Anda di halaman 1dari 7

UAS HUKUM AGRARIA

NAMA : CLAUDIA ELIZA TEXEIRA DE FATIMA


NPM : 202010121298
KELAS : DD 3
1. Bahwa Hak-Hak atas Tanah (HM, HP, HGU,HGB, dll) di Indonesia pada dasarnya
dapat dijadikan jaminan atas utang, melalui mekanisme pembebanan hak atas tanah.
Coba jelaskan Pembebanan seperti apa yang dimaksud dan bagaiamana ketentuan
mengenai Pembebanan Hak-hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan utang !
(Jelaskan dengan terperinci beserta dasar hukum)
Pembebanan Hak Tanggungan yaitu Jaminan Utang Hak Atas Tanah. Hak Atas Tanah
Dapat Dijadikan Utang
• Hak milik dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan. (Pasal
25 UUPA)
• Hak guna-bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak
tanggungan. (Pasal 39 UUPA)
• Hak guna-usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan.
(Pasal 33 UUPA)
• Hak pakai dengan jangka waktu dapat dijadikan jaminan utang dengar dibebani
hak tanggungan. (Pasal 60 PP No. 18 Tahun 2021)
Hak Tanggungan sebagai Satu-Satunya Hak Jaminan atas Tanah
Sebagaimana yang telah Anda singgung, sejak berlakunya UU Hak Tanggungan, hak
tanggungan menjadi satu-satunya hak jaminan atas tanah yang diakui. (Penjelasan
Umum UU Hak Tanggungan)
“Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain”
Tata cara pemberian dan pendaftaran hak tanggungan, diatur dalam pasal 17 UUHT
No 4 tahun1996
 Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untukmemberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam
dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang
bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
• Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian
Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda yang Berkaitan dengan Tanah dituliskan bahwa,
"Pada buku tanah Hak Tanggungan yang bersangkutan dibubuhkan catatan mengenai
hapusnya hak tersebut, sedang sertifikatnya ditiadakan. Pencatatan serupa, yang
disebut pencoretan atau lebih dikenal sebagai "roya", dilakukan juga pada buku tanah
dan sertifikat hak atas tanah yang semula dijadikan jaminan. Sertifikat hak atas tanah
yang sudah dibubuhi catatan tersebut, diserahkan kembali kepada pemegang haknya."
2. Tanah merupakan obyek yang dapat dipindah tangankan melalui mekanisme
Peralihan Hak Atas Tanah. Peralihan yang dimaksud dapat “beralih” dan “dialihkan”.
Jelaskan beserta dasar hukum
a. Pengertian Peralihan Hak Atas Tanah ?
b. Apa perbedaan antara “beralih” dan “dialihkan” ?
c. Sebutkan macam-macam cara Peralihan hak atas tanah ?
a) Beralih menunjukkan berpindahnya hak atas tanah karena terjadi Peristiwa
hukum tanpa ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh pemiliknya, misalnya
melalui pewarisan.
Dialihkan menunjuk pada berpindahnya hak atas tanah dengan adanya
perbuatan hukum yang dilakukan pemiliknya, misalnya melalui jual beli.
b) Peralihan Hak Atas Tanah adalah berpindahnya hak atas tanah dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual
beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam peusahaan dan perbuatan hukum
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat
didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Pasal 37 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
c) Macam-Macam Cara Peralihan Hak Atas Tanah
1) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Pewarisan
Proses pewarisan itu terjadi disebabkan oleh meninggalnya seseorang
dengan meninggalnya sejumlah harta kekayaan, baik yang materiil
maupun immateriil dengan tidak dibedakan antara barang bergerak dan
barang tidak bergerak. Bagi yang meninggal disebut Pewaris, dan bagi
yang ditinggalkan disebut Ahli Waris. Peralihan karena pewarisan ini
harus dibuktikan berdasarkan sistem hukum pewarisan dari si pewaris.
Dibuktikan dengan adanya Akta Keterangan Waris atau Surat
Keterangan Waris
2) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Hibah
Berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata, hibah adalah suatu perjanjian
dengan mana si penghibah di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan
dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu barang guna
keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Pada
dasarnya setiap orang dan/atau badan hukum diperbolehkan untuk
diberi/menerima hibah, kecuali penerima hibah tersebut oleh undang –
undang dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
Peralihan hak atas tanah karena hibah tidak serta merta terjadi pada
saat tanah diserahkan oleh pemberi hibah kepada penerima hibah,
melainkan harus melalui proses peralihan sesuai prosedur hingga tanah
tersebut telah balik nama kepada penerima hibah
3) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Jual Beli
jual beli tanah adalah suatu perjanjian dimana satu pihak mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan tanah dan pihak lainnya untuk membayar
harga yang telah ditentukan. Konsep dari jual beli hak atas tanah ini
harus memenuhi unsur Terang dan Tunai. Dan selanjutnya maka masih
diperlukan suatu perbuatan hukum lain, yaitu berupa penyerahan
yuridis (balik nama). Penyerahan yuridis (balik nama) ini bertujuan
untuk mengukuhkan hak-hak si pembeli sebagai pemilik tanah yang
baru. Secara hukum, peralihan hak atas tanah dan bangunan tidak bisa
dilakukan di bawah tangan, dan harus menggunakan akta PPAT (Pasal
37 PP No. 24 Tahun 1997).
4) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Tukar Menukar
Definisinya adalah suatu perjanjian yang dibuat antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya, dalam perjanjian itu pihak yang satu
berkewajiban menyerahkan hak atas tanah yang ditukar, begitu pula
pihak lainnya yang berhak menerima hak atas tanah yang ditukar.
Pihak yang satu menyerahkan obyek tanah yang dia miliki kepada
pihak lainnya, begitu juga berlaku sebaliknya bagi pihak lainnya.
Dibuat dalam Akta PPAT
5) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Penyertaan Modal kedalam
Perseroan
Pasal 34 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menjelaskan bahwa Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan
dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya. Penyetoran modal
dalam sebuah perseroan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
tanah, yang mana terhadap status tanah tersebut akan terjadi peralihan
hak sejak ditandatanganinya akta pemasukan (inbreng) ke dalam
perusahaan tersebut. Maka dengan peralihan itu Perusahaan tersebut
sebagai pemegang hak atas tanah tersebut
Dibuat dalam Akta PPAT
6) Peralihan Hak Tas Tanah Melalui Lelang
Prosedur lelang tentunya akan diawali dari adanya jaminan obyek
berupa tanah yang akan dieksekusi. lelang adalah setiap penjualan
barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan
dan/atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon
pembeli. Peralihan Tanah melalui Lelang harus dibuktikan dengan
adanya Akta Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang.
3. BagaiamanaPerandanKewenanganBadanPertanahanNasional(BPN) melalui Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam kegiatan
pendaftaran Tanah di Indonesia !
Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), dimana
tugas pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan dibantu oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. 
1) Melaksanakan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali
2) Melaksanakan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah
3) Menyelesaiakan Sengketa Pertanahan
Peran dan Kewenangan PPAT
Dapat dikatakan bahwa akta-akta yang menjadi kewenangan PPAT sangat terbatas,
yaitu 8 (delapan) jenis akta sebagaimana yang diatur dalam Pasal 95 Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 juncto Pasal 2 Peraturan
Jabatan PPAT yaitu sebagai berikut:
Pasal 2 Peraturan Jabatan PPAT
(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah
dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan
dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:\

a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian Kuasa membebankan Hak Tanggungan.
4. Dalam Sistem dan Kegiatan Pendaftaran Tanah di Indonesia,
a. Apa yang dimaksud dengan “Sistem Publikasi Negatif Yang Mengandung Unsur
Positif” dalam Sistem Pendaftaran tanah di
Indonesia ?
b. apa yang dimaksud dengan Kegiatan Pemeliharaan Data
a) Pendafataran Tanah ?Penjelasan Pasal 32 ayat (2) PP 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, sistem publikasi yang digunakan di Indonesia adalah
Sistem Publikasi Negatif Yang Mengandung Unsur Positif. Hal ini dapat
dibuktikan dari hal-hal sebagai berikut :
a. Pendaftaran tanah menghasilkan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat, bukan sebagai alat pembuktian
yang mutlak (sistem publikasi negatif).
b. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak
(registration of titles), bukan sistem pendaftaran akta (registration of
deed/sistem publikasi negatif)
c. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang
tercantum dalam sertifikat (sistem publikasi negatif).
d. Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data fisik
dan yuridis (sistem publikasi positif).
e. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan
kepastian hukum (sistem publikasi positif).
f. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertifikat dapat
mengajukan keberatan kepada penyelenggara pendaftaran tanah
untuk membatalkan sertifikat atau mengajukan gugatan ke
pengadilan agar sertifikat dinyatakan tidak sah (sistem publikasi
negatif).
b) Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-
perubahan yang terjadi kemudian.
5. Sertifikat hak atas tanah adalah bukti kepemilikan atas suatu tanah beserta
bangunannya. Coba Jelaskan mengenai :
a. Pengertian Sertipikat ?
b. Mengapa Sertipikat dikatakan sebagai alat bukti hak yang kuat ?

a) Sertifikat tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-
masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. (Pasal 1 angka
20 PP No. 24 Tahun 1997) Sertifikat hak atas tanah adalah bukti kepemilikan
seseorang atas suatu tanah beserta bangunannya.

b) Sertipikat dikatakan sebagai alat bukti hak yang kuat karena Apabila suatu
waktu terdapat gugatan atau tuntutan hukum di pengadilan atas objek tanah
yang telah diterbitkan sertifikatnya tersebut, maka semua keterangan yang
terdapat dalam sertifikat tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat
sepanjang tidak ada bukti lain yang mengingkarinya.

1) Proses penerbitan sertifikat hak atas tanah harus melalui prosedur-prosedur


atau mekanisme ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku

2) Sertifikat Hak Atas Tanah di Buat Oleh Pemegang Hak Yang beriktikad
baik

3) Sertifikat Hak Atas Tanah Diterbitkan Oleh Instansi Yang Berwenang

4) Obyek tanah dikuasai serta dikerjakan secara nyata secara terus menerus
lebih dari 5 tahun

Obyek tanah dikuasai serta dikerjakan secara nyata secara terus menerus lebih
dari 5 tahun. (Pasal 32 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997) \

Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas
nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad
baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai
hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila
dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan
keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor
Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke
Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut

Anda mungkin juga menyukai