Anda di halaman 1dari 4

B.

SUBROGASI
1. PENGERTIAN SUBROGASI
Subrogasi adalah pembayaran/ penggantian hak-hak kreditur yang dilakukan oleh
pihak ketiga kepada kreditur, baik secara langsung, maupun tidak langsung, yaitu melalui
debitur yang meminjam uang dari pihak ketiga. Atau bisa juga disebut Hubungan
hukumnya antara kreditur dan pihak ketiga

2. Unsur- unsur Subrogasi


1.      Adanya perpindahan hak kreditur
2.      Pihak ketiga
3.      Pihak ketiga yang membayar kepada kreditur

3. Sumber Hukum
KUH PERDATA pasal 1400 – 1403
Pasal 1400, di mana subrogasi ini dapat terjadi, baik karena perjanjian, maupun karena
undang-undang.
Berdasarkan Pasal 1401, suatu subrograsi yang terjadi karena perjanjian ada 2
kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah apabila si kreditor menerima pembayaran dari
pihak ketiga dan secara tegas menentukan bahwa orang ini akan menggantikan hak-
hak kreditor kepada debitor untuk menggugat, termasuk juga hak-hak istimewa maupun
hipotiknya terhadap debitor. Selain itu, subrograsi ini harus dibayarkan tepat waktu.
Kemungkinan kedua adalah apabila debitor meminjam uang kepada pihak ketiga untuk
melunasi utangutangnya kepada kreditor dan menyatakan bahwa pihak ketiga ini akan
menggantikan hak-hak kreditor terhadap debitor.
Subrogasi ini adalah sah apabila perjanjian pinjam uang dan tanda pelunasan
harus dibuat dengan akta otentik. Dalam perjanjian pinjam-meminjam uang yang dibuat
tersebut harus dinyatakan bahwa uang yang dipinjam tersebut digunakan untuk melunasi
utang debitor kepada kreditor. Kemudian dalam tanda pelunasan utang debitor terhadap
kreditor bahwa pembayaran utang tersebut dilakukan dengan menggunakan uang
yang dipinjam dari pihak ketiga sebagai kreditor baru.
Berdasarkan Pasal 1402 , subrograsi juga dapat terjadi karena undang-undang, di
mana subrograsi dapat terjadi tanpa perlu dilakukan perjanjian antara pihak ketiga dengan
kreditor yang lama, maupun antara pihak ketiga dengan debitor.
Pasal ini menyatakan bahwa jika seorang kreditor pemegang hipotik yang kedua melunasi
piutang kreditor yang merupakan pemegang hipotik kedua, maka dengan kedudukan
pemegang hipotik kedua menggantikan pemegang hipotik pertama karena telah terjadi
subrogasi.
Demikian juga apabila seorang pembeli benda tidak bergerak yang dibebani
hipotik, menggunakan uang pembayaran harga benda tersebut untuk melunasi utangnya pada
kreditor pemegang hipotik, di mana telah terjadi subrogasi oleh si pembeli yang
menggantikan kedudukan kreditor pemegang hipotik. Selain itu dalam perikatan tanggung-
menanggung di mana ada beberapa debitor, maka subrogasi dapat terjadi apabila seorang
debitor membayar lunas utang debitor yang lain. Terakhir adalah subrogasi yang dilakukan
oleh seorang ahli waris yang mempunyai hak istimewa untuk melakukan pencatatan warisan
dengan uangnya sendiri, maka ia menggantikan kedudukan kreditor atas harta warisan
tersebut.
Pasal 1403 mengatur bahwa utang debitor hanya dibayar sebagian oleh pihak
ketiga, maka subrogasi tidak menghalangi kreditor yang lama untuk menuntut sisa
pembayaran utang debitor, di mana kedudukan kreditor lama lebih tinggi daripada kreditor
baru terhadap sisa piutang yang belum dibayar.

4. SIFAT SUBROGASI
1)   Subrogasi merupakan Perjanjian yang bersifat Accesoir,dimana perjanjian tersebut ikut
beralih kepada Kreditur Baru mengikuti perjanjian pokoknya;
2)   Dalam Subrogasi,utang piutang yang lama dihapus,untuk kemu- dian dihidupkan lagi
bagi kepentingan Kreditur Baru;
3)   Dalam Subrogasi,Pihak Ketiga membayar kepada Kreditur,De- bitur adalah pihak yang
pasif;
4) Subrogasi tidak mutlak harus menggunakan akta,kecuali bagi Subrogasi yang lahir dari
perjanjian dimana Debitur menerima uang dari pihak ketiga untuk membayar utang-utangnya
kepada Kreditur;
5)   Dalam Subrogasi,Pemberitahu an diperlukan tetapi bukan me – pakan syarat bagi
berlakunya Subrogasi;
6)   Subrogasi harus dinyatakan dengan tegas karena tujuan pihak ketiga membayar kepada
Kreditur adalah untuk menggantikan kedudukan Kreditur Lama sehingga Pihak Ketiga dapat
mem – peroleh hak penuh atas Debitur;
7)    Subrogasi harus dilakukan tepat pada waktu pembayaran
5. SUBJEK DAN OBJEK SUBROGASI
 SUBJEK
1) Dari segi individu (Person) yang menjadi Subjek Subrogasi adalah setiap orang yang
dinyatakan cakap sesuai ketentuan Pasal 1329 KUH Perdata;
2) Para Pihak Yang menjadi subjek Subrogasi terdiri dari :
a) Pihak Berutang atau Debitur;
b) Pihak Berpiutang atau Kreditur;
c) Pihak Ketiga yaitu pihak yang memberikan pinjaman kepada Debitur untuk membayar
utangnya kepada Kreditur sekaligus sebagai pengganti Kreditur Lama.
 OBJEK
1)   Benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud;
2)   Benda tidak bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud

6. JENIS-JENIS SUBROGASI
1)   Subrogasi berdasarkan Perjanjian, terbagi menjadi :
a) Subrogasi atas inisiatif Kreditur;
b) Subrogasi atas inisiatif Debitur
2)   Subrogasi berdasarkan UU.

7. TERJADINYA SUBROGASI
Sesuai dengan definisi KUHPerdata di atas, bahwa cara terjadinya subrogasi itu ada dua,
yakni Persetujuan dan karena Undang-Undang.
1.      Karena persetujuan
Pasal 1401 KUHPerdata menyatakan:
Subrogasi yang terjadi karena persetujuan dapat dipilah menjadi dua, yakni
1. Subrogasi dengan inisiatif atau bantuan kreditur
Dalam subrogasi yang terjadi karena inisiatif dari kreditur maka pernyataan
subrogasi atau peralihak hak-haknya sebagai kreditur lama kepada kreditur baru harus
dinyatakan dengan tegas dan bersamaan dengan waktu pembayaran oleh kreditur baru kepada
kreditur lama. Maksud dinyatakan dengan tegas di sini memang tidak seperti bunyi poin
kedua yang menyatakan dengan akta otentik, namun alangkah lebih baiknya dan sangat
dianjurkan untuk menggunakan perjanjian dalam bentuk tertulis atara kreditur lama dengan
kreditur baru.
2. Subrogasi dengan atau tanpa bantuan kreditus dalam hal ini atas inisiatif dari debitur.
Kemudian untuk subrogasi yang dinyatakan atau diprakarsai tanpa bantuan
kreditur, yang mana dalam hal ini berarti oleh debitur bersama dengan kreditur baru. Maka
harus dibuat perjanjian subrogasi dalam bentuk akta otentik. Kemudian, subrogasi jenis ini
juga akan menimbulkan dua bentuk hubungan hukum yang berbeda. Yang pertama yakni
hubungan pinjam-meminjam antara debitur dengan kreditur baru, perjanjian pinjam-
meminjam ini dibuat dengan akta otentik dan harus memuat ketentuan yang menyatakan
bahwa uang yang dipinjam tersebut akan digunakan untuk melunasi utang kepada kreditur
lama. Kemudian hubungan hukum kedua yakni hubungan hukum antara debitur dengan
kreditur lama dalam bentuk pelunasan utang, perjanjian pelunasan uatang ini juga harus
dibuat dengan akta otentik dan harus diterangkan bahwa uang yang digunakan untuk
melunasi utang tersebut berasal dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur baru kepada
debitur.
2.      Karena Undang – Undang
Subrogasi yang terjadi karena undang-undang berarti, terjadinya otomatis
meskipun tidak ada kesepakatan subrogasi antara para pihak baik itu kreditur, debitur,
maupun pihak ketiga. Jenis-jenis tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya subrogasi
karena UU dirinci dalam Pasal 1402 KUHPer yang menyatakan:
“Subrogasi terjadi karena undang-undang:
1.    untuk seorang kreditur yang melunasi utang seorang debitur kepada seorang kreditur lain,
yang berdasarkan hak istimewa atau hipoteknya mempunyai suatu hak yang lebih tinggi dan
pada kreditur tersebut pertama;  
2.   untuk seorang pembeli suatu barang tak bergerak, yang memakai uang harga barang
tersebut untuk melunasi para kreditur, kepada siapa barang itu diperikatkan dalam hipotek;
3.   untuk seorang yang terikat untuk melunasi suatu utang bersama-sama dengan orang lain,
atau untuk orang lain dan berkepentingan untuk membayar utang itu;
4.   untuk seorang ahli waris yang telah membayar utang-utang warisan dengan uangnya
sendiri, sedang ia menerima warisan itu dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan
tentang keadaan harta peninggalan itu.”

8. HAPUSNYA SUBROGASI
Dalam Subrogasi, perikatan antara Kreditur Lama dan Debitur hapus karena
Pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai