0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
90 tayangan5 halaman
Akta inbreng tersebut telah dibuat sesuai ketentuan hukum dengan mencantumkan unsur-unsur pokok seperti identitas para pihak, objek penyertaan berupa 1 bidang tanah di Jakarta Timur, pemindahan kepemilikan tanah kepada PT, dan penerimaan saham oleh pihak pertama sebesar Rp. 8 miliar. PPAT yang membuat akta tersebut berwenang karena wilayah kerjanya mencakup lokasi objek penyertaan.
Akta inbreng tersebut telah dibuat sesuai ketentuan hukum dengan mencantumkan unsur-unsur pokok seperti identitas para pihak, objek penyertaan berupa 1 bidang tanah di Jakarta Timur, pemindahan kepemilikan tanah kepada PT, dan penerimaan saham oleh pihak pertama sebesar Rp. 8 miliar. PPAT yang membuat akta tersebut berwenang karena wilayah kerjanya mencakup lokasi objek penyertaan.
Akta inbreng tersebut telah dibuat sesuai ketentuan hukum dengan mencantumkan unsur-unsur pokok seperti identitas para pihak, objek penyertaan berupa 1 bidang tanah di Jakarta Timur, pemindahan kepemilikan tanah kepada PT, dan penerimaan saham oleh pihak pertama sebesar Rp. 8 miliar. PPAT yang membuat akta tersebut berwenang karena wilayah kerjanya mencakup lokasi objek penyertaan.
PENGERTIAN PT (Perseroan Terbatas) merupakan persekutuan modal, di mana harta PT terpisah dari harta pribadi pemegang saham. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 34 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”), para pendiri/calon pemegang saham PT menyetorkan modalnya dalam bentuk: uang tunai, aset, maupun good will (kecakapan/nama baik). Bila pemegang saham menyetorkan modal dalam bentuk aset pribadinya ke dalam harta kekayaan PT, maka hal tersebut harus diperhitungkan dengan sejumlah saham. Perbuatan hukum dimaksud disebut sebagai: “inbreng”. Atas setoran berupa aset dimaksud, selanjutnya harus dilakukan balik namanya dari semula atasnama pemegang saham menjadi ke atas nama PT. Proses penyertaan atas model dalam bentuk non tunai atau disebut dengan Inbreng ini tentu saja harus memperhatikan beberapa hal salah satunya mengenai ketentuan perpajakan. Dari sisi perpajakan pengenaan pajak atas inbreng dilakukan berdasarkan mekanisme jual beli seperti biasanya. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PJ.03/2008 terhadap transaksi pengalihan tanah yang dimaksud dalam inbreng, subjek pajak baik orang pribadi maupun badan yang mengalihkan hak tanahnya berkewajiban memungut PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar 5% (lima persen) dari nilai pengalihannya, sedangkan PT sebagai pihak penerima inbreng, dikenakan BPHTB sebesar 5% (lima persen) dari nilai pengalihan. Yang membedakan dari proses jual beli biasa adalah untuk inbreng biasanya didahului dengan penilaian atas harga tanah yang diinbrengkan oleh appraisal. Kemudian, proses tersebut diumumkan di surat kabar. Setelah proses tersebut dijalani, maka akan dilanjutkan dengan pembayaran PPh dan BPHTBnya dengan menggunakan perhitungan yang sama dengan pada proses jual beli biasa. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan pembuatan Akta Pemasukan ke Dalam Perseroan (selanjutnya disebut “akta inbreng) di hadapan PPAT setempat dan terakhir mendaftarkan peralihan haknya (balik nama) pada Kantor Pertanahan setempat. Sejak dilaksanakannya penandatanganan akta inbreng maka otomatis hak atas tanah tersebut sudah beralih kepada PT dan pihak yang memberikan tanah tersebut mendapatkan sejumlah saham di PT tersebut dengan perhitungan yang wajar. Dengan demikian, jika ada perbuatan hukum untuk menyewakan ataupun membebani tanah tersebut dengan Hak Tanggungan, maka yang bertindak mewakili pemilik sudah bukan pemilik lama (pemegang saham), melainkan Direksi PT tersebut. Analisis 1. Sistematika Akta berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut “Peraturan BPN 8/2012”) disebutkan dalam Pasal 96 bahwa akta PPAT dan tata cara pengisian dibuat sesuai dengan yang diatur dalam lampiran peraturan ini. SISTEMATIKA 1) Kepala Akta : i. Kop PPAT : berisi nama PPAT, daerah kerja, Nomor Surat Keputusan pengangkatan dari Kepala BPN, alamat kantor beserta nomor telepon. ii. Judul Akta : AKTA PEMASUKAN KE DALAM PERUSAHAAN iii. Nomor : 10/2020 iv. Hari, tanggal, tahun, dan pukul pembuatan akta, serta berhadapan dengan sebutkan nama lengkap PPAT, SK pengangkatan Kepala BPN, wilayah kerja PPAT, seperti dibawah ini : “hadir dihadapan saya, FATH INAYAH MAHA, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, yang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tanggal 06 Mei 2003 Nomor 621/KEP-14.5/X/2003 diangkat sebagai Pejabatan Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, yang dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dengan daerah kerja Kota Administrasi Jakarta Barat dan berkantor di Jalan I Gusti Ngurah Rai No.13, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang Saya kenal dan akan disebut pada bagian akhir akta ini:” 2) Badan Akta i. Komparisi para pihak Dalam komparisi diuraikan secara lengkap identitas para pihak yaitu pihak yang menyerahkan objek dalam akta yang disebut sebagai pihak pertama dan pihak yang menerima objek dalam akta tersebut sebagai penyertaan yang mana pihak kedua adalah berbentuk Perseroan Terbatas yang mana dalam melakukan perbuatan dalam akta dibawah ini diwakili oleh Direktur Perseroan tersebut yang sah mewakili Direksi. ii. Premis Dalam premis disebutkan mengenai hal-hal sebagai berikut : a) Bahwa pihak pertama menerangkan dengan ini memasukan penyertaan ke dalam PT yang berkedudukan di Kabupaten Tangerang dan pihak kedua menerangkan dengan ini menerima penyertaan pihak pertama tersebut. b) Bahwa dijelaskan secara detail mengenai penyertaan yang menjadi objek dalam akta tersebut, yaitu : - Hak Guna Bangunan Nomor 113/Cipayung atas sebidang tanah sebagaimana diuraikan dalam Surat Ukur tanggal 19 September 2020 Nomor 110/Cipayung/2020 seluas 2000 m2 (dua ribu meter persegi) dengan Nomor Identitas Bidang Tanah (NIB) 05.01.05.01.11999 Dan Nomor Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPTPBB) Nomor Objek Pajak (NOP) 12.04.010.114.055-0033.0. terletak di : -Provinsi : Daerah Khusus Ibukota Jakarta - Kabupaten : Jakarta Timur -Kecamatan : Cipayung; -Kelurahan : Cipayung; -Jalan : Cilandak Raya Nomor 10 Bahwa pemasukan kedalam perusahaan ini meliputi pula bangunan dan segala sesuatu yang tertanam diatasnya yang menurut, peraturan perundang-undangan dapat digolongkan sebagai barang tidak bergerak. c) Bahwa pihak pertama dan pihak kedua menerangkan bahwa a. Untuk pemasukan kedalam perusahaan ini Pihak Pertama mengaku telah menerima 8000 (delapan ribu) lembar saham dalam perseroan terbatas PT. Ornum Property semuanya dengan harga nominal Rp. 8.000.000.000,- (delapan Milyar Rupiah) b. Akta ini berlaku sebagai tanda penerimaan saham tersebut. iii. Pasal-pasal Dalam ketentuan ini dijelaskan mengenai beberapa pengaturan dan/atau pernyataan sebagai berikut : - Pernyataan mengenai pemindahan hak atas objek dalam akta dari pihak pertama menjadi milik pihak kedua. - Pihak pertama menjamin bahwa objek dalam akta tidak tersangkut dalam sengketa, bebas dari sitaan, tidak terikat sebagai jaminan untuk sesuatu utang yang tidak tercatat dalam sertipikat, dan bebas dari beban-beban lainnya yang berupa apapun. - Penjelasan mengenai izin pemindahan hak tersebut (jika ada) pernyataan bahwa dalam hal perbedaan luas tanah maka para pihak akan menerima hasil pengukuran dari instansi terkait. - Pengaturan tentang pemilihan domisili hukum. - Pengaturan mengenai biaya pembuatan akta 3) Akhir Akta i. Identitas saksi-saksi ii. Uraian pembacaan Akta iii. Uraian penandatanganan Akta 1. Di setiap halaman di sudut kiri bawah dituliskan jenis Akta, nama PPAT yang membuat Akta dan wilayah kerja PPAT, sedangkan di sudut kanan bawah setiap halaman dituliskan halaman keberapa dari total halaman dalam akta. Berdasarkan uraiana diatas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari bentuk dan tata cara penulisan akta inbreng yang kami dapat yang ada dalam lampiran, maka akta tersebut telah dibuat sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan BPN 8/2012 dari sistematika bentuk dan tata cara penulisannya, dimana dalam akta tersebut menerangkan secara garis besarnya bahwa objek penyertaan adalah 1 (satu) bidang tanah yang berada di Kota Administrasi Jakarta Timur, yang kemudian setelah akta ini dibuat status kepemilikan atas objek penyertaan tersebut menjadi milik PT dan pihak pertama yang menyerahkan objek penyertaan mendapat saham di PT tersebut dengan jumlah nominal sebesar Rp. 8.000.000.000,- (delapan Milyar Rupiah). 2. Wilayah Kerja PPAT Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut “PP 37/1998”) disebutkan pada pasal 1 bahwa PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun. PPAT terkait oleh daerah kerja yaitu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, bahwa daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provinsi dan PPAT memiliki kedudukan di provinsi yang menjadi bagian dari daerah kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 12A PP No.24/2016. Jadi berdasarkan uraian tersebut diatas melihat objek tanah dan bangunan dalam akta inbreng ketiganya berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, maka untuk pengurusan pengalihan hak atas tanah dan/bangunan (termasuk yang dilakukan melalui inbreng) yang berlokasi wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur sehingga terhadap akta inbreng ini telah dibuat oleh PPAT yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.