiayaan musyarakah nomor: 55/064 - 1/10 / 1 0.
Dalam perjanjian juga diatur mengenai jangka waktu penggunaan modal oleh para Tergugat
adalah 9 bulan terhitung sejak penandatanganan perjanjian ini pada tanggal 18 Oktober 2010
sampai 18 Juli 2011, dengan pemberian modal / pembiayaan musyarakah sebesar Rp
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) dari Penggugat untuk keperluan modal usaha dagang
pakaian. dalam perjalanannya telah menunggak angsuran. Penggugat telah memberikan
kesempatan, namun hingga gugatan ini diajukan para Tergugat tidak menyelesaikan
kewajibannya kepada Penggugat. Dalam perjalanannya Tergugat juga lalai tidak pernah
melakukan bagi hasil (syirkah) pada tiap-tiap tanggal realisasi pada tiap bulannya kepada
Penggugat.
Dengan melihat alat bukti yang dikemukakan diatas maka dasar hukum yang kuat
untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah :
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
7. Pasal 1238 KUHPerdata : Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau
dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri,
ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.
8. Pasal 1239 KUHPerdata : tentang wanprestasi, apabila si berutang tidak memenuhi
kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga.
9. Pasal 1240 KUHPerdata: Dalam pada itu Si berpiutang berhak menuntut akan
penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan perikatan,
dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh
menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat diatas biaya siberutang;
dengan tak mengurangi hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika
ada alasan untuk itu.
10. Pasal 1242 KUHPerdata : Jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat
sesuatu, maka pihak yang manapun jika yang berbuat berlawanan dengan
perikatan, karena pelanggaran itu dank arena itu pun saja, wajiblah ia akan
penggantian biaya, rugi, dan bunga.
11. Pasal 1243 KUHPerdata: Kewajiban berhutang membayar penggantian biaya,
rugi, dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya.
12. Pasal 1247 KUHPerdata : Si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi
dan bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu
perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan
sesuatu tipu-daya yang dilakukan olehnya.
Berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah :
6. Pasal 21 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Setiap akad wajib dilaksanakan
oleh para pihak sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang
bersangkutan dan pada saat sama terhindar dari cidera janji.
7. Pasal 36 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak yang berhutang
melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
8. Pasal 37 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak berutang dalam akad
melakukan ingkar janji, apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan ingkar janji atau demi perjanjiannya sendiri
menetapkan, bahwa pihak dalam akad harus dianggap ingkar janji dengan
lewatnya waktu yang ditentukan.
9. Pasal 38 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Pihak berutang dalam akad
yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhi sanksi membayar ganti rugi,
pembatalan akad, peralihan resiko, denda atau membayar denda perkara.
10. Pasal 39 Kompilasi Hukum Ekonomi Syar i’ah : Sanksi pembayaran ganti rugi
dapat dijatuhkan apabila pihak yang melakukan ingkar janji tidak dapat
membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji yang dilakukannya tidak dibawah
paksaan.

1. Pengertian wanprestasi
Apabila si berutang (debitor) tidak melakukan apa yang dijanjikannya,
maka dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Ia alpa atau “lalai” atau ingkar
janji. Atau juga ia melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat
sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.1
Apakah wujud dari tidak memenuhi perikatan itu. Wujud dari tidak
memenuhi perikatan itu ada 3 (tiga) macam, yaitu:2
a. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan
b. Debitur terlambat memenuhi perikatan
c. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

1 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1990, hlm. 45


2Sedyo Prayogo , “Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Perjanjian”, Jurnal Pembaharuan Hukum Vol III, No 2 (2016) url: http://jurnal.unissula.ac.id/ hal. 283
2. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Akad Pembiayaan Musyarakah
Penggugat selaku kreditur melalui kuasa hukumnya melayangkan somasi
tertanggal 27Juli 2011, dan atas somasi tersebut Para Tergugat selaku debitur
tidak menanggapi, maka Tergugat selaku debitur dikatakan tidak memenuhi
perikatan. Hak-hak Penggugat selaku kreditur adalah sebagai berikut:3
a. Hak menuntut pemenuhan perikatan (nakomen);
b. Hak menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu bersifat
timbal balik, menuntut pembatalan perikatan (ontbinding);
c. Hak menuntut ganti rugi (schade vergoeding);
d. Hak menuntut pemenuhan perikatan dengan ganti rugi;
e. Hak menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.
Kewajiban Tergugat selaku debitor harus dipenuhi. Sebagai akibat
terjadinya wanprestasi maka debitor harus:4
a. Mengganti kerugian
b. Benda yang dijadikan obyek dari perikatan sejak saat itu dipenuhinya
kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitor.
c. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditor dapat
minta pembatalan (pemutusan) perjanjian.

3. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah


Sedangkan sengketa ekonomi syariah dapat diklasifikasi menjadi 3
(tiga), yaitu:5
1. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga keuangan dan
lembaga pembiayaan syariah dengan nasabahnya.
2. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga keuangan dengan
pembiayaan syariah.
3. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara orang-orang yang
beragama Islam, yang mana akad perjanjiannya disebutkan dengan
tegas bahwa kegiatan usaha yang dilakukan adalah berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
4. Mekanisme Proses Pemeriksaan Ekonomi Syariah di Pengadilan
Agama.

E. Konklusi

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat saya simpulkan telah terjadi


wanprestasi atas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( BPRS ) Buana Mitra Perwira
sebagai Penggugat oleh Tuan Pujadi Hadi Saputro sebagai Tergugat I dan Nyonya
3
Sedyo Prayogo , “Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Perjanjian”, Jurnal Pembaharuan Hukum Vol III, No 2 (2016) url: http://jurnal.unissula.ac.id/ hal. 284
4 Purwahid Patrik, Dasar-dasarHukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 11.
5
Ahmad , “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah Di Pengadilan Agama”, Jurnal Kajian
Hukum Dan Keadilan IUS (2014), url: http://media.neliti.com/ hal. 481
Hartati sebagai Tergugat II yang tidak melakukan kewajiban (prestasi) dalam
pengembalian modal melampaui jangka waktu yang telah disepakati dan tidak
pernah melakukan bagi hasil (syirkah) pada tiap-tiap tanggal realisasi pada tiap
bulannya kepada Penggugat. Sesuai dengan dasar hukum pasal 1239 KUHperdata,
Tergugat berkewajiban mengganti rugi secara materiil yaitu sesuai dengan Akad
Pembiayaan Musyarakah Nomor : 55/064 - 1/10 / 10 tertanggal 18 Oktober 2010
yang perinciannya pertanggal 20 Juli 2011 dengan total kerugian Rp. 69.023.694,-
(enam puluh Sembilan juta dua puluh tiga ribu rupiah).

Anda mungkin juga menyukai