Anda di halaman 1dari 16

[JATISWARA

[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Implikasi Hukum Blanko Akta Ppat Setelah


Di Keluarkannya Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 8
Tahun 2012

Dian Eka Nurul Wardani, H. Gatot Dwi Hendro Wibowo, Sahnan


Mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Mataram
Jln. Majapahit No. 62 Mataram 83125,
Telp. (0370), 633035, Fax. 626954
Email: ekadyan21j@gmail.com

ABSTRAK
Akta PPAT merupakan salah satu sumber utama dalam rangka pemeliharaan pendaftaran tanah di
Indonesia, yang berfungsi untuk menjamin kepastian hukum atas terjadinya suatu perbuatan hukum
peralihan dan pembebanan Hak Tanggungan. Adapun tujuan Penelitian ini yaitu untuk menganalisis
Implikasi Hukum Blanko akta PPAT setelah berlakunya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
(Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian hukum Normatif. Penelitian ini
menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Tehnik pengumpulan
bahan hukum melalui studi kepustakaan setelah itu dilakukan pengolahan bahan hukum dengan
penalaran logis dan sistematis yang dianalisa secara diskriptif kualitatif dan menarik kesimpulan
dengan cara deduktif. Berdasarkan hasil penelitian terjadinya inkosistensi dalam pengaturan blanko
akta PPAT setelah dikeluarkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 8
Tahun 2012 dan solusinya jika Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 8
Tahun 2012 yang tidak sesuai dengan penerapannya. Adanya Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah secara hirarki lebih tinggi
kedudukannya dari pada surat edaran. Sesuai dengan asas lex superior derogat legi inferior yang
artinya peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan yang rendah (asas hierarki) dan solusinya Surat
Edaran yang dikelurakan setelah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 8
Tahun 2012 harus di cabut/ditarik kembali.
Kata kunci : Implikasi, Akta, PPAT, Peraturan

ABSTRACT
The PPAT deed is one of the main sources for the maintenance of land registration in
Indonesia, which serves to ensure legal certainty of the occurrence of a legal act of transition

[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 335
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
and the imposition of the Mortgage Rights. The purpose of this study is to analyze the legal
implications of PPAT form deed after the enactment of Regulation of the Head of National
Land Agency (Agreement) No. 8 of 2012. This research is Normative legal research. This
study used a statutory approach, conceptual approach and sociological approach. Technique
of collecting legal materials through literature study after that done the processing of legal
materials with logical and systematic reasoning and analyzed descriptively qualitative and
draw deductive conclusions. Based on the result of research of inconsistency in arranging the
form of PPAT deed after the issuance of Regulation of Head of National Land Agency
(Agreement) Number 8 Year 2012 and its solution if the rules Regulation of Head of National
Land Agency (Agreement) Number 8 Year 2012 which is not in accordance with its
application. The existence of Regulation of Head of National Land Agency Number 8 Year
2012 About Amendment of Regulation of State Minister of Agrarian / Head of National Land
Agency Number 3 Year 1997 About Regulation of Implementation of Government Regulation
Number 24 Year 1997 About Land Registration hierarchically higher position than circular
letter. In accordance with the principle of lex superior derogat legi inferior which means
higher regulation put aside the low (hierarchy principle) and solution Circular letter issued
after Regulation of Head of National Land Agency (Agreement) Number 8 Year 2012 must be
revoked / withdrawn.
Keywords: Implications, Deed, PPAT, BPN Regulations

pendaftaran tanah yang diakibatkan


A. PENDAHULUAN
oleh perbuatan hukum itu.
Pendaftaran peralihan hak atas tanah,
2. Perbuatan hukum sebagaiman dimaksud
dilaksanakan oleh PPAT, salah satunya
dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :
pendaftaran tanah dengan status hak milik.
Jika tanah yang bersangkutan berstatus hak a. Jual Beli;
milik maka akan mudah untuk diketahui b. Tukar Menukar;
bahwa tanah yang bersangkutan boleh
dikuasai dan digunakan tanpa batas c. Hibah;
waktu.1hal tersebut sesuai dengan d. Pemasukan Kedalam Perusahaan
ketentuan tentang Peraturan Jabatan PPAT (inbreng);
yakni Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan e. Pembagian Hak Bersama;
PPAT, yang pada pasal 2 menyatakan :2 f. Pemberian Hak Guna
1. PPAT bertugas pokok melaksanakan Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah
sebagian kegiatan pendaftaran tanah Hak Milik;
dengan membuat akta sebagai bukti g. Pemberian Hak Tanggungan;
telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau h. Pemberian Kuasa Membebankan
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, Hak Tanggungan.
yang akan dijadikan dasar bagi Dalam perkembangan pendaftaran
pendaftaran perubahan data tanah di Indonesia, kedudukan PPAT
sebagai Pejabat Umum dikukuhkan
1
Baiq Henni Pramita Rosandi, Akibat melalui berbagai peraturan perundang-
Hukum Jual Beli Hak atas Tanah yang Belum undangan yaitu :
Didaftarkan, Jurnal IUS, Vol. IV, Universitas
Mataram, 2016, hlm. 424. 1. Undang-undang nomor 4 tahun 1996
2
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Hak Tanggungan atas tanah
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta beserta benda-benda yang berkaitan
Tanah, PP Nomor 37 tahun 1998, LN. No. 52, ps.2

336 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

dengan tanah. Pengertian PPAT dengan setepat-tepatnya tanpa boleh


sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat menyimpang sedikitpun. Penyimpangan
(4) adalah : “Pejabat Umum yang dari tata cara atau prosedur pembuatan akta
diberi wewenang untuk membuat akta otentik akan membawa akibat hukum
pemindahanhak atas tanah, akta kepada kekuatan pembuktian akta itu yang
pembe-banan hak atas tanah, dan akta disebabkan oleh adanya kesalahan akta
pem-berian kuasa pembebanan hak PPAT yang membuat aktanya atau adanya
tanggungan menurut peraturan cacat hukum pada aktanya baik yang
perundang-undangan yang berlaku”. disebabkan oleh karena adanya penyim-
pangan atau kesalahan pada tata cara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
pengisian isi dalam akta ataupun karena
1997 tentang pendaftaran tanah, pasal 1
adanya kesalahan pada prosedur blanko
angka 24 menyatakan bahwa PPAT
aktanya.
adalah : “Pejabat Umum yang diberi
wewenang membuat akta-akta tanah Pembuatan akta PPAT diharuskan
tersebut”. untuk menggunakan blanko akta PPAT
seperti yang diatur oleh Kepala Badan
3. Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun Pertanahan Nasional melalui Peraturan
1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT, Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
secara khusus diatur dalam pasal 1 Nomor 3 Tahun 1997 yang menyatakan
butir 1, yang berbunyi : bahwa akta-akta PPAT harus dibuat
“Pejabat Pembuat akta tanah adalah dengan menggunakan blanko akta PPAT
pejabat umum yang diberi wewenang yang disesuaikan (dicetak) oleh Badan
untuk membuat akta otentik mengenai Pertanahan Nasional atau instansi lain
perbuatan hukum tertentu mengenai hak yang ditunjuk. Hal ini berarti bahwa tanpa
atas tanah atau hak milik atas satuan blanko akta PPAT yang di cetak, maka
rumah susun”. PPAT tidak boleh membuat akta-akta
PPAT.
Selanjutnya, akta PPAT adalah akta
otentik dan sebagai sebuah akta otentik Selanjutnya berdasarkan Peraturan
terdapat persyaratan ketat dalam hal Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
prosedur pembuatan, bentuk dan formalitas 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan
yang harus di lakukan sehingga akta Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
tersebut berhak disebut sebagai akta BPN RI Nomor 3 Tahun 1997, berikut
otentik. Hal ini ditegaskan oleh pasal 1868 lampirannya (cover akta, bentuk akta
KUH Perdata : “suatu akta otentik adalah PPAT dan tata cara pengisiannya) berlaku
suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang sejak tanggal 2 Januari 2013 atau dikenal
di-tentukan undang-undang oleh atau dan disebut dengan PERKABAN Nomor 8
dihadapan pejabat umum yang berwenang Tahun 2012. Substansi atau ketentuan yang
untuk itu ditempat akta itu dibuat”. Jadi diatur dalam PERKABAN Nomor 8 Tahun
syarat otentisitas suatu akta yaitu : 2012 mencakup :3

1. Dalam bentuk yang ditentukan oleh a. Penyiapan dan pembuatan akta PPAT
undang-undang; dilakukan sendiri oleh PPAT, PPAT
Pengganti, PPAT Sementara, dan PPAT
2. Oleh atau dihadapan pejabat umum; Khusus. Sebelum berlakunya
3. Pejabat tersebut harus berwenang
ditempat dimana akta tersebut dibuat. 3
Pieter Latumeten, Teknik Pembuatan
Tata cara dan formalitas pembuatan Akta PPAT Versi Perkaban Nomor 8 Tahun 2012,
Seminar Perkaban Nomor 8 Tahun 2012, yang
akta otentik adalah merupakan ketentuan diselenggarakan oleh PENGDA INI dan IPPAT
hukum yang memaksa, artinya tata cara Kabupaten Bandung Barat di Bandung, tanggal 20
dan prosedur pembuatan itu harus diikuti Maret 2013.
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 337
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012 Berdasarkan Surat dari Kepala
Blanko akta PPAT disiapkan dan Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten terkait
diterbitkan oleh BPN , dan hal ini tindak lanjut dari Surat Kepala Kantor
merupakan suatu terobosan BPN untuk Wilayah Badan Petanahan Nasional
mengatasi kelangkaan blanko akta Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka
PPAT yang selama ini menjadi masalah diberitahukan kepada seluruh PPAT
rutin yang dihadapi PPAT dan terutama di Provinsi Nusa Tenggara Barat
masyarakat yang membutuhkan serta Kota/Kabupaten dengan telah menerima
menghilangkan beban negara dimana surat Edaran Perihal Blanko Akta Para
selama ini blanko akta PPAT PPAT setempat tanggal 25 Maret 2013
dibebankan pada APBN; agar wajib mengembalikan blanko akta
PPAT yang dicetak oleh Badan Pertanahan
b. Akta PPAT selain berfungsi sebagai alat
Nasional atau instansi lain yang ditunjuk
bukti, juga berfungsi sebagai syarat
kepada Kantor Pertanahan setempat
pendaftaran perubahan data pendaftaran
dengan membuat berita acara penyerahan
tanah, sehingga akta PPAT yang dibuat
selambat lambatnya tanggal 31 Maret
sesuai dengan bentuk dan tata cara
2013. Namun seiring berjalannya waktu
pengisian yang diatur dalam
pada tanggal 29 Maret 2015 para PPAT
PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012
menerima kembali surat Edaran dari
yang bisa dijadikan dasar pendaftaran
Kepala Kantor Pertanahan Kota/Kabupaten
peru-bahan data pendaftaran tanah.
terkait tindak lanjut dari Surat Kepala
Kantor Pertanahan setempat akan
Kantor Wilayah Badan Petanahan Nasional
menolak pendaftarannya jika akta PPAT
Provinsi Nusa Tenggara Barat Perihal
dibuat tidak sesuai dengan bentuk dan
Pemanfaatan Blanko Akta PPAT yang
tata cara pengisian yang diatur dalam
telah dikembalikan tersebut agar
PERKABAN Nomor 8 Tahun 2012;
digunakan kembali oleh para PPAT, dalam
c. Masa peralihan PERKABAN Nomor 8 hal ini apabila PPAT sampai menggunakan
Tahun 2012 yaitu: sejak tanggal2 kembali Blanko Akta BPN maka sangatlah
Januari 2013 sampai dengan 31 Maret betentangan dengan Peraturan Kepala
2013, PPAT masih dapat menggunakan Badan Pertanahan Nasional (PERKABAN)
Blanko akta PPAT yang disediakan oleh Nomor 8 Tahun 2012 jika masih
BPN sepanjang stock blanko PPAT digunakan oleh para PPAT.
masih tersedia di PPAT yang
bersangkutan dan atau Kantor B. PEMBAHASAN
Pertanahan yang bersang-kutan. Jika 1. Tugas, Kewenangan dan Kewajiban
sejak berlakunya PERKABAN ini (2 PPAT
Januari 2013) PPAT tidak lagi
a. Tugas PPAT
menggunakan Blanko akta PPAT yang
disediakan oleh BPN, maka PPAT yang PPAT mempunyai tugas yang
bersangkutan wajib mengembalikan penting dan strategis dalam
blanko akta PPAT kepada Kantor menyelenggarakan pendaftaran tanah yaitu
Pertanahan dengan mem-buat berita membuat akta peralihan hak atas tanah.
acara penyerahan selambat lambatnya Tanpa bukti berupa akta PPAT, para
tanggal 31 Maret 2013; kepala Kantor Pertanahan dilarang
mendaftar perbuatan hukum yang
d. Bentuk akta PPAT yang diatur dalam bersangkutan. 4

PERKABAN ini mencakup COVER


AKTA dan FORMULIR AKTA (kepala 4
Boedi Harsono, Tugas dan Kedudukan
akta, awal akta, komparisi, isi akta dan
PPAT, Jakarta, Majalah Hukum dan Pengembangan
akhir akta); Universitas Indonesia Edisi Desember 1995 No. 6
Tahun XXV, hlm.478
338 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

b. Kewenangan PPAT hal berhenti dari jabatannya atau


Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor melaksanakan cuti.
37 Tahun 1998 menyatakan bahwa : e. Membebaskan uang jasa bagi yang
“untuk melaksanakan tugas pokok tidak mampu.
tersebut Pejabat Pembuat Akta Tanah
f. Membuka kantor setiap hari kerja
mempunyai kewenangan membuat akta kecuali cuti atau hari libur resmi.
otentik mengenai semua perbuatan hukum
sebagaimana telah disebutkan di atas, g. Berkantor hanya di 1 (satu) kantor
mengenai hak atas tanah dan hak milik atas dalam daerah kerja sesuai dengan
satuan rumah susun yang terletak di dalam keputusan pengangkatan PPAT.
daerah kerjanya. Pejabat Pembuat Akta h. Menyampaikan alamat kantor, contoh
Tanah Khusus hanya berwenang membuat tanda tangan, contoh paraf dan teraan
akta mengenai perbuatan hukum yang cap/stempel jabatannya kepada Kepala
disebut secara khusus penunjukannya”. Kantor Wilayah, Bupati/Walikota,
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Kantor Pertanahan yang Wilayahnya
menyatakan bahwa PPAT hanya meliputi daerah kerja PPAT.
berwenang membuat akta mengenai hak
i. Melaksanakan jabatannya secara nyata
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
setelah pengambilan sumpah.
susun yang terletak di wilayah kerjanya.
Pengecualian dari pasal 4 ayat (1) j. Memasang papan nama dan
ditentukan dalam ayat (2), yaitu untuk akta menggunakan stempel yang bentuk dan
Tukar Menukar, akta Pemsukan Dalam ukurannya ditetapkan oleh Kepala
Perusahaan (inbreng) dan akta Pembagian Badan.
Hak Bersama mengenai beberapa hak atas k. Lain-lain sesuai peraturan perundang-
tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah undangan.
Susun yang obyek tanahnya tidak
semuanya terletak didalam daerah kerja Menurut pasal 62 Peraturan
seorang PPAT, maka dapat dibuat oleh Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
PPAT yang daerah kerjanya meliputi salah Tentang Pendaftaran Tanah telah
satu bidang tanah atau satuan rumah susun ditetapkan sanksi bagi PPAT yang dalam
yang haknya menjadi obyek perbuatan melaksanakan tugasnya mengabaikan
hukum. ketentuan-ketentuan yang berlaku serta
petunjuk dari Menteri atau Pejabat yang
c. Kewajiban PPAT ditunjuk. Sanksi yang dikenakan berupa
Kewajiban PPAT sebagaimana yang tindakan administratif, berupa teguran
diatur dalam pasal 45 Peraturan Kepala tulisan sampai pember-hentian dari
BPN Nomor 1 Tahun 2006 adalah : jabatannya dengan tidak mengurangi
a. Menunjang tinggi Pancasila, UUD kemungkinan dituntut ganti rugi oleh
1945 dan Negara Republik Indonesia. pihak-pihak yang menderita kerugian yang
diakibatkan oleh diabai-kannya ketentuan
b. Megikuti pelantikan dan pengangkatan tersebut.
sumpah jabatan sebagai PPAT.
2. Syarat dan Prosedur pembuatan
c. Menyampaikan laporan bulanan Akta-akta PPAT sebelum
kepada kepala kantor Pertanahan, berlakunya Peraturan Kepala Badan
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Pertanahan Nasional (Perkaban)
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Nomor 8 Tahun 2012.
Bangunan.
Pasal 96 ayat (1) :
d. Menyerahkan Protokol PPAT dalam
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 339
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
“Bentuk-bentuk akta yang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
dipergunakan didalam pembuatan akta Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 Tentang Pendaftaran Tanah, yang isinya
ayat (1) dan (2) dan cara pengisiannya adalah sebagai berikut :
sebagaimana tercantum dalam lampiran Pasal I :
16-23, terdiri dari : akta Jual Beli, akta Ketentuan dalam Peraturan Menteri
Hibah, akta Tukar Menukar, Akta akta Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Pemasukan Kedalam Perusahaan, Akta Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pembagian Hak Bersama, Akta Pemberian Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Hak Tanggungan, akta Pemberian Hak Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Pendaftaran Tanah, diubah sebagai berikut
Milik, Surat Kuasa Membebankan Hak :
Tanggungan.”
Ketentuan pasal 96 ayat (2) dihapus
Pasal 96 ayat (2) : dan ayat (3) diubah serta setelah ayat (3)
“Pembuatan akta sebagaimana yang ditambahkan 2 (dua) ayat baru yaitu ayat
dimaksud dalam pasal 95 ayat (1) dan (2) (4) dan ayat (5) sehingga pasal 96 berbunyi
harus dilakukan dengan menggunakan sebagai berikut :
formulir sesuai dengan bentuk Pasal 96 :
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
disediakan.” Bentuk akta yang dipergunakan di
dalam pembuatan akta sebagaimana
Pasal 96 ayat (3) dimaksud dalam pasal 95 ayat (1) dan ayat
“Pendaftaran perubahan data (2) dan tata cara pengisian dibuat sesuai
pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dengan lampiran Peraturan ini yang terdiri
dalam pasal 95 ayat (1) dan pembuatan dari :
akta pemberian hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 95 a) Akta Jual Beli
ayat (2) tidak dapat dilakukan berdasarkan b) Akta Hibah
akta yang pembuatannya melanggar
c) Akta Tukar Menukar
ketentuan pada ayat (2).”
Pada blanko akta yang lama (dicetak) d) Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan
oleh Badan Pertanahan Nasional adalah e) Akta Pembagian Hak Bersama
terdapat nomor seri pada bagian atas akta
PPAT. Nomor tersebut merupakan nomor f) Akta Pemberian Hak Tanggungan
kode dari Badan Pertanahan Nasional dan g) Akta Pemberian Hak Guna
tidak ada nomor seri yang sama dari semua Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak
akta yang diterbitkan, hal ini ditujukan Milik
untuk memudahkan melacak apabila ada
h) Surat Kuasa Membebankan Hak
permasalahan.
Tanggungan
3. Syarat dan Prosedur Pembuatan
Akta-akta setelah berlakunya
Peraturan Kepala Badan Pasal 96 ayat (2) dihapus
Pertanahan Nasional (Perkaban) Pasal 96 ayat (3)
Nomor 8 Tahun 2012. Pendaftaran perubahan data
Peraturan Kepala Badan Pertanahan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud
Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 dalam pasal 95 ayat (1) dan pembuatan
Tentang Perubahan Peraturan Menteri akta pemberian Hak Tanggungan
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan sebagaimana diatur dalam pasal 95 ayat (2)
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang tidak dapat dilakukan berdasarkan akta

340 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

yang pembuatannya tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud


ketentuan pada ayat (1). pada huruf b dan huruf c,
Pasal 96 ayat (4) dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
Penyiapan dan pembuatan akta
undangan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh masing-masing Pejabat 2. Pada saat peraturan ini mulai berlaku ,
Pembuat Akta Tanah, Pejabat Pembuat ketentuan yang bertentangan dengan
Akta Tanah Pengganti, Pejabat Pembuat peraturan ini, dicabut dan dinyatakan
Akta Tanah Sementara atau Pejabat tidak berlaku.
Pembuat Akta Tanah Khusus. 3. Peraturan ini mulai berlaku pada
Pasal 96 ayat (5) tanggal 2 Januari 2013.
Kepala Kantor Pertanahan menolak
Pembuatan akta-akta PPAT setelah
pendaftaran akat Pejabat Pembuat Akta berlakunya Peraturan Kepala Badan
Tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pertanahan Nasional (Perkaban) Nomor 8
sebagaimana diatur pada ayat (1). Tahun 2012, terdapat aturan-aturan yang
Pasal II : pokok yaitu sebagai berikut :
1. Dengan mulai berlakunya peraturan 1. Akta dibuat dalam bentuk asli
ini: sebanyak 2 (dua) rangkap
a. Blanko akta Pejabat bermaterai cukup, masing-masing
Pembuat Akta Tanah yang masih ditandatangani para pihak, para
tersedia di Kantor Badan saksi dan PPAT, dan dibuat 2 (dua)
Pertanahan Nasional atau masing- lagi lembar salinan yang diberikan
masing Pejabat Pembuat Akta kepada para pihak yaitu 1 (satu)
Tanah, Pejabat Pembuat Akta untuk Penjual dan 1 (satu) untuk
Tanah Pengganti, Pejabat Pembuat pembeli, yang cukup
Akta Tanah Sementara, atau ditandatangani oleh PPAT saja.
Pejabat Pembuat Akta Tanah 2. Pada setiap halaman pertama akta
Khusus masih dapat digunakan. terdapat Kop PPAT yang terletak
b. Blanko Akta Pejabat dibagian atas akta, sebelum Judul
Pembuat Akta Tanah sebagaimana Akta.
dimaksud pada huruf a, apabila 3. Setiap rangkap akta terdiri dari
Pejabat Pembuat Akta Tanah tidak beberapa halaman akta, disusun dan
menggunakan lagi, wajib dikem- diberi penomoran halaman yang
balikan ke Kantor Pertanahan dimulai dari halaman pertama dan
setempat paling lambat tanggal 31 seterusnya sesuai degan jumlah
Maret 2013. halaman pada akta tersebut, dimana
c. Pengembalian akta penulisan nomor halaman tertera
sebagaimana dimaksud pada huruf pada bagian bawah akta.
b, dilakukan dengan membuat 4. Pada setiap halaman akta PPAT
berita acara penyerahan blanko akta juga terdapat nama PPAT, jenis
Pejabat Pembuat Akta Tanah dari akta PPAT dan tempat kedudukan
Pejabat Pembuat Akta Tanah yang PPAT.
bersangkutan kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat atau 5. Pada setiap halaman akta PPAT
pejabat yang ditunjuk. diparaf oleh PPAT, para pihak dan
para saksi dibagian bawah halaman
d. Pejabat Pembuat Akta akta PPAT.
Tanah yang tidak memenuhi
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 341
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
6. Dalam pembuatan akta PPAT, 2. Ukuran kertas sampul 29,7 x 42 cm
untuk menjaga keakuratan data, (A3);
agar menghindari adanya 3. Warna sampul putih;
perbaikan/
pencoretan/penggantian/penamba- 4. Sampul depan diberikan kop PPAT dan
han (renvoi). ditulis judul sesuai jenis akta, misalnya
“AKTA JUAL BELI” atau “AKTA
7. Kata/frase/kalimat dalam formulir HIBAH” atau “AKTA PEMBAGIAN
akta yang digunakan adalah HAK BERSAMA” atau “AKTA
kata/frase/kalimat yang diperlukan PEMBERIAN HAK
saja, dan jika tidak diperlukan, TANGGUNGAN” dan atau “SURAT
maka tidak dicantumkan dalam KUASA MEMBEBANKAN HAK
akta. TANGGUNGAN”;
8. Dalam hal terjadi renvoi : 5. Penulisan judul akta dengan huruf
a. Perbaikan/penggantian Bookman Old Style, ukuran 28 dan
kata/frase/kalimat yang salah, warna hitam;
dicoret dan diberi paraf oleh 6. Tinta yang dipergunakan berwarna
PPAT, para pihak, para saksi. hitam dan tidak mudah luntur.
b. Penambahan kata/frase/kalimat, Ketentuan pelaksanaan Peraturan
di ketik/ditambahakan pada : Kepala Badan Pertanahan Nasional
1) ruang kosong lembaran akta (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 Tentang
dengan member tanda dan Perubahan Peraturan Menteri Negara
diparaf oleh PPAT, para Agraria/Kepala Badan Pertanahan
pihak, dan para saksi; Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan
2) lembar kertas yang
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
ditambahkan pada akta
Tentang Pendaftaran Tanah, dapat
dengan mencantumkan
dianalisa dengan menggunakan teori
nomor akta disetiap
Lawrence M. Friedmen, yang
halaman yang ditambahkan
mengemukakan ada 3 (tiga) unsur sistem
dan diberi paraf oleh PPAT,
hukum (three elements of legal system),
para pihak dan para saksi.
yaitu :
9. Penulisan formulir akta menggu-
a. Struktur hukum (Legal Structure), yaitu
nakan kertas HVS 80 s.d 100 gram,
kelembagaan yang diciptakan oleh
ukuran kertas 29,7 cm x 42 cm
sistem hukum itu dengan berbagai
(A3), warna kertas putih, diketik
macam fungsi dalam rangka mendu-
dengan menggunakan huruf sesuai
kung bekerjanya sistem hukum. Kom-
dengan selera PPAT, ukuran 11.5
ponen ini dimungkinkan untuk melihat
atau 12, diketik bolak balik tiap
bagaimana sistem hukum itu mem-
halaman, sedangkan tinta yang
berikan pelayanan terhadap penggga-
digunakan adalah berwarna hitam
rapan bahan-bahan hukum secara
dan tidak mudah luntur.
teratur.
Dalam pelaksanaan Peraturan Kepala
Ketentuan mengenai sampul akta Badan Pertanahan Nasional (Perkaban)
adalah sebagai berikut : Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan
1. Jenis kertas sampul adalah kertas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
karton (contoh : BW/BC/TIK) 150 s.d Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
250 gram; Tahun 1997 Tentang Peraturan
342 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor Nusa Tenggara Barat Kota/Kabupaten


24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah dengan telah menerima surat Edaran
ini adalah Badan Pertanahan Nasional Perihal Blanko Akta Para PPAT setempat
(BPN). tanggal 25 Maret 2013 agar wajib
Pasal 2 Peraturan Presiden mengembalikan blanko akta PPAT yang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2015 dicetak oleh Badan Pertanahan Nasional
menyebutkan : “BPN mempunyai tugas atau instansi lain yang ditunjuk kepada
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai Kantor Pertanahan setempat dengan
dengan ketentuan peraturan perundang- membuat berita acara penyerahan selambat
undangan”. lambatnya tanggal 31 Maret 2013, dan
sejak itu PPAT wajib membuat blanko akta
Pasal 3 Peraturan Presiden
sendiri dan Kantor Pertanahan
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2015
Kabupaten/Kota tidak menerima proses
menyebutkan bahwa :
pendaftaran peralihan hak dengan
“Dalam melakanakan tugas menggunakan blanko akta PPAT yang
Pemerintahan di bidang Pertanahan BPN dicetak oleh Badan Pertanahan Nasional.
menyelenggarakan fungsi antara lain
Pada tanggal 29 Maret 2015 para
penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
PPAT menerima kembali surat edaran dari
dibidang pertanahan”.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Salah satu kebijaksanaan BPN Lombok Barat/Kota Mataram Nomor :
dibidang pertanahan adalah Peraturan 112/52.01.300/III/2015, dimana surat
Kepala Badan Pertanahan Nasional edaran tersebut merupakan tindak lanjut
(Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 Tentang dari Surat Kepala Kantor Wilayah Badan
Perubahan Peraturan Menteri Negara Petanahan Nasional Provinsi Nusa
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Tenggara Barat tanggal 12 Februari 2015
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Nomor : 322/9-52/II/2015 dan surat
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Menteri Negara Agraria dan Tata
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Tentang Pendaftaran Tanah. Nomor : 543/5.31/II/2015 tanggal 5
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Februari 2015 serta Surat Sekretaris Utama
Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 Nomor : 465/5.31-100/I/2015 tanggal 29
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Januari 2015 Perihal Pemanfaatan Blanko
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Akta PPAT yang sebenarnya bersifat
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang intern antar BPN. Berdasarkan Surat
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Edaran tersebut blanko akta lama yang
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 telah dikembalikan tersebut agar
Tentang Pendaftaran Tanah, menyebutkan digunakan kembali oleh para PPAT sampai
antara lain menghapus ketentuan pasal 96 persediaan habis dan setelah habis baru
ayat (2) Peraturan Menteri Agraria/Kepala menggunakan blanko buatan PPAT sendiri.
Badan Pertanahan Nasional nomor 3 Ketentuan dari kedua
Tahun 1997 dan mengubah pasal 96 ayat kebijaksanaan tersebut adalah sangat
(3) serta menambah 2 (dua) ayat lagi yaitu bertentangan, dimana peraturan yang sudah
ayat (4) dan (5). dihapus kemudian diberlakukan kembali.
Berdasarkan Surat dari Kepala Terhadap conflict of norm antara Peraturan
Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Kepala Badan Pertanahan Nasional
Barat/Kota Mataram, terkait tindak lanjut (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 dengan
dari Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Surat Edaran, berlakulah Asas Lex
Petanahan Nasional Provinsi Nusa Superior Derogat Legi Inferiori yaitu
Tenggara Barat, maka diberitahukan Peraturan yang dibuat oleh penguasa yang
kepada seluruh PPAT terutama di Provinsi lebih tinggi mempunyai derajat lebih tinggi
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 343
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
sehingga terhadap peraturan yang lebih Jika dilihat dari isi Peraturan
rendah dan mengatur obyek yang sama, Kepala Badan Pertanahan Nasional
maka hakim menetapkan peraturan yang (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012,
lebih tinggi. sesuai dengan Pasal 96 ayat (5) yang
Dalam pasal 7 Undang-Undang menyatakan bahwa : “ Kepala Kantor
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pertanahan menolak pendaftaran akta
Pebentukan Peraturan Perundang- Pejabat Pembuat Akta Tanah yang
undangan, terdiri atas: tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur pada ayat (1)”.
a) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; c. Kultur Hukum (Legal Culture), yaitu
terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan yang mempengaruhi bekerjanya
Rakyat; hukum. Kultur hukum inilah yang
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah berfungsi sebagai jembatan yang
Pengganti Undang-Undang; menghubungkan antara peraturan
hukum dengan tingkah laku hukum
d) Peraturan Pemerintah;
seluruh warga masyarakat.
e) Peraturan Presiden;
Dari pandangan tersebut diatas,
f) Peraturan Daerah Provinsi; kultur berasal dari masyarakat,
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; PPAT/Notaris sebagai pelaksana dari
Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Dari ketentuan diatas dapat diketahui Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012
berdasarkan Pelaksanaan Peraturan Kepala Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tahun 1997 Tentang Peraturan Tentang Pendaftaran Tanah dan Badan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor Pertanahan Nasional (BPN) yang membuat
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran aturan.
Tanah, kurang berlaku efektif dan efisien, Dalam hal ini ada 3 (tiga) nilai
dan dapat menimbulkan masalah hukum dasar yang perlu di perhatikan dari
dikemudian hari. pelaksanaan hukum yakni keadilan,
b. Substansi Hukum (legal substance), kepastian hukum dan Kemanfaatan
yaitu sebagai output dari sistem mengarahkan hukum pada pertimbangan
hukum, berupa peraturan-peraturan, kebutuhan masyarkat pada suatu saat
keputusan-keputusan yang digunakan tetentu. Hukum benar-benar mempunyai
baik oleh pihak yang mengatur maupun peranan nyata bagi masya-rakatnya di
yang diatur. Dalam hal ini substansi mana kekuatan sosial bekerja dalam
adalah produk hukumnya yang tahapan pembuatan Undang-Undang,
diciptakan oleh BPN yaitu berupa kekuatan sosial itu akan terus berusaha
Peraturan Kepala Badan Pertanahan masuk dan mempengaruhi setiap proses
Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun legislasi secara efektif dan efisien. Pera-
2012 Tentang Perubahan Peraturan turan yang dikeluarkan itu memang akan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan menimbulkan hasil yang diinginkan, tetapi
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun efeknya sangat tergantung pada kekuatan-
1997 Tentang Peraturan Pelaksanaan kekuatan sosial yang melingkupinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Pada umumnya masyarakat kurang
1997 Tentang Pendaftaran Tanah. paham dan PPAT dalam hal ini juga
344 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

kurang berperan dalam pelaksanaan 4. Konsekuensi Hukum dari Tidak


Peraturan Kepala Badan Pertanahan Dipenuhi Bentuk dan Isian Akta
Nasional (Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012 PPAT
Tentang Perubahan Peraturan Menteri Apabila PPAT membuat akta PPAT
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan yang diminta oleh para pihak, tidak sesuai
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang dengan bentuk dan tata cara pengisian
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Peme- yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan
rintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pertanahan Nasional (PERKABAN)
Pendaftaran Tanah. Hal ini dapat kita lihat Nomor 8 Tahun 2012, maka kantor
dengan adanya Surat Edaran Kepala pertanahan setempat akan menolak
Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok pendaftaran terhadap akta yang dibuatnya. 5
Barat/Kota Mataram Nomor :
112/52.01.300/III/2015, dimana surat 5. Asas-asas Aspek Hukum Pembuatan
edaran tersebut merupakan tindak lanjut Akta PPAT dan Pendaftaran Tanah
dari Surat Kepala Kantor Wilayah Badan Menurut Muhammad Syaifuddin,
Petanahan Nasional Provinsi Nusa yang dimaksud dengan asas atau prinsip
Tenggara Barat tanggal 12 Februari 2015 adalah “sesuatu yang dapat dijadikan alas,
Nomor : 322/9-52/II/2015 dan surat dasar, tumpuan, tempat untuk menyan-
Menteri Negara Agraria dan Tata darkan, untuk mengembalikan sesuatu hal
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang hendak dijelaskan”.6 Dalam asas-asas
Nomor : 543/5.31/II/2015 tanggal 5 umum pemerintahan yang baik (AUPB)
Februari 2015 serta Surat Sekretaris Utama dikenal beberapa asas, yang mana asas-
Nomor : 465/5.31-100/I/2015 tanggal 29 asas tersebut juga merupakan asas
Januari 2015 Perihal Pemanfaatan Blanko pelaksanaan tugas jabatan PPAT yang
Akta PPAT yang ditujukan kepada seluruh baik.
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
Adapun asas-asas tersebut adalah :7
seuruh Indonesia. PPAT/Notaris di sini
menerima begitu saja blanko akta PPAT 1) Asas persamaan
yang dibagikan oleh Badan Pertanahan 2) Asas kepercayaan/legal expectatioh
Nasional. Bahkan sampai saat ini masih
ada PPAT yang menggunakannya dalam 3) Asas kepastian hukum
proses pendaftaran tanah, padahal kalau 4) Asas kecermatan
dilihat dari hirarki Peraturan Perundang-
undangan, maka surat edaran tidak bisa 5) Asas pemberian alasan
meniadakan Peraturan Menteri, sehingga 6) Asas Larangan penyalahgunaan
kalau pemakaian blanko akta PPAT untuk wewenang
pendaftaran tanah sebelum adanya payung
7) Asas Proporsionalitas
hukum dapat membahayakan PPAT
sendiri. Apabila dikemudian hari terdapat 8) Asas Profesionalistas yaitu asas yang
permasalahan, maka keontetikan akta juga mengutamakan keahlian.
dapat dipermasalahkan, akta PPAT bisa Selanjutnya, Asas yang dikenal
batal demi hukum, karena bertentangan dalam pembuatan Akta PPAT, yaitu :
dengan Asas Lex Posteriori Derogat Legi
Priori (Peraturan baru apabila sederajat 5
Lampiran Perkaban 8/2012, Loc. Cit
dapat mendesak peraturan yang lama, 6
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian
sepanjang derajatnya sama), akan tetapi di Indonesia dan Common Law, Pustaka Sinar
sini surat edaran derajatnya dibawah Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 106
7
peraturan Menteri, sehingga tidak bisa
mengesampingkan Peraturan Menteri. http://www.lutfichakim.com/2011/12/asas-asas-
umum-pemerintahan-yang baik.html, di unduh 17
April 2017, pukul 17.00 WITA
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 345
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
1. Kepastian Hukum; dan dan surat Menteri Negara Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
2. Perlindungan Hukum.
Nomor : 543/5.31/II/2015 tanggal 5
Kepastian hukum, yaitu untuk Februari 2015 serta Surat Sekretaris Utama
menjamin hak dan kewajiban setiap warga Nomor : 465/5.31-100/I/2015 tanggal 29
negara atau para pihak. Kepastian itu, Januari 2015 Perihal Pemanfaatan Blanko
tercantum dalam setiap akta PPAT. Akta PPAT yang ditujukan kepada seluruh
Menjamin ketertiban diartikan bahwa akta Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
yang dibuat oleh para pihak menjamin seluruh Indonesia, yang menurut penulis
keteraturan dalam masyarakat. Keteraturan sangat bertentangan dan surat edaran
diartikan sebagai keadaan yang tersusun tersebut harus dicabut/ditarik kemballi
dengan baik atau rapi. Sedangkan perlin- sehingga tidak menimbulkan cacat hukum
dungan hukum bagi setiap warga negara pada akta PPAT sebagai akta otentik.
artinya bahwa akta yang dibuat oleh atau Prosedur penarikan kembali
dihadapan PPAT harus memberikan rasa keputusan pemerintah terkait dengan
aman kepada para pihak maupun pihak salah satu unsur keabsahan suatu tindakan
lainnya.8 pemerintahan, disamping wewenang dan
Dijelaskan didalam UUPA, substansi. Menurut I Gusti Ngurah
menurut Sudikno Mertokusumo (1988 : Wairocana, menyebutkan bahwa tidak
9.9) dikenal ada 2 (dua) asas dalam ada suatu tata cara yang berlaku umum
pendaftaran tanah yaitu :9 untuk pembuatan suatu keputusan,
a. Asas Specialiteit demikian juga tidak terdapat suatu
ketentuan umum yang mengatur masalah
b. Asas Openbaarheid prosedur penarikan suatu keputusan tata
6. Solusi Hukum Peraturan Kepala usaha negara, karena penarikan suatu
BPN RI Nomor 8 Tahun 2012 Yang keputusan tata usaha negara ternyata
Tidak Sesuai Prosedur ditentukan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu :
Pada dasarnya dengan 1) Jenis Keputusan;
dikeluarkannya Peraturan Kepala BPN RI 2) Sifat Keputusan;
Nomor 8 Tahun 2012 merupakan suatu
keputusan yang tepat untuk mengkaji lebih 3) Sifat akibat yang ditimbulkan oleh
dalam mengenai kewenangan PPAT, untuk keputusan;
membuat (to make) akta PPAT, bukan 4) Ketentuan yang menjadi dasar
mengisi (to fill) blanko/formulir akta keputusan tersebut;
buatan instan. Namun pada saat ini masih
5) Wewenang untuk membuat keputusan
ada PPAT yang membuat akta dengan
(terikat atau bebas);
mengacu pada Surat Edaran Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Lombok Barat/Kota 6) Sifat dari obyek keputusan (izin);
Mataram Nomor : 112/52.01.300/III/2015, dan
dimana surat edaran tersebut merupakan 7) Kekuatan hukum (Rechtskracht)
tindak lanjut dari Surat Kepala Kantor keputusan.10
Wilayah Badan Petanahan Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Barat tanggal 12 Adapun cara penarikannya secara
Februari 2015 Nomor : 322/9-52/II/2015
10
I Gusti Ngurah Wairocana,
8
Salim HS.,Teknik Pembuatan Akta “Problematika Yuridis Klausule Pengaman
PPAT, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2016, (Veiligheidsclausule) Dalam Keputusan Tata
hlm. 14-15 Usaha Negara”,Tesis Fakultas Hukum
9
Sahnan, Hukum Agraria Indonesia, Universitas Airlangga, 1993, hlm. 131.
Setara Press, Malang, 2016 105-106
346 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

prosedural merujuk pada praturan dasar organ yang membuat keputusan


dari keputusan itu. Terkait dengan hal tersebut;
tersebut dalam Undang-Undang Nomor 12 (c) keadaan yang nyata-nyata berubah;
Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan lampiran (d) penarikan sebagai sanksi;
huruf C tentang “Pencabutan” menentukan (e) keputusan aslinya keliru atau salah;
sebagai berikut : dan
- Peraturan Perundang-undangan pada (f) terjadinya pelanggaran terhadap
dasarnya hanya dapat dicabut melalui syarat yang ditentukan dalam
Peraturan Perundang-undangan yang undang-undang atau di dalam
setingkat; 12
keputusan itu.
- Peraturan Perundang-undangan yang
lebih rendah tidak boleh mencabut Asas Penarikan Kembali Suatu
Peraturan Perundang-undangan yang Keputusan (Contrarius Actus) dalam
lebih tinggi; penelitian tesis ini merupakan solusi yang
tepat untuk memecahkan permasalahan
- Pencabutan melalui Peraturan kedua mengenai penggunaan kembali
Perundang-undangan yang tingkatan- blanko Akta PPAT berdasarkan Surat
nya lebih tinggi dilakukan jika Sekretaris Utama Badan Pertanahan
Peraturan Perundang-undangan yang Nasional Republik Indonesia.
lebih tinggi tersebut dimaksudkan
Menurut penulis, dengan di
untuk menampung kembali seluruh
bagikannya kembali kepada para PPAT
atau sebagian dari materi Peraturan
blanko akta PPAT yang dicetak oleh
Perundang-undangan yang lebih
Badan Pertanahan Nasional, seharusnya
rendah yang dicabut itu.
dimus-nahkan dan tidak boleh digunakan
Sementara itu asas contrarius actus begitu saja oleh PPAT, misalnya dengan
dipergunakan sebagai prosedur penarikan cara apabila PPAT membuat akta peralihan
keputusan yang bebas (vry beschikking). hak atas tanah perharinya sebanyak 10
Dalam hukum administrasi, asas (sepuluh) akta, baik itu Akta Jual Beli,
contrarius actus adalah asas yang Akta Hibah, Akta Tukar Menukar, Akta
menyatakan badan atau pejabat tata Pemasukan Ke Dalam Perusahaan, Akta
usaha negara yang menerbitkan keputusan Pembagian Hak Bersama, Akta Pemberian
tata usaha negara dengan sendirinya juga Hak Guna Bangunan/Hak Pakai diatas
berwenang untuk membatalkannya. Asas Tanah Hak Milik, Akta Pemberian Hak
ini berlaku meskipun dalam keputusan tata Tanggungan, Akta Surat Kuasa Membe-
usaha negara tersebut tidak ada klausula bankan Hak Tanggungan, maka akta yang
pengaman yang lazim : Apabila dicetak BPN tersebut, harus di musnahkan
dikemudian hari ternyata ada kekeliruan sebanyak 10 (sepuluh) akta.
atau kehilafan maka keputusan ini akan
C. PENUTUP
ditinjau kembali.11
Penarikan kembali keputusan 7. Kesimpulan
pemerintahan didasarkan pada alasan- 1. Bahwa latar belakang terjadinya
alasan yang secara umum terdiri dari : inkosistensi dalam pengaturan
(a) adanya penyimpangan perizinan; blanko akta PPAT setelah
dikeluarkannya Peraturan Kepala
(b) adanya perubahan kebijaksanaan dari Badan Pertanahan Nasional
11
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri
12
Djatmiati, 2009, Argumentasi Hukum, Gadjah I Gusti, Ngurah Wairocana, Op. Cit.
Univercity Press, cetakan keempat, hlm. 25 hlm. 148
[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 347
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
(Perkaban) Nomor 8 Tahun 2012, hal ini telah jelas di atur dalam
berawal dari adanya surat edaran bunyi Perkaban Nomor 8 tahun
pada tanggal 29 Maret 2015 yang 2012.
dikeluarkan oleh Kepala Kantor 2. Surat Edaran yang dikeluarkan
Pertanahan Kabupaten Lombok Perihal Pemanfaatan kembali
Barat/Kota Mataram Nomor : Blanko Akta PPAT oleh BPN,
112/52.01.300/III/2015, dimana seha-rusnya dicabut/ditarik kembali
surat edaran tersebut merupakan dan Akta yang diterbitkan BPN
tindak lanjut dari Surat Kepala tersebut harus dimusnahkan dan
Kantor Wilayah BPN Provinsi tidak boleh digunakan kembali.
Nusa Tenggara Barat tanggal 12
Februari 2015 Nomor : 322/9-
52/II/2015 dan surat Menteri DAFTAR PUSTAKA
Negara Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasi- 1. Buku-buku
onal Nomor : 543/5.31/II/2015 Boedi Harsono, Hukum Agraria
tanggal 5 Februari 2015 serta Indonesia, Sejarah Pemben-
Surat Sekretaris Utama Nomor : tukan UUPA dan Pelaksanaan-
465/5.31-100/I/2015 tanggal 29 nya, Djambatan, Jakarta, 2008
Januari 2015 Perihal Pemanfaatan
Blanko Akta PPAT yang telah , Tugas dan Kedudukan PPAT,
dikembalikan tersebut agar di- Jakarta, Majalah Hukum dan
gunakan kembali oleh para PPAT Pengembangan Universitas
sampai persediaan habis dengan Indonesia Edisi Desember 1995
bagian yang berbeda-beda menu- No. 6 Tahun XXV
rut pertimbangan Badan Perta- Salim HS.,Tehnik Pembuatan Akta
nahan sendiri. PPAT, PT. RajaGrafindo
2. Pada dasarnya dengan dikeluar- Persada, Jakarta, 2016
kannya Peraturan Kepala BPN RI Sahnan, Hukum Agraria Indonesia,
Nomor 8 Tahun 2012 merupakan Setara Press, Malang, 2016
suatu keputusan yang tepat untuk
Samsaimun, Kewenangan Pejabat
mengkaji lebih dalam mengenai
Pembuat Akta Tanah
kewenangan PPAT, untuk mem-
“Sementara” dan “Khusus”
buat (to make) akta PPAT, bukan
Terhadap Proses Peralihan Hak
mengisi (to fill) blanko/formulir
Atas Tanah Dalam Rangka
akta buatan instan dan Surat
Penyelenggaraan Pemerintahan
Edaran seharusnya dicabut/ditarik
Yang Baik (Good Governance)
kemballi karena dengan dikeluar-
di Indonesia, Disertasi,
kannya surat edaran tersebut
Universitas Mataram, 2016
justru menimbulkan inkonsistensi
dari bunyi Peraturan Kepala BPN Soerjono Soekanto, Beberapa
Nomor 8 Tahun 2012 yang Permasalahan Hukum dalam
berakibat dan menimbulkan kerangka Pembangunan di
cacat hukum pada akta PPAT Indonesia (suatu tinjauan
sebagai akta otentik. secara sosiologis), cetakan
keempat, Jakarta, Universitas
8. Saran
Indonesia, 1999
1. PPAT dalam membuat akta, harus
Gusti Ngurah Wairocana,
tunduk pada peraturan yang lebih
“Problematika Yuridis Klausule
tinggi tingkatannya dimana dalam
348 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]
[JATISWARA
[Vol. 32 No.2, Juli 2017] Jurnal Ilmu Hukum]

Pengaman (Veiligheidsclausule) (Jakarta : Koperasi Bumi Bhakti


Dalam Keputusan Tata Usaha BPN,1998)
Negara”,Tesis Fakultas Hukum Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Universitas Airlangga, 1993 Nasional Nomor 8 Tahun 2012
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Tentang Perubahan Peraturan
Djatmiati, 2009, Argumentasi Menteri Negara Agraria/Kepala
Hukum, Gadjah Univercity BPN RI Nomor 3 Tahun 1997.
Press, cetakan keempat Surat Edaran dari Kepala Kantor
2. Jurnal Pertanahan Kota/Kabupaten.
Baiq Henni Pramita Rosandi, Akibat Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Hukum Jual Beli Hak atas Nasional Nomor 1 Tahun 2006
Tanah yang Belum Didaftarkan, tentang ketentuan Pelaksanaan
Jurnal IUS, Vol. IV, Universitas Peraturan Pemerintah Nomor 37
Mataram, 2016 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta
3. Peraturan Perundang-undangan
Tanah.
Undang-undang nomor 4 tahun 1996
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
tentang Hak Tanggungan atas
2016 Tentang Perubahan
tanah beserta benda-benda yang
Peraturan Pemerintah nomor 37
berkaitan dengan tanah.
Tahun 1998 tentang Peraturan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jabatan PPAT
Kitab Undang-Undang Nomor 5 Tahun Lampiran Peraturan Kepala Badan
1960 Tentang Peraturan Dasar Pertanahan Nasional Nomor 8
Pokok-pokok Agraria, LNRI Tahun 2012 Tentang Perubahan
Tahun 1960 Nomor 104-TLNRI Peraturan Menteri Negara
Nomor 2043 Agraria/Kepala BPN RI Nomor
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 3 Tahun 1997 Tentang
2015 tentang Badan Pertanahan Ketentuan Pelaksanaan
Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Pendaftaran Tanah
1997 tentang pendaftaran tanah.
Surat Sekretaris Utama Badan
Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun Pertanhan Nasional Republik
1998 tentang Peraturan Jabatan Indonesia Nomor 859/7.1-
PPAT 100/III/2013 tentang
Indonesia, Peraturan Pemerintah Penyampaian Peraturan Kepala
Republik Indonesia Tentang Badan Pertanahan Nasional
Pendaftaran Tanah, UU No.24 Nomor 8 Tahun 2012
tahun 1997, LN. No. 59, TLN. Revisi Surat Pengantar Peraturan
No. 3696 Kepala Badan Pertanahan
Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8
Tentang Peraturan Jabatan Tahun 2012 tertanggal 25 Juli
Pejabat Pembuat Akta Tanah, 2013.
PP Nomor 37 tahun 1998, LN. 4. Internet
No. 52, ps.2
Bambangoyong.blogspot.com., di
BPN, Pendafataran Tanah di Indonesia, unduh 17 April 2017, pukul

[Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT …] | Dian Eka Nurul Wardani, dkk. 349
[JATISWARA
Jurnal Ilmu Hukum] [Vol. 32 No.2, Juli 2017]
17.00 WITA http://www.lutfic- baik.html, di unduh 17 April
hakim.com/2011/12/asas-asas- 2017, pukul 17.00 WITA
umum-pemerintahan-yang

350 Dian Eka Nurul Wardani, dkk. | [Implikasi Hukum Blanko Akta PPAT…]

Anda mungkin juga menyukai