Oleh :
KOMANG GIRI ARTA (031924253027)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
1. Latar Belakang Masalah................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
3. Tujuan Penelitian............................................................................................5
4. Manfaat Penelitian..........................................................................................5
5. Kajian Pustaka................................................................................................5
5.1. Karakteristik Hak Tanggungan.............................................................5
5.2. Konsep Kewenangan Notaris.................................................................7
5.3. Tanggung Jawab dan Akibat Hukum dari Akta Notaris....................9
6. Metode Penelitian...........................................................................................11
6.1. Tipe Penelitian.........................................................................................11
6.2. Pendekatan Penelitian.............................................................................11
6.3. Sumber Bahan Hukum...........................................................................12
6.4. Pengumpulan Bahan Hukum.................................................................13
6.5. Analisis Bahan Hukum...........................................................................14
7. Sistematika Penulisan.....................................................................................14
DAFTAR BACAAN
iii
1. Latar Belakang
hutang, dengan hak mendahului, dengan objek jaminannya berupa hak-hak atas
tanah, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dengan Tanah (selanjutnya disebut UUHT). Dalam Pasal 10 ayat (2) UUHT
Akta pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-
dihadiri sendiri oleh pemberi hak tanggungan pada saat pembuatan Akta
Tanggungan tidak bisa hadir maka boleh dilakukan dengan pemberian Surat
1
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, h. 3
2
I Putu Selvyiana Putri Pratamikha, “Bentuk Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
Setelah Dikeluarkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No 8 Tahun 2012 tentang
Ketentuan Pelaksana Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah”, Acta
Comitas, Vol. 1. No. 1, 2016, h. 52
1
2
kepada pemegang hak tanggungan atau pihak yang untuk mewakili diri pemberi
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan Akta Notaris atau
Otentik Notaris harus tunduk kepada Pasal 1 angka 7 UUJN yang wajib mengikuti
ketentuan bentuk akta yang diatur dalam Pasal 38 UUJN, yang menentukan bahwa
harus terdiri dari Awak Akta, Badan Akta dan Akhir atau Penutup Akta. Dengan
terpenuhinya kententuan Pasal tersebut, maka akta Notaris dapat dikatakan layak
sebagai Akta Otentik, sebagaimana termuat dalam salah satu unsur sahnya Akta
bahwa “Suatu akta otentik ialah suatu akta yag dibuat dalam bentuk yang
membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan. Salah satu Akta yang berkaitan
3
Habib Adjie, Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Atas tanah, Mandar Maju,
Bandung,2000, h. 8.
terkait proses pembebanan hak tanggungan. Sehingga Notaris memiliki kewajiban
awalnya dalam proses tata cara pembuatan pembuatan akta PPAT yang diperoleh
dari Kantor Badan Pertanahan Nasional menjadi setiap Akta PPAT dibuat
berdasarkan Perkaban No 8 tahun 2012 ini, selanjutnya jika melihat lampiran dari
isi perkaban ini lampiran VIII A sampai dengan VIII G tersebut juga ditujukan
kepada Notaris yang untuk mengikuti ketentuan sebagaimana dalam isi Perkaban
No 8 tahun 2012.
Frasa “dibuat” sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 ayat (1) UUHT di sini
mengandung makna bahwa Notaris yang membuat akta, baik itu berkenaan
dengan bentuk dan susunan kalimatnya. Namun praktiknya Notaris tidak membuat
SKMHT, hanya mengisi SKMHT, karena bentuk dan susunan kalimatnya sudah
disediakan oleh pihak BPN. Hal ini berarti SKMHT tidak memenuhi ketentuan
dan syarat sebagai suatu Akta Otentik. Selama ini Notaris menggunakan SKMHT
buatan pihak BPN, jika tidak menggunakan bentuk dan format yang disediakan
tersebut, SKMHT tersebut tidak akan diterima oleh pihak BPN.5 Dengan hanya
tidak
4
Wawan Tunggul Alam, Memahami Profesi Hukum (Hakim, Jaksa, Polisi, Notaris,
Advokat dan Konsultan Hukum Pasar Modal), Milenia Populer, Bandung , 2004, h. 23.
5
Usman Rachmadi, “Kewenangan Notaris Dalam Membuat Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan Dengan Akta”, Legislasi Indonesia, Vol. 15, No. 3, 2018, h. 226
membuat Akta Otentik, melainkan membuat surat belaka. Berdasarkan hal
Tahun 2012 terkait kewenangan Notaris dalam membuat SKMHT. Hal tersebut
tentu akan berdampak terhadap proses pembebanan hak tanggungan dan dapat
latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dilakukannya suatu penelitian.
TANGGUNGAN (SKMHT)
2. Rumusan Masalah
berikut:
No 8 Tahun 2012
6
Ibid.
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
notaris dalam membuat SKMHT serta akibat hukum akta notaris yang
5. Kajian Pustaka
5.1 Karakteristik Hak Tanggungan
Pengertian Hak Tanggungan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 1
UUHT adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud UUPA berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lainnya. 7
Semenjak lahirnya UUHT pembebanan hak atas hutang tidak menjadi bentuk
dianggap sebagai suatu bentuk lembaga jaminan atas tanah dan mempunyai sifat
yang dapat memberikan jaminan atas hak kebendaan terhadap jaminan yang
diperjanjian oleh para pihak sebagai suatu jaminan atas suatu hutang.
mengenai pemindahan hak atau pembebanan atas Akta lain yang menyangkut
tanah dibuat dengan Akta PPAT sebagaimana dalam Pasal 1 Angka 5 UUHT,
mengenai asas bahwa sebagaimana penjelasan Pasal 15 Ayat (1) pembebanan Hak
apabila benar-benar diperlukan, yaitu dalam hal pemberi Hak Tanggungan tidak
dibuat oleh PPAT maupun Notaris. Jika tidak dipenuhinya syarat ini
mengakibatkan surat kuasa yang bersangkutan batal demi hukum. Adapun obyek
yang dapat dijadikan sebagai jaminan Hak Tanggungan yaitu Hak Milik, Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan jika melihat ketentuan dalam Pasal 4 UUHT.
Namun terdapat Hak pakai atas tanah negara yang dapat dijadikan jaminan Hak
7
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang, 2006, h. 52.
5.2 Konsep Kewenangan Notaris
istilah ini sering diperturkarkan arti maupun maknanya. Pada dasarnya suatu
kekuasaan berbentuk hubungan natar dua pihak, yaitu pihak yang memerintah dan
pihak yang diperintah (the rule and the ruled).8 Menurut Ateng Syafrudin
dengan kekuasaan formal yaitu kekuasaan yang berasal dari yang diberikan oleh
perundang-undangan.9
8
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998
h. 35-36.
9
Sufriadi, “Tanggung Jawab Jabatan dan Tanggung Jawab Pribadi Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia”, Jurnal Yuridis, Vol. 1 No. 1, 2014, h. 60
10
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2017, h. 101
cara untuk memperoleh wewenang pemerintahan. Oleh sebab itu maka
keputusan oleh suatu pejabat pemerintahan (Pejabat Tata Usaha Negara) kepada
perpindahan tanggung jawab dari yang memberi delegasi kepada yang menerima
jawab juga dipegang oleh sipenerima delegasi. Sedangkan Mandat adalah suatu
keputusan, namun dalam hal ini tanggung jawab atas segala perbuatannya tetap
Terkait dengan itu maka kewenangan Notaris dalam hal ini diberikan
membuat akta otentik terdapat dalam Pasal 15 UUJN. Namun jika kita melihat
membuat SKMHT.
5.3 Tanggung Jawab dan Akibat Hukum dari Akta Notaris
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh
kata “orang” dalam hal ini yaitu dimaksudkan kepada rechtpersooon yang dalam
arti yuridis merupakan setiap orang yang mempunyai wewenang hukum atau
mempunyai kecapakan dalam subyek hukum atau sebagai pendukung hak dan
kewajiban.12 Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjuk pada
risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin.
Liability sering didefinisikan dengan semua karakter hak dan kewajiban dan juga
kondisi secara faktual atau potensial dengan bertanggung jawab terhadap hal-hal
adalah hal dapat dipertanggung jawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk
menimbulkan melakukan ganti kerugian atas segala kerusakan apapun yang telah
ditimbulkannya.14
11
Ridwan HR, Op. Cit, h. 318
12
Chidir Ali, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2007, h. 7
13
RIdwan HR, Op. Cit, h. 318-319
14
Ibid, h. 319
Jika melihat ketentuan sebagaimana dalam Pasal 65 UUJN bahwa
Notaris bertanggung jawab atas setiap akta yang dibuatnya meskipun Protokol
Notaris”. Oleh sebab itu maka jika melihat ketentuan ini jika seorang Notaris
membuat suatu Akta SKMHT maka Notaris tersebut harus bertanggung jawab
atas Akta yang dibuatnya dalam menjalankan tugas dan jabatannya atas
pelanggaran yang terjadi akibat dari perbuatan Notaris itu sendiri, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Sehingga Notaris dituntut untuk lebih
berhati-hati dan teliti dalam menjalankan tugas dan jabatannya terutama dalam hal
tersebut. Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum.15
Menurut Syarifin, akibat hukum adalah segala akibat yang timbul dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau
yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.16 Terkait
dengan hal tersebut maka akan dianalisa terhadap Akta SKHMT yang dibuat
Notaris yang dibuat apakah Akta tersebut masih dianggap sah atau batal demi
sebagaimana
15
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h. 86
16
Syarifin Pipin, Pengantar Ilmu Hukum, CV Pustaka Setia, Bandung, 2009,h. 71
Akibat tersebut akan berpegaruh terhadap Notaris itu senditi maupun terhadap
6. Metode Penelitian
Berdasarkan pada uraian judul dan rumusan masalah tersebut diatas, tipe
penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini yakni penelitian hukum
(Doctrinal Research). Tipe penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti dan
yang perlu diperhatikan adalah struktur norma dalam wujud tata urutan atau
norma apakah norma itu bersifat khusus atau umum, atau apakah norma itu berada
perundang-undangan
17
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2005, h.32
18
I Made Pasek Diantha, Metodelogi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2016, h.12
yang berhubungan dengan Pengaruh Perkaban No 8 Tahun 2012 terhadap
penelitian ini beranjak dari pemikiran dan pendapat para ahli atau doktrin dalam
konsep hukum yang relevan dalam penelitian ini terkait Pengaruh Perkaban No 8
a. Burgerlijk Wetboek
Pokok Agraria
19
Ibid, h. 159
e. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012
Bahan Hukum Sekunder adalah segala bentuk publikasi tentang hukum yang
penelitian ini adanya segala buku-buku yang terkait dengan kewenangan Notaris,
relevan, dan artikel-artikel lain yang terkait dalam permasalahan penelitian ini.
sistem kartu (card system), yaitu setelah mendapatkan semua bahan yang
penting bagi penelitian yang digunakan.21 Adapun penggunaan card system dalam
hal ini yaitu diawali dengan pencatatan terhadap judul buku, nama pengarang,
20
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, h. 181
21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007,h. 13
6.5 Analisis Bahan Hukum
Analisis bahan hukum yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan cara
Teknik Interpretatif yaitu berupa penafsiran dalam ilmu hukum yang dalam hal ini
akibat hukum akta yang dibuat oleh Notaris. Sedangkan interpretasi sistematis
undangan yang terkait dengan isu hukum yang dibahas berdasarkan hierarkhi
SKMHT.
yang di dalamnya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat
22
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2008, h.291
23
Ibid., h.292-293
penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Melalui bab I dapat
membuat SKMHT setelah berlakunya Perkaban No 8 Tahun 2012. Pada Bab ini
akan terdiri dari 2 (dua) sub bab. Pertama yaitu mengenai Perbandingan pengaruh
Tahun 2012.
Kemudian dalam Bab III akan dibahas mengenai rumusan masalah yang
kedua, yakni mengenai Akibat hukum akta notaris yang dibuat setelah berlakunya
Perkaban No 8 Tahun 2012. Pada bab ini akan terdiri dari 2 (dua) sub bab yaitu
Pertama terkait dengan Akibat hukum akta notaris yang dibuat setelah berlakunya
Pada Bab IV (Bab Penutup) merupakan bab terakhir dalam penulisan tesis yang
berisi kesimpulan atas isu hukum yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya,
Adjie Habib, Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Atas tanah, Mandar
Maju, Bandung, 2000.
Muljadi Kartini dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak
Tanggungan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.
Patrik Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Patrik Purwahid dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi Dengan Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2017.