Anda di halaman 1dari 30

Berakhirnya Kontrak

Velliana Tanaya
Grace I. Darmawan
 Berakhirnya kontrak  selesai atau hapusnya
sebuah kontrak yg dibuat oleh para pihak.

 Cara berakhirnya kontrak berdasarkan KUH


Perdata  Pasal 1381 KUH Perdata.
Garis Besar Hapusnya Perikatan
(KUH Perdata)
1.Pemenuhan perikatan (pembayaran, penawaran pembayaran
tunai dengan penitipan, pembaharuan utang).
2.Terjadi peristiwa perdata yg menghapuskan kewajiban para
pihak (perjumpaan utang, percampuran utang).
3.Perbuatan hukum yg menghapuskan kewajiban debitor
(pembebasan utang oleh kreditor).
4.Musnahnya objek dlm perikatan (kebendaan yg harus
diserahkan)
5.Tidak terpenuhi syarat sah perjanjian.
6.Terpenuhi syarat batal dlm perjanjian.
7.Lewat waktu/daluwarsa.
Cara Berakhirnya Kontrak
(Pasal 1381 KUH Perdata)

1. Pembayaran 6. Pembebasan utang


2. Konsinyasi 7. Musnahnya barang terutang
3. Novasi 8. Kebatalan atau pembatalan
4. Kompensasi 9. Berlaku syarat batal
5. Percampuran utang 10. Jangka waktu kontrak
berakhir
Cara Berakhirnya Kontrak
(Dalam Praktik)
1. Jangka waktunya berakhir
2. Dilaksanakan objek perjanjian
3. Kesepakatan kedua belah pihak
4. Pemutusan kontrak secara sepihak
5. Putusan pengadilan
1. Pembayaran
• Diatur dlm Pasal 1382-1403 KUH Perdata.
• Arti  pemenuhan perjanjian secara sukarela.
• Pengertian sempit  pembayaran dengan bentuk uang
atau barang
• Pengertian yuridis  tidak hanya uang atau barang tapi
juga jasa.
• Siapa yg berwenang • Siapa yg berhak menerima
melakukan pembayaran pembayaran (1385 KUH
(1382 KUH Perdata)? Perdata)?
1. Debitor yg berkepentingan 1. Kreditor
langsung 2. Orang yg menerima kuasa
2. Penjamin dari kreditor
3. Orang ketiga yg bertindak 3. Orang yg telah ditunjuk hakim
atas nama debitor 4. Orang yg berhak menurut UU
• Bagaimana jika debitor melakukan pembayaran kepada orang
yg tidak berwenang (1387 KUH Perdata)?
1. Pembayaran dianggap tidak sah;
2. Pembayaran dapat dibatalkan;
3. Pembayaran bisa dianggap sah dan berharga jika debitor dapat
membuktikan bahwa pembayaran tsb benar-benar menolong
dan bermanfaat bagi kreditor.
• Objek pembayaran  lihat Pasal 1389-1391 KUH Perdata.
• Intinya  tergantung dari sifat dan isi perjanjian yg dibuat antara
kreditor dengan debitor.
• Tempat pembayaran (1393 KUH Perdata):
1. Sesuai yg diperjanjikan (pada dasarnya).
2. Kalau tidak ditetapkan, maka berlaku:
a. Tempat barang berada waktu perjanjian dibuat.
b. Tempat tinggal kreditor  kreditor harus secara terus menerus
berdiam dan bertempat tinggal di tempat tsb.
c. Tempat tinggal debitor.
Bersifat fakultatif  para pihak boleh memilih salah satu dari ketiga
tempat di atas.
• Biaya dan bukti pembayaran (Pasal 1395 KUH Perdata).
• Debitor:
 Menanggung biaya pembayaran.
 Menerima tanda bukti pembayaran dari kreditor.
Subrogasi
• Pasal 1400 KUH Perdata  “penggantian kedudukan pihak ketiga
dlm perjanjian karena pembayaran oleh pihak ketiga atas utang
debitor kepada pihak kreditor”.
• Tujuan  memperkuat posisi pihak III.
• Inti  beralihnya hak tuntutan dan kedudukan kreditor kepada pihak
III.
• Contoh: Amir (debitor) meminjam uang sebesar Rp.500rb dari Budi
(kreditor). Sintia (pihak III) kemudian membayarkan utang Amir tsb
kepada Budi. Posisinya sekarang  Sintia menjadi kreditor dan Amir
tetap debitor.
• Metode subrogasi:
1. Perjanjian:
a. Apabila kreditor menetapkan bahwa pihak III yg membayar
kepadanya akan menggantikan gugatan-gugatannya, hak-
hak istimewanya dan hipotek yg dipunyainya (kreditor) thd
debitor (yg sebenarnya).
Tidak memerlukan akta otentik, cukup dengan kwitansi atau
tanda terima.
Pengusul subrogasi: kreditor.
b. Debitor meminjam uang dari pihak III untuk melunasi
utang ke kreditor, dan menetapkan pihak III akan
menggantikan hak-hak kreditor (yg lama).
Harus dibuat akta otentik yg menyatakan bahwa uang
yg dipinjam dari pihak III dipakai untuk melunasi
utang, dan selanjutnya dlm tanda terima pelunasan
utang ditulis uang yg dipakai adalah dipinjami
oleh pihak III.
Pengusul subrogasi: debitor.
Lihat Pasal 1401 KUH Perdata.
2. Undang-undang
Inti  jika seseorang membayar utang orang lain maka
belum terjadi subrogasi, kecuali diperjanjikan atau
ditentukan oleh Undang-Undang.
Lihat Pasal 1402 KUH Perdata.
2. Konsinyasi
• Diatur dlm Pasal 1404 s/d 1412 KUH Perdata.
• 2 hal pokok dlm konsinyasi:
1. Konsinyasi/Consignatie  Penitipan uang atau barang pada
pengadilan guna pembayaran satu utang. Penawaran pembayaran
yg disusul dengan penitipan pada pengadilan membebaskan debitor
asal dilakukan dengan cara-cara yg sah menurut Undang-Undang.
2. Aanbod Van Gereede Betaling  penawaran pembayaran utang 
konsinyasi hanya mungkin dilakukan pada perikatan untuk membayar
sejumlah uang atau menyerahkan barang-barang bergerak.
• Metode konsinyasi:
1. Penawaran kepada kreditor
Syarat sah penawaran (1405 KUH Perdata):
 Penawaran harus dilakukan kepada kreditor atau kuasanya.
 Dilakukan oleh orang yg berwenang melakukan
pembayaran.
 Penawarah harus meliputi:
o Seluruh uang pokok.
o Bunga.
o Biaya yg telah ditetapkan.
o Uang untuk biaya yg belum ditetapkan.
 Ketetapan waktunya telah tiba jika dibuat untuk kepentingan
kreditor.
 Untuk perikatan dengan syarat tangguh  bila syarat
sudah dipenuhi.
 Penawaran harus dilakukan di tempat di mana
menurut persetujuan pembayaran harus dilakukan.
Jika tidak ada persetujuan khusus  penawaran
harus ditujukan kepada kreditor pribadi atau tempat
tinggal sesungguhnya atau tempat tinggal yg telah
dipilih kreditor.
 Penawaran itu dilakukan oleh seorang notaris atau
juru sita, keduanya disertai 2 orang saksi.
 Dengan diterimanya penawaran pembayaran,
maka telah terjadi pembayaran, akan tetapi jika
penawaran pembayaran tidak diterima, maka debitor
dapat menitipkan apa yg ditawarkan.
2. Penitipan pada Pengadilan (1406 KUH Perdata)
 Sebelum penitipan, kreditor harus diberitahukan
tentang hari, jam dan tempat di mana barang yg
ditawarkan akan disimpan.
 Debitor telah melepas barang yg ditawarkan dengan
menitipkannya kepada kas penyimpanan atau penitipan
di Kepaniteraan Pengadilan (akan mengadilinya jika
terjadi perselisihan), disertai bunga sampai pada hari
penitipan.
 Oleh notaris atau juru sita, keduanya disertai 2 orang
saksi, dibuat sepucuk surat pemberitahuan, yg
menerangkan wujudnya mata uang yg ditawarkan,
penolakan kreditor atau bahwa ia tidak datang untuk
menerimanya dan akhirnya tentang penyimpanannya
sendiri.
Prosedur Konsinyasi (Pedoman Teknis
Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata
Umum Buku II Edisi 2007)
a. Yang berutang mengajukan permohonan tentang
penawaran pembayaran dan penitipan tsb ke PN yg
meliputi tempat di mana persetujuan pembayaran harus
dilakukan (debitor sebagai pemohon dan kreditor sebagai
termohon).
b. Dalam hal tidak ada persetujuan tsb pada sub a, maka
permohonan diajukan ke PN di mana termohon
(si berpiutang pribadi) bertempat tinggal atau tempat
tinggal yg dipilihnya.
c. Permohonan konsinyasi didaftar dlm register permohonan.
d. Ketua PN memerintahkan juru sita PN dengan disertai 2
orang saksi, dituangkan dlm surat penetapan untuk
melakukan penawaran pembayaran kepada si berpiutang
pribadi di tempat tinggal atau di tempat tinggal pilihannya.
e. Juru sita dengan disertai 2 orang saksi menjalankan perintah
Ketua PN tsb dan dituangkan dlm Berita Acara tentang
pernyataan kesediaan untuk membayar (aanbod van
gereede betaling).
f. Juru sita membuat berita acara pemberitahuan karena pihak
berpiutang menolak pembayaran, uang tsb akan dilakukan
penyimpanan (konsinyasi) di kas kepaniteraan PN yg akan
dilakukan pada hari, tanggal dan jam yg telah ditentukan dlm
berita acara tsb.
g. Pada waktu yg telah ditentukan, juru sita dengan disertai 2
orang saksi menyerahkan uang tsb kepada panitera PN
dengan menyebutkan jumlah dan rincian uangnya untuk
disimpan dlm kas Kepaniteraan PN sebagai uang
konsinyasi.
h. Agar supaya pernyataan kesediaan untuk membayar yg
diikuti dengan penyimpanan tsb sah dan berharga, harus
diikuti dengan pengajuan permohonan oleh si berutang
thd berpiutang sebagai termohon kepada PN, dengan
petitum:
i. Menyatakan sah dan berharga penawaran pembayaran dan
penitipan sebagai konsinyasi.
j. Menghukum pemohon membayar biaya perkara.
• Akibat hukum konsinyasi:
o Konsinyasi adalah pembayaran yg membebaskan debitor
dari perikatan.
o Pembebasan tsb mengakibatkan:
 Debitor dapat menolak tuntutan pemenuhan prestasi, ganti
rugi atau pembatalan perjanjian timbal balik dari
kreditor dengan mengemukakan adanya konsinyasi.
 Debitor tidak lagi berutang bunga, sejak hari penitipan.
 Sejak penitipan kreditor menanggung risiko atas barangnya.
 Pada persetujuan timbal balik, debitor dapat menuntut
prestasi kreditor.
3. Novasi
• Diatur dlm Pasal 1413 s/d 1424 KUH Perdata.
• 3 cara melakukan novasi:
1. Debitor membuat perikatan utang baru guna orang yg
mengutangkannya, di mana menggantikan utang lama yg dihapuskan
karenanya  Novasi Objektif.
2. Debitor baru ditunjuk untuk menggantikan debitor lama, yg oleh
kreditor dibebaskan dari perikatannya  Novasi Subjektif Pasif.
3. Akibat suatu perjanjian baru, kreditor baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditor lama, thd siapa si debitor dibebaskan dari
perikatannya  Novasi Subjektif Pasif.
• Novasi dilakukan dengan akta dan merupakan perundingan segi 3.
• Akibat novasi  Pasal 1418 KUH Perdata.
4. Kompensasi
• Diatur dlm Pasal 1425-1435 KUH Perdata.
• Penghapusan utang dengan jalan memperjumpakan atau
memperhitungkan utang piutang secara timbal balik antara debitor dan
kreditor (1425 KUH Perdata).
• Syarat kompensasi:
 Berpokok pada sejumlah uang, atau
 Berpokok pada barang yg dapat dihabiskan dari jenis yg sama, atau
 Dapat ditetapkan dan ditagih seketika.
• Kompensasi tidak terjadi demi hukum, tetapi harus diajukan atau
diminta oleh pihak yg berkepentingan.
• Larangan kompensasi  Pasal 1429 KUH Perdata.
5. Percampuran Utang
• Apabila kedudukan debitor dan kreditor berkumpul pada satu
orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran utang
dengan mana utang piutang dihapuskan.
• Percampuran utang yg terjadi pada debitor utama berlaku juga
untuk keuntungan para penanggung utangnya.
• Percampuran pada penanggung utang tidak mengakibatkan
hapusnya utang pokok.
6. Pembebasan Utang
• Apabila kreditor dengan tegas menyatakan tidak menghendaki
lagi prestasi dari debitor dan melepaskan haknya atas pembayaran
dan pemenuhan perjanjian.
• Pembebasan utang tidak boleh dipersangkakan, tetapi harus
dibuktikan.

7. Musnahnya Objek Perjanjian


• Pasal 1444-1445 KUH Perdata.
• Jika objek perjanjian musnah, maka hapuslah perjanjian, asal
objek tsb musnah atau hilang di luar kesalahan debitor dan
sebelum debitor lalai menyerahkannya.
8. Pembatalan
• Pasal 1446-1456 KUH Perdata.
• Yang dimaksud “batal demi hukum” di dlm Pasal 1446 KUH
Perdata adalah “dapat dibatalkan”.
• Pasal 1446 mengatur pembatalan perjanjian-perjanjian yg dapat
dimintakan karena tidak memenuhi syarat subjektif.
• 2 cara pembatalan perjanjian karena kurangnya syarat subjektif:
1. Secara aktif di depan hakim  batas waktunya adalah 5 tahun
(lihat Pasal 1454 KUH Perdata);
2. Menunggu sampai digugat baru mengajukan kekurangan
perjanjian  tidak ada batas waktu.
• Apabila pihak yg dirugikan sudah “menerima baik” kekurangan
atau perbuatan yg merugikannya tsb, maka dianggap sudah
melepaskan haknya untuk meminta pembatalan  Hakim
tidak akan menerima permintaan pembatalan.
9. Berlaku Syarat Batal
• Lihat ketentuan mengenai perjanjian bersyarat.
• Perikatan yg dilahirkan akan berakhir apabila peristiwa yg
dimaksud terjadi.
• Syarat batal  suatu syarat apabila dipenuhi, menghentikan
perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan
semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian (1265 KUH
Perdata).
10. Lewatnya Waktu/Daluwarsa
• Daluwarsa  upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk
dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu
tertentu dan atas syarat-syarat yg ditentukan oleh Undang-
undang (Pasal 1946 KUH Perdata).
a. Daluwarsa “acquisitif”  daluwarsa untuk memperoleh hak milik
atas suatu barang.
b. Daluwarsa “extinctif”  daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu
perikatan.
• Biasanya dlm sebuah kontrak terdapat tanggal berakhirnya
kontrak  para pihak tahu kapan berakhirnya kontrak tsb tanpa
perlu diberitahu.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai