Anda di halaman 1dari 32

Laporan

DOKUMENKinerja
RENCANA AKSI
PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS
WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK)
MENUJU
WILAYAH BIROKRASI BERSIH MELAYANI (WBBM)

Jaksa Agung Muda


Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara
Kejaksaan Republik Indonesia

Tahun 2022

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara i|Pag e
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar
F E R I W I B I S O N O – Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, Jaksa Agung
Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dapat
menyelesaikan Dokumen Rencana Aksi Tahun 2022.

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand


Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan
program reformasi birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan
tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas
organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik.
dalam rangka mengakselerasi pencapaian sasaran hasil tersebut, maka instansi
pemerintah perlu untuk membangun pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang
dapat menjadi percontohan penerapan pada unit-unit kerja lainnya. Dengan dibuatnya
Dokumen Rencana Aksi tahun 2022 merupakan perwujudan dan pertanggungjawaban
atas kinerja sasaran, indikator, target, rencana prioritas untuk pencapaian tujuan dan
sasaran strategis Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara yang merupakan
salah satu unit kerja pada Kejaksaan Republik Indonesia.

Dokumen Rencana Aksi ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan


tugas Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara yang berfungsi antara
lain sebagai alat penilaian kinerja, wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi serta
wujud transparansi dan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Kinerja Jaksa Agung
Muda Bidang Perdata dan Tata Usah Negara diukur atas dasar penilaian Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis
sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata
Usah Negara.

Untuk meningkatkan daya saing yang kian kompetitif diperlukan reformasi birokrasi
yang dapat menghasilkan birokrasi profesional dan ramping yang bebas hambatan. Hal

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara ii | P a g e


inilah yang menjadi prasyarat penyelenggaraan good local governance, dengan
menerapkan prinsip akuntabalitas, transparansi dan keterbukaan, efisiensi dan efektifitas,
serta partisipasi dari semua elemen, sehingga dapat mendukung kinerja organisasi secara
keseluruhan dalam mewujudkan Good Governance dan Clean Government.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara iii |
Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………… ii


Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………….……...………………………………………………….. 1
2. Tujuan Perubahan………………. .............................………………........................... 3
3. Ruang Lingkup Zona Integritas…………………………………………………………… 4
4. Pengertian Umum………………………………………………………………………….. 4
5. Dasar Hukum……………………………………………………………………………….. 5
BAB II RENCANA AKSI KOMPONEN PENGUNGKIT
I. Manajemen Perubahan.…………………………………………………………………… 7
II. Penataan Tatalaksana…………. ………………………………………………………… 10
III. Penataan Sistem Manajemen SDM………………………………………………………. 11
IV. Penguatan Akuntabilitas Kinerja………………………………………………………….. 13
V. Penguatan Pengawasan…………………………………………………………………… 14
VI. Penguatan Kualitas Pelayanan…………………………………………………………… 16
VII. Deregulasi Kebijakan…………………………………………………..…………………... 17
VIII. Penataan Dan Penguatan Organisasi……………………………………………………. 18

BAB III TAHAP-TAHAP PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS


1. Rencana Tahapan (Milestone)…………. ………………………………………………. 22
1.1. Jangka Pendek……………………………………………………………………… 22
1.2. Jangka Menengah………………………………………………………………….. 23
1.3. Jangka Panjang…………………………………………………………………….. 30
2. Identifikasi Potensi Kendala/Masalah. ….................................................................. 30
BAB IV P E N U T U P …………………………………………………………………………………… 31

Daftar Lampiran iv
1. Matrik Milistone Reformasi Birokrasi Eselon I
2. Rencana Aksi Eselon I Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara iv | P a g e


Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara v | Page
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Perwujudan good governance di Indonesia telah didukung oleh political will dari
pemerintah melalui implemetasi kebijakan pelayanan maupun mutu hasil kerja. Hanya
saja, birokrasi masih sering menujukkan kesan yang kurang menggembirakan
disebabkan karena birokrasi selama ini tidak bisa merespon keinginan masyarakat.
Birokrasi yang selama ini bekerja lambat, berhati-hati dan metodologinya sudah tidak
dapat diterima oleh orang yang perlu layanan cepat, efisien, tepat waktu dan sederhana.
Untuk meningkatkan daya saing yang kian kompetitif diperlukan reformasi
birokrasi yang dapat menghasilkan birokrasi profesional dan ramping yang bebas
hambatan. Hal inilah yang menjadi prasyarat penyelenggaraan good local governance,
dengan menerapkan prinsip akuntabalitas, transparansi dan keterbukaan, efisiensi dan
efektifitas, serta partisipasi dari semua elemen.
Program Reformasi Birokrasi Kejaksaan RI diluncurkan pada 18 September 2008
berpedoman pada pada ketentuan/ peraturan/ juklak yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Sebagai lembaga penegak hukum yang melayani kepentingan publik maka
Kejaksaan merupakan prioritas dari Reformasi Birokrasi pemerintah. Hal ini sangat
wajar mengingat kepastian hukum dan penegakan hukum merupakan faktor utama
dalam penataan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Program kerja Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara yang
merupakan program penanganan dan penyelesaian perkara/kegiatan Perdata, Tata
Usaha Negara (TUN) serta Pertimbangan Hukum serta program dukungan manajemen
sebagai kegiatan pendukung pelaksanaan kegiatan teknis.
Adapun kegiatan utama yang dilakukan adalah program penanganan dan
penyelesaian perkara/kegiatan Perdata, Tata Usaha Negara, Pertimbangan Hukum
yang merupakan pelaksanaan fungsi bidang Perdata dan Tata Usaha Negara meliputi
kegiatan :
1. Bantuan Hukum.
Pemberian jasa hukum di bidang perdata oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN)
kepada Negara atau pemerintah untuk bertindak sebagai kuasa hukum
berdasarkan Surat Kuasa Khusus (SKK) baik secara non litigasi maupun litigasi di

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 1|Page
peradilan perdata serta arbitrase sebagai pengguga/ penggugat
intervensi/pemohon/pelawan/ pembantah atau tergugat/tergugat
intervensi/termohon/terlawan/ terbantah atau dibidang Tata Usaha Negara (TUN).
2. Pertimbangan Hukum.
Jasa hukum yang diberikan oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN) kepada Negara
atau pemerintah, dalam bentuk Pendapat Hukum (LO) dan/atau Pendampingan
Hukum (LA) di bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dan atau Audit Hukum di
bidang Perdata.
3. Pelayanan Hukum.
Pemberian jasa hukum oleh Jaksa Pengacara Negara (JPN) secara tertulis
maupun lisan kepada masyarakat, yang meliputi orang perorangan dan bantuan
hukum, terkait masalah Perdata dan Tata Usaha Negara dalam bentuk konsultasi,
pendapat dan informasi.
4. Penegakan Hukum.
Kegiatan Jaksa Pengacara Negara (JPN) untuk mengajukan gugatan atau
permohonan kepada pengadilan di bidang Perdata sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan dalam rangka memelihara ketertiban hukum,
kepastian hukum, dan melindungi kepentingan Negara dan pemerintah serta hak-
hak keperdataan masyarakat.
5. Tindakan Hukum Lain.
Pemberian jasa hukum oleh Jaksa Pengacara Negara diluar penegakan hukum,
bantuan hukum, pelayanan hukum dan pertimbangan hukum dalam rangka
penyelamatan dan pemulihan keuangan/kekayaan Negara serta menegakan
kewibawaan pemerintah.
Sedangkan program dukungan manajemen sebagai kegiatan pendukung
pelaksanaan kegiatan teknis, antara lain adalah penyelenggaraan In House Training
(IHT), Supervisi dan Eksaminasi yang dilaksanakan pada tiap Kejaksaan Tinggi
Seluruh Indonesia.
Sasaran Strategis Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara yang dicita-citakan
adalah :
1. Meningkatnya keberhasilan penyelesaian Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara;
2. Meningkatnya pengembalian kerugian keuangan Negara melalui jalur Perdata;
3. Meningkatnya pelaksanaan kegiatan pemberian Pertimbangan Hukum, Pelayanan
Hukum dan Tindakan Hukum Lain.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 2|Page
Terselenggaranya good and clean govermance merupakan cita-cita utama
Kejaksaan Agung Republik Indonesia khususnya Bidang Perdata dan Tata Usaha
Negara dibawah Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara. Dalam rangka itu
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat,
jelas dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

2. TUJUAN PERUBAHAN
Program reformasi birokrasi pada unit kerja melalui upaya pembangunan Zona
Integritas dilaksanakan dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Rencana Kegiatan / Strategi pembangunan yang di maksudkan sebagai acuan bagi
instansi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun Zona
Integritas menuju Wilayah bebas Korupsi (WBK) / Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBBM);
2. Memberikan keseragaman pemahaman dan tindakan dalam membangun Zona
Integritas menuju WBBM di lingkungan Jaksa Agung Muda Bidang Perdata & Tata
Usaha Negara;
3. Memberikan program percepatan reformasi birokrasi melalui 9 (Sembilan) program
menuju kepercayaan publik yaitu :
a. Penataan struktur birokrasi;
b. Penataan jumlah dan distribusi pegawai;
c. System seleksi dan promosi terbuka;
d. Profesionalisme;
e. E-Government;
f. Penyederhanaan pelayanan;
g. Transparasi dan akuntabilitas;
h. Peningkatan kesejahteraan pegawai;
i. Efisiensi fasilitas dan Sarana prasarana kerja.
4. Menuju sasaran birokrasi yang bersih dan bebas KKN, Akuntabilitas dan Kualitas
Pelayanan.

3. RUANG LINGKUP ZONA INTEGRITAS

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 3|Page
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan ini meliputi pembangunan Zona Integritas
menuju WBBM, pembinaan dan evaluasi WBK/WBBM di Kejaksaan di lingkungan Jaksa
Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara meliputi 8 (delapan) area
perubahan yaitu :
a. Manajemen Perubahan;
b. Deregulasi Kebijakan;
c. Penataan dan Penguatan Organisasi;
d. Penataan Tatalaksana;
e. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia;
f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja;
g. Penguatan Pengawasan;
h. Penguatan kualitas Pelayanan.

4. PENGERTIAN UMUM.
Dalam Dokumen ini, yang dimaksud dengan:
a. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah
yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/W
BBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan
peningkatan kualitas pelayanan publik;
b. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (Menuju WBK) adalah predikat yang
diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja;
c. Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (Menuju WBBM) adalah predikat
yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen
perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan
publik;
d. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah;
e. Unit Kerja adalah Unit/Satuan Kerja di instansi pemerintah, serendah-rendahnya
eselon III yang menyelenggarakan fungsi pelayanan;
f. Menteri adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 4|Page
g. Tim Penilai Internal (TPI) adalah tim yang dibentuk oleh pimpinan instansi
pemerintah yang mempunyai tugas melakukan penilaian unit kerja dalam rangka
memperoleh predikat Menuju WBK/Menuju WBBM; dan
h. Tim Penilai Nasional (TPN) adalah tim yang dibentuk untuk melakukan evaluasi
terhadap unit kerja yang diusulkan menjadi Zona Integritas Menuju WBK dan Menuju
WBBM. Tim Penilai Nasional terdiri dari unsur Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
dan Ombudsman Republik Indonesia (ORI).

5. DASAR HUKUM
Sejalan dengan Reformasi Birokrasi Kejaksaan dalam memberikan pelayanan
prima terhadap masyarakat khususnya pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan
Tata Usaha Negara (JAMDATUN) maka sudah dirasa perlu untuk melakukan
perubahan-perubahan yang berupa inovasi seiring dengan perkembangan teknologi
informasi yang telah berkembang sangat pesat hingga sekarang. Dasar Pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas menuju WBBM, pembinaan dan evaluasi WBK/WBBM di
Unit Kerja (JAMDATUN) tercantum dan didalam :
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874);
c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250);
d. Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I.
e. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi;
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 tentang Tata Kerja
dan Organisasi Kejaksaan RI.
g. Peraturan Jaksa Agung RI Nomor: PER-009/A/JA/01/2011 tanggal 24 Januari 2011
tentang Tata Kerja dan Organisasi Kejaksaan RI.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 5|Page
h. Peraturan Jaksa Agung RI Nomor: PER-046/A/JA/12/2010 tanggal 30 Desember
2010 tentang Visi dan Misi Kejaksaan RI.
i. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 122);
j. Peraturan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
52 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas Menuju W ilayah Bebas dari Korupsi dan W ilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di lingkungan Instansi Pemerintah.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 6|Page
BAB III TAHAP-TAHAP PEMBANGUNAN
ZONA INTEGRITAS

1. RENCANA TAHAPAN (MILESTONE)


Pembangunan Zona Integritas menuju WBBM di lingkungan JAMDATUN
merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya korupsi sebagaimana telah
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, Pembangunan Zona Integritas pada
dilingkungan JAMDATUN dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Pengembangan inovasi yang ada didalam mewujudkan Zona Integritas di
lingkungan JAMDATUN mutlak wajib dilakukan seiring dengan perkembangan
dan kemajuan tekhnologi dalam hal ini pengembangan inovasi-inovasi dalam
Zona Integritas di kategorikan ke dalam beberapa target capaian antara lain:
1.1. JANGKA PENDEK (SATU BULAN)
Dalam capaian jangka pendek, mencoba untuk mewujudkan Zona
Integritas, dimulai dari tujuan yang akan tercapai selama waktu
pelaksanaan kerja terhitung selama 1 (satu) bulan meliputi pencanangan
Zona Integritas, Pembuatan Dokumen Rencana Kerja dan
Penandatanganan Pakta Integritas.
1.1.1. Pencanangan Zona Integritas
Pencanangan Zona Integritas diawali dengan deklarasi/pernyataan
komitmen oleh JAMDATUN, serta diikuti seluruh Pegawai
Kejaksaan dilingkungan JAMDATUN dan Publikasi atas
pencanangan Zona Integritas dilakukan atas kerjasama dengan
Puspenkum agar semua pihak dapat memantau, mengawal dan
mengawasi, serta berperan serta dalam pelaksanaan program
kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik yang telah ditetapkan, dengan harapan
terwujudnya aparat Kejaksaan, khususnya Bidang DATUN yang
sungguh-sungguh berintegritas dan bebas dari korupsi.
1.1.2. Pembuatan Dokumen Rencana Kerja
Penyusunan dokumen rencana kerja zona integritas menuju
WBK/WBBM dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. dokumen rencana kerja disusun dengan tepat waktu;
b. dokumen rencana kerja agar memuat target-target prioritas yang
relevan dengan tujuan pembangunan zona integritas;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 22 | P a g e


c. terdapat mekanisme atau media untuk mensosialisasikan
pembangunan zona intergritas WBK/WBBM.

1.1.3. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas


Proses Pembangunan Zona Integritas dilakukan dengan berbagai
kegiatan nyata penerapan program pencegahan korupsi secara
terpadu melalui tahapan sebagai berikut:
a. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas
Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilakukan oleh
seluruh Pejabat Struktural dan Pegawai dengan mengacu
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Pakta Integritas di Lingkungan Kementerian.
b. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilaksanakan dan
disaksikan oleh JAMDATUN dan diikuti seluruh pegawai
Kejaksaan Bidang DATUN;
c. Penandatangan Dokumen Pakta Integritas merupakan salah
satu unsur dari indikator proses dalam penilaian unit kerja
berpredikat WBBM.

1.2. JANGKA MENENGAH (ENAM BULAN)


Capaian jangka menengah adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan tindak lanjut dari capaian jangka pendek yang merupakan
pengembangan atau penyempurnaan pada inovasi yang sudah di
laksanakan waktu pelaksanaan kerja terhitung selama 6 (enam) bulan
dengan dimulainya seluruh rangkaian pembangunan Zona Integritas
sampai dengan evaluasi kinerja.
1.2.1. Proses Pembangunan Zona Integritas
a. Pemenuhan Kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara
Pelaksanaan kewajiban Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Harta Kekayaan
Aparatur Sipil Negara (LHKASN) dilakukan oleh Unit Kerja
melalui kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pelaporan oleh pegawai yang wajib lapor
LHKPN/LHKASN;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 23 | P a g e


2) sosialisasi LHKPN/LHKASN kepada seluruh pegawai Bidang
Datun;
3) evaluasi ketepatan waktu penyampaian LHKPN/LHKASN;
4) evaluasi atas kesesuaian format LHKPN/LHKASN dengan
substansinya;
5) evaluasi atas pengendalian pemenuhan LHKPN/LHKASN;
dan
6) tindak lanjut atas evaluasi.

Pemenuhan kewajiban LHKPN dan LHKASN oleh Unit Kerja


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja serta penerapan asas


akuntabilitas kinerja di Lingkungan JAMDATUN dilakukan
melalui pemenuhan asas sebagai berikut:
1) tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) berorientasi hasil;
2) program/kegiatan RPJM selaras dengan tujuan dan sasaran;
3) indikator kinerja telah memenuhi kriteria khusus, terukur,
dapat dicapai, relevan, dan berbasis waktu (Spesific,
Measurable, Attainable, Relevan, Time-Based/SMART);
4) indikator kinerja ditetapkan dengan target; dan
5) laporan akuntabilitas kinerja digunakan untuk perbaikan
perencanaan, penerapan manajemen kinerja, perbaikan
kinerja dan keberhasilan Unit Kerja.

Pemenuhan penerapan akuntabilitas kinerja oleh Unit Kerja


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemenuhan Kewajiban Pelaporan Keuangan
Pelaksanaan kewajiban pelaporan keuangan dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) ketepatan waktu laporan keuangan;
2) kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP);
3) evaluasi atas pengendalian penyusunan pelaporan keuangan;
4) tindak lanjut atas evaluasi;
5) hasil audit digunakan sebagai perbaikan; dan
6) laporan keuangan digunakan sebagai penentuan keputusan
terkait alokasi sumberdaya.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 24 | P a g e


Pemenuhan kewajiban pelaporan keuangan oleh Unit Kerja
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Penerapan disiplin pegawai negeri sipil oleh Unit Kerja mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penerapan disiplin pegawai negeri sipil.
e. Penerapan Kode Etik Khusus
Penerapan kode etik khusus dilaksanakan Unit Kerja melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) sosialisasi kode etik PNS di lingkungan Unit Kerja;
2) kesesuaian materi kode etik PNS dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3) kesesuaian materi kode etik PNS dengan karakteristik Unit
Kerja;
4) kode etik PNS yang memuat sanksi;
5) adanya standar operasional prosedur yang aplikatif;
6) digunakannya kode etik khusus sebagai acuan kerja pegawai;
7) evaluasi atas pengendalian adanya pelaksanan kode etik
khusus; dan
8) tindak lanjut atas evaluasi.

Penerapan kode etik oleh Unit Kerja mengacu pada ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang kode etik.
f. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik
Penerapan pelayanan kebijakan pelayanan publik oleh Unit
Kerja mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pelayanan publik.
g. Penerapan Whistleblower System Tindak Pidana Korupsi
Penerapan Whistleblower System (WBS) oleh Unit Kerja melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) adanya kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai;
2) kesuaian sistem perlindungan pelapor dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan;
3) adanya unit khusus yang menanganinya;
4) mempunyai mekanisme perlindungan saksi/korban;
5) adanya pengaduan yang menggunakan teknologi informasi;
6) evaluasi atas pelaksanaan kegiatan Whistle Blower
System;dan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 25 | P a g e


7) tindak lanjut hasil evaluasi.
Penerapan Whistle Blower System dikerjakan Unit Kerja
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Whistle Blower System.
h. Pengendalian Gratifikasi
Kegiatan pengendalian gratifikasi dilaksanakan Unit Kerja
melalui kegiatan sebagai berikut:
1) penyusunan program pengendalian gratifikasi;
2) kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai;
3) adanya laporan pemberian hadiah ke Komisi Pemberantasan
Korupsi;
4) adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan; dan
5) tindak lanjut atas hasil evaluasi
Kegiatan pengendalian gratifikasi oleh Unit Kerja mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengendalian gratifikasi.
i. Penanganan Benturan Kepentingan
Kegiatan penanganan benturan kepentingan (conflict of interest)
oleh Unit Kerja melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pedoman benturan kepentingan;
2) kegiatan sosialisasi pedoman;
3) kesesuaian materi pedoman dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan; dan
5) tindak lanjut atas hasil evaluasi.
Penanganan benturan kepentingan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang benturan kepentingan.
j. Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan Promosi Anti Korupsi
Kegiatan pendidikan/pembinaan dan promosi anti korupsi
dilaksanakan oleh Unit Kerja melalui kegiatan sebagai berikut:
1) memiliki program inisiatif anti korupsi;
2) kesesuaian materi program dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) adanya sosialisasi program kepada seluruh pegawai;
4) adanya kegiatan promosi di lingkungan internal dan eksternal;
5) ketepatan waktu momen promosi anti korupsi;
6) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan program; dan
7) tindak lanjut atas evaluasi.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 26 | P a g e


Pemenuhan kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Unit Kerja
mengacu pada Instruksi Ke-10 dalam Instruksi Presiden Nomor
5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang
mewajibkan pimpinan Kementerian untuk meningkatkan
pembinaan dan pengawasan dalam rangka meniadakan perilaku
koruptif di lingkungan instansi masing-masing.
k. Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan/Komisi Pemberantasan Korupsi/Aparat
Pengawas Internal Pemerintah Kegiatan ini dilaksanakan oleh
Unit Kerja sebagai tindak lanjut atas saran-saran perbaikan dari
Badan Pemeriksa Keuangan/Komisi Pemberantasan
Korupsi/Aparat Pengawas Internal Pemerintah (BPK/KPK/APIP)
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
l. Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Kegiatan mekanisme pengaduan masyarakat oleh Unit Kerja
dilakukan melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat;
2) adanya standar operasional prosedur koordinasi penanganan
pengaduan;
3) adanya standar operasional prosedur kerahasian identitas
pelapor;
4) adanya mekanisme perlindungan saksi dan korban;
5) evaluasi atas pengendalian penangan pengaduan; dan
6) tindak lanjut atas evaluasi.
Pemenuhan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat
oleh Unit Kerja dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang mekanisme pengaduan
masyarakat.
m. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-
Procurement)
Kegiatan pengadaan barang/jasa secara elektronik
(eprocurement) dilakukan Unit Kerja melalui kegiatan sebagai
berikut:
1) adanya pedoman e- Procurement;
2) sosialisasi kepada seluruh pegawai;
3) kesesuaian materi pedoman dengan peraturan perundang-
undangan;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 27 | P a g e


4) bekerja sama dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik;
5) penggunaan Teknologi Informasi yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) pelaksanaan pengadaan melalui e- procurement;
7) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan e-procurement; dan
8) tindak lanjut atas evaluasi.
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh Unit Kerja dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik.
n. Pengukuran Kinerja Individu Sesuai dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Pengukuran kinerja individu dikerjakan oleh Unit Kerja dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
o. Keterbukaan Informasi Publik
Pemenuhan penerapan keterbukaan informasi publik oleh Unit
Kerja melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) sosialisasi kebijakan kepada seluruh pegawai;
2) kesesuaian materi kebijakan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) pelaksanaan pengumuman informasi kepada publik kepada
pihak yang berkepentingan secara berkala;
4) evaluasi atas pengendalian pelayanan informasi publik; dan
5) Tindak Lanjut atas evaluasi.
Pemenuhan kebijakan oleh unit kerja dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
keterbukaan informasi publik.
1.2.2. Pembinaan
Pembinaan terus dilakukan terhadap seluruh Pegawai dilingkungan
JAMDATUN untuk mempersiapkan diri melakukan pembangunan
Zona Integritas menuju WBBM. Pembinaan dilakukan dengan cara
memberikan asistensi perbaikan sistem dan prosedur, pemberian
fasilitas/sarana prasarana, dukungan operasional dan pemenuhan
tunjangan kinerja, pelatihan teknis atau lainnya yang kesemuanya
mengarah pada tujuan untuk mempersempit peluang/kesempatan
melakukan korupsi. Selain itu juga diprioritaskan pembinaan
karakter melalui pelatihan anti korupsi atau pembentukan integritas,
pendekatan spiritual/keagamaan untuk memperbaiki atau
meluruskan niat, sehingga memiliki kemauan dan kemamp uan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 28 | P a g e


untuk meninggalkan sikap dan perbuatan koruptif serta perbuatan
yang melanggar hukum lainnya.
1.2.3. Pengawasan
Masyarakat dapat berpartisipasi melakukan pemantauan dan
pengawasan melalui media seperti kontak pengaduan masyarakat,
website Kejaksaan RI dan Pengaduan Masyarakat melalui e-mail:
atau dan media sosial lainnya. Hasil tindak lanjut dari
pengaduan/pelaporan masyarakat dijadikan bahan bagi JAMDATUN
dalam mengevaluasi pembangunan Zona Integritas menuju WBBM.
1.2.4. Evaluasi
Evaluasi atas pelaksanaan pembangunan Zona Integritas dan
kinerja WBK menuju WBBM yang telah ditetapkan perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui efektivitas pedoman ini. Evaluasi di
lingkungan JAMDATUN dilaksanakan oleh Jaksa Agung dalam hal
ini didelegasikan kepada Tim Penilai Internal (TPI) yang difasilitasi
oleh Biro Reformasi Birokrasi Kejaksaan Agung melalui penelaahan
laporan-laporan yang diterima dan pengolahan informasi yang
diperoleh langsung di lapangan dan FGD (Focus Group Discussion).
Laporan akhir dikirim ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
1.2.5. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai di tingkat
JAMDATUN hingga kepada Jaksa Agung dan kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
MENPAN RB, menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas menuju terwujudnya WBK/WBBM
secara berkala pada setiap akhir tahun dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Pelaporan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dilaksanakan oleh Biro
Perencanaan pada JAMBIN setelah mendapatkan hasil
pembahasan oleh Tim Pokja.

1.3. JANGKA PANJANG (DUA BELAS BULAN)


Capaian jangka panjang adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan hasil ideal yang diharapkan dari suatu area perubahan
sehingga hal tersebut dapat menjadi instrument baru dalam memberikan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 29 | P a g e


pelayanan prima kepada masyarakat, waktu pelaksanaan kegiatan ini
diatas 12 (dua belas) bulan setelah dilakukannya monitoring evaluasi dan
pembinaan serta pengembangan Inovasi yang ada didalamnya.

2. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA/MASALAH


1. Kendala Masalah Internal Bahwa Potensi Kendala yang dihadapi Secara
teknis kendala/ masalah internal yang dihadapi adalah:
a. Pada masa pandemic COVID-19 membuat kegiatan pembangunan Zona
Integritas menjadi kurang leluasa bergerak terutama dalam upaya
melakukan Studi Komparatif untuk mendapatkan contoh-contoh praktek
yang baik/ best practices pembangunan Zona Integritas
Kementerian/Lembaga yang telah memperoleh predikat WBBM;
b. Kebijakan bekerja dari rumah (work from home) membuat rentang waktu
penyelesaian pekerjaan dalam pembangunan Zona Integritas menjadi
lebih lama karena terjadi hambatan komunikasi sesama anggota Pokja,
terutama koordinasi dalam merumuskan pelaksanaan rencana aksi
pembangunan Zona Integritas, Hambatan koordinasi antar anggota Pokja
membuat rentang waktu pelaksanaan rencana aksi / rencana kerja
menjadi lebih lama;
c. Kebijakan pemotongan anggaran Kementerian / Lembaga dalam rangka
penanganan COVID-19 mempengaruhi kegiatan belanja, khususnya
upaya untuk memperbaiki sarana dan prasarana layanan publik;
d. Masih kurangnya pemahaman sebagian personil tentang bagaimana
cara membangun Zona Integritas dan cara memberikan pelayanan
hukum prima kepada masyarakat / stakeholder;
e. Minimnya sarana dan prasarana pendukung dalam melakukan pelayanan
prima kepada masyarakat;
f. Sumber Daya Manusia (SDM) tidak standar dalam memcapai sasaran
yang berkualitas terkait jenjang karir;
.
2. Strategi mengatasi kendala/masalah Strategi yang digunakan untuk
mengatasi kendala masalah, sebagaimana yang diuraikan diatas adalah
a. Mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi seperti Video
Conference untuk melakukan perbandingan dengan satuan kerja yang
sudah meraih predikat WBBM untuk mengetahui pengalaman dan
strategi membangun Zona Integritas maupun memperoleh contoh
praktek terbaik melakukan pelayanan public;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 30 | P a g e


b. Melakukan pengaturan jadwal bagi anggota Pokja agar dapat
menyesuaikan pelaksanaan kegiatan rencana aksi pembangunan Zona
Integritas yang memerlukan kehadiran fisik di kantor dapat teratasi;
c. Memanfaatkan secara maksimal sarana dan prasarana yang tersedia
serta melakukan penyesuaian fungsi sarana yang ada untuk
dimanfaatkan sebagai pelayanan publik;
d. Mekanisme kerja yang akuntabel yang memungkinkan pegawai bekerja
dari rumah perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh Pegawai dengan
memberikan penjelasan betapa pentingnya Pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
e. Pendataan kelengkapan kerja serta pemenuhan fasilitas pelayanan
publik serta melakukan evaluasi terhadap dampak kualitas layanan public
dengan ketersediaan perlengkapan sarana dan prasarana;
f. Peningkatan Sumber Daya Manusia terkait jenjang karir diatasi dengan
menyusun dan mendistribusikan buku-buku pedoman, melakukan
supervisi, control produk dengan eksaminasi, meningkatkan pelatihan
dengan In House Traning (IHT) setiap bulan.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 31 | P a g e


BAB III TAHAP-TAHAP PEMBANGUNAN
ZONA INTEGRITAS

1. RENCANA TAHAPAN (MILESTONE)


Pembangunan Zona Integritas menuju WBBM di lingkungan JAMDATUN
merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya korupsi sebagaimana telah
diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, Pembangunan Zona Integritas pada
dilingkungan JAMDATUN dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Pengembangan inovasi yang ada didalam mewujudkan Zona Integritas di
lingkungan JAMDATUN mutlak wajib dilakukan seiring dengan perkembangan
dan kemajuan tekhnologi dalam hal ini pengembangan inovasi-inovasi dalam
Zona Integritas di kategorikan ke dalam beberapa target capaian antara lain:
1.1. JANGKA PENDEK (SATU BULAN)
Dalam capaian jangka pendek, mencoba untuk mewujudkan Zona
Integritas, dimulai dari tujuan yang akan tercapai selama waktu
pelaksanaan kerja terhitung selama 1 (satu) bulan meliputi pencanangan
Zona Integritas, Pembuatan Dokumen Rencana Kerja dan
Penandatanganan Pakta Integritas.
1.1.1. Pencanangan Zona Integritas
Pencanangan Zona Integritas diawali dengan deklarasi/pernyataan
komitmen oleh JAMDATUN, serta diikuti seluruh Pegawai
Kejaksaan dilingkungan JAMDATUN dan Publikasi atas
pencanangan Zona Integritas dilakukan atas kerjasama dengan
Puspenkum agar semua pihak dapat memantau, mengawal dan
mengawasi, serta berperan serta dalam pelaksanaan program
kegiatan pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik yang telah ditetapkan, dengan harapan
terwujudnya aparat Kejaksaan, khususnya Bidang DATUN yang
sungguh-sungguh berintegritas dan bebas dari korupsi.
1.1.2. Pembuatan Dokumen Rencana Kerja
Penyusunan dokumen rencana kerja zona integritas menuju
WBK/WBBM dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. dokumen rencana kerja disusun dengan tepat waktu;
b. dokumen rencana kerja agar memuat target-target prioritas yang
relevan dengan tujuan pembangunan zona integritas;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 22 | P a g e


c. terdapat mekanisme atau media untuk mensosialisasikan
pembangunan zona intergritas WBK/WBBM.

1.1.3. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas


Proses Pembangunan Zona Integritas dilakukan dengan berbagai
kegiatan nyata penerapan program pencegahan korupsi secara
terpadu melalui tahapan sebagai berikut:
a. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas
Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilakukan oleh
seluruh Pejabat Struktural dan Pegawai dengan mengacu
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Pakta Integritas di Lingkungan Kementerian.
b. Penandatanganan Dokumen Pakta Integritas dilaksanakan dan
disaksikan oleh JAMDATUN dan diikuti seluruh pegawai
Kejaksaan Bidang DATUN;
c. Penandatangan Dokumen Pakta Integritas merupakan salah
satu unsur dari indikator proses dalam penilaian unit kerja
berpredikat WBBM.

1.2. JANGKA MENENGAH (ENAM BULAN)


Capaian jangka menengah adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan tindak lanjut dari capaian jangka pendek yang merupakan
pengembangan atau penyempurnaan pada inovasi yang sudah di
laksanakan waktu pelaksanaan kerja terhitung selama 6 (enam) bulan
dengan dimulainya seluruh rangkaian pembangunan Zona Integritas
sampai dengan evaluasi kinerja.
1.2.1. Proses Pembangunan Zona Integritas
a. Pemenuhan Kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara dan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara
Pelaksanaan kewajiban Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Harta Kekayaan
Aparatur Sipil Negara (LHKASN) dilakukan oleh Unit Kerja
melalui kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pelaporan oleh pegawai yang wajib lapor
LHKPN/LHKASN;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 23 | P a g e


2) sosialisasi LHKPN/LHKASN kepada seluruh pegawai Bidang
Datun;
3) evaluasi ketepatan waktu penyampaian LHKPN/LHKASN;
4) evaluasi atas kesesuaian format LHKPN/LHKASN dengan
substansinya;
5) evaluasi atas pengendalian pemenuhan LHKPN/LHKASN;
dan
6) tindak lanjut atas evaluasi.

Pemenuhan kewajiban LHKPN dan LHKASN oleh Unit Kerja


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pemenuhan Akuntabilitas Kinerja serta penerapan asas


akuntabilitas kinerja di Lingkungan JAMDATUN dilakukan
melalui pemenuhan asas sebagai berikut:
1) tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) berorientasi hasil;
2) program/kegiatan RPJM selaras dengan tujuan dan sasaran;
3) indikator kinerja telah memenuhi kriteria khusus, terukur,
dapat dicapai, relevan, dan berbasis waktu (Spesific,
Measurable, Attainable, Relevan, Time-Based/SMART);
4) indikator kinerja ditetapkan dengan target; dan
5) laporan akuntabilitas kinerja digunakan untuk perbaikan
perencanaan, penerapan manajemen kinerja, perbaikan
kinerja dan keberhasilan Unit Kerja.

Pemenuhan penerapan akuntabilitas kinerja oleh Unit Kerja


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemenuhan Kewajiban Pelaporan Keuangan
Pelaksanaan kewajiban pelaporan keuangan dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) ketepatan waktu laporan keuangan;
2) kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP);
3) evaluasi atas pengendalian penyusunan pelaporan keuangan;
4) tindak lanjut atas evaluasi;
5) hasil audit digunakan sebagai perbaikan; dan
6) laporan keuangan digunakan sebagai penentuan keputusan
terkait alokasi sumberdaya.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 24 | P a g e


Pemenuhan kewajiban pelaporan keuangan oleh Unit Kerja
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Penerapan disiplin pegawai negeri sipil oleh Unit Kerja mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penerapan disiplin pegawai negeri sipil.
e. Penerapan Kode Etik Khusus
Penerapan kode etik khusus dilaksanakan Unit Kerja melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) sosialisasi kode etik PNS di lingkungan Unit Kerja;
2) kesesuaian materi kode etik PNS dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
3) kesesuaian materi kode etik PNS dengan karakteristik Unit
Kerja;
4) kode etik PNS yang memuat sanksi;
5) adanya standar operasional prosedur yang aplikatif;
6) digunakannya kode etik khusus sebagai acuan kerja pegawai;
7) evaluasi atas pengendalian adanya pelaksanan kode etik
khusus; dan
8) tindak lanjut atas evaluasi.

Penerapan kode etik oleh Unit Kerja mengacu pada ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang kode etik.
f. Penerapan Kebijakan Pelayanan Publik
Penerapan pelayanan kebijakan pelayanan publik oleh Unit
Kerja mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pelayanan publik.
g. Penerapan Whistleblower System Tindak Pidana Korupsi
Penerapan Whistleblower System (WBS) oleh Unit Kerja melalui
kegiatan sebagai berikut:
1) adanya kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai;
2) kesuaian sistem perlindungan pelapor dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan;
3) adanya unit khusus yang menanganinya;
4) mempunyai mekanisme perlindungan saksi/korban;
5) adanya pengaduan yang menggunakan teknologi informasi;
6) evaluasi atas pelaksanaan kegiatan Whistle Blower
System;dan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 25 | P a g e


7) tindak lanjut hasil evaluasi.
Penerapan Whistle Blower System dikerjakan Unit Kerja
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Whistle Blower System.
h. Pengendalian Gratifikasi
Kegiatan pengendalian gratifikasi dilaksanakan Unit Kerja
melalui kegiatan sebagai berikut:
1) penyusunan program pengendalian gratifikasi;
2) kegiatan sosialisasi kepada seluruh pegawai;
3) adanya laporan pemberian hadiah ke Komisi Pemberantasan
Korupsi;
4) adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan; dan
5) tindak lanjut atas hasil evaluasi
Kegiatan pengendalian gratifikasi oleh Unit Kerja mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengendalian gratifikasi.
i. Penanganan Benturan Kepentingan
Kegiatan penanganan benturan kepentingan (conflict of interest)
oleh Unit Kerja melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pedoman benturan kepentingan;
2) kegiatan sosialisasi pedoman;
3) kesesuaian materi pedoman dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan; dan
5) tindak lanjut atas hasil evaluasi.
Penanganan benturan kepentingan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang benturan kepentingan.
j. Kegiatan Pendidikan/Pembinaan dan Promosi Anti Korupsi
Kegiatan pendidikan/pembinaan dan promosi anti korupsi
dilaksanakan oleh Unit Kerja melalui kegiatan sebagai berikut:
1) memiliki program inisiatif anti korupsi;
2) kesesuaian materi program dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) adanya sosialisasi program kepada seluruh pegawai;
4) adanya kegiatan promosi di lingkungan internal dan eksternal;
5) ketepatan waktu momen promosi anti korupsi;
6) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan program; dan
7) tindak lanjut atas evaluasi.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 26 | P a g e


Pemenuhan kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Unit Kerja
mengacu pada Instruksi Ke-10 dalam Instruksi Presiden Nomor
5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang
mewajibkan pimpinan Kementerian untuk meningkatkan
pembinaan dan pengawasan dalam rangka meniadakan perilaku
koruptif di lingkungan instansi masing-masing.
k. Pelaksanaan Saran Perbaikan yang Diberikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan/Komisi Pemberantasan Korupsi/Aparat
Pengawas Internal Pemerintah Kegiatan ini dilaksanakan oleh
Unit Kerja sebagai tindak lanjut atas saran-saran perbaikan dari
Badan Pemeriksa Keuangan/Komisi Pemberantasan
Korupsi/Aparat Pengawas Internal Pemerintah (BPK/KPK/APIP)
dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
l. Mekanisme Pengaduan Masyarakat
Kegiatan mekanisme pengaduan masyarakat oleh Unit Kerja
dilakukan melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) adanya pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat;
2) adanya standar operasional prosedur koordinasi penanganan
pengaduan;
3) adanya standar operasional prosedur kerahasian identitas
pelapor;
4) adanya mekanisme perlindungan saksi dan korban;
5) evaluasi atas pengendalian penangan pengaduan; dan
6) tindak lanjut atas evaluasi.
Pemenuhan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat
oleh Unit Kerja dengan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang mekanisme pengaduan
masyarakat.
m. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-
Procurement)
Kegiatan pengadaan barang/jasa secara elektronik
(eprocurement) dilakukan Unit Kerja melalui kegiatan sebagai
berikut:
1) adanya pedoman e- Procurement;
2) sosialisasi kepada seluruh pegawai;
3) kesesuaian materi pedoman dengan peraturan perundang-
undangan;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 27 | P a g e


4) bekerja sama dengan Layanan Pengadaan Secara Elektronik;
5) penggunaan Teknologi Informasi yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
6) pelaksanaan pengadaan melalui e- procurement;
7) evaluasi atas pengendalian pelaksanaan e-procurement; dan
8) tindak lanjut atas evaluasi.
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa oleh Unit Kerja dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik.
n. Pengukuran Kinerja Individu Sesuai dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Pengukuran kinerja individu dikerjakan oleh Unit Kerja dengan
mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
o. Keterbukaan Informasi Publik
Pemenuhan penerapan keterbukaan informasi publik oleh Unit
Kerja melalui pemenuhan kegiatan sebagai berikut:
1) sosialisasi kebijakan kepada seluruh pegawai;
2) kesesuaian materi kebijakan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) pelaksanaan pengumuman informasi kepada publik kepada
pihak yang berkepentingan secara berkala;
4) evaluasi atas pengendalian pelayanan informasi publik; dan
5) Tindak Lanjut atas evaluasi.
Pemenuhan kebijakan oleh unit kerja dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
keterbukaan informasi publik.
1.2.2. Pembinaan
Pembinaan terus dilakukan terhadap seluruh Pegawai dilingkungan
JAMDATUN untuk mempersiapkan diri melakukan pembangunan
Zona Integritas menuju WBBM. Pembinaan dilakukan dengan cara
memberikan asistensi perbaikan sistem dan prosedur, pemberian
fasilitas/sarana prasarana, dukungan operasional dan pemenuhan
tunjangan kinerja, pelatihan teknis atau lainnya yang kesemuanya
mengarah pada tujuan untuk mempersempit peluang/kesempatan
melakukan korupsi. Selain itu juga diprioritaskan pembinaan
karakter melalui pelatihan anti korupsi atau pembentukan integritas,
pendekatan spiritual/keagamaan untuk memperbaiki atau
meluruskan niat, sehingga memiliki kemauan dan kemamp uan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 28 | P a g e


untuk meninggalkan sikap dan perbuatan koruptif serta perbuatan
yang melanggar hukum lainnya.
1.2.3. Pengawasan
Masyarakat dapat berpartisipasi melakukan pemantauan dan
pengawasan melalui media seperti kontak pengaduan masyarakat,
website Kejaksaan RI dan Pengaduan Masyarakat melalui e-mail:
atau dan media sosial lainnya. Hasil tindak lanjut dari
pengaduan/pelaporan masyarakat dijadikan bahan bagi JAMDATUN
dalam mengevaluasi pembangunan Zona Integritas menuju WBBM.
1.2.4. Evaluasi
Evaluasi atas pelaksanaan pembangunan Zona Integritas dan
kinerja WBK menuju WBBM yang telah ditetapkan perlu dilakukan
evaluasi untuk mengetahui efektivitas pedoman ini. Evaluasi di
lingkungan JAMDATUN dilaksanakan oleh Jaksa Agung dalam hal
ini didelegasikan kepada Tim Penilai Internal (TPI) yang difasilitasi
oleh Biro Reformasi Birokrasi Kejaksaan Agung melalui penelaahan
laporan-laporan yang diterima dan pengolahan informasi yang
diperoleh langsung di lapangan dan FGD (Focus Group Discussion).
Laporan akhir dikirim ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
1.2.5. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai di tingkat
JAMDATUN hingga kepada Jaksa Agung dan kepada Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
MENPAN RB, menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
pembangunan Zona Integritas menuju terwujudnya WBK/WBBM
secara berkala pada setiap akhir tahun dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Pelaporan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi dilaksanakan oleh Biro
Perencanaan pada JAMBIN setelah mendapatkan hasil
pembahasan oleh Tim Pokja.

1.3. JANGKA PANJANG (DUA BELAS BULAN)


Capaian jangka panjang adalah suatu capaian area perubahan dimana
merupakan hasil ideal yang diharapkan dari suatu area perubahan
sehingga hal tersebut dapat menjadi instrument baru dalam memberikan

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 29 | P a g e


pelayanan prima kepada masyarakat, waktu pelaksanaan kegiatan ini
diatas 12 (dua belas) bulan setelah dilakukannya monitoring evaluasi dan
pembinaan serta pengembangan Inovasi yang ada didalamnya.

2. IDENTIFIKASI POTENSI KENDALA/MASALAH


1. Kendala Masalah Internal Bahwa Potensi Kendala yang dihadapi Secara
teknis kendala/ masalah internal yang dihadapi adalah:
a. Pada masa pandemic COVID-19 membuat kegiatan pembangunan Zona
Integritas menjadi kurang leluasa bergerak terutama dalam upaya
melakukan Studi Komparatif untuk mendapatkan contoh-contoh praktek
yang baik/ best practices pembangunan Zona Integritas
Kementerian/Lembaga yang telah memperoleh predikat WBBM;
b. Kebijakan bekerja dari rumah (work from home) membuat rentang waktu
penyelesaian pekerjaan dalam pembangunan Zona Integritas menjadi
lebih lama karena terjadi hambatan komunikasi sesama anggota Pokja,
terutama koordinasi dalam merumuskan pelaksanaan rencana aksi
pembangunan Zona Integritas, Hambatan koordinasi antar anggota Pokja
membuat rentang waktu pelaksanaan rencana aksi / rencana kerja
menjadi lebih lama;
c. Kebijakan pemotongan anggaran Kementerian / Lembaga dalam rangka
penanganan COVID-19 mempengaruhi kegiatan belanja, khususnya
upaya untuk memperbaiki sarana dan prasarana layanan publik;
d. Masih kurangnya pemahaman sebagian personil tentang bagaimana
cara membangun Zona Integritas dan cara memberikan pelayanan
hukum prima kepada masyarakat / stakeholder;
e. Minimnya sarana dan prasarana pendukung dalam melakukan pelayanan
prima kepada masyarakat;
f. Sumber Daya Manusia (SDM) tidak standar dalam memcapai sasaran
yang berkualitas terkait jenjang karir;
.
2. Strategi mengatasi kendala/masalah Strategi yang digunakan untuk
mengatasi kendala masalah, sebagaimana yang diuraikan diatas adalah
a. Mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi seperti Video
Conference untuk melakukan perbandingan dengan satuan kerja yang
sudah meraih predikat WBBM untuk mengetahui pengalaman dan
strategi membangun Zona Integritas maupun memperoleh contoh
praktek terbaik melakukan pelayanan public;

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 30 | P a g e


b. Melakukan pengaturan jadwal bagi anggota Pokja agar dapat
menyesuaikan pelaksanaan kegiatan rencana aksi pembangunan Zona
Integritas yang memerlukan kehadiran fisik di kantor dapat teratasi;
c. Memanfaatkan secara maksimal sarana dan prasarana yang tersedia
serta melakukan penyesuaian fungsi sarana yang ada untuk
dimanfaatkan sebagai pelayanan publik;
d. Mekanisme kerja yang akuntabel yang memungkinkan pegawai bekerja
dari rumah perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh Pegawai dengan
memberikan penjelasan betapa pentingnya Pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
e. Pendataan kelengkapan kerja serta pemenuhan fasilitas pelayanan
publik serta melakukan evaluasi terhadap dampak kualitas layanan public
dengan ketersediaan perlengkapan sarana dan prasarana;
f. Peningkatan Sumber Daya Manusia terkait jenjang karir diatasi dengan
menyusun dan mendistribusikan buku-buku pedoman, melakukan
supervisi, control produk dengan eksaminasi, meningkatkan pelatihan
dengan In House Traning (IHT) setiap bulan.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 31 | P a g e


BAB IV PENUTUP

Zona Integritas (ZI) merupakan sebutan atau predikat yang diberikan kepada
K/L dan Pemerintah Daerah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat
(komitmen) untuk mewujudkan WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan
korupsi, reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. K/L dan
Pemerintah Daerah yang telah mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu
unit kerjanya untuk menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi.

Reformasi Birokrasi yang dilakukan di lingkungan JAMDATUN telah


memberikan dampak positif bagi peningkatan kinerja pelaksanaan tugas,
peningkatan pelayanan dan kepercayaan masyarakat, serta mendorong dan
menginspirasi satuan kerja Kejaksaan lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Keberhasilan kegiatan pembangunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM
memang bukan jaminan bagi tercapainya institusi yang konsisten pada prinsip
integritas dan melayani, namun ini adalah awal bukti komitmen institusi pada
prinsip-prinsip tersebut yang perlu terus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.

Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara 31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai