untuk
kalangan
sendiri
PROCEDURE (SOP)
HALO JPN
1 2 3
3 Apa itu Hak Hak Guna Usaha (HGU) merupakan salah satu hak
Guna Usaha? atas tanah, yang memberikan pemegangnya hak
untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh negara dalam jangka waktu maksimal 35
tahun dan diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 25 tahun, serta dapat diperbarui
untuk jangka waktu maksimal 35 tahun, guna
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
(Vide Pasal 28 ayat (1) jo. Pasal 29 ayat (1)
UUPA jo. Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan,
Hak atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan
Pendaftaran Tanah (PP 18/2021).
HGU hanya dapat dimiliki oleh WNI dan badan
hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia.
4 Apa itu Hak Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak untuk
Guna mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan
Bangunan? atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu maksimal 30 tahun. HGB diberikan
kepada:
a. WNI; dan
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
5 Apa itu Hak Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau
Pakai? memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang
memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian
dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa
dan ketentuan-ketentuan UUPA.
Tanah yang dapat diberikan dengan Hak Pakai
adalah:
a. Tanah Negara;
b. Tanah Hak pengelolaan;
c. Tanah Hak Milik.
12 Adakah batas Batas luas tanah hak milik untuk perorangan atau
kepemilikan badan hukum di Indonesia pada dasarnya tergantung
luas tanah hak kepada kegunaan atau pemanfaatan dari
milik di tanah/lahan terkait, di antaranya sebagai berikut:
Indonesia? 1. Tanah Pertanian
Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2016
tentang Pengendalian Penguasaan Tanah
Pertanian (Permen ATR/BPN 18/2016), batas
luas penguasaan dan kepemilikan tanah
pertanian untuk perorangan adalah sebagai
berikut:
a. tidak padat, paling luas 20 hektar;
b. kurang padat, paling luas 12 hektar;
c. cukup padat, paling luas 9 hektar; atau
d. sangat padat, paling luas 6 hektar.
sedangkan pembatasan kepemilikan tanah
pertanian untuk badan hukum sesuai dengan
surat keputusan pemberian haknya.
2. Tanah untuk Rumah Tinggal
Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun
1998 tentang Pemberian Hak Milik atas Tanah
untuk Rumah Tinggal (Kepmen Agraria/BPN
6/1998), membatasi agar perolehan hak milik
atas tanah untuk rumah tinggal oleh
perseorangan tidak lebih dari 5 bidang tanah
yang seluruhnya meliputi luas tidak lebih dari
5.000 meter persegi. Tetapi dalam keputusan
menteri tersebut tidak dijelaskan pembatasan
kepemilikan tanah untuk rumah tinggal oleh
badan hukum.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya batasan luas
kepemilikan tanah hak milik di Indonesia tergantung
kepada kegunaan dan pemanfaatan tanah tersebut.
22 Apa syarat jual Jual beli tanah dan bangunan harus memenuhi
beli tanah? syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Selain syarat sah
perjanjian, transaksi jual beli tanah dan bangunan
harus dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang
yaitu Perjabat Pembuat Akta Tanah (“PPAT”). Dalam
hal ini, transaksi atau jual beli tersebut juga harus
memenuhi syarat materiil dan formil, sebagai
berikut:
1. Syarat materiil, merupakan syarat yang
menentukan sahnya jual beli tanah dan
bangunan tersebut, yaitu:
a. Pembeli berhak membeli tanah yang
bersangkutan
Pembeli sebagai penerima hak harus
memenuhi syarat untuk menjadi pemegang
hak atas tanah yang akan dibelinya. Untuk
menentukan berhak atau tidaknya si pembeli
memperoleh hak atas tanah tersebut
tergantung pada hak apa yang ada pada
tanah tersebut, apakah hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, atau hak pakai.
b. Penjual berhak menjual tanah dan bangunan
yang bersangkutan
Yang berhak menjual tanah dan bangunan
yang bersangkutan adalah pemiliknya. Kalau
pemilik sebidang tanah yang bersangkutan
hanya satu orang, maka ia berhak menjual
sendiri bidang tanah tersebut. Akan tetapi,
bila pemilik tanah dua orang maka yang
berhak menjual tanah itu ialah kedua orang
itu secara bersama-sama. Tidak boleh
seorang saja yang bertindak sebagai penjual.
c. Tanah yang bersangkutan boleh
diperjualbelikan dan tidak sedang dalam
sengketa. Mengenai hak atas tanah yang
bisa diperjualbelikan/dialihkan telah
ditentukan dalam UUPA yaitu, hak milik, hak
guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai.
2. Syarat Formil
PPAT akan membuat AJB setelah semua
persyaratan materiil terpenuhi. PPAT adalah
pejabat umum yang diangkat oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN)/Menteri Agraria dan
Tata Ruang, yang mempunyai kewenangan
untuk membuat AJB. Jual beli yang dilakukan
tidak dihadapan PPAT tetap sah menurut
ketentuan Pasal 5 UUPA. Namun, untuk
menunjukkan adanya kepastian hukum dalam
setiap peralihan hak atas tanah, Pasal 37 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah yang merupakan
aturan pelaksana dari UUPA, menentukan
bahwa setiap perjanjian yang bermaksud
mengalihkan hak atas tanah hanya dapat
didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang
dibuat oleh PPAT yang berwenang.
Selain itu, dalam praktik, sebelum AJB dibuat
para pihak wajib menyerahkan surat-surat yang
diperlukan kepada PPAT, yaitu:
1. Jika tanahnya sudah bersertifikat, sertifikat
tanahnya yang asli dan tanda bukti biaya
pendaftarannya;
2. Jika tanahnya belum bersertifikat maka
dibutuhkan surat keterangan bahwa tanah
tersebut belum bersertifikat, surat-surat tanah
yang ada yang memerlukan penguatan oleh
Kepala Desa atau Camat dilengkapi dengan
surat-surat yang membuktikan identitas
penjual dan pembelinya yang diperlukan
untuk pensertifikatan tanahnya setelah
selesai dilakukan jual beli;
3. PPAT juga akan melakukan pemeriksaan
terhadap status kepemilikan sertifikat dan
akan memeriksa keaslian sertifikat ke Kantor
Pertanahan. Penjual juga harus membayar
pajak penghasilan (PPh) sedangkan pembeli
diharuskan membayar Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
4. Persetujuan suami/istri untuk bisa melakukan
penandatanganan AJB apabila tanah dan
bangunan tersebut adalah harta bersama.
Selain itu, pada tahap pembuatan dan
penandatanganan AJB, penjual, pembeli, saksi
dan PPAT akan menandatangani AJB apabila
penjual dan pembeli telah menyetujui isi AJB
tersebut. Kemudian diberikan salinan kepada
pembeli dan penjual sebagai dokumen masing-
masing.
Dalam hal tanah sudah bersertifikat, setelah
penandatanganan AJB agar dilakukan proses balik
nama sertifikat ke Kantor Pertanahan.
33 Jangka waktu Jangka waktu hak pakai atas tanah hak milik adalah
Hak Pakai di 25 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Akan tetapi,
atas Hak Milik dengan kesepakatan antar pemegang Hak Pakai
dengan pemegang Hak Milik, Hak Pakai atas tanah
Hak Milik dapat diperbaharui dengan pemberian Hak
Pakai baru dengan akta yang dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah dan hak tersebut wajib
didaftarkan.
3 Dimana sumber hukum Hukum waris dalam ilmu hukum merujuk pada
waris yang berlaku di ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-
Indonesia? Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).
Pengaturan mengenai hukum waris tersebut
dapat dijumpai dalam pasal 830 sampai
dengan pasal 1130 KUH Perdata.
1
dapat dilakukan dengan dua cara, antara lain:
- Berdasarkan ketentuan undang-undang
atau ab-intestato yang mana ahli waris telah
diatur dalam undang-undang untuk
mendapatkan bagian dari warisan karena
adanya hubungan kekeluargaan atau
hubungan darah dengan orang yang
meninggal.
- Berdasarkan testament atau wasiat yang
mana ahli waris ditunjuk atau ditetapkan
dalam surat wasiat yang ditinggalkan.
2
dalam pembagian harta waris menurut hukum
perdata. Mereka yang dimaksud, antara lain:
- orang yang telah dijatuhi hukuman
membunuh atau mencoba membunuh
orang yang meninggal (pewaris);
- orang yang pernah dijatuhkan atau
dipersalahkan karena memfitnah pewaris
telah melakukan suatu kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara lima
tahun atau hukuman yang lebih berat lagi;
- orang yang menghalangi orang yang
meninggal (pewaris) dengan kekerasan
atau perbuatan nyata untuk membuat atau
menarik kembali wasiatnya; dan
- orang yang telah menggelapkan,
memusnahkan, atau memalsukan wasiat
orang yang meninggal (pewaris).
9 Apa yang dimaksud Kompilasi Hukum Islam pada pasal 171 yang
dengan waris dalam menjelaskan tentang waris, memiliki pengertian
hukum Islam? “Hukum waris islam sepenuhnya adalah hukum
yang dibuat untuk mengatur terkait
pemindahan hak kepemilikan harta
peninggalan pewaris, serta menentukan siapa
saja yang berhak menerima dan menjadi ahli
warisnya, dan juga jumlah bagian tiap ahli
waris.
3
a. Penggolongan Kelompok Menurut Hubungan
Darah
- Golongan pria, yaitu ayah, anak pria,
saudara pria, paman, dan juga kakek.
- Golongan wanita, yaitu ibu, anak wanita,
saudara wanita, dan juga nenek.
b. Penggolongan Kelompok Menurut Hubungan
Perkawinan.
Kelompok ini terdiri dari janda ataupun duda.
Namun bila para ahli waris ada, yang paling
berhak mendapatkan waris ialah anak, ibu,
ayah, dan juga duda atau janda. Untuk
urutan ahli waris, sebagai berikut:
- Anak pria
- Anak wanita
- Ayah
- Ibu
- Paman
- Kakek
- Nenek
- Saudara pria
- Saudara wanita
- Janda
- Duda
12 Bagaimana besaran
4
pembagian waris Ahli Waris Besaran Keterangan
menurut Islam? bagian
1 anak ½ Seorang diri
wanita
2 atau lebih 2/3 Bersama-
anak wanita sama
Anak wanita 2:1 2 untuk pria,
bersamaan dan 1 untuk
dengan anak wanita
laki-laki
Ayah 1/3 atau 1/6 Bila tidak
keturunan/
bila ada
keturunan
Ibu 1/6 atau 1/3 Bila ada
keturunan
atau saudara
dengan
jumlah 2 atau
lebih / bila
tidak ada
keduanya
Ibu 1/3 Sisa dari
duda atau
janda bila
bersama
dengan ayah
Duda 1/2 atau 1/4 Bila tidak ada
keturunan/
bila ada
keturunan
Janda 1/4 atau 1/8 Bila tidak ada
keturunan/
bila ada
keturunan
Saudara Pria 1/6 atau 1/3 *tidak ada
dan keturunan
Perempuan dan ayah
Seibu Masing-
masing / bila
jumlah 2 atau
lebih
bersamaan
Saudara 1/2 atau 2/3 Bila sendiri /
Kandung bila jumlah 2
Seayah atau lebih
bersama-
sama
Saudara Pria 2 : 1 dengan
Seayah Saudara
Perempuan
Ahli Waris Tidak
Pengganti melebihi
Dari ahli
waris yang
digantikan
6
ditinggalkannya, boleh dipanggil untuk
menghadap pengadilan itu dengan panggilan
umum yang berlaku selama jangka waktu tiga
bulan atau lebih dengan 3 kali panggilan.
Kemudian berdasarkan Pasal 468 KUH
Perdat,a jika orang tersebut atau orang lain
yang cukup menjadi petunjuk tentang adanya
orang itu tidak datang menghadap, maka
Pengadilan Negeri boleh menyatakan adanya
dugaan hukum bahwa orang itu telah
meninggal terhitung sejak hari ia meninggalkan
tempat tinggalnya atau sejak hari berita terakhir
mengenai hidupnya.
Setelah adanya pernyataan dari Pengadilan
Negeri, orang-orang yang diduga menjadi ahli
waris dari orang yang diduga telah meninggal
tersebut berhak atas harta peninggalannya. Hal
ini sebagaimana diatur dalam Pasal 472 KUH
Perdata.
Merujuk ketentuan Pasal 481 jo. Pasal 484
KUH Perdata, terhadap barang-barang dari
orang yang diduga telah meninggal tersebut
yang akan dibagikan kepada ahli waris dugaan
tersebut tidak boleh dipindahtangankan
sebelum lewat waktu 30 tahun setelah hari
kematian dugaan, kecuali jika ada alasan
penting, dan dengan izin Pengadilan Negeri.
7
Negara mengakui hukum adat, termasuk dalam
pengangkatan anak. Hal ini sebagaimana
Pasal 39 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2014, yang
menyebutkan pengangkatan anak hanya dapat
dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi
anak dan dilakukan berdasarkan adat
kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8
hakikat persamaan hak antara wanita dan
priamenganggap sebagai hukum yang
hidup di seluruh Indonesia, jadi juga di
Tanah Karo bahwa seorang anak
perempuan harus dianggap sebagai ahli
waris dan berhak menerima bagian dari
harta warisan orang tuanya.
11
Sip / 1977 Tanggal 3 Maret 1981
KAIDAH HUKUM: Karena almarhum G,
Mawengkang dan isterinya semasa
hidupnya tidak pernah mencabut
pengangkatan anaknya atas para
penggugat, mereka berhak tetap tidak
miwarisi, sedang hal Sumaji kepada orang
tua tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk
menentukan dapat tidaknya seorang ahli
waris menerima warisan.
12
setelah mereka kawin kembali tetap
merupakan harta gono – gini dan bukan
harta gawan yang biasanya kembali kepada
keluarganya masing –masing pihak oleh
karena itu setelah Pak Karto meninggal,
Mbok Karto sebagai janda dan Sugeng
sebagai anak angkat berhak mewarisi harta
gono – gini;
13
janda dan hak tersebut tetap melekat pada
Penggugat – asal, meskipun rumah
sengketa masih berstatus beli angsur.
14
Q N A PERKAWINAN & PERCERAIAN
No Permasalahan Tanggapan Atas Ket
Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan Perkawinan di Indonesia di
perkawinan? atur berdasarkan UU Nomor
Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang telah diubah
berdasarkan UU Nomor 16
Tahun 2019 Tentang
Perubahan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974
(Selanjutnya disebut dengan
UU Perkawinan).
Perkawinan Menurut
Kompilasi Hukum Islam
Perkawinan menurut Hukum
Islam adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau
mitsaqan ghalizhan untuk
mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan
ibadah, dengan rujuan
mewujudkan rumah tangga
tang Sakinah, mawaddah, dan
rahmah.
Adapun Yurisprudensi
Mahkamah Agung yaitu
Putusan MA No. 1400
K/PDT/.1986. Putusan MA
tersebut menyatakan bahwa
kantor catatn sipil saat itu
diperkenankan untuk
melangsungkan perkawinan
beda agama. Kasus ini
bermula dari perkawinan
perempuan beragama Islam
dengan pasangannya
beragama Kristen Protestan.
Dalam putusannya, MA
menyatakan bahwa dengan
pengajuan pernikahan di
catatan sipil telah memilih
perkawinannya tidak
dilangsungkan menurut agama
Islam. Dengan demikian,
pemohon sudah tidak lagi
menghiraukan status
agamanya (Islam), maka
kantor catatan sipil harus
melangsungkan dan
mencatatkan perkawinan
tersebut sebagai dampak
pernikahan beda agama yang
dilangsungkan.
Maka, berdasarkan putusan
MA tersebut perkawinan beda
agama dapat dicatatkan pada
catatan sipil sepanjang salah
satu calon menundukan diri
dan melangsungkan
pernikahan tidak secara Islam.
6. Apakah kawin kontrak sah Dalam salah satu artikel
secara hukum? hukumonline.com berjudul
Kawin Kontrak: Antara Agama,
hukum dan realita, Hakim
Agung Rifyal Ka’bah
menyatakan bahwa secara
prinisip perkawinan adalah
kontrak. Namun, perkawinan
bukan kontrak semata.
Perkawinan adalah kontrak
suci karena berjanji di depan
wali, saksi, dan juga di depan
Allah. Sehingga, berdasarkan
hal tersebut tidak dibenarkan
seorang suami menikahi
istrinya untuk diceraikan
begitupula sebaliknya.
Dalam praktiknya, kawin
kontrak biasanya dilakukan di
bawah tangan atau tidak
dicatatkan oleh pejabat
pencatat perkawinan dari
Kantor Urusan Agama (KUA)
atau Kantor Catatan Sipil
(KCS) sebagaimana
diwajibkan Pasal 2 ayat (2) UU
Perkawinan. Jika ini yang
terjadi, maka Pihak
Perempuan (istri) dan anaknya
dirugikan karena hak-hak
mereka tidak diketahui oleh
hukum. Misalnya: hak atas
nafkah dari suami dan hak
mewaris.
7. Berapa usia seseorang Berdasarkan Pasal 7 ayat (1)
diperbolehkan atau siap UU Perkawinan, hanya
menikah dalam prespektif diizinkan apabila pria dan
Hukum di Indonesia? wanita sudah mencapai umur
19 (sembilan belas) tahun.
(Pasal 7 ayat (1) UU
Perkawinan)
Berdasarkan UU Perkawinan,
suami istri dimungkinkan untuk
melakukan gugatan
perceraian. Walaupun
demikian, ada pembeda antara
penganut agama Islam dan di
luar Islam dalam soal
perceraian ini.
11. Apakah akibat hukum Akibat hukum perceraian
perceraian? dalam hal tanggung jawab
orangtua yang telah bercerai
berdasarkan UU Perkawinan
yaitu terhadap pemeliharaan
anak, terhadap harta bersama
dan terhadap nafkah/biaya
isteri dan anak. Tanggung
jawab orangtua yang telah
bercerai terhadap nafkah/
biaya isteri dan anak.
Tanggung jawab orang tua
yang telah bercerai terhadap
nafkah anak di bawah umur
maka terhadap anak yang
belum mumayyiz (berusia 12
tahun) berhak mendapat
hadhanah dari ibunya, kecuali
bila ibunya meninggal dunia,
maka kedudukannya
digantikan oleh wanita-wanita
dalam garis lurus ke atas dari
ibu, wanitawanita dalam garis
lurus ke atas dari ayah,
saudara perempuan dari anak
yang bersangkutan, wanita-
wanita kerabat sedarah
menurut garis samping dari
ibu., kemudian untuk anak
yang sudah mumayyiz (berusia
12 tahun) berhak memilih
untuk mendapatkan hadhanah
dari ayah atau ibunya
selanjutnya apabila pemegang
hadhanah ternyata tidak dapat
menjamin keselamatan
jasmani dan rohani anak,
meskipun biaya nafkah dan
hadhanah telah dicukupi, maka
atas permintaan kerabat yang
bersangkutan pengadilan
dapat memindahkan hak
hadhanah kepada kerabat lain
yang mempunyai hak
hadhanah pula serta semua
biaya hadhanah dan nafkah
anak menjadi tanggungan
ayah menurut kemampuannya,
sekurang-kurangnya sampai
anak tersebut dewasa dan
dapat mengurus diri sendiri (21
tahun).
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
PERMASALAHAN UTANG PIUTANG
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1
suatu perjanjian hutang diatur secara tegas dan
piutang? terperinci. Namun,
peraturan mengenai utang
piutang tersirat dalam
Pasal 1754 KUH Perdata
yang menyatakan bahwa
dalam perjanjian
pinjaman, pihak yang
meminjam harus
mengembalikan dengan
bentuk dan kualitas yang
sama.
2. Kesepakatan antara
peminjam dan pemberi
pinjaman dalam perjanjian
utang piutang melahirkan
hubungan keperdataan
yang menjadi undang-
undang bagi para pihak.
Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal
1338 KUH Perdata yang
menerangkan bahwa
semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang
bagi mereka yang
membuatnya.
Sehubungan dengan itu,
kesepakatan mengenai
hak dan kewajiban para
pihak yang tertuang
dalam perjanjian utang
piutang tersebut harus
dilaksanakan dengan
iktikad baik. Kemudian,
apabila tidak ada
kesepakatan rinci dalam
bentuk tertulis, KUH
Perdata merupakan
aturan dasar yang harus
dipatuhi para pihak;
3. Berpedoman pada KUH
Perdata, setiap
penafsiran, tindakan,
maupun penyelesaian
sengketa yang muncul
harus merujuk pada
perjanjian utang piutang
2
dan KUH Perdata. Tidak
terkecuali dalam
menentukan suatu pihak
yang berada dalam
keadaan wanprestasi.
4. Ahli hukum perdata pada
umumnya
mengkategorikan
wanprestasi ke dalam
empat keadaan, yakni:
a. Sama sekali tidak
memenuhi.
b. Tidak tunai memenuhi
prestasi.
c. Terlambat memenuhi
prestasi.
d. Keliru memenuhi
prestasi.
5. Peminjam atau pihak
yang berutang dapat
dikatakan berada dalam
keadaan ingkar janji /
wanprestasi apabila telah
menerima teguran atau
somasi untuk memenuhi
kewajibannya dalam
melunasi utang.
6. Adapun hasil akhir dari
tidak ditindaklanjuti
teguran atau somasi
terhadap keadaan
wanprestasi ini adalah
pengajuan gugatan
terhadap pihak yang
berutang ke Pengadilan.
Pengadilan akan
melakukan pemeriksaan
di persidangan
berdasarkan sejumlah
bukti yang menyatakan
bahwa pihak yang
berutang benar-benar lalai
memenuhi prestasinya.
7. Saat dinyatakan lalai,
pengadilan akan
mewajibkan pihak yang
lalai untuk segera
memenuhi prestasinya.
Kemudian, pengadilan
3
juga dapat menyita
sejumlah harta benda
milik pihak yang berutang.
8. Dalam konteks ini,
kekuatan eksekutorial
dimiliki oleh kreditur atau
pihak pemberi utang.
Secara hukum, kreditur
berhak meminta bantuan
pengadilan untuk
mengeksekusi barang si
pihak yang berutang.
9. Dalam rangka memelihara
kehidupan bernegara dan
bermasyarakat,
Kepolisian Negara
Republik Indonesia
dilarang menjadi penagih
piutang atau menjadi
pelindung orang yang
mempunyai utang, hal ini
sebagaimana diatur
dalam Pasal 5 Peraturan
Pemerintah RI Nomor 2
Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin
Anggota Kepolisian
Negara Republik
Indonesia.
10. Mempedomani ketentuan
Pasal 5 PP No. 2 Tahun
2003 tersebut, maka
secara hukum pihak
Kepolisian dilarang untuk
melakukan penagih
hutang dan/atau menjadi
pelindung orang yang
mempunyai utang, dalam
hal subjek hukum hendak
menagih hutang
seseorang dapat
menggunakan jalur
hukum dengan
menggunakan jasa
advokat.
4. Apakah debt collector 1. Mengenai debt collector
dalam melakukan yang mengancam akan
penagihan utang dapat melakukan penyitaan,
mengambil barang milik anda sebaiknya tidak
4
debitur secara paksa? gentar dengan ancaman
seperti itu. Hal ini
mengingat debt collector
yang mendapat kuasa
dari kreditur untuk
menagih utang tidak boleh
menyita paksa barang-
barang milik debitur.
Sebab, pada prinsipnya,
penyitaan barang-barang
milik debitur yang
wanprestasi hanya bisa
dilakukan atas dasar
putusan pengadilan.
2. Perbuatan debt collector
yang melakukan
penyitaan atau mengambil
secara paksa barang-
barang milik debitur
secara melawan hukum
dapat dikategorikan
perbuatan sebagaimana
diatur dalam Pasal 362
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (“KUHP”)
dan apabila perbuatan
tersebut dilakukan dengan
kekerasan dan ancaman
kekerasan, maka dapat
dikategorikan perbuatan
sebagaimana diatur
dalam Pasal 365 ayat (1)
KUHP yang mengatur
sebagai berikut:
Pasal 362 KUHP:
“Barang siapa
mengambil barang
sesuatu, yang
seluruhnya atau
sebagian kepunyaan
orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki
secara melawan
hukum, diancam
karena pencurian,
dengan pidana
penjara paling lama
lima tahun atau
pidana denda paling
5
banyak sembilan
ratus rupiah”
Pasal 365 ayat (1) KUHP:
“Diancam dengan
pidana penjara paling
lama sembilan tahun
pencurian yang
didahului, disertai
atau diikuti dengan
kekerasan atau
ancaman kekerasan,
terhadap orang
dengan maksud untuk
mempersiapkan atau
mempermudah
pencurian, atau dalam
hal tertangkap
tangan, untuk
memungkinkan
melarikan diri sendiri
atau peserta lainnya,
atau untuk tetap
menguasai barang
yang dicuri.”
3. Secara eksplisit tidak
terdapat regulasi yang
mengatur tentang kode
etik penagihan debt
collector, namun terdapat
ketentuan yang mengatur
mengenai etika penagihan
sebagaimana diatur
dalam Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
14/17/DASP tanggal 7
Juni 2012 perubahan atas
Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor
11/10/DASP perihal
Penyelenggaraan
Kegiatan Alat
Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu
sebagai berikut:
Tenaga penagihan dalam
melaksanakan penagihan
mematuhi pokok-pokok
etika penagihan sebagai
berikut:
6
a. menggunakan kartu
identitas resmi yang
dikeluarkan Penerbit
Kartu Kredit, yang
dilengkapi dengan foto
diri yang bersangkutan;
b. penagihan dilarang
dilakukan dengan
menggunakan cara
ancaman, kekerasan
dan/atau tindakan yang
bersifat
mempermalukan
Pemegang Kartu Kredit;
c. penagihan dilarang
dilakukan dengan
menggunakan tekanan
secara fisik maupun
verbal;
d. penagihan dilarang
dilakukan kepada pihak
selain Pemegang Kartu
Kredit; penagihan
menggunakan sarana
komunikasi dilarang
dilakukan secara terus
menerus yang bersifat
mengganggu;
e. penagihan hanya dapat
dilakukan di tempat
alamat penagihan atau
domisili Pemegang
Kartu Kredit;
f. penagihan hanya dapat
dilakukan pada pukul
08.00 sampai dengan
pukul 20.00 wilayah
waktu alamat
Pemegang Kartu Kredit;
dan
g. penagihan di luar
tempat dan/atau waktu
sebagaimana dimaksud
pada huruf f) dan huruf
g) hanya dapat
dilakukan atas dasar
persetujuan dan/atau
perjanjian dengan
Pemegang Kartu Kredit
7
terlebih dahulu.
5. Apakah perbuatan 1. Pasal 19 ayat (2)
wanprestasi atas Undang-Undang Nomor
pelaksanaan perjanjian 39 Tahun 1999 tentang
utang piutang dapat dijatuhi Hak Asasi Manusia (“UU
hukum pidana? HAM”), mengatur:
“Tidak seorangpun
atas putusan
pengadilan boleh
dipidana penjara
atau kurungan
berdasarkan atas
alasan
ketidakmampuan
untuk memenuhi
suatu kewajiban
dalam perjanjian
utang piutang”
2. Berpedoman pada
ketentuan Pasal 19 ayat
(2) UU HAM tersebut,
meskipun ada laporan
yang masuk ke pihak
kepolisian terkait
sengketa utang piutang,
pengadilan tidak boleh
memidanakan seseorang
karena
ketidakmampuannya
membayar utang;
3. Dalam prakteknya
terdapat beberapa
sengketa utang piutang
yang tidak dapat
diselesaikan secara
musyarawarah dan justru
malah dilaporkan ke
pihak kepolisian dengan
dugaan pelanggaran
Pasal 372 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana
(KUHP) tentang
Penggelapan dan Pasal
378 KUHP tentang
Penipuan.
4. Substansi dari tindak
pidana penggelapan dan
tindak pidana penipuan
adalah jelas berbeda dari
8
suatu perjanjian yang
merupakan perbuatan
hukum perdata. Untuk
dapat diproses secara
pidana, harus ada
perbuatan (actus reus)
dan niat jahat (mens rea)
dalam terpenuhinya
unsur-unsur dalam Pasal
372 KUHP dan Pasal 378
KUHP tersebut;
5. Terdapat pengecualian
yakni dalam hal
pembayaran utang
menggunakan cek
(cheque) yang kosong
atau tidak ada dananya.
Pasca dicabutnya
Undang-Undang Nomor
17 Tahun 1964 tentang
Larangan Penarikan Cek
Kosong melalui
Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-
Undang No. 1 Tahun
1971 tentang
Pencabutan Undang-
Undang No. 17 Tahun
1964 tentang Larangan
Penarikan Cek Kosong.
Pembayaran dengan cek
kosong langsung
direferensikan ke Pasal
378 KUHP tentang
Penipuan, yang telah
menjadi Yurisprudensi
Mahkamah Agung No
1036K/PID/1989 yang
berbunyi: “bahwa sejak
semula terdakwa telah
dengan sadar
mengetahui bahwa cek-
cek yang diberikan
kepada saksi korban
adalah tidak didukung
oleh dana atau dikenal
sebagai cek kosong,
sehingga dengan
demikian tuduhan
9
"penipuan" harus
dianggap terbukti.”
6. Bagaimana kedudukan 1. Undang-Undang No 1
utang dan harta bersama Tahun 1974 tentang
dalam poligami? Perkawinan (“UU
Perkawinan”) menganut
asas monogami, nyatanya
praktik poligami banyak
terjadi di Indonesia. UU
Perkawinan sendiri
menganut asas
monogami di mana
perkawinan dengan hanya
seorang suami dan
seorang istri. Hal yang
tersebut sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 ayat
(1) UU Perkawinan, yang
mengatur sebagai berikut:
Pasal 3 ayat (1) UU
Perkawinan:
“Pada azasnya dalam
suatu perkawinan
seorang pria hanya
boleh mempunyai
seorang istri. Seorang
wanita hanya boleh
mempunyai seorang
suami.”
2. Asas perkawinan
monogami yang dianut
dalam UU Perkawinan
tersebut dibolehkan untuk
disimpangi sepanjang
memenuhi ketentuan-
ketentuan yang
dipersyaratkan oleh
undang-undang.
sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (2) UU
Perkawinan, yang
mengatur sebagai berikut:
Pasal 3 ayat (2) UU
Perkawinan:
“Pengadilan dapat
memberi izin kepada
seorang suami untuk
beristri lebih dari
10
seorang apabila
dikehendaki oleh
pihak-pihak yang
bersangkutan.”
3. Asas perkawinan
monogami yang diperluas
tersebut diperjelas dalam
Angka 4 huruf c
Penjelasan Umum UU
Perkawinan yang
mengatur sebagai berikut:
“Undang-undang ini
menganut asas
monogami. Hanya
apabila dikehendaki
oleh yang
bersangkutan, karena
hukum dan agama
dari yang
bersangkutan
mengizinkannya,
seorang suami dapat
beristri lebih dari
seorang. Namun
demikian, perkawinan
seorang suami dengan
lebih dari seorang istri,
meskipun hal ini
dikehendaki oleh
pihak-pihak yang
bersangkutan, hanya
dapat dilakukan
apabila dipenuhi
berbagai persyaratan
tertentu dan
diputuskan oleh
Pengadilan.”
4. Asas perkawinan
monogami yang diperluas
tersebut juga ditegaskan
dalam Pasal 56 ayat (1)
Instruksi Presiden Nomor
1 Tahun 1991 tentang
Penyebarluasan
Kompilasi Hukum Islam
(KHI)
5. Apabila demikian
menimbulkan suatu
problematika hukum
11
berkaitan bagaimana
status utang dan harta
bersama saat suami
melakukan poligami? UU
Perkawinan mengatur
bahwa harta benda yang
diperoleh selama
perkawinan menjadi harta
bersama (Pasal 35 ayat 1
UU Perkawinan). Namun,
KHI memperjelas bahwa
adanya harta bersama
dalam perkawinan tidak
menutup kemungkinan
adanya harta milik
masing-masing suami
atau istri (Pasal 85 KHI);
6. Oleh karenanya,
pertanggungjawaban
terhadap utang suami
atau istri dibebankan pada
hartanya masing-masing
(Pasal 93 ayat 1 KHI).
Akan tetapi,
pertangungjawaban
terhadap utang yang
dilakukan untuk
kepentingan keluarga,
dibebankan kepada harta
bersama (Pasal 93 ayat
(2) KHI). Dalam hal harta
bersama tidak mencukupi,
maka kemudian
dibebankan kepada harta
suami (Pasal 93 ayat 3
KHI)), baru setelahnya
apabila masih tidak
mencukupi dibebankan
kepada harta istri (Pasal
93 ayat (4) KHI).
7. Terkait dengan poligami,
harta bersama dari
perkawinan seorang
suami yang mempunyai
istri lebih dari seorang,
masing-masing terpisah
dan berdiri sendiri (Pasal
94 ayat 1 KHI) yang
perhitungannya dimulai
12
pada saat
berlangsungnya akad
perkawinan yang kedua,
yang ketiga, atau yang
keempat (Pasal 94 ayat
(2) KHI).
8. Berdasarkan uraian di
atas, jika utang yang
dimaksud adalah utang
pribadi istri kedua, maka
pertanggungjawabannya
diambil dari harta benda
pribadi istri kedua dan
bukan harta bersama.
9. Akan tetapi, apabila utang
tersebut adalah utang
untuk kepentingan
keluarga, maka dapat
diambilkan dari harta
bersama. Akan tetapi, istri
kedua tidak memiliki
kesempatan hukum
apapun untuk menuntut
istri pertama
memanfaatkan harta
bersama dari perkawinan
dengan istri pertama
tersebut untuk
mempertanggungjawabka
n beban utang istri kedua
dan suaminya, karena
harta bersama antara
suami dan istri pertama
dengan harta bersama
suami dan istri kedua
adalah masing-masing
terpisah dan berdiri
sendiri.
7. Apakah perbuatan 1. Setiap orang yang
memviralkan utang di media memviralkan utang yang
sosial merupakan potensi mengandung kata-kata
pidana? berupa penghinaan yang
kategorinya cacian,
ejekan, dan/atau kata-
kata tidak pantas, dapat
dikategorikan melakukan
pelanggaran Pasal
pencemaran nama baik
(Ps.310 KUHP) dan
13
penghinaan ringan (Ps.
315 KUHP) , apabila
perbuatan memviralkan
utang tersebut dilakukan
melalui media sosial maka
perbuatan memviralkan
utang tersebut dapat
dikenakan pelanggaran
Pasal Pasal 27 ayat (3)
UU ITE;
2. Perbuatan memviralkan
suatu utang biasanya
bertujuan
mempermalukan si
pemilik utang. Hal ini
sekalipun ada perjanjian
dan persetujuan untuk
memviralkan utang lewat
aplikasi di media sosial,
hal tersebut bisa
menyebabkan batalnya
perjanjian.
3. Berpedoman pada Pasal
1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata), syarat
sahnya perjanjian yakni:
a. kesepakatan mereka
yang mengikatkan
dirinya;
b. kecakapan untuk
membuat suatu
perikatan;
c. suatu pokok persoalan
tertentu;
d. suatu sebab yang
tidak terlarang.
4. Patut diperhatikan, suatu
perjanjian yang dibuat
berdasarkan suatu sebab
terlarang, yakni dilarang
oleh undang-undang,
bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban
umum, tidak mempunyai
kekuatan mengikat.
5. Subekti dalam bukunya
Hukum Perjanjian
menggolongkan “sebab
14
yang halal” sebagai syarat
objektif. Syarat ini
berkaitan dengan objek
perbuatan hukum yang
dilakukan. Apabila syarat
objektif tidak terpenuhi,
maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Dari
semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian
dan tidak pernah ada
suatu perikatan.
6. Sebagaimana telah
diterangkan sebelumnya,
secara umum,
pencemaran nama baik
merupakan suatu
perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang,
sehingga jika dikaitkan
dengan Pasal 1320, Pasal
1335, dan Pasal 1337
KUH Perdata, perjanjian
memviralkan utang dapat
dikatakan tidak memenuhi
syarat sah perjanjian
karena tidak memenuhi
“sebab yang halal”,
sehingga perjanjian
tersebut batal demi
hukum.
8. Apabila tidak ada perjanjian 1. Utang piutang sebagai
utang piutang secara suatu perjanjian tunduk
tertulis, dapatkah pihak pada syarat sah
lawan dituntut di sebagaimana ditentukan
pengadilan? Pasal 1320 KUHPerdata,
yaitu sepakat pihak yang
mengikatkan dirinya,
kecakapan untuk
membuat suatu
perikatan, terdapat suatu
hal tertentu, dan terdapat
suatu sebab yang halal.
2. Berdasarkan ketentuan
tersebut, tidak terdapat
syarat yang
mengharuskan suatu
perjanjian dibuat secara
tertulis. Dengan kata lain,
15
perjanjian yang dibuat
secara lisan juga
mengikat secara hukum
bagi para pihak yang
membuatnya.
3. Dalam proses
pembuktian suatu
perkara perdata,
lazimnya alat bukti yang
dipergunakan oleh pihak
yang mendalilkan
sesuatu
sebagaimana ditentukan
Pasal 164 HIR adalah
alat bukti surat, karena
dalam suatu hubungan
keperdataan, surat
sengaja dibuat dengan
maksud untuk
memudahkan proses
pembuktian, apabila di
kemudian hari terdapat
sengketa perdata antara
pihak-pihak yang terkait.
4. Namun demikian, dalam
hukum acara perdata
diatur 5 (lima) alat bukti
sebagaimana
ditentukan Pasal
1866 KUHPerdata dan
Pasal 164 HIR, yaitu
surat, saksi,
persangkaan, pengakuan
dan sumpah. Jadi apabila
seseorang ingin
menuntut pihak lain oleh
karena tidak membayar
hutang berdasarkan
perjanjian utang piutang
secara lisan ke
Pengadilan, maka orang
(Penggugat) tersebut
dapat mengajukan alat
bukti saksi yang dapat
menerangkan adanya
perjanjian utang-piutang
secara lisan tersebut
disertai alat bukti lain
yang mendukung adanya
16
perjanjian lisan tersebut,
misalnya bukti transfer
atau kuitansi bermeterai,
dan lain sebagainya.
17
Kategori Perseroan Terbatas
1 2 3 4
1
3. Jumlah pemegang saham
hanya satu orang;
4. Pendiri PT Perorangan hanya
dapat mendirikan PT
Perorangan sebanyak satu
kali dalam kurun waktu satu
tahun.
Pasal 32 ayat (1) UU
PT menyatakan bahwa “modal
dasar Perseroan paling sedikit
sebesar Rp. 50.000.000 (lima
puluh juta rupiah).” Namun
dalam Pasal 109 angka 3
Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(“UU CK”) yang mengubah pasal
32 ayat (2) UU PT, disebutkan
bahwa besaran modal dasar PT
ditentukan berdasarkan
keputusan pendiri PT. Modal
dasar tersebut harus ditempatkan
dan disetor minimal 25%, yang
dibuktikan dengan bukti
penyetoran yang sah. Bukti
penyetoran tersebut wajib
disampaikan secara elektronik
kepada Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia (“Menkumham”)
dalam waktu paling lama 60 hari
terhitung sejak tanggal pengisian
pernyataan pendirian untuk PT
Perorangan.
2
3. PT memperoleh status badan
hukum setelah didaftarkan
kepada Menkumham dan
mendapatkan bukti
pendaftaran;
4. Setelah PT memperoleh
status badan hukum dan
pemegang saham menjadi
kurang dari 2 orang, dalam
jangka waktu paling lama 6
bulan terhitung sejak
keadaan tersebut, pemegang
saham yang bersangkutan
wajib mengalihkan sebagian
sahamnya kepada orang lain
atau PT mengeluarkan
saham baru kepada orang
lain.
3
persekutuan modal;
b. Perubahan anggaran dasar
dari semula pernyataan
pendirian dan/atau
pernyataan perubahan PT
perorangan menjadi
anggaran dasar PT, yang
meliputi:
1) Nama dan/atau tempat
kedudukan PT;
2) Maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha PT;
3) Jangka waktu berdirinya
PT;
4) Besarnya modal dasar;
5) Modal ditempatkan dan
disetor; dan
6) Status PT tertutup atau
terbuka
c. Data Perseroan yang
meliputi:
1) Perubahan susunan
pemegang saham karena
pengalihan saham
dan/atau perubahan
jumlah kepemilikan
saham yang dimiliki;
2) Perubahan susunan
nama dan jabatan
anggota direksi dan/atau
dewan komisaris;
3) Penggabungan,
pengambilalihan, dan
pemisahan yang tidak
disertai perubahan
anggaran dasar;
4) Pembubaran PT;
5) Berakhirnya status badan
hukum PT;
6) Perubahan nama
pemegang saham karena
4
pemegang saham ganti
nama; dan
7) Perubahan alamat
lengkap PT.
5
Perseroan melanggar
kepentingan umum atau
Perseroan melakukan
perbuatan yang melanggar
peraturan perundang-
undangan.
b. Permohonan pihak yang
berkepentingan berdasarkan
alasan adaya cacat hukum
dalam akta pendirian.
c. Permohonanan pemegang
saham, Direksi atau Dewan
Komisaris berdasarkan
alasan Perseroan tidak
mungkin untuk dilanjutkan.
6
perseroan serta dengan
mengutamakan kepentingan
perseroan di atas
kepentingan pribadi).
Dihubungan dengan tugas dan
tanggung jawab Direksi dan
Dewan Komisaris dari suatu PT
(Vide Pasal 92 jo Pasal 108 UU
PT) yang mengemban fiduciary
duties (Vide Pasal 97 UU
PT) memiliki kewajiban untuk
melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagaimana
diatur dalam UUPT dengan
sebaik-baiknya, jujur, dengan
itikad baik, dan demi kepentingan
PT sesuai dengan maksud dan
tujuan PT.
7
Nomor SOP SOP-AP/G.3/Gtn/
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
FERI WIBISONO
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA ADMINISTRASI PELAYANAN HALO JPN
Nama SOP
JAMDATUN
1
6. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
157/JA/12/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara;
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer beserta printer dan tintanya,
1. SOP Teknis Penyusunan Jawaban pada Halo JPN
2. Jaringan Internet
3. Lembar disposisi,
4. Alat Tulis Kantor,
5. Buku register.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka akan menghambat sistem kerja 1. Manual
di Lingkungan JAMDATUN. 2. Elektronik
2
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Kasubdit Kasi Analisis JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
1. Pelaksana Adm Komputer; Print Out
membuka aplikasi Jaringan Internet; 10 Menit pertanyaan
Halo JPN dan Kertas; yang
menerima Tinta; dimohonkan
permohonan Printer; secara daring;
pertanyaan secara
daring.
2 JPN membuat Print Out 24 Jam x 3 Print Out Memperhatik
telaahan beserta pertanyaan yang hari pertanyaan an SOP
jawaban atas dimohonkan yang Teknis
permohonan secara daring; dimohonkan Penyusunan
pertanyaan yang secara daring; Jawaban
disampaikan secara Konsep pada Halo
daring. jawaban atas JPN
permohonan
pertanyaan
secara daring;
3. Kasi Analisis Print Out 10 Menit Print Out Kasi
memberikan pertanyaan yang pertanyaan Analisis
pendapat atas dimohonkan yang (Subdit
telaahan beserta secara daring; dimohonkan Yankum
jawaban yang dibuat Konsep jawaban secara daring; Tun atau
oleh JPN atas atas permohonan Konsep Subdit THL
permohonan pertanyaan jawaban atas Yankum)
pertanyaan yang secara daring; permohonan berdasarka
disampaikan secara pertanyaan n objek
daring. secara daring; permasalah
an
4. Kasubdit* memeriksa Print Out 10 Menit Print Out Kasubdit
konsep jawaban JPN pertanyaan yang pertanyaan (Subdit
atas permohonan dimohonkan yang Yankum
pertanyaan yang secara daring; dimohonkan Tun atau
disampaikan secara Konsep jawaban secara daring; Subdit THL
3
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Kasubdit Kasi Analisis JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
daring. atas permohonan Konsep Yankum)
pertanyaan jawaban atas berdasarka
secara permohonan n objek
daring;Nota pertanyaan permasalah
dinas; secara daring; an.
Lembar
Disposisi
5. Pelaksana Adm Konsep jawaban 10 Menit
mengupload jawaban atas permohonan
ke aplikasi Halo JPN. pertanyaan
secara daring;
Lembar Disposisi
4
Nomor SOP SOP-AP/G.3/Gtn/
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
FERI WIBISONO
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA ADMINISTRASI PELAYANAN HALO JPN
Nama SOP
PADA KEJAKSAAN TINGGI SE-INDONESIA
1
6. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
157/JA/12/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara;
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer beserta printer dan tintanya,
1. SOP Teknis Penyusunan Jawaban pada Halo JPN
2. Jaringan Internet
3. Lembar disposisi,
4. Alat Tulis Kantor,
5. Buku register.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka akan menghambat sistem kerja 1. Manual
di Lingkungan JAMDATUN. 2. Elektronik
2
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Asdatun Kasi JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
1. Pelaksana Adm Komputer; Print Out
membuka aplikasi Jaringan Internet; 10 Menit pertanyaan
Halo JPN dan Kertas; yang
menerima Tinta; dimohonkan
permohonan Printer; secara daring;
pertanyaan secara
daring.
2 JPN membuat Print Out 24 Jam x 3 Print Out Memperhatik
telaahan beserta pertanyaan yang hari pertanyaan an SOP
jawaban atas dimohonkan yang Teknis
permohonan secara daring; dimohonkan Penyusunan
pertanyaan yang secara daring; Jawaban
disampaikan secara Konsep pada Halo
daring. jawaban atas JPN
permohonan
pertanyaan
secara daring;
3. Kasi pada Bidang Print Out 10 Menit Print Out
Datun Kejati pertanyaan yang pertanyaan
memberikan dimohonkan yang
pendapat atas secara daring; dimohonkan
telaahan beserta Konsep jawaban secara daring;
jawaban yang dibuat atas permohonan Konsep
oleh JPN atas pertanyaan jawaban atas
permohonan secara daring; permohonan
pertanyaan yang pertanyaan
disampaikan secara secara daring;
daring.
4. Asdatun memeriksa Print Out 10 Menit Print Out
konsep jawaban JPN pertanyaan yang pertanyaan
atas permohonan dimohonkan yang
pertanyaan yang secara daring; dimohonkan
disampaikan secara Konsep jawaban secara daring;
3
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Asdatun Kasi JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
daring. atas permohonan
pertanyaan Konsep
secara jawaban atas
daring;Nota permohonan
dinas; pertanyaan
secara daring;
Lembar
Disposisi
5. Pelaksana Adm Konsep jawaban 10 Menit
mengupload jawaban atas permohonan
ke aplikasi Halo JPN. pertanyaan
secara daring;
Lembar Disposisi
4
Nomor SOP SOP-AP/G.3/Gtn/
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
FERI WIBISONO
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA ADMINISTRASI PELAYANAN HALO JPN
Nama SOP
PADA KEJAKSAAN NEGERI SE-INDONESIA
1
6. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
157/JA/12/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara;
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer beserta printer dan tintanya,
1. SOP Teknis Penyusunan Jawaban pada Halo JPN
2. Jaringan Internet
3. Lembar disposisi,
4. Alat Tulis Kantor,
5. Buku register.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka akan menghambat sistem kerja 1. Manual
di Lingkungan JAMDATUN. 2. Elektronik
2
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Kajari Kasi Datun JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
1. Pelaksana Adm Komputer; Print Out
membuka aplikasi Jaringan Internet; 10 Menit pertanyaan
Halo JPN dan Kertas; yang
menerima Tinta; dimohonkan
permohonan Printer; secara daring;
pertanyaan secara
daring.
2 JPN membuat Print Out 24 Jam x 3 Print Out Memperhatik
telaahan beserta pertanyaan yang hari pertanyaan an SOP
jawaban atas dimohonkan yang Teknis
permohonan secara daring; dimohonkan Penyusunan
pertanyaan yang secara daring; Jawaban
disampaikan secara Konsep pada Halo
daring. jawaban atas JPN
permohonan
pertanyaan
secara daring;
3. Kasi Datun Print Out 10 Menit Print Out
memberikan pertanyaan yang pertanyaan
pendapat atas dimohonkan yang
telaahan beserta secara daring; dimohonkan
jawaban yang dibuat Konsep jawaban secara daring;
oleh JPN atas atas permohonan Konsep
permohonan pertanyaan jawaban atas
pertanyaan yang secara daring; permohonan
disampaikan secara pertanyaan
daring. secara daring;
4. Kajari memeriksa Print Out 10 Menit Print Out
konsep jawaban JPN pertanyaan yang pertanyaan
atas permohonan dimohonkan yang
pertanyaan yang secara daring; dimohonkan
disampaikan secara Konsep jawaban secara daring;
atas permohonan
3
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Kajari Kasi Datun JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
daring. pertanyaan Konsep
secara jawaban atas
daring;Nota permohonan
dinas; pertanyaan
secara daring;
Lembar
Disposisi
5. Pelaksana Adm Konsep jawaban 10 Menit
mengupload jawaban atas permohonan
ke aplikasi Halo JPN. pertanyaan
secara daring;
Lembar Disposisi
4
Nomor SOP SOP-AP/G.3/Gtn/
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
FERI WIBISONO
1
6. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
157/JA/12/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara;
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer beserta printer dan tintanya,
1. SOP Teknis Penyusunan Jawaban pada Halo JPN
2. Jaringan Internet
3. Lembar disposisi,
4. Alat Tulis Kantor,
5. Buku register.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka akan menghambat sistem kerja 1. Manual
di Lingkungan JAMDATUN. 2. Elektronik
2
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Asdatun Kasi JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
1. Pelaksana Adm Komputer; Laporan
menyampaikan Jaringan Internet; 10 Menit jumlah
jumlah permohonan Kertas; permohonan
pertanyaan yang Tinta; pertanyaan
masuk secara daring Printer; yang masuk
pada masing-masing secara daring
Kejari di wilayah pada masing-
Hukum Kejati. masing Kejari
di wilayah
Hukum Kejati.
2 Asdatun melakukan Laporan jumlah 20 Menit Laporan Indikator
melakukan permohonan jumlah Distribusi
monitoring terhadap pertanyaan yang permohonan diserahkan
jumlah pertanyaan masuk secara pertanyaan kepada
pada tiap-tiap Kejari daring pada yang masuk Asdatun
dan jika terdapat masing-masing secara daring yang
penumpukan Kejari di wilayah pada masing- memahami
pertanyaan pada satu Hukum Kejati. masing Kejari Problematik
Kejari, Asdatun dapat di wilayah a pada
mendistribusikan Hukum Kejati. Kejari di
pertanyaan kepada Lembar bawah
Kejari lain yang Disposisi atas wilayah
jumlah Pendistribusia hukum
pertanyaannya tidak n kepada Kejati.
banyak. Kejari yang Pendistrubi
jumlah sian dapat
permohonan dilakukan
pertanyaan sepanjang
tidak pertanyaan
menumpuk yang
dimohonka
n tidak
menyangkut
3
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS Pelaksana
Asdatun Kasi JPN Kelengkapan Waktu Output
Adm.
masalah
kewilayahan
4
Nomor SOP SOP-AP/G.3/Gtn/
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
JAKSA AGUNG MUDA
PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA
FERI WIBISONO
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA SOP TEKNIS PENYUSUNAN JAWABAN JPN
Nama SOP
PADA HALO JPN
1
6. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
157/JA/12/2012 tentang Administrasi Perkara Perdata dan Tata
Usaha Negara;
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer beserta printer dan tintanya,
1. SOP Adm Pelayanan Halo JPN
2. Jaringan Internet
3. Lembar disposisi,
4. Alat Tulis Kantor,
5. Buku register.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka akan menghambat sistem kerja 1. Manual
di Lingkungan JAMDATUN. 2. Elektronik
2
PELAKSANA BAKU MUTU Ket.
NO AKTIVITAS
JPN Kelengkapan Waktu Output
1. JPN menerima permohonan Komputer; Print Out
pertanyaan yang masuk Jaringan Internet; 10 Menit Permohonan
secara daring. Kertas; Pertanyaan
Tinta; yang
Printer; disampaikan
secara daring.
3
4