Anda di halaman 1dari 4

AKTA AUTENTIK

Pengertian Akta/akte di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “surat tanda bukti
berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa hukum
yang dibuat menurut peraturan yang berlaku, disaksikan dan disahkan oleh pejabat resmi:
kelahiran; perkawinan” sedangkan pengertian Akta Autentik adalah akta yang dibuat oleh
atau di hadapan pejabat umum yang berwenang membuat akta dalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang”.1 Secara aturan, akta Autentik disebutkan di dalam pasal 1868 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yaitu “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam
bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang
untuk itu di tempat akta itu dibuat”.2 Menurut M.Yahya Harahap Akta Autentik adalah3 :
1. Akta (Akte) adalah suatu tulisan yang ditandatangani dan dibuat untuk dipergunakan
sebagai alat bukti.
2. Akta Otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang oleh/ atau pejabat yang berwenang untuk maksud itu, ditempat
dimana akta dibuat.
3. Alat bukti adalah alat-alat yang memberikan keterangan dan penjelasan tentang
masalah yang diperkarakan di pengadilan.
Akta autentik harus memenuhi apa yang dipersyaratkan dalam pasal 1868 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, sifatnya kumulatif atau harus meliputi semuanya. Akta-akta yang
dibuat walaupun ditandatangani oleh para pihak, namun tidak memenuhi persyaratan Pasal 1868
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tidak dapat diperlakukan sebagai akta autentik, hanya
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai tulisan dibawah tangan (Pasal 1869 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata).4 Menurut Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia, unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai akta autentik adalah :
1.Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang
2.Dibuat oleh pejabat yang berwenang (relas akte) atau dihadapan pejabat yang
berwenang (partij akte).
3.Tempat akta dibuat.
1
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/akta%20AUTENTIK
2
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
3
M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan
Pengadilan (Jakarta, Sinar grafika, 2005) hlm.554
4
Irma Devita : https://www.hukumonline.com/klinik/a/akta-notaris-sebagai-akta-otentik-lt550c0a7450a04/
Beberapa unsur ini dapat kita jelaskan satu persatu :
1. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.
Suatu akta autentik bentuknya harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh undang-
undang, apapun itu aktanya baik berupa akta Kematian, Kelahiran, Akta Notaris, maupun
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Khusus pada pembahasan ini kita fokuskan pada
akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Undang-Undang memberikan tugas kepada PPAT dalam membuat akta autentik sebagaimana
yang disebutkan di dalam Pasal 1 angka 1 PP 24 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah. “Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum
yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”. PPAT bertugas
pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. 5 Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. jual beli; b. tukar menukar; c. hibah; d. pemasukan ke
dalam perusahaan (inbreng); e. pembagian hak bersama; f. pemberian Hak Guna
Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik; g. pemberian Hak Tanggungan; h. pemberian
kuasa membebankan Hak Tanggungan.6
Kemudian, terhadap jenis-jenis akta sebagaimana tersebut di atas, telah ditetapkan
bentuknya oleh menteri,7 yaitu berupa blangko/formulir8 yang disediakan oleh kementerian
Agraria permenag 3 tahun 1997 dan tata cara pengisiannya pun diatur oleh peraturan tersebut,
sehingga bukan asal di isi. Peraturan tentang penggunaan blangko akta PPAT ini pada masa
ini tidak lagi berlaku, akan tetapi PPAT sekarang sudah bisa mencetak sendiri Blangko-
blangko atau formulir9 akta-aktanya dan tetap mengacu kepada ketentuan bentuk yang diatur
oleh kementerian Agraria.

5
Pasal 2 ayat 1 PP 37 tahun 1998
6
Pasal 2 ayat 2 PP 37 tahun 1998
7
Pasal 21 ayat 1 PP 37 tahun 1998
8
Pasal 96 ayat 2 Permenag 3 tahun 1997
9
Perkaban 8 tahun 2012
Di dalam prakteknya, pembuatan sebuah akta oleh PPAT didahului dengan proses
pengecekan/pemeriksaan suatu sertipikat pada kantor pertanahan setempat apakah data yang
diberikan oleh para pihak kepada PPAT sesuai dengan data yang terdapat pada daftar-daftar
yang ada pada tanah Kantor Pertanahan setempat 10. Apabila ada kesusuaian data yang ada
pada kantor pertanahan dengan data yang ada pada sertipikat, maka proses akta PPAT dapat
dilanjutkan, yakni dilanjutkan dengan validasi (penelitian) perpajakan, baik itu Pajak
Penghasilan (PPh) maupun Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB), dan
kedua jenis perpajakan ini bersifat final, yaitu dibayar sebelum proses dilangsungkan atau
sebelum akta PPAT ditandatangani. Di dalam Pasal 3 Ayat (5) PP 34 Tahun 2016 Tentang
Pajak Penghasilan disebutkan bahwa : “Pejabat yang berwenang hanya menandatangani
akta, keputusan, kesepakatan, atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan apabila kepadanya dibuktikan oleh orang pribadi atau badan dimaksud bahwa
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi
Surat Setoran Pajak atau hasil cetakan sarana administrasi lain yang disamakan dengan
Surat Setoran Pajak yang bersangkutan yang telah dilakukan penelitian oleh Kantor
Pelayanan Pajak”. Demikian juga di dalam pasal 91 ayat (1) UU nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa “Pejabat Pembuat Akta
Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak”.
Proses selanjutnya ketika telah memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Akta PPAT
sudah bisa dilakukan penandatangannya, yakni dengan mengacu kepada aturan pembuatan akta
PPAT yang diatur oleh Undang-Undang, Pasal 99 Permenag 3 tahun 1997 menjelaskan bahwa
sebelum akta PPAT dibuat : Sebelum dibuat akta mengenai pemindahan hak atas tanah, calon
penerima hak harus membuat pernyataan yang menyatakan: a. bahwa yang bersangkutan
dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi
ketentuan maksimum penguasaan tanah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; b. bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak menjadi
pemegang hak atas tanah absentee (guntai) menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; c. bahwa yang bersangkutan menyadari bahwa apabila pernyataan sebagaimana
dimaksud pada a dan b tersebut tidak benar maka tanah kelebihan atau tanah absentee tersebut

10
Lihat pasal 97 Permenag 3 tahun 1997
menjadi obyek landreform; d. bahwa yang bersangkutan bersedia menang-gung semua akibat
hukumnya, apabila pernyataan sebagaimana dimaksud pada a dan b tidak benar”.
Kemudian sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 101 Permenang 3 tahun 1997 ayat “(1)
Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang
bersangkutan atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat kuasa tertulis sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (2) Pembuatan akta PPAT harus disaksikan
oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum,
yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya, keberadaan
dokumendokumen yang ditunjukkan dalam pembuatan akta, dan telah dilaksanakannya
perbuatan hukum tersebut oleh para pihak yang bersangkutan. Ayat (3) PPAT wajib
membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan memberi penjelasan mengenai isi
dan maksud pembuatan akta, dan prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya
sesuai ketentuan yang berlaku. Pasal 102 Akta PPAT dibuat sebanyak 2 (dua) lembar asli, satu
lembar disimpan di Kantor PPAT dan satu lembar disampaikan kepada Kepala Kantor
Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, sedangkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
diberikan salinannya”.
Formulir akta PPAT di isi sesuai dengan tata cara yang terdapat pada lampiran Perkaban 8
tahun 2012 yang di jelaskan secara detil dalam lampiran tersebut, mulai dari pengisian kepala
akta hingga penanda tanganan akta oleh PPAT. Sehingga pembuatan akta PPAT yang benar akan
terlepas dari cacat hukum sebagai akta yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna 11.

2.Dibuat oleh pejabat yang berwenang (relas akte) atau dihadapan pejabat yang
berwenang (partij akte).

11
Pasal 1870 BW

Anda mungkin juga menyukai