Anda di halaman 1dari 16

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam Membuat Akta Hak

Tanggungan Berdasarkan Undang-Undang No 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan.

Hukum pembuktian diperlukan demi terciptanya kepastian hukum

disamping itu hukum pembuktian juga diperlukan untuk mencegah timbulnya

perbuatan main hakim sendiri diantara pihak yang saling berperkara,

khususnya dalam mempertahankan kebenaran atas hak yang dimilikinya

dipengadilan. Oleh sebab itu pembuktian ini merupakan bagian yang sangat

penting dalam pemeriksaan perkara dipengadilan.45

Pembuktian dalam perkara perdata bertujuan untuk tercapainya

kebenaran formal lai halnya dengan pembuktian dalam perkara pidana adalah

dengan tercapainya kebenaran materiil. Pembuktian perkara perdata mengenal

alat – alat pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 1866 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata,Tulisan yang dibuat secara khusus yang dibuat

sedemikian rupa agar menjadi suatu alat bukti yang sah dan akurat disebut

sebagai akta (acte). Akta adalah tulisan khusus yang dibuat agar menjadi suatu

alat bukti tertulis.14 A.Pitlo mengartikan akta itu sebagai surat – surat yang

45
Dedy Pramono, Kekuatan Pembuktian Akta yang Dibuat oleh Notaris Selaku Pejabat Umum
menurut Hukum Acara Perdata di Indonesia, Lex Jurnalica, Volume 12 Nomor 3, Desember2015,
hlm. 250.
57
58

ditandatangani, dibuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan

oleh orang, untuk kepentingan siapa surat itu dibuat.46

Pasal 1868 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata mengatur

mengenai pengertian akta otentik yaitu : “Suatu akta otentik, adalah suatu akta

yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau

dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana

akta itu dibuatnya”. Berkaitan tentang pengertian akta otentik tersebut

dijelaskan lebih lanjut oleh Pasal 1870 Kitab Undang – Undang Hukum

Perdata bahwa suatu akta otentik memberikan kepada para pihak yang

membuatnya suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.

Jika sesuatu akta hendak memperoleh status otentisiteit, hal mana terdapat

pada akta notaris, maka menurut pasal 1868 KUHPerdata47 Keotentikan Akta

Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam UUHT antara lain dalam Pasal 10

ayat (2) berbunyi: "Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan

Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT..."

Dalam ketentuan Paal I angka 5 disebutkan: "Akta Pemberian Hak

Tanggungan adalah Akta PPAT yang berisi pemberian hak tanggungan

kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya".

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4: "Pejabat Pembuat Akta Tanah yang

selanjutnya disebut PPAT adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk

membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas tanah

46
A. Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Intermasa, Jakarta, 1986, hlm. 52
47
Ibid.Hlm 62
59

dan akia pemberian kuasa membebankan hak tanggungan menurut perturan

perundang-undangan yang berlaku". Menurut ketentuan Pasal I angka 4 dan 5

tersebut bentuk akta hak tanggungan yang ditentukan undang-undang adalah

berbentuk akta PPAT. Di dalam ketentuan Pasal 17 UUHT disebutkan bahwa:

bentuk dari Akta Pemberian Hak Tanggungan, bentuk dan isi buku tanah hak

tanggungan dan hal Iain-Iain yang berkaitan dengan tata cara pemberian dan

pendaftaran hak tanggungan ditetapkan dan diselenggarakan berdasarkan

peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Adapun

kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 17 lercbul ditetapkan Peraturan

Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1996 tentang Benluk Surat

Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan,

Buku Tanah Hak Tanggungan, dan Sertifikat Hak tanggungan

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) pertama kali terdapat dalam PP

No. 10 Tahun 1961 perihal Pendaftaran Tanah disebut “Penjabat”. Pada Pasal

19 regulasi ini ditentukan, tiap kesepakatan yang memiliki maksud mengubah

hak tanah, memberi hak tanah baru, malkukan pegadaian tanah atau

melakukan pinjaman uang nemun hak tanah menjadi tanggungan, wajib

memiliki bukti berupa akta yang pembuatannya oleh serta di depan penjabat

yang diberi tanggungjawab dari Menteri Agraria.48

Pasal 1 angka 1 PP No. 37 Tahun 1998 perihal Peraturan Jabatan

Pejabat Pembuat Akta Tanah menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah


48
Ngadino. (2019). Ketentuan Umum Tata Cara Pembuatan dan Pengisian Akta PPAT. UPT
Penerbitan Universitas PGRI Semarang Press.
60

(PPAT) yaitu administratur diamanatkan dalam pembuatan akta asli perihal

kegiatan hukum tentang hak tanah atau hak milik dari rumah susun. Boedi

Harsono dalam bukunya menjelaskan maksud dari pejabat umum yaitu orang

yang dilantik dari Lembaga yang berkuasa, bertugan untuk melakukan

pelayanan masyarakat pada suatu sektor atau aktivitas.49

Pasal 2 ayat 1 PP No. 37 Tahun 1998 menjelaskan tugas utama dari

PPAT yaitu menjalankan secara parsial aktivitas pendaftaran tanah melalui

pembuatan akta yang menjadi bukti sudah melalui proses suatu hukum perihal

hak dari tanah atau Hak Milik Dari Rumah Susun, setelah itu akan jadi acuan

untuk melakukan listing untuk mengubah data listing tanah yang disebabkan

proses hukum itu.Aktivitas hukum sebagai yang dibebankan berarti, ada pada

Pasal 2 ayat 2 PP No. 37 Tahun 1998 terdiri dari penjualan pembelian,

pertukaran, pemberian, pendapatan pada perusahaan (inbreng), dibaginya hak

seluruhnya, diberikannya hak untuk gedung atau hak penggunaan dari tanah

hak kepunyaan, diberikannya hak jaminan serta wewenang memberikan hak

jaminan.Selaras tugas PPAT yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan

tugas dari PPAT antara lain mengerjakan akta dari hak jaminan. Pasal 1 angka

1 UU No. 4 Tahun 1996 perihal Hak Tanggungan Dari Tanah Beserta Benda-

Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah menyebutkan hak jaminan merupakan

hak tanggungan yang diberikan ke hak dari tanah seperti pada UU No. 5

Tahun 1960 perihal Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, barang lain yang

menjadi satu dengan tanah atau bukan, melunasi suatu peminjaman,

49
Harsono, B. (2003). Hukum Agraria Indonesia. Djambatan.
61

pemberian kedudukan yang paling utama pada kreditor tertentu pada kreditor

lain. Secara umum hak tanggungan memiliki unsur-unsur pokok antara lain :50

a. Memberi kewenangan pada kreditur tertentu terhadap kreditur lainnya;

b. Merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang;

c. Utang yang dijaminkan merupakan suatu utang tertentu;

d. Yang menjadi objek yaitu hak dari tanah yang cocok;

e. Mampu diberikan dari tanah maupun pada barang lain pada tanah yang jadi

satu dengan tanah yang dijaminkan .

Sebagaimana yang tercantum pada UU No. 4 Tahun 1996

menerangkan pemberian hak jaminan dilaksanakan lewat dua mekanisme

yang terdiri dari membuat Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) dari

PPAT, setelah itu dilanjut mendaftarkan Hak Jaminan yang dilakukan Kantor

Pertanahan. Pendaftaran Hak Tanggungan merupakan hal yang krusial

dikarenakan hal tersebut adalah bukti adanya hak jaminan yang diberikan.51

Setelah APHT dibuat oleh PPAT, maka dalam waktu 7 hari kerja

PPAT harus mendaftarkan APHT yang dilengkapi dengan dokumen

pendukung lain pada Kantor Badan Pertanahan Nasional daerah tersebut yang

merupakan organisasi pengusahaan negara yang kuasanya mengerjakan tugas

50
Anggraeni, S. Z., & Marwanto, M. (2020). Kewenangan dan Tanggung Jawab Hukum Pejabat
Pembuat Akta Tanah Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan Secara Elektronik. Acta
Comitas.
51
Nufus, N. H. (2010). Proses Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Tanah Yang Belum
Bersertifikat Universitas Diponegoro.
62

yang berhubungan dengan pertanahan di sektor pemerintahan (Sutedi, 2012).

Seperti pada Pasal 40 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 perihal Pendaftaran Tanah

berisi, paling lambat 7 hari kerja dari tanggal disahkannya akta yang

berhubungan, PPAT harus memberikan akta yang telah dibuat beserta

dokumen yang berhubungan pada Kantor Pertanahan untuk didaftar.

Saat ini setelah berlakunya Peraturan Menteri Agraria serta Tata

Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020 perihal

Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik, pelayanan hak

jaminan tidak lagi berjalan manual dengan mendatangi Kantor Pertanahan

setempat melainkan pendaftarannya lewat perangkat elektronik. Pasal 1 angka

7 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020 menjelaskan arti pemberian layanan hak

jaminan saling berhubungan dengan cara elektronik, kemudian dikatakan

menjadi Pelayanan HT-el merupakan tahapan pemberian layanan hak jaminan

untuk memelihara data listing tanah yang diadakan lewat perangkat elektronik

yang saling terhubung.

Tugas PPAT pada Pelayanan HT-el antara lain melakukan

pemberian Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) pada Kantor

Pertanahan lewat sistem HT-el yang diadakan Kementerian. Tahap

penyampaian APHT yang dikerjakan PPAT antara lain:

1) PPAT melakukan login di website yang sudah terintegrasi yang disediakan

oleh Kementerian ATR/BPN dengan memasukan username dan password

sebagaimana yang telah didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat;


63

2) PPAT melengkapi data sebagaimana tercantum pada Akta Pembebanan

APHT, Sertifikat Hak Atas Tanah dan dokumen lain yang diperlukan

meliputi Kartu Tanda Penduduk (KTP) debitur, Kartu Keluarga (KK)

debitur, Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemberi persetujuan, Kartu Tanda

Penduduk (KTP) Saksi, PBB, Salinan Perjanjian Kredit dan Surat Kuasa

Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) kemudian mengunggah APHT,

Sertifikat Hak Atas Tanah serta dokumen lain sebagimana telah disebutkan;

3) PPAT mengerjakan serta menandatangani surat yang menyatkaan

tanggungjawab keaslian dokumen elektronik sebagaimana yang telah

diunggah dan kemudian mengunggah surat pernyataan tersebut;

4) PPAT mengunggah Surat Pengantar Akta kemudian menandatangani dan

cap jabatan Surat Pengantar Akta tersebut, lalu mengunggahnya kembali.

Sebelum melakukan penyampaian APHT sebagaimana tercantum pada PP

No. 24 Tahun 1997 PPAT mengecek Sertifikat Hak Atas Tanah dengan

Buku Tanah yang terdapat pada Kantor Pertanahan.

Berdasarkan uraian diatas setelah berlakunya PMATR/BPN No. 5

Tahun 2020 pelayanan pendaftaran HT tidak lagi dilaksanakan secara

konvensional melainkan secara elektronik melalui sistem elektronik

sebagaimana yang telah ditentukan dalam PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020.

Selaras dengan hal tersebut mengakibatkan kembalinya fungsi PPAT dalam

kegiatan pendaftaran tanah yang memiliki tugas sebatas menyampaikan akta

yang dibuatnya kepada Kantor Pertanahan dalam hal ini PPAT hanya
64

memiliki kewajiban untuk menyampaikan APHT yang dibuatnya melalui

sistem HT-el dengan menjamin kebenaran data yang disampaikannya melalui

sistem HT-el.

B. Kekuatan hukum Akta Hak Tanggungan oleh PPAT apabila dalam

pembuatannya ada kesalahan atau kelalaian Informasi dan prosedur

yang dilakukan oleh PPAT.

Berdasarkan pada ketentuan Undang-undang Hak Tanggungan

tersebut, maka dapat diketahui bahwa hak tanggungan adalah perjanjian

accesoir, bersifat droit de suite, mempunyai kedudukan prefrensi dan hanya

untuk pelunasan saja. Terlihat ciri-ciri tersebut di atas di dalamnya

mengandung sifat-sifat utama dari hak kebendaan yaitu dapat dipertahankan

terhadap siapa pun juga, selalu mengikuti bendanya dan juga berlakunya asas

spesialitas dan publisitas.

Undang-undang Hak Tanggungan berlaku juga terhadap pembebasan

hak jaminan atas Rumah Susun dan Hak Milik alas Satuan Rumah Susun,

lermasuk yang didirikan di atas tanah Hak Pakai atas Tanah Negara. Scsuai

Pasal 12 dan Pasal 13 UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (UURS)

yang berkenaan dengan penjaminan rumsah susun beserta lanah tempal

bangunan itu sendiri juga harus tunduk pada peraturan undang-undang Hak

Tanggungan tersebut, sehingga penjaminan dengan fiducia tidak berlaku lagi.

Di samping itu dengan berlakunya Undang-undang Hak Tanggungan ini,


65

dinyatakan pula bahwa ketentuan yang mengatur mengenai creditverband

serta ketentuan yang mengatur mengenai hipotik yang berlaku seiama ini,

sepanjang yang berhubungan dengan tanah sudah tidak berlaku lagi.

Pembebanan rumah beserta lanag yang haknya dimiliki oleh pihak

yang sama dengan adanya Undang-undang Hak Tanggungan dibebani dengan

Hak Tanggungan. Dengan demikian unluk jaminan terhadap hak alas tanah,

berikut atau tidak bcrikut benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan

tanahnya berlaku Hak Tanggungan. Sedangkan fiducia dan hipolik dapat

diberldkukan untuk penjaminan bukan tanah. Dcngau adanya Undang-undang

Hak Tanggungan, satu-satunya lembaga jaminan atas tanah yang berlaku

adalah Hak Tanggungan yang diatur dalam Undang-undang Hak Tanggungan

(UU No. 4 Tahun 1996).

Dalam hak tanggungan juga terdapat subyek hukum yang menjadi hak

tanggungan yang terkait dengan perjanjian pemberian hak tanggungan. Yang

dimaksud dengan subyek hak tanggungan ini adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam perjanjian pembenanan hak tanggungan. Di dalam suatu perjanjian hak

tanggungan ada dua pihak yang mengikatkan diri yaitu:

a. Pemberi hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menjamin obyek hak

tanggungan

b. Pemegang hak tanggungan, yaitu orang atau pihak yang menerima hak

tanggungan sebaga jaminan dari piutang yang diberikannya.

Yang dapat menjadi subyek hak tanggungan selain warga negara

Indonesia, dengan ditetapkannya hak pakai atas tanah negara sebagai salah
66

satu obyek hak tanggungan, bagi warga negara asing juga dimungkinkan

untuk dapat menjadi subyek hak tanggungan, apabila memenuhi syarat. Jika

hak pakai itu oleh warga negara asing, dimana hak pakai itu menurut Undang-

undang Hak Tanggungan juga dapat menjadi obyek Hak Tanggungan, ada

persyaratan untuk menjadi subyek Hak Pakai yang harus dipenuhi. Demikian

juga kalau warga negara asing tersebut mengajukan permohonan kredit

dengan hak pakai atas tanah negara sebagai jaminan, harus memenuhi

persyaratan antara lain:52

1) Sudah tinggal di Indonesia dalam waktu tertentu

2) Mempunyai Usaha di Indonesia

3) Kredit dipergunakan untuk kepentingan pembangunan di wilayah negara

Republik Indonesia.

Dalam kaitannya dengan kedudukan selaku kreditor, Undang-undang

Hak Tanggungan mcnegaskan bahwa seorang warga negara asing maupun

badan hukum asing juga dapat menjadi pemegang hak tanggungan karena hak

tanggungan tidak ada kaitannya dengan pemilikan obyek secara serta merta.

Undang-undang Hak Tanggungan memuat ketentuan mengenai subyek Hak

Tanggungan dalam Pasal 6 dan Pasal 9, yaitu:

a) Pihak Pemberi Hak Tanggungan

Dalam ketentuan Pasal 6 ayat (I) UUHT menyebutkan bahwa

pemberi Hak Tanggungan adalah: "Orang perorangan atau badan hukum

yang mempunyaikewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap

obyek hak tanggungan yang bersangkutan". Selanjutnya di dalam ketentuan


52
Ibid.Hlm 66
67

ayat (2) dinyatakan bahwa "Kewenangan unluk melakukan perbuatan

hukum terhadap obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) harus ada pada pemberi hak tanggungan pada saat pendaftaran hak

tanggungan dilakukan". Ini berarti bahwa hak tanggungan hanya dapal

diletakan oleh orang yang berkuasa memindahtangankan benda yang

dibebani. Menurut UUPA mengenai siapa yang boleh memberikan hak

tanggungan ini dibalasi, ini disebabkan karena adanya syaral-syaral bagi

subyek Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.

Menurut UUPA yang dapat mempunyai Hak Milik adalah Warga Negara

Indonesia dan Badan Hukum yang ditetapkan pemerintah berdasarkan

ketentuan PP No. 38 Tahun 1963, yaitu:

1. Bank-bank yang didirikan pemerintah

2. Perkumpulan-perkumpulan koerasi pertanian yang didirikan

berdasarkan UUNo. 79 tahun 1958

3. Badan-badan keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri

setelah mendengar Menteri Agama

4. Badan-badan social yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian dan Agraria

setelah mendengar Menteri Sosial.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka yang dapat menjadi pemberi

hak tanggungan atas tanah Hak Milik adalah perseorangan Warga Negara

Indonesia dan Badan Hukum yang ditunjuk oleh pemerintah. Yang dapat

mempunyai Hak Guna Bangunan menurut UUPA adalah Warga Negara

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Ketentuan ini diatur Pasal 46


68

ayat (1) UUPA. Pemberian Hak Tanggungan dari Hak Guna Bangunan

adalah Warga Negara Indnesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut

hukum Indonesia dan berkedudukan di Indnesia. Yang dapat mempunyai

Hak Guna Usaha menurut UUP adalah Warga Negara Indonesia dan

Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia. Hal ini diatur dalam Pasal 30 UUPA. Dengan

demikian yang dapat memberikan Hak Tanggungan dari Hak Guna Usaha

adalah Waga Negara Indonesia dan Badan Hukum yang didirikan menurut

hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Selain itu yang dapat

dibebani dengan Hak Tanggungan adalah Hak Pakai berdasarkan Pada

Pasal 4 ayat (2) UUHT. Ini adalah terobosan yang dilakukan UUHT untuk

mengantisipasi perkembangan kebutuhan masyarakat. Yang dapat

mempunyai Hak Pakai Atas Tanah Negara menurut Pasal 42 UUPA

adalah Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Asing yang mempunyai

perwakilan di Indonesia. Iga Gangga Santi Dewi dalam bukunya

menyebutkan lembaga jaminan hak atas tanah Hak Tanggungan memiliki

kriteria antara lain:53

1. Droit de preferent berarti memberi kedudukan atau mendahului

pemegang, seperti pada Pasal 1 angka 1 serta Pasal 20 ayat (1) UUHT.

Kreditur preferent menjadi pemilik Hak Tanggungan memiliki hak

53
Santi Dewi, I. G., & Ardani, M. N. (2020). Kebijakan Penjaminan Tanah Melalui Hak
Tanggungan di Indonesia (Studi Penjaminan Hak Tanggungan Elektronik di Kabupaten Badung
Provinsi Bali). Law, Development and Justice Review
69

menjual lewat lelang umum tanah yang menjadi tanggungan namun

haknya mendulukan kreditur lain;

2. Droit de suite berarti menjadi pengikut objek yang jaminannya di tangan

objek yang ada, sesuai dengan Pasal 7 UUHT. Kriteria ini adalah jaminan

istimewa untuk kepentingan pemilik Hak Tanggungan;

3. Pemenuhan asas spesialitas serta publisitas, mengakibatkan mempu

terikatnya orang ketiga serta diberikannya dengan pasti hukum oleh pihak

yang memiliki kepentingan;

4. Mudah serta pasti dilaksanakan eksekusinya. Jika debitur

wanprestasi/cidera janji, langsung dilaksanakan lelang objek yang menjadi

tanggungan Hak Tanggungan dengan tidah harus dilakukannya gugatan di

pengadilan.

Berdasarkan Pasal 7 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020 yang

merupakan pengguna sistem HTel termasuk kreditor serta PPAT atau pihak

lain yang dipilih Kementerian. Kreditor yaitu perorangan atau badan hukum

seperti pada peraturan perundang-undangan. Awalnya ketika belum

dilakukannya tahap penjaminan HT-el dilaksanakan, pemakai wajib listing di

sistem HT-el seperti pada Pasal 8 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020.

Sistem HT-el sebagaimana disebutkan merupakan perangkat

elektronik saling terhubung yang dibuat oleh anggota teknis yang memiliki

tugas di sektor data serta informasi guna proses melakukan layanan HT-el

seperti pada Pasal 1 angka 8 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020. Sistem


70

elektronik seperti pada Pasal 1 angka 6 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020

merupakan sistem serta tahapan elektronik yang memiliki fungsinya

melakukan persiapan, pengumpulan, pengolahan, penganalisisan,

penyimpanan, penampilan, pengumuman, pengiriman serta/atau penyebaran

informasi elektronik.

Jenis pelayanan HT-el yang mampu diberikan lewat perangkat HT-el

berdasarkan Pasal 6 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020, antara lain:

a. Mendaftar hak tanggungan;

b. Mengalihkan hak tanggungan;

c. Mengubah nama kreditor;

d. Menghapus hak tanggungan; serta

e. Memperbaiki data.

Pada proses penjaminan HT-el, PPAT saat ini menyampaikan APHT

serta berkas lainnya yang berkaitan dengan penjaminan Hak Tanggungan

melalui Kantor Pertanahan secara online. Seperti yang ada pada PMATR/BPN

No. 5 Tahun 2020, yang mampu melakukan pendaftaran Hak Tanggungan di

Kantor Pertanahan yaitu kreditor. Didasarkan pada hal tersebut sesuai dengan

ketentuan PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020 maka PPAT tidak dapat

mengerjakan listing Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan. Berdasarkan hal

tersebut dapat diartikan dalam hal ini tugas pokok PPAT yaitu membuat

APHT serta memberikan akta tersebut pada Kantor Pertanahan guna


71

mendaftar perawatan data. Pada jaminan HT-el PPAT harus mengunggah file

secara online APHT beserta berkas kelengkapan lainnya terakhir 7 hari

sesudah pengesahan APHT kepada Kantor Pertanahan. Dalam rangka

penjaminan Hak Tanggungan secara elektronik, PPAT bebas dari kewajiban

mewakili pemohon (kreditor) untuk melakukan listing Hak Tanggungan pada

Kantor Pertanahan. Agar pengembalian kegunaan serta kekuasaan PPAT

menjadi administratur umum yang memiliki tugas pokok menciptakan akta

tentang aktivitas hukum dengan objek tanah, tidak menjalankan tugas kode

etik PPAT diluar pekerjaan utamanya.54

Selaras dengan hal yang telah diuraikan sebelumnya pendaftaran

HT-el dilakukan oleh kreditor. Sehingga dalam hal ini apabila terdapat

kesalahan dalam sertifikat HT-el maka bukan merupakan tanggungjawab

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Sebagaimana dijelaskan di teori

tanggungjawab hukum suatu individu memiliki tenggungjawab secara hukum

dari aktivitas tertentu atau membawa tanggungjawab hukum berarti orang

tersebut memiliki tanggungjawab atas suatu hukuman apabila aktivitasnya

tidak sesuai dengan regulasi yang ada . Pada hal ini pendaftaran HT-el bukan

merupakan tanggungjawab dari PPAT sehingga PPAT tidak memiliki

tanggungjawab atas kesalahan yang ada pada sertifikat Hak Tanggungan

Elektronik.55

54
Santi Dewi, I. G., & Ardani, M. N. (2020). Kebijakan Penjaminan Tanah Melalui Hak
Tanggungan di Indonesia (Studi Penjaminan Hak Tanggungan Elektronik di Kabupaten Badung
Provinsi Bali). Law, Development and Justice Review
55
Kelsen, H. (2006). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Raja Grafindo Persada.
72

Pasal 19 PMATR/BPN No. 5 Tahun 2020 menjelaskan jika adanya

salah pada pengajuan layanan HT-el yang baru disadari sesudah sertifikat HT-

el dibuat, pemilik sertifikat HT-el dalam hal ini adalah kreditor dapat

mengajukan perbaikan lewat perangkat HT-el terakhir 30 (tiga puluh) hari dari

tanggal sertifikat HT-el terbit. Sehingga berdasarkan uraian diatas apabila

terdapat kesalahan pada sertifikat HT-el pemilik HT-el tidak dapat meminta

pertanggungjawaban kepada PPAT. Karena berdasarkan PMATR/BPN No. 5

Tahun 2020 PPAT hanya bertugas untuk menyampaikan APHT melalui

sistem HT-el sedangkan yang bertanggung jawab untuk mendaftarkan Hak

Tanggungan adalah pemohon (kreditor). Oleh karena itu dalam hal ini yang

bertanggung jawab dan yang dapat mengajukan permohonan perbaikan atas

kesalahan yang terdapat dalam sertifikat HT-el adalah pemohon (kreditor)

yang juga merupakan pemilik sertifikat HT-el, PPAT tidak dapat mengajukan

perbaikan atas kesalahan sertifikat HT-el karena hal tersebut bukan merupakan

kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai