Reformasi Birokrasi
Kiprah Kementerian PAN-RB
Pembina
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Pengarah
Sekretaris Kementerian PANRB
Penanggung Jawab
Kepala Biro Hukum, Komunikasi dan Informasi Publik
Pelaksana
Suwardi
Tim Redaksi
Suwardi
Erik Herdian Karsana
Wasito
Agus Santoso
Reisha Ryanurti
Tim Redaksi
Suwardi
Erik Herdian Karsana
Dokumentasi Photo
Reisha Ryanurti, Bayu Erlangga, Adityo Minarto, B. Dony
Penyunting
Suwardi, Erik Herdian Karsana, Reisha Ryanurti
Tata Letak
Burhanudin
Diterbitkan oleh :
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Jl. Jenderal Sudirman Kav. 69, Jakarta 12190
KATA PENGANTAR
Era industri 4.0 sudah di depan mata. Dunia dihadapkan pada tantangan global
yang kian kompleks. Di zaman yang serba bergegas ini, setiap bangsa dituntut
trengginas mengimbangi setiap perubahan yang meruntuhkan batas ruang dan
waktu. Lengah sedikit saja niscaya akan tergilas.
[vi]
Tanpa bermaksud menepuk dada, sejak reformasi birokrasi digulirkan, wajah
birokrasi di negeri ini mulai menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Masyarakat kian merasakan manfaat dari berbagai kebijakan Kementerian
PANRB yang dijalankan oleh instansi pemerintah.
Buku ini kami susun untuk memberikan gambaran kemajuan reformasi birokrasi
dari tahun ke tahun, terutama pada bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas
Aparatur dan Pengawasan, Kelembagaan dan Tatalaksana, SDM Aparatur dan
Bidang Pelayanan Publik.
Meski jauh dari sempurna, saya menyampaikan apresiasi dan selamat atas
terbitnya buku ini. Saya harap buku ini bisa menjadi cermin bagi aparatur
untuk berbuat lebih baik lagi dalam menciptakan tata pemerintahan yang
baik dalam rangka reformasi birokrasi. Buku ini merupakan tradisi baik dalam
mendokumentasikan dan menyebarluaskan praktik baik yang telah (seharusnya)
dilakukan oleh seluruh jajaran aparatur negara di negeri tercinta ini.
[vii]
DAFTAR ISI
[ix]
PENDAHULUAN
Terkait soal ini, Kementerian PANRB bersama BPKP terus memperkuat sistem
pengawasan melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pemerintah
masih membahas mengenai RUU Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Peningkatan budaya antikorupsi juga terlihat. Saat ini terdapat 109 unit kerja
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan 18 unit kerja Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani (WBBM). Melalui pembangunan zona integritas ini, unit kerja
pelayanan percontohan (WBK/WBBM) akan menjadi role model bagi unit kerja
lainnya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dan budaya anti-
korupsi.
Selain itu, dilakukan penataan organisasi pada bidang politik, hukum, dan
keamanan. Untuk lembaga kepolisian misalnya, Kementerian PANRB melakukan
upaya peningkatan efektivitas dan jangkauan pelayanan kepolisian di pusat dan
wilayah. Penataan juga diterapkan pada Kejagung, Kejati, dan Kejari.
R E F O R M A S I B IR O K R A S I
[xii]
Pada 2014 ada 40 IP, tahun 2015 ada 128 IP, tahun 2016 ada 333 IP, serta
tahun 2017 mencapai 493 IP. Saat ini seluruh K/L/Pemda telah melaksanakan
seleksi terbuka dalam pengisian JPT.
bagian dari pelaksanaan amanah yang diberikan negara kepada lembaga ini
sebagai lokomotif Reformasi Birokrasi di negeri tercinta Indonesia.
[xiii]
R E F O R M A S I B IR O K R A S I
[xiv]
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[1]
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[2]
DAN
BAB 1
YANG
BERSIH
BIROKRASI
AKUNTABEL
M
ewujudkan birokrasi yang bersih dan akuntabel. Ini adalah mimpi yang
tengah diupayakan hadir di negeri ini. Tanda-tanda kehadirannya
memang sudah terlihat. Namun beberapa tantangan masih harus
segera diselesaikan bila ingin mimpi itu benar-benar terwujud.
Penyakit keempat, kualitas aparatur sipil negara (ASN) masih belum optimal
dalam mendukung kinerja pemerintah. Padahal, jumlah ASN yang dimiliki
pemerintah saat ini mencapai 4,35 juta orang. Dari segi kuantitas, sebenarnya
jumlah ini sudah cukup untuk melaksanakan tugas penyelenggaraan
pemerintahan. Namun, bila dilihat dari sisi kualitas, mayoritas ASN adalah
golongan II ke bawah dengan latar belakang pendidikan SMA ke bawah. Dengan
kualitas ASN seperti ini maka tidak mudah untuk mewujudkan birokrasi yang
berkualitas.
Perkara ini memang tidak adil juga bila menafikan upaya perbaikan dan inovasi
yang dilakukan oleh sebagian instansi pemerintah baik pusat maupun daerah
dalam memberikan pelayanan terbaik pada publik. Namun dengan semakin
maju tingkat kehidupan masyarakat, menyebabkan sikap masyarakat semakin
kritis dan semakin tinggi pula tuntutan kualitas serta kebutuhan pelayanan yang
diharapkan oleh publik.
Penyakit birokrasi lainnya yang juga harus segera disembuhkan adalah perilaku
ASN yang belum profesional. Padahal, SDM ASN merupakan unsur terpenting
dalam birokrasi. Bukan hanya dalam pengertian fisik, melainkan menyangkut
seluruh aspek yang melekat pada pegawai yang bersangkutan, mulai dari
perilaku, kompetensi, pengetahuan, kreativitas atau soft skill lainnya. Masih
banyak ASN yang berpikir bukan sebagai pelayan masyarakat, melainkan
penguasa. Alih-alih melayani, ASN model ini justru minta dilayani.
namun setidaknya ada enam jurus yang harus dilaksanakan oleh setiap instansi
pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Jurus pertama, memperbaiki manajemen kinerja. Dalam hal ini, program dan
kegiatan harus benar-benar dirancang untuk menghasilkan outcome yang tepat
sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan. Tidak
boleh ada lagi kegiatan “siluman” yang diselipkan dalam program tertentu yang
sama sekali tidak memiliki kaitan dengan outcome hasil.
Dari uraian di atas, jelas. Bahwa salah satu jalan penyelesaian atas permasalahan
bangsa ini adalah menjalankan agenda Reformasi Birokrasi secara konsisten
dan berkelanjutan. Agenda ini merupakan inti dalam pembangunan aparatur [5]
negara, saat ini. Reformasi Birokrasi tidak hanya dalam bentuk penyempurnaan
organisasi birokrasi pemerintah, namun juga mencakup keseluruhan sistem
penyelenggaraan pemerintahan baik pada level mikro, meso, dan makro.
Kebijakan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan good
governance dan melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur.
Melalui Reformasi Birokrasi, sistem penyelenggaraan pemerintah ditata ulang
agar uang tidak hanya efektif dan efisien. Upaya ini juga untuk memposisikan
Reformasi Birokrasi sebagai tulang punggung dalam perubahan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bila langkah ini berhasil, maka sama artinya tujuan
Reformasi Birokrasi yakni menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional
dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN,
mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh
nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara, berhasil diwujudkan.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan dari reformasi birokrasi tersebut
maka ditetapkan 8 (delapan) area perubahan dan hasil yang diharapkan
meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan, seperti yang digambarkan
pada tabel di bawah ini :
Budaya Kerja
Aparatur (culture Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi
set dan mind set)
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[9]
Reformasi Birokrasi adalah Kunci
Praktik reformasi juga dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat Ronald Reagen
pada 1981-1989. Namun pendekatan reformasi yang ia lakukan berbeda.
Ia lebih mengedepankan pendekatan small government. Pendekatan ini
kemudian lanjutkan oleh penerusnya Bill Clinton pada 1993 menjadi reinventing
government, yang kemudian dirumuskan sebagai pendekatan reformasi melalui
new public management. Pendekatan ini kemudian diterapkan di berbagai
negara di wilayah Eropa, Kanada, Australia, New Zealand, dan Amerika Selatan.
Berkaca dari reformasi yang dilakukan pemerintah China, ada bukti tak
terbantahkan, yakni, pembangunan di suatu negara dapat dilakukan dengan
baik jika didukung oleh “pemerintahan yang baik”. Namun, persepsi “pemerin
tahan yang baik” versi China ini belum tentu sama dengan negara lainya.
[11]
Percepatan Reformasi Birokrasi
Guna melaksanakan percepatan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
Indonesia agar berjalan dengan baik, pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) menerapkan
9 Program Reformasi Birokrasi, yakni ekstraksi atau penyederhanaan dari grand
design reformasi birokrasi. Dengan adanya 9 program Reformasi Birokrasi
tersebut diharapkan, akan mendorong pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
Kementerian, lembaga, dan pemerintah Daerah lebih terarah dan berjalan
dengan baik serta dapat mencapai tujuan akhir dari reformasi birokrasi tersebut.
Tumpang tindih
kewenangan
1. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk secara sistematis dan konsistensi dari
sistem dan mekanisme kerja organisasi, pola pikir serta budaya kerja individu
atau unit kerja didalamnya menjadi lebih baik. Target dari program ini adalah
[12] terciptanya komitmen dari seluruh elemen pemerintahan untuk melaksanakan
reformasi birokrasi, terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja, serta
menurunkan resiko resistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.
4. Penataan Ketatalaksanaan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas sistem,
proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efesien dan terukur pada masing-
masing instansi. Target program penataan ketatalaksanaan adalah meningkatnya
penggunakan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
manajemen pemerintah, adannya efesiensi proses manajemen pemerintah dan
meningkatnya kinerja pemerintahan.
6. Penguatan Pengawasan
Dengan adanya program ini memungkinkan terciptanya penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktek KKN pada seluruh instansi
pemerintah. Target dari program ini adalah meningkatnya kepatuhan terhadap
pengelolaan keuangan negara dan menurunnya tingkat penyalahgunaan
wewenang dari masing-masing kementerian/lembaga/pemerintah daerah.
Kegiatan yang menjadi prioritas antara lain adalah penguatan kembali peran
SPIP.
[13]
7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas
kinerja dari instansi pemerintah dengan target akhir yang ingin dicapai
adalah meningkatnya kinerja dan akuntabilitas pemerintah. Kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai target tersebut adalah kegiatan penguatan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen
kinerja dan penyusunan indikator kinerja utama (IKU).
Manajemen Perubahan
Penataan Peraturan
Perundangan
Penataan dan Penguatan
Penguatan Akuntabilitas
Organisasi Penataan Sistem Kinerja
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Manajemen SDM
APRT Peningkatan
Penataan Tata
Kualitas Pelayanan
Laksana
Publik
Penguatan
Pengawasan
Monitoring,
Evaluasi, dan
Pelaporan
Manajemen Perubahan
[14]
Tujuan akhir dari keseluruhan 9 program reformasi birokrasi adalah terciptanya
pemerintahan yang bersih dari KKN, Akuntabel dan berkinerja serta Pelayanan
publik yang berkualitas.
Pemerintahan Pemerintahan
yang efektif terbuka
dan efisien berbasis IT Tujuan Akhir Birokrasi :
1. Bersih dari KKN
2. Akuntabel dan berkinerja
SDM Aparatur Pemerintahan 3. Pelayanan Publik Prima
yang kompeten partisipatif
dan kompetitif dan melayani
ukuran;
2. Sistem dan prosedur tatakerja birokrasi yang belum transparan, efisien,dan
akuntabel;
3. Penerapan manajemen SDM aparatur masih belum baik; regulasi dan
harmonisasi kebijakan yang belum optimal;
4. Pola pikir dan budaya kerja aparatur yang kurang fokus pada kinerja dan
fungsi melayani; serta
5. Pelaksanaan kebijakan dan program reformasi birokrasi yang belum optimal
(i) kapasitas APIP belum mampu berperan secara optimal sebagai quality
assurance dalam mewujudkan praktek penyelenggaraan pemerintah dan
pengelolaan keuangan negara yang bersih dan bebas dari KKN di lingkungan
K/L/Pemda ; (ii) regulasi dan kebijakan tentang APIP yang belum baik;(iii)
implementasi sistem pengendalian internal di lingkungan K/L/Pemda masih
belum efektif; (iv) integritas aparatur negara di lingkungan K/L/Pemda yang
masih belum kuat; serta (v) penanganan pengaduan masyarakat dan aparatur
di lingkungan K/L/Pemda masih belum optimal
Kemajuan suatu negara tidak dapat dipisahkan dari peran birokrasi negara
tersebut. Premis ini mengisyaratkan bahwa jika terdapat permasalahan
dalam pembangunan negara, maka dapat disimpulkan bahwa juga terdapat
permasalahan dalam birokrasi negara tersebut. Indonesia sebagai contoh,
meskipun memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan stabil
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, namun masih terdapat permasalahan
pembangunan yang membutuhkan kerja keras untuk mengimbangi angka
pertumbuhan ekonomi tersebut, antara lain adalah: (1) Ketersediaan infra-
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
(2) Korupsi, kolusi dan nepotisme yang masih marak berbagai lapisan, baik
di sektor formal maupun informal yang mengkibatkan inefisiensi ekonomi;
(3) Angka kemiskinan dan kesenjangan pendapatan yang relatif tinggi; serta
(4) Otonomi daerah yang belum memberi hasil yang menggembirakan.
Permasalahan pembangunan di atas antara lain disebabkan oleh permasalahan
birokrasi Indonesia yang sangat kompleks dan terkait dengan berbagai
pemangku kepentingan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain:
organisasi yang belum tepat fungsi dan ukuran serta masih terdapat tumpang
tindih kewenangan; pola pikir dan budaya kerja yang belum berorientasi pada
kinerja, regulasi yang multitafsir dan tumpang tindih; SDM aparatur yang
[16] tidak kompeten; dan kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi
ekspektasi masyarakat.
Penyempurnaan Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi
Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah. Regulasi baru ini lebih simple,
sehingga mempermudah instansi pusat dan daerah dalam mengisi secara
mandiri serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang sudah, sedang, dan
akan dilakukan, untuk kemudian hasilnya disampaikan kepada Kementerian
PANRB secara online untuk dievaluasi.
[17]
Ditambahkan, metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada
komponen pengungkit, adalah teknik criteria referrenced test dengan cara
menilai setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing
komponen yang telah ditetapkan sebelumnya.
[18]
Birokrasi Makin Bergairah
Dalam melakukan evaluasi, bukan saja nilai yang diberikan kepada instansi
pemerintah. Justru hal yang lebih penting adalah bagaimana Kementerian
PANRB dapat memberikan rekomendasi terkait dengan hal-hal yang perlu
diperbaiki.
[19]
PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI & AKUNTABILITAS APARATUR
71.91 60.47
56.69
69.4
41.61
65.78
K/L Provinsi
KEMENTERIAN/LEMBAGA PROVINSI
64.61
55.85
42.96
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Kab/Kota
KABUPATEN/KOTA
[20]
Setiap tahun Kementerian PANRB melakukan evaluasi implementasi reformasi
birokrasi di lingkungan instansi pemerintah. Dari hasil evaluasi sistem
akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga, tahun 2014 baru ada 59,03 persen
instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik. Tahun berikutnya,
terjadi lonjakan yang cukup tinggi menjadi 80,52 persen, dan tahun 2016 lalu
84,15 persen.
[21]
Role Model Penerapan Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah
Realisasi kebijakan reformasi birokrasi juga dapat dilihat dari keberhasilan
beberapa instansi pemerintah. Setidaknya terdapat contoh yang bisa dijadikan
benchmarking, yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemerintah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Kabupaten Banyuwangi.
Menteri PANRB Asman Abnur menyebut ketiga instansi itu sebagai contoh
keberhasilan peningkatan efektivitas dan efisiensi anggaran.
Di Kementerian Kelautan dan Perikanan misalnya, ada tiga hal menonjol dalam
mewujudkan efisiensi. Pertama, kegiatan yang dilakukan instansi yang dipimpin
Menteri Susi Pujiastuti itu menjadi semakin jelas dan mendukung pencapaian
sasaran. Porsi anggaran untuk stakeholders meningkat menjadi 80 persen.
Selain itu, terjadi efisiensi anggaran sebesar Rp2,9 triliun atau dua puluh persen
dari DIPA tahun 2016.
Praktik baik juga dapat dilihat dari Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi, yang
tahun 2016 lalu menjadi satu-satunya kabupaten yang meraih predikat A dalam
evaluasi akuntabilitas kinerja. Kabupaten ini mampu menghemat penggunaan
anggaran sebesar Rp 1 triliun atau 38% dari APBD. Kabupaten Banyuwangi
juga melakukan refocusing, dari 2.299 menjadi 1.428 kegiatan. Semua itu lebih
mendukung pencapaian sasaran pembangunan.
dalam tiga tahun terakhir, semakin banyak instansi pemerintah yang nilai
akuntabilitasnya baik.
Integrasi ini akan diterapkan pada Rencana Kerja Anggaran (RKA) Kementerian
/Lembaga pada anggaran 2018. Tahun 2018 seperti dikatakan M. Yusuf Ateh,
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi Akuntabilitas dan Pengawasan Kementerian
[22] PANRB tengah dilakukan uji coba untuk Kementerian /lembaga yang berada di
bawah koordinasi Deputi bidang Polhukkam Bappenas.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[23]
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban
atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/
badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki
hak atau berkewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Peningkatan
akuntabilitas dimaksudkan pada peningkatan kemampuan instansi pemerintah
untuk mempertanggungjawabkan atau menjawab dan menerangkan mengenai
kinerjanya.
dapat diukur publik. Jadi publik berhak untuk mengetahui sampai sejauh mana
akuntabilitas kinerja tiap instansi pemerintah.
Substansi evaluasi AKIP ini sejalan dengan UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional serta Peraturan
Pemerintah turunannya seperti PP No.8 Tahun 2006 Tentang Kewajiban
Melaporkan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Ditambahkan, evaluasi juga bukan untuk mengejar nilai, tetapi tujuan utamanya
adalah terjadinya peningkatan akuntabilitas kinerja, sehingga setiap rupiah
yang dibelanjakan oleh instansi pemerintah dapat dipertanggungjawabkan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam evaluasi itu, yang dinilai
Karena itu, evaluasi tersebut dilakukan secara independen, seperti halnya yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang memberikan opini atas
laporan keuangan instansi pemerintah. “BPK melakukan audit sendiri atas
seluruh kementerian/lembaga serta pemda, sedangkan laporan keuangan BPK
diaudit dan diberi opini oleh kantor akuntan publik,” kata Ateh.
[26]
Evaluasi tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membangun clean
and good government. Kementerian PANRB, sangat concern untuk
membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
termasuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Untuk melakukan
pembinaan, setiap tahun dilakukan evaluasi untuk melihat perubahannya
dalam rangka membangun good and clean government. Bagaimana tingkat
pertanggungjawaban setiap instansi pemerintah dari penggunaan anggarannya,
karena semua program kegiatan pemerintah yang menggunakan anggaran
negara harus dipertanggungjawabkan.
Evaluasi itu tidak dilakukan dengan sembarangan, karena harus dilakukan sesuai
pedoman yang suidah ditetapkan. Pedoman Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
disusun bersama-sama dengan melibatkan Kementerian Keuangan, Bappenas
dan Kemendagri, karena substansinya sejalan dengan UU No. 17/2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No.
25/2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional dan UU Otonomi daerah serta
Peraturan Pemerintah (PP) turunannya.
Dalam hal ini, penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Ada beberapa tipe untuk Indikator Kinerja Utama dalam sebuah instansi
pemerintah yang perlu diketahui yaitu:
1. Kualitatif yang akan menggunakan skala ukur seperti baik, kurang, cukup.
2. Rata-rata yang dituangkan dalam bentuk angka seperti rata-rata total
biaya yang habis untuk penyelenggaraan satu kali training atau pelatihan
karyawan dengan jabatan tertentu.
3. Indeks yang merupakan angka-angka dari beberapa kejadian yang dihitung
dengan menggunakan rumusan tertentu yang sudah dibuat. Contohnya
seperti indeks harga pasar modal, indeks pertambahan jumlah manusia
setiap tahun,dll.
4. Kuantitatif absolute yang dituangkan dengan menggunakan angka seperti
100 unit, 30 peserta training.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
5. Rasio yang adalah pembandingan antara satu angka absolute dengan angka
lainnya seperti contohnya jumlah rasio guru dengan jumlah murid yang ada
per kelasnya.
6. Persentase menggunakan angka namun diukur berdasarnya populasi seperti
contohnya 80%, 30%,dll.
Ada 5 jenis indikator kinerja yang secara umum sudah digunakan di Indonesia
yaitu antara lain:
1. Input Indicator: ini merupakan gambaran sekilas mengenai SDM yang akan
langsung bekerja sehingga bisa menghasilkan outcome dan juga output.
Contohnya adalah kualitas, kehematan dan juga kuantitas.
2. Process Indicator: merupakan acuan langkah yang nantinya akan dilakukan
[28] untuk bisa menghasilkan jasa dan juga barang seperti kedisiplinan jadwal,
ketaatan terhadap SOP yang berlaku.
3. Output Indicator : Ini adalah sebuah output dalam bentuk jasa atau barang
yang merupakan hasil dari sebuah aktifitas.
4. Outcome Indicator: adalah hasil nyata yang bisa berupa kuantitas yang
meningkat, kualitas yang bertambah baik, pendapatan yang bertambah
besar, proses yang bertambah baik dan cepat, efisiensi yang juga meningkat
tajam, serta perilaku SDM yang semakin baik.
5. Effect Indicator: ini adalah akibat baik secara langsung ataupun tidak atas
tujuan yang sudah ditetapkan di awal tadi.
Ada beberapa hal yang masuk ke dalam sebuah karakteristik dari Indikator
Kinerja Utama untuk instansi pemerintah di Indonesia seperti relevan dengan
keadaan dan kondisi, bisa dicapai, spesifik atau detail, keberhasilan atau target
bisa diukur dengan jelas dan kuantifikasi juga terukur dengan jelas.
IKU instansi pemerintah bisa digunakan dalam beberapa hal seperti untuk
kebutuhan jangka menengah, evaluasi kerja selama beberapa waktu,
pengendalian dan pantauan proses kerja, rencana tahunan kerja, pembuatan
akuntabilitas kinerja karyawan dan juga pembuatan dokumen untuk penetapan
kinerja ASN. Agar proses pembuatan dan perencanaan indicator kinerja bisa
berhasil dengan baik maka sebuah tim harus mengikuti beberapa langkah :
• Tahap I : proses klarifikasi mengenai tujuan yang ingin dicapai nantinya.
• Tahap II : memulai proses penyusunan dan perencanaan IKU mulai dari
tahapan awal yang sekiranya bisa digunakan semaksimal mungkin.
• Tahap III : Melakukan evaluasi atau penilaian terhadap IKU atau point
yang sudah tertera dalam draft IKU.
• Tahap IV: Memilih IKU yang akan digunakan.
Untuk sebuah IKU dalam instansi pemerintah maka akan dilakukan pengawasan
dan pembinaan secara langsung dari pemerintah pusat. Dalam hal ini dilakukan
secara menyempit kembali oleh ketua masing-masing bidang instansi yang
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Dibutuhkan orang-orang yang siap bekerja dan hanya bekerja fokus secara
detail tanpa pandang buluh untuk menjalankan setiap kewajibannya. Kejujuran
setiap pegawai yang mengemban jabatan tertentu menjadi sebuah tantangan
yang cukup besar untuk keberhasilan sebuah sistem seperti ini. Kerja tim yang
solid dan professional akan menjadi cukup vital untuk tercapainya tujuan dalam
setiap poin IKU.
Cikal bakal lahirnya SAKIP dan LAKIP adalah dari Inpres No.7 Tahun 1999
Tentang Akuntabilitas Instansi Pemerintah dimana didalamnya disebutkan
Mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok,
dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah.
Dengan adanya sistem SAKIP dan LAKIP bergeser dari pemahaman “berapa
[30] besar dana yang telah dan akan dihabiskan” menjadi “berapa besar kinerja
yang dihasilkan dan kinerja tambahan yang diperlukan, agar tujuan yang telah
ditetapkan dalah akhir periode bisa tercapai”.
Akuntabilitas itu sendiri bermakna bahwa setiap program atau kegiatan yang
dilakukan oleh penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya, di mana hasil yang dimaksud adalah bisa dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat. Dalam Undang-Undang (UU) No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, disebutkan pula bahwa akuntabilitas menjadi bagian dari asas
umum penyelenggaraan negara.
Aplikasi
2018 Integrasi
Renja dan
Informasi
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Sub-
Komponen
Substansi evaluasi AKIP ini sejalan dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional serta Peraturan
Pemerintah (PP) turunannya, seperti PP No. 8 Tahun 2006 tentang Kewajiban
Melaporkan Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam
pelaksanaanya, evaluasi yang dilakukan melibatkan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),
serta Inspektorat Instansi.
Manajemen Kinerja
Pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara untuk meningkatkan kualitas
birokrasi merupakan sebuah tantangan bagi Pemerintah untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan berkelas dunia. Untuk itu, mengubah cara kerja, pola
pikir, dan pola pikir para PNS dari biasa menjadi inovatif dan berjiwa hospitality
(ramah dan melayani) menjadi sebuah fokus Pemerintah untuk diterapkan bagi
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
seluruh ASN. Tujuannya agar ASN dapat memberikan pelayanan publik yang
prima serta profesional.
[33]
Pemerintah melalui Kementerian PANRB bekerjasama dengan BPPT telah
menciptakan aplikasi bernama Sepakat, yaitu sebuah aplikasi e-performance
based budgeting, sehingga semua anggaran yang dapat diajukan kini
berdasarkan perencanaan kinerja yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Evaluasi SAKIP
mengalami peningkatan.
Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik tidak bisa hanya dengan
ASN yang memiliki kemampuan teknis, namun juga harus memiliki karakter
yang baik dan membangun. Kultur birokrasi yang sulit dan rumit harus segera
dihilangkan menjadi transparan, mudah dan nyaman. Inilah pentingnya
pendidikan untuk memperbaiki kultur tersebut, dan dimulai sejak pendidian
dan pelatihan CPNS.
lembaga secara rata-rata masih sama antara tahun 2015 dan tahun 2016, yaitu
sebesar 65,58. Namun, sebenarnya nilai tersebut naik jika dibandingkan tahun
lalu, mengingat ada penambahan sebanyak lima kementerian/lembaga baru
yang dievaluasi di tahun 2016, yaitu Badan Koordinasi Keamanan Laut Republik
Indoensia (Bakamla), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kementerian Koordinator
Rata-Rata Nilai
75
65.9 67.5 65.83
61.8 62.97
65 59.44
55 51.72
48.9
46.36
45
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
35
K/L Provinsi Kab./Kota
Instansi pemerintah yang dinilai akuntabel atau yang akuntabilitas kinerjanya baik
adalah instansi yang berdasarkan hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi memperoleh predikat minimal “CC”
atau “Cukup Baik”. Gambaran instansi pemerintah yang dievaluasi Tahun 2014
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Untuk pemda yang meraih predikat B tahun 2017 tercatat 19 provinsi dan 148
kabupaten/kota, dari tahun sebvelumnya 12 provnsi dan 57 kabupaten/kota.
Namun masih ada 5 provinsi dan 303 kabupaten/kota yang berpredikat CC ke
bawah, dan menjadi ‘PR’ untuk diperbaiki pada tahun 2018 ini.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Dampak yang paling terasa dari perbaikan ‘rapor’ akuntabilitas kinerja itu
adalah terjadinya efisiensi anggaran minimal sebesar Rp. 41.15 Triliun pada
7 pemerintah provinsi dan 113 Pemerintah Kabupaten /Kota. Selain itu
penghematan juga disumbang oleh 5 Kementerian /Lembaga akuntabilitas
kinerjanya semakin membaik. Penghematan itu mengikis potensi inefisiensi
anggaran pada APBN/APBD tahun 2016 sebesar Rp 392,87 Triliun (di luar
belanja pegawai), atas instansi pemerintah yang nilainya di bawah 60, atau
dengan predikat CC ke bawah.
Betapa tidak, saat ini e-performance based budgeting baru terbangun dan
diterapkan oleh beberapa instansi pemerintah, baik kementerian, lembaga,
provinsi, kabupaten maupun kota. “Dengan terbangunnya ee-performance
based budgeting di beberapa kementerian/lembaga, pemerintah provinsi,
serta kabupaten/ kota, kini telah dapat diwujudkan efisiensi anggaran minimal
41,15 Triliun rupiah,” ujar Asman.
Angka tersebut diperoleh dari perhitungan atas indikasi serta potensi inefisiensi
penggunaan anggaran di luar belanja pegawai atas intansi pemerintah yang
tidak akuntabel dengan predikat akuntabilitas kinerja di bawah CC. Inefisiensi
yang terjadi dikarenakan tidak jelasnya hasil yang akan dicapai (sasaran tidak
berorientasi terhadap hasil), ukuran kinerja yang tidak jelas, tidak adanya
keterkaitan antara program/kegiatan dengan sasaran, serta rincian kegiatan
yang tidak sesuai dengan maksud kegiatan.
Bukan itu saja, bagi pemda yang SAKIP-nya selalu baik, pemerintah juga
mengucurkan dana insentif daerah (DID). Menurut Deputi Reformasi Birokrasi,
Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan (RB Kunwas) Kementerian PANRB M.
Yusuf Ateh ada 14 pemda yang mendapat DID, yakni 8 provinsi dan 6 kabupaten.
[39]
Menyongsong Era E-Budgeting 2017
Sejak dilantik sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB), Asman Abnur mendorong penerapan e-budgeting di seluruh
instansi pemerintah. Dengan e-budgeting, selain mempercepat realisasi
anggaran juga terwujud transparansi. Demikian juga dalam pelayanan publik,
tidak lagi bertele-tele dan mencegah terjadinya tatap muka yang memungkinkan
terjadinya suap dan pungli.
Bagi pria kelahiran Padang Pariaman tanggal 2 Februari 1961 ini, urusan
birokrasi bukan hanya bagaimana merekrut pegawai, tetapi juga bagaimana
menjalankan anggaran dengan baik, sehingga program-program pemerintah
bisa cepat terealisasi dan kemudian bermanfaat bagi kemajuan masyarakat.
[42]
Dalam membangun e-government, Indonesia menggandeng Republik of
Korea peringkat pertama negara yang sukses menerapkan e-government di
dunia. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengamini hal itu,
dan mengatakan bahwa banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa digali
dari Korea. “Kalau kita menemukan aplikasi yang bagus di Korea kenapa tidak
diterapkan di Indonesia,” sergahnya.
Dengan penganggaran berbasis kinerja dan target yang jelas, penggunaan dana
publik hanya untuk sasaran strategis, seperti untuk pendidikan, kesehatan,
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[43]
dan pengentasan kemiskinan. Penerapan SAKIP harus menetapkan outcome
apa yang akan dicapai dengan target yang terukur dan sesuai dengan sasaran
pembangunan nasional. Kuncinya terletak pada pengukuran kinerja yang jelas.
Angka tersebut diperoleh dari perhitungan atas indikasi serta potensi inefisiensi
penggunaan anggaran di luar belanja pegawai atas intansi pemerintah yang
tidak akuntabel dengan predikat akuntabilitas kinerja di bawah CC. Inefisiensi
yang terjadi dikarenakan tidak jelasnya hasil yang akan dicapai (sasaran tidak
berorientasi terhadap hasil), ukuran kinerja yang tidak jelas, tidak adanya
keterkaitan antara program/kegiatan dengan sasaran, serta rincian kegiatan
yang tidak sesuai dengan maksud kegiatan.
Sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo, efisiensi tidak cukup hanya
dengan memotong anggaran, tetapi juga mendorong peningkatan efektivitas
pemanfaatan anggaran oleh seluruh instansi pemerintah. Hubungan antara
tingkat implementasi SAKIP terhadap efisiensi dalam penggunaan anggaran
sangat signifikan. SAKIP yang selama ini dianggap sebagai kumpulan dokumen
semata, ternyata besar pengaruhnya terhadap efektivitas dan efisiensi dalam
penggunaan anggaran negara.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[44]
Banyuwangi Terapkan
e-Village Budgeting
“Kami juga sudah diundang Duta Besar Amerika bersama Walikota Bandung,
Ridwan Kamil. Kami bicara “Smart Kampung”, bukan “Smart City”. Karena
kota jaraknya jauh dari desa, smart city hanya memotret kemacetan,” ujarnya.
Selain itu, Azwar Anas juga menyebutkan bahwa rencana pembangunan atau
focus program Kabupaten Banyuwangi telah melalui integrated development
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[45]
plan. Dengan demikian, setiap program atau kebijakan yang dilakukan
Kabupaten Banyuwangi telah terintegrasi antar dinas terkait.
”Alhamdulillah, sejak diterapkan tahun lalu dengan segala trial and error-
nya, kini penerapan e-village budgeting semakin rapi. Ada satu atau dua
kendala, itu wajar karena kita semua sama-sama belajar. Kita terus benahi dan
sempurnakan,” ujar Anas.
[46]
ini terus ditingkatkan kapasitasnya. ”Akhir pekan lalu, para bendahara desa
dan operator sistem ini di-update lagi kemampuannya di Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD). Saya kunjungi mereka. Saya lihat
mereka sangat bersemangat, meski sistem ini menggiring kita pada hal-hal
baru di luar kebiasaan. Meski seharian kucel memelototi sistem ini agar lancar,
mereka tetap antusias,” kata Anas.
Top 40 KIP
Program E-Village Budgeting (EVB) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
mendapatkan penghargaan Top 40 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
(Sinovik) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi tahun 2017. B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
“Kami senang program EVB terus diapresiasi baik oleh pemerintah pusat.
Ini merupakan penghargaan pusat bagi daerah, sekaligus menjadi pelecut
semangat untuk terus berinovasi menciptakan pelayanan publik terbaik. Kami
berharap, inovasi ini bisa bermanfaat lebih luas dan ke depan dapat diduplikasi
seluruh daerah di Indonesia,” ujar Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko.
“Jadi sistem ini dapat memangkas mata rantai penyusunan dan pengawasan
anggaran secara manual di level desa. Ini membuat proses pengawasan
menjadi lebih efektif dan efisien, mengingat wilayah Banyuwangi yang sangat
luas. Bahkan jarak tempuh dari satu desa ke desa yang lainnya, bisa mencapai
3 jam perjalanan. Sehingga, pengawasan secara manual dirasa sangat tidak
efektif karena membutuhkan waktu yang lama,” terangnya.
Sejak diterapkan tiga tahun lalu, EVB telah menarik perhatian banyak pihak.
Berbagai daerah di Indonesia telah bertandang ke Banyuwangi khusus untuk
belajar intens tentang sistem pengelolaan keuangan desa tersebut. Sebut saja,
Pemkab Muara Enim, Pemkab Dairi, Pemkab Serdang Bedagai dan masih banyak
lagi. “Bahkan beberapa di antaranya, juga telah menyatakan ketertarikannya
[48] melakukan MoU untuk mereplikasi sistem ini,” pungkas Anas.
Pembangunan Zona Integritas
Konsep zona integritas sebenarnya berasal dari konsep island of integrity,
atau pulau integritas biasa digunakan oleh pemeirntah maupun NGO untuk
menunjukkan semangatnya dalam pemberantasan dan pencegahan tindak
pidana korupsi. Transparansi Internasional Indonesia (TII) mendefinisikan
Island of integrity sebagai konsep “kepulauan” yang bisa bermakna institusi
pemerintah/badan pemerintahan yang memiliki dan menerapkan konsepsi
Sistem Integritas Nasional (National Integrity System/NIS) sehingga kewibawaan
dan integritas institusi tersebut mampu mewujudkan transparansi, akuntabilitas
dan membuka ruang partisipasi masyarakat secara luas sehingga senantiasa
terjaga dari praktek KKN dan praktik tercela lainnya.
E-PERFORMANCE BASEDBUDGETING
FITUR APLIKASI
FASE PERENCANAAN FASE PENGANGGARAN
- RPJMD - RKA / RAPBD - Telah
- RENSTRA SKPD - DPA / APBD disepakati
- Musrenbang - Anggaran Kas sistemnya
- RKPD - Perjanjian Kinerja bersama
- Renja SKPD dengan
- KUA/PPAS BPKP dan
Kemendagri
FASE PELAPORAN FASE PENATAUSAHAAN - Telah
- Lap. Perencanaan Kinerja - Penatausahaan Pendapatan dilakukan
- Lap. Realisasi Anggaran - Penatausahaan Belanja launching
- Lap. Capaian Kinerja - Penatausahaan kas Daerah Aplikasi
- Lap. Akuntansi Akrual - Akuntansi
- Lpj Ka. Daerah - Monev Anggaran & Kinerja
- Lap. LAKIP
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Salah satu hal yang juga menjadi penekanan pada zona integritas adalah bahwa
sangat memungkinkan lahirnya zona-zona baru yang juga ikut menerapkan
sistem integritas di dalamnya. Munculnya zona baru ini dimungkinkan melalui
proses replikasi oleh unit instansi pemerintah lainnya kepada unit instansi
pemerintah yang telah menanamkan sistem integritas terlebih dahulu.
Pada 2017, sebanyak 485 unit kerja yang mengusulkan WBK/WBBM. Namun
dari jumlah tersebut, baru 71 unit kerja yang dinyatakan lulus mendapatkan
predikat WBK dan sebanyak 6 unit kerja yang dinyatakan lulus menyandang
predikat WBBM. Unit-unit kerja yang menjadi percontohan WBK/WBBM itu
di antaranya Polres, Rumah Sakit, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara, Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, perwakilan BPK,
Dinas Dukcapil, dan Dinas Perizinan.
Sementara pada 2018, jumlah unit kerja yang mengusulkan melonjak menjadi
910 unit kerja. Namun, proses penilaian untuk menentukan lulus atau tidaknya
masih berlangsung. Rencananya akan diumumkan pada Hari Anti Korupsi 2018.
Dengan demikian, sampai 2018 ini, tercatat sebanyak 109 unit kerja meraih
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Khusus tahun 2018, fokus pembentukan WBK/WBBM adalah pada unit unit
bidang kerja penegakan hukum seperti Kepolisian (polres), Kejaksaan Negeri,
dan Mahkamah Agung melalui integrasi dan percepatan penanganan perkara.
Berkaca pada data tersebut, ada optimisme yang tinggi terhadap peningkatan
pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM. Pertama, unit kerja yang
berpredikat WBK/WBBM semakin variatif dan menyebar keberadaanya, baik
di level Kementerian dan Lembaga, maupun Pemerintah Daerah. Hal tersebut
akan membuka peluang replikasi keberhasilan unit kerja dan menyebarkan
sistem tata keola pemerintahan yang bersih, melayani, serta inovatif oleh unit-
[50] unit kerja lainnya.
Kedua, upaya dan semangat dalam membangun perubahan yang membawa
perbaikan internal untuk menegakkan integritas demi peningkatan kualitas
pelayanan semakin masif dilakukan, walaupun belum banyak unit kerja yang
berhasil mendapatkan predikat WBK/WBBM.
Wilayah Bebas Korupsi adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit
kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam mengimplementasikan 6
area perubahan program reformasi birokrasi. Keenam area dimaksud adalah
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen
SDM, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Hal tersebut juga harus didukung dengan hasil survei eksternal Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) dan Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan yang menyatakan baik,
di mana nilai IPK minimal 13,5 dari maksimal 15, serta telah menyelesaikan
tindak lanjut hasil pemeriksaan oleh pemeriksa internal dan eksternal.
Predikat WBK hanya diberikan kepada unit kerja yang memenuhi sebagian
besar kriteria 6 area perubahan dan didukung hasil survei eksternal IPK dan
Indek Persepsi Kualitas Pelayanan yang baik, minimal 13,5 dari nilai maksimal
15. Berbeda dengan WBBM yang memerlukan adanya nilai persepsi kualitas
pelayanan publik dengan perolehan minimal 16 dari nilai maksimal sebesar
20, serta telah menyelesaikan tindak lanjut hasil pemeriksaan oleh pemeriksa
internal dan eksternal. B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Unit kerja yang telah dipilih sebagai percontohan kemudian harus melakukan
langkah konkrit dengan menyusun rencana aksi pembangunan zona integritas
menuju WBK/WBBM yang mengacu pada pemenuhan indikator WBK/
WBBM, melaksanakan rencana aksi pembangunan yang telah ditetapkan, dan
melakukan monitoring dan evaluasi berkala atas capaian pelaksanaan rencana
aksi pembangunan.
instansi pengusul agar unit kerja tersebut ditetapkan sebagai unit kerja menuju
WBK/WBBM. Namun bila sebaliknya, maka Kementerian PANRB akan mereko
mendasikan kepada instansi pengusul agar unit kerja tersebut dibina kembali.
Namun ada juga unit kerja pelayanan yang sudah mengimplementasikan 6 area
perubahan percepatan reformasi birokrasi tetapi belum bisa mendapatkan
predikat WBK/WBBM. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh hasil survei atas
Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan atau Indeks Persepsi Korupsi yang masih
rendah.
Oleh karena itu, sangat disarankan kepada setiap instansi pemerintah yang
akan mengusulkan unit kerja pelayanannya dalam pembangunan zona integritas
[52] menuju WBK/WBBM, untuk memperbaiki survei tersebut dengan berbagai
inovasi yang bisa mengembalikan tingkat kepercayaan publik terhadap unit
pelayanan. Dengan demikian, peran masyarakat tidak bisa dikesampingkan
dalam pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM.
Pada dasarnya, tujuan RUU SPIP untuk menciptakan koordinasi, sinkronisasi, dan
sinergitas antar lembaga pengawas internal pemerintah. Sistem pengawasan ini
menitikberatkan pada aspek profesionalisme pengawas, pencegahan korupsi
dan penyimpangan, tindak lanjut laporan, dan akuntabilitas.
APIP juga dinilai masih kurang profesioanal karena latar belakang dari pegawai
APIP tidak sesuai sehingga menimbulkan lemahnya komitmen atas integritas
dan kompetensi. Kemudian kelemahan APIP yang terakhir ada pada sistem,
seperti adanya ketidakjelasan pembagian tugas antar lembaga dan pengawas.
Tahap awal yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah lembaganya, karena hal
ini yang paling urgensi diantara yang lain karena APIP seharusnya independen”.
Pada dasarnya APIP harus mewujudkan lembaga yang independen dan
profesional. Kedudukan lembaga APIP berada di bawah atau bertanggung
jawab langsung kepada Presiden. Sehingga dapat menutup kemungkinan
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Profesional Berintegritas
RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP) mengamanatkan
pembentukan Inspektorat Nasional, akan membuka jabatan fungsional baru
pengawas internal pemerintah sebagai posisi yang lebih profesional dan
berintegritas.
Dalam RUU yang terdiri dari 8 bab dan 66 pasal ini, bab III dalam pasal 33
sampai 44 mengatur mengenai pengawas internal pemerintah, mulai dari
perekrutan dan penetapan, sampai perlunya dibentuk asosiasi profesi. Dalam
pasal 33 disebutkan bahwa Inspektorat Nasional berwenang menetapkan
pejabat fungsional pengawas internal.
Syaratnya, pejabat fungsional tersebut harus berasal dari pegawai negeri pada
instansi pemerintah, melalui proses perekrutan calon dan uji kompetensi.
Perekrutan pengawas internal, seperti diatur dalam pasal 34, dilakukan melalui
pengusulan oleh instansi pemerintah, dan/atau prakarsa Inspektorat Nasional.
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dari segi umur, paling tinggi 50
tahun, dan perekrutan dilaksanakan berdasarkan formasi jabatan.
Untuk calon pengawas internal yang terpilih agar mengikuti uji kompetensi
yang meliputi materi pengetahuan dan keterampilan keuangan negara,
akuntansi dasar, dan auditing dasar. Penempatan di luar aparat pengawas
internal pemerintah dapat dilakukan dalam rangka promosi jabatan, karena
instansi pemerintah harus memberikan kesempatan kepada pengawas internal
untuk mengembangkan karir dan keahliannya pada bidang jabatan dimaksud.
Pengawas internal ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan pengawas
internal, dan instansi pemerintah wajib memberikan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam menyusun analisis kebutuhan pengawas internal.
[54]
Sejalan dengan kebijakan reformasi birokrasi, RUU ini juga mencantumkan
perihal penilaian kinerja bagi pengawas internal, yang merupakan pegawai
negeri dalam pasal 38 sampai 42. Penilaian kinerja itu dilakukan oleh pengawas
internal, di bawah kewenangan pimpinan instansi pemerintah dan Inspektorat
Nasional.
ini tertuang dalam pasal 44 yang merupakan bagian terakhir dari ketentuan
mengenai pengawas internal pemerintah.
Lebih lanjut dalam pasal ini disebutkan bahwa, asosiasi profesi memiliki
wewenang untuk menyusun standar kompetensi pengawas internal dan
melaksanakan sertifikasi pengawas internal, yang memiliki kewenangan untuk
menampung dan menyalurkan aspirasi pengawas internal kepada lembaga
terkait.
Selain itu, APIP juga berperan sebagai katalis, sehingga pendekatan pengawasan
yang dilakukan APIP berubah dari mencari kesalahan dan mempermalukan,
menjadi memperbaiki dan membangun kapabilitas administrasi pemerintahan.
RUU PPAP, pada awalnya bernama RUU tentang Sistem Pengawasan Nasional
yang mulai disusun tahun 2006, yang merupakan hasil kerja sama antara UGM
dengan Kementerian PANRB. Tahun 2009, Kementerian PANRB melanjutkan
penyusunan RUU tersebut, bekerjasama dengna Universitas Padjajaran. Melalui
diskusi panjang, dan melibatkan berbagai pihak, disepakati judul RUU tersebut
diubah menjadi RUU tentang PPAP. Alasan utamanya, fokus dari RUU ini adalah
penyelenggara administrasi pemerintahan, bukan pengawasan secara umum.
RUU ini merupakan pelengkap dari UU tentang Administrasi Pemerintahan.
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
Namun, reformasi bukan hal yang instan, dan perubahan itu tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Karena itu, tanpa harus menunggu selesainya
[56] seluruh pilar dan pagar reformasi birokrasi, setiap instansi dapat memulai
melalui reformasi kecil di lingkungan masing-masing, dengan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan, serta perbaikan
kinerja organisasi.
RUU PPAP ini bertujuan untuk memberikan payiung hukum yang lebih luas bagi
PP No. 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dan
memperluas definisi kegiatan pengendalian dari kegiatan pengawasan seperti
yang diatur dalam PP tersebut.
Selain itu, sistem pengendalian intern dan peran APIP akan disempurnakan pada
RUU PPAP dalam konsep manajemen risiko pemerintahan yang terintegrasi
(MRPT). Fungsi serta peran APIP juga akan diperjelas sesuai dengan peran
pemberdayaan dan pengendalian penyelenggaraan administrasi pemerintahan.
- LAPORAN PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH DAERAH (LPPD) LAPORAN
- LAPORAN KETERANGAN KINERJA
PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ)
- RINGKASAN LPPD (RLPPD)
INTEGRASI
Menyajikan:
- Data dan informasi capaian kinerja per urusan (Kemendagri)
- Pertanggungjawaban capaian Perjanjian Kinerja (Kemen PANRB)
LPPD merupakan Laporan Kinerja yang disusun berdasarkan Sistem Manajemen Kinerja
mulai dari Perencanaan, Penganggaran dan Pelaporan Kinerja
Tata cara penyusunan LPPD akan dibahas bersama antara Kemendagri dan Kemen PANRB
Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja tetap dilakukan oleh Kemen PANRB
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
LKPJ dan RLPPD tetap tidak bisa dihilangkan sesuai amanat UU 23 tahun 2014
[57]
B I R O K R A S I Y A N G B E R S I H DAN AKUNTABEL
[58]
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[59]
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[60]
DAN
BAB 2
YANG
EFISIEN
EFEKTIF
BIROKRASI
K
ualitas tata kelola pemerintahan (good governance) adalah prasyarat
tercapainya sasaran pembangunan nasional. Baik jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Penerapan tata kelola pemerintahan
yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan,
akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi
masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan tujuan ini, maka sesuai arah kebijakan dan strategi
pembangunan bidang aparatur negara tahun 2015-2019 Birokrasi yang
Efektif dan Efisien menjadi sasaran kedua dalam Misi dan Visi Kementerian
PANRB. Adapunn arah kebijakan dan strategi pembangunan bidang yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Penguatan agenda Reformasi Birokrasi Nasional dan peningkatan kualitas
implementasinya
Agenda reformasi birokrasi terus dilanjutkan secara berkesinambungan
pada seluruh instansi pemerintah dan ditingkatkan kualitasnya. Hal ini
untuk memberikan kepastian dan kesinambungan perhatian terhadap arah,
tahapan, strategi dan capaian reformasi birokrasi di Indonesia. Oleh karena
itu, langkah-langkah yang akan ditempuh antara lain: (1) penyusunan
payung hukum yang lebih kuat dan bersinambungan bagi agenda reformasi
birokrasi; (2) Penguatan kerangka regulasi bidang aparatur negara; (3)
Penguatan kelembagaan dan tatakelola pengelolaan reformasi birokrasi
nasional; (4) Penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi nasional (Grand
Design dan Road Map); (5) Perluasan dan fasilitasi pelaksanaan RB pada
instansi pemerintah pusat dan daerah; (6) Penyempurnaan kebijakan
operasional dan instrumen evaluasi pelaksanaan RBN; dan (7) Meningkatkan
partisipasi publik dalam gerakan RBN: CSO, media, dan akademia.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
LEVEL
Analisis Proses
Identifikasi Sop Makro
Sasaran
Ruang Lingkup
Strategis
Aktivitas
Langkah Kerja
dengan baik. Untuk penguatan fungsi-fungsi dalam tubuh birokrasi, salah satu
cara yang ditempuh adalah dengan memperkaya jabatan fungsional. Kebijakan
ini diharapkan mampu mendorong organisasi untuk berkinerja tinggi.
Tahun 2014 ada 10 LNS dibubarkan, tahun 2015 dua LNS, dan 9 LNS pada
tahun 2016. Berdasarkan hasil evaluasi yang mendalam, pada tahun 2017 ini
pemerintah juga membubarkan 2 LNS, yakni Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS) dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
(BSSN).
Kemen PPN/
Kementerian PANRB Kemenkominfo BPPT
BAPPENAS
OUTCOME
Efisiensi Anggaran Integrasi DATA Integrasi Layanan Efisiensi Penggunaan
Dan Belanja Melalui Aplikasi Umum Infrastruktur Tik
Anggaran dan belanja Interoperabilitas Digunakan sebagai Instansi Pemerintah
terkonsolidasi dan data dapat dicapai standar penerapan menggunakan Pusat
terkendali, sehingga untuk penerapan layanan sehingga Data Nasional secara
mengurangi duplikasi Satu Data Indo memudahkan Integrasi bersama.
anggaran dan belanja. nesia (Open Data). antar-layanan.
SPBE
- Infrastruktur - Infrastruktur - Satker B - Satker B
- Aplikasi - Aplikasi - Satker C - Satker C
- SDM - Satker A
- Infrastruktur - Satker B
- Aplikasi - Satker C
Tingkat kematangan pada kapabilitas proses terdiri dari lima tingkat yaitu
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Dalam kondisi seperti itu, tentu sulit bagi Kepala Daerah untuk bisa
merealisasikan janji-janji politiknya saat berkampanye, visi dan misi yang
selanjutnya dituangkan ke dalam RPJMD. Karena itulah instrumen yang
dibutuhkan adalah dengan memperbesar belanja modal. Semakin besar ruang
fiscal, semakin besar kemampuan memenuhi janji politik.
belaja pegawai juga semakin kecil, sehingga belanja modal akan semakin besar.
Sebagai akibat dari pemberlakuan PP No. 18/2016, maka seluruh pemda harus
melakukan pemetaan kelembagaan di masing-masing daerahnya, selanjutnya
menetapkan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) yang baru, dan diikuti
dengan pengisian jabatan.
Hal itulah yang belakangan ini membuat seluruh pemerintah daerah sibuk.
Bahkan, karena nantinya diperlukan Perda, maka DPRD pun ikut sibuk. Tidak
sedikit anggota DPRD yang mendatangi Kementerian PANRB, Komisi ASN, BKN
dan tentunya Kementerian Dalam Negeri untuk berkonsultasi dan mencari tahu
[70] mengenai kebijakan baru tersebut.
Indonesia - Korsel Perkuat
Kerja Sama bidang E-Government
Menteri Asman mengatakan, saat ini Korea Selatan telah banyak menggunakan
sistem berbasis teknologi dalam menjalankan roda pemerintahan, salah
satunya penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu,Asman ingin
adanya kerjasama dalam hal pelayanan publik di kemudian hari. Hal ini sejalan
mengingat Pemerintah Indonesia tengah berupaya memperbaiki kualitas
pelayanan publik.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[71]
daerah maupun pemerintah pusat. Pasalnya, saat ini sebagian besar instansi
pemerintah masih berdiri sendiri-sendiri (silo-silo) dalam penerapan. “Dengan
integrasi, diharapkan dapat mewujudkan efisiensi,” imbuhnya.
Lebih lanjut dirinya berharap agar hubungan Kementerian PANRB dengan Dubes
Korea Selatan dapat semakin baik dan kerjasama dapat terus ditingkatkan.
Dirinya pun mengapresiasi serta berterima kasih terhadap langkah Korsel
dalam memberi dukungan penerapan e-government.
Sementara itu Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom
menyatakan support dan dukungannya terhadap Indonesia dalam hal ini
Kementerian PANRB dalam penerapan sistem e-government. Disampaikan
bahwa sistem e-government dirasa sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas, transparansi dan efisiensi.
Selain itu pun penerapan e-government dalam sektor pelayanan publik tidak
kalah pentingnya, karena dengan begitu masyarakat mengetahui apa yang
tengah dilakukan oleh pemerintah, serta mendorong masyarakat itu sendiri
untuk mendukung perumusan kebijakan pemerintah. “Kami siap mendukung
program apa yang saat ini dijalankan oleh Kementerian PANRB. Saya harap apa
yang kami support dapat membawa perubahan di negara ini,” ujarnya.
[72]
Peningkatan Tipe Polda
Pada prinsipnya reformasi birokrasi bertujuan mewujudkan pemerintahan yang
efektif dan efisien, pemerintahan terbuka berbasis IT, pemerintahan partisipatif
dan melayani, dan SDM aparatur yang kompeten dan kompetitif. Sedangkan
tujuan akhir yang ingin dicapai dari reformasi birokrasi adalah pemerintahan
yang bersih dari KKN, akuntabel dan berkinerja, dan pelayanan publik yang
prima.
Selain itu, Polri secara internal masih menghadapi tantangan untuk melakukan
reformasi birokrasi agar kinerja Polri dapat meningkat sekaligus mengurangi
ketidakpercayaan masyarakat. Salah satu pembenahan internal yang dapat
dilakukan oleh Polri dalam jangka pendek adalah mereviu kembali organisasi
agar struktur yang dibangun dapat membantu menjawab tantangan tersebut.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[73]
kelembagaannya rendah. Bahkan menjadi sangat tidak bijaksana apabila
organisasi besar yang dibiayai dengan APBN tetapi tidak dibarengi dengan
kapasitas yang memadai untuk memberikan nilai tambah bagi kemaslahatan
publik.
[74]
Untuk itu, Polda selaku instansi pelayanan juga diharapkan mulai meningkatkan
kualitas pelayanan yang didukung dengan penerapan sistem pelayanan
berbasis elektronik. Tingkat keberhasilan penerapan SPBE ini ke depan akan
menjadi salah satu indikator dalam menentukan prestasi dan kinerja Polda yang
kemudian dijadikan sebagai bahan penilaian dalam meningkatkan tipe Polda
tersebut. Semakin tinggi indeks SPBE maka semakin besar pula peluang Polda
tersebut mendapat reward berupa kenaikan tipe.
Institusi Polda Jambi untuk serius dan fokus dalam meningkatkan kinerja dan
kualitas pelayanan publik. Tanpa ada keseriusan dan komitmen nyata dari
seluruh jajaran Polda Jambi maka peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan
akan tidak tercapai secara optimal. Pada gilirannya juga akan berimplikasi
pada kesiapan dan kelayakan Polda Jambi untuk mendapat reward berupa
kenaikan tipe. Kementerian PANRB mendorong agar momentum pengajuan
usul peningkatan Polda Jambi menjadi Polda Tipe A dimaknai sebagai starting
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[75]
point dalam meningkatkan kinerja dan mengembangkan inovasi pelayanan yang
mengedepankan pemanfaatan teknologi informasi.
Indikator Penilaian
Untuk meningkatkan tipologi suatu Polda terdapat beberapa indikator penilaian
yang menjadi dasar pertimbangan dalam menyetujui peningkatan tersebut.
Salah satu poin terpenting yang perlu mendapat perhatian serius dari Polda
yang ingin meningkatkan tipologinya ialah pada sektor perbaikan tata kelola
dan penerapan transparansi serta akuntabilitas.
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat dan mengevaluasi kesiapan dan
kondisi secara langsung seluruh jajaran Polda Jambi dalam menghadapi
berbagai ancaman dan tantangan tugas ke depan yang semakin berat dan
kompleks. Kegiatan untuk memastikan sejauh mana kesiapan dan kelayakan
Polda Jambi untuk ditingkatkan menjadi Tipe A.
Selama ini pedoman pembentukan dan perubahan tipe Polda masih mengacu
pada Perkap No. 7/ 2014 tentang Pembentukan dan Peningkatan Status
Kesatuan Kewilayahan. Indikator penilaian pada Perkap tersebut cenderung
bersifat kualitatif dan sulit untuk dilakukan pengukuran secara objektif serta
lebih menekankan pada aspek beban kerja bukan kinerja.
kinerja dibanding beban kerja maka Polda tersebut dinilai memiliki komitmen
dan motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja dan memperbaiki kualitas
pelayanan kepada masyarakat.
Secara umum, pedoman tersebut akan mengacu pada dimensi dan indikator
kriteria yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Polri. Dimensi dan indikator
Kriteria penilaian tersebut didasarkan pada kondisi demografis, kualitas kinerja,
dan kemampuan satuan yang secara keseluruhan berpengaruh pada beban
kerja yang didasarkan pada tugas dan fungsi (core business) dan tantangan yang
dihadapi Polri saat ini.
[76]
Dikatakan, peningkatan tipe Polda, selain berdampak pada penguatan
organisasi, sumber daya, personel, dan anggaran, tetapi juga berdampak pada
penambahan beban anggaran APBN. Untuk itu peningkatan tipe tersebut harus
membawa manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan
oleh negara.
Apabila benefit yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan cost yang harus
dikeluarkan maka peningkatan tipe Polda dapat dikatakan tidak memberikan
konstribusi positif. Untuk itu, peningkatan tipologi hendaknya tidak hanya
didasarkan pada pertimbangan peningkatan beban kerja saja. Namun perlu juga
melihat sejauh mana capaian penyelesaian kerja yang berhasil dilaksanakan,
sejauh mana perbaikan kualitas pelayanan publik, dan bagaimana penerapan
SPBE dan WBK WBBM di Polda tersebut. Inilah yang menjadi poin utama yang
menentukan dalam meningkatkan tipologi Polda. Sudah saatnya kita mulai
menerapkan organisasi yang berbasis kinerja.
Seluruh unit kerja pelayanan yang berpredikat WBK dan WBBM tersebut, lanjut
Menteri, secara resmi akan menjadi contoh bagi unit kerja lainnya. Selain itu,
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
unit kerja percontohan WBK dan WBBM diharapkan bisa menjaga kepercayaan
dengan mempertahankan integritas, memperketat pengawasan, dan selalu
menjaga kepercayaan masyarakat.
Apabila benefit yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan biaya yang harus
dikeluarkan, maka peningkatan tipe Polda dapat dikatakan tidak memberikan
konstribusi positif. Kenaikan tipe Polda ini tidak hanya dilihat dari beban kerja,
namun juga dari sisi penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE) atau biasa disebut e-government.
Selain itu, harus dilihat juga capaian kerja apa saja yang sudah dilakukan, dan
sejauh mana kualitas pelayanan publik telah dilakukan. Karena hal inilah yang
menjadi kata kunci yang menentukan dalam meningkatkan tipologi Polda.
Sudah saatnya kita mulai menerapkan organisasi yang berbasis kinerja.
Polda masih mengacu pada Perkap No. 7/ 2014 tentang Pembentukan dan
Peningkatan Status Kesatuan Kewilayahan.
Indikator penilaian pada Perkap tersebut cenderung bersifat kualitatif dan sulit
untuk dilakukan pengukuran secara objektif serta lebih menekankan pada
aspek beban kerja bukan kinerja. Oleh karenanya, pedoman tersebut disem
purnakan agar metode penghitungan tidak hanya didasarkan pada penghitungan
terhadap beban kerja Polda saja, tetapi juga memperhitungkan capaian kinerja
atau kemampuan Polda dalam menyelesaikan beban kerja tersebut.
Salah satu poin terpenting yang perlu mendapat perhatian serius dari Polda
yang ingin meningkatkan tipologinya ialah perbaikan tata kelola dan penerapan
transparansi serta akuntabilitas. Penerapan transparansi dan akuntabilitas
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
tersebut dinilai dari capaian keberhasilan unit kerja dalam mewujudkan Wilayah
Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM).
Dengan konsekuensi ini maka jelas jajaran Kepolisian mesti serius dan fokus
dalam meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik. Sebab tanpa ada
keseriusan dan komitmen nyata dari seluruh jajaran maka peningkatan kinerja [79]
dan kualitas pelayanan akan tidak tercapai secara optimal.
Salah satu poin terpenting yang perlu mendapat perhatian serius dari Polda
yang ingin meningkatkan tipologinya ialah pada sektor perbaikan tata kelola
dan penerapan transparansi serta akuntabilitas.
Polda. Sudah saatnya kita mulai menerapkan organisasi yang berbasis kinerja,”
tegas Menteri PANRB.
Seluruh unit kerja pelayanan yang berpredikat WBK dan WBBM tersebut,
menjadi contoh bagi unit kerja lainnya. Selain itu, unit kerja percontohan WBK
dan WBBM diharapkan bisa menjaga kepercayaan dengan mempertahankan
integritas, memperketat pengawasan, dan selalu menjaga kepercayaan
masyarakat.
Selain itu, Polri secara internal masih menghadapi tantangan untuk melakukan
reformasi birokrasi agar kinerja Polri dapat meningkat sekaligus mengurangi
ketidakpercayaan masyarakat. Salah satu pembenahan internal yang dapat
dilakukan oleh Polri dalam jangka pendek adalah mereviu kembali organisasi
agar struktur yang dibangun dapat membantu menjawab tantangan tersebut.
Dengan segala potensi yang dimiliki kebun raya, seharusnya tempat tersebut
harus memiliki profit bukan justru mengeluarkan cost. Banyaknya tanaman
yang ada di kebun raya dapat dijadikan sebuah objek wisata edukasi bagi para
pelajar, agar dapat memperkaya pengetahuan dalam hal flora. Selain itu, kebun
raya juga harus memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan. Beberapa negara
dapat menjadi contoh. Malaysia misalnya, kebun raya di negara tersebut
menghasilkan buah durian yang besar dan menjadi pengekspor durian ke
beberapa negara.
Selain itu kebun raya milik Thailand memiliki tanaman kurma yang berbuah.
Hal-hal tersebut, menurutnya bisa terjadi karena peran dari para peneliti. Untuk
itu penguatan peran LIPI sangat diperlukan agar dapat berdaya saing. Kebun
raya juga harus memiliki unggulan yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Saat ini, Kementerian PANRB sedang merancang model struktur organisasi yang
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
tepat untuk mendukung hal tersebut. Bukan mustahil, kebun raya diarahkan ke
Badan Layanan Umum (BLU) sehingga terdapat fleksibilitas dalam pengelolaan
anggaran dan SDM tidak hanya dari birokrat. Hal ini juga akan diterapkan pada
kebun raya lainnya yakni Kebun Raya Bali, Kebun Raya Purwodadi, Kebun
Raya Bogor, dan Kebun Raya Cibinong. Ia menilai bahwa Kebun Raya Cibodas
memiliki daya tarik sendiri dan menyajikan pemandangan yang indah. Namun,
perlu didorong untuk mempercantik dan mempublikasikannya.
[82]
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[83]
Optimalkan Peran Peneliti
LIPI sebagai special agency yang mempunyai tugas di bidang ilmu pengetahuan,
dimana rumpun ilmu pengetahuan yang diwadahi dalam struktur organisasi
LIPI terbagi atas ilmu kebumian, ilmu hayati, ilmu teknik, dan ilmu sosial
dan kemanusiaan. Rumpun ilmu dimaksud didasarkan pada kebutuhan
hasil penelitian kementerian. Sebagai contoh, untuk penelitian ilmu hayati
digunakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian, kelautan dan perikanan, lingkungan hidup dan kehutanan
serta kesehatan. Di zaman milenial, penguatan daya saing bangsa salah
satunya dilakukan melalui penguasaan dan pemanfaatan Iptek, rekrutmen
SDM penelitian dan pengembangan yang berkualitas, inovasi berkelanjutan,
perbaikan tata laksana hasil litbang, dan pembangunan infrastruktur litbang.
Menurut Asman, hal yang perlu dilakukan untuk penguatan dalam bidang
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[84]
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[85]
Penerapan Manajemen ASN yang Transparan, Kompetitif, dan Berbasis Merit
untuk Mewujudkan ASN Profesional dan Bermartabat
Arah kebijakan ini untuk mendukung implementasi UU No. 5/2014 tentang
Aparatur Sipil Negara secara konsisten sebagai upaya mendukung reformasi
birokrasi nasional. Strategi yang akan ditempuh antara lain: penyelesaian
peraturan perundangundangan sebagai implementasi UU ASN; peningkatan
kualitas perencanaan kebutuhan ASN, termasuk dalam rangka pengendalian
jumlah ASN dan pendistribusiannya sesuai kebutuhan organisasi birokrasi dan
mendukung prioritas pembangunan; penguatan kebijakan dan implementasi
sistem rekrutmen dan seleksi secara transparan dan berbasis kompetensi,
diantaranya melalui penyempurnaan tatakelola seleksi dan perluasan
implementasi CAT system; penguatan kebijakan dan implementasi sistem promosi
terbuka, termasuk pemanfaatan assesment center; dan penguatan kebijakan
dan implementasi manajemen kinerja pegawai, termasuk pengembangan
kebijakan reward and punishment berbasis kinerja. Sistem pengkaderan
pejabat tinggi ASN dikembangkan melalui dukungan sistem informasi ASN,
termasuk pengembangan database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi
ASN. Sedangkan profesionalisasi ASN dilakukan melalui peningkatan dan
pengendalian kualitas diklat berbasis kompetensi yang mencakup standar
kompetensi jabatan, sistem diklat dan kurikulum, metode pembelajaran,
kualitas lembaga diklat, kualitas widyaiswara, kebijakan batas jam minimal
mengikuti diklat, training plan setiap K/L/pemda. Perbaikan kesejahteraan
pegawai ditempuh melalui upaya penyempurnaan sistem penggajian dan
pensiun yang adil, layak, dan berbasis kinerja, serta penyempurnaan sistem
jaminan sosial bagi ASN yang lebih baik. Langkah-langkah lainnya meliputi:
penguatan supervisi, monitoring, dan evaluasi implementasi manajemen ASN
pada K/L/pemda; penguatan sistem dan kelembagaan perlindungan sistem
merit dalam manajemen ASN, sebagai operasionalisasi KASN; dan penguatan
kebijakan dan implementasi/ internalisasi asas, prinsip, nilai dasar, kode etik,
dan kode perilaku ASN, termasuk penguatan budaya kinerja dan budaya
pelayanan.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
cost (biaya rutin) sehingga terwujud efektivitas dan efisiensi dalam manajemen
birokrasi dan mengalokasikan lebih banyak pembiayaan untuk pelayanan
publik. Strategi yang diimplementasikan, antara lain: (1) pengendalian belanja
pegawai, yang meliputi penyusunan kebijakan tentang batas maksimum belanja
pegawai; review dan assessment proporsi belanja pegawai; dan efisiensi
pelaksanaan belanja pegawai di setiap instansi; (2) pengendalian belanja
operasional kantor, yang mencakup langkah-langkah review dan assessment
belanja operasional kantor dan penerapan reward and punishment untuk
efisiensi belanja aparatur. Strategi lainnya adalah: pengendalian belanja sarana
dan prasarana aparatur, dan pengendalian komponen belanja administrasi
dalam kegiatan pembangunan.
[87]
Penerapan Manajemen Kearsipan yang Andal, Komprehensif, dan Terpadu
Dalam rangka untuk mendukung tertib administrasi pemerintahan perlu
didukung oleh manajemen kearsipan yang handal dan komprehensif yang
berbasis pada TIK. Untuk itu,akan dilakukan upaya peningkatan manajemen
kearsipan antara lain: (1) Peningkatan pengelolaan arsip untuk menjamin
akuntabilitas, tranparansi, produktivitas, perlindungan kepentingan negara
Kolaborasi ASN-Korporasi
untuk Negeri
Kementerian PANRB berkolaborasi dengan korporasi yang berada di bawah
Kementerian BUMN. Kolaborasi ini bertujuan untuk memacu kualifikasi,
kompetensi dan kinerja Aparatur Sipil Negara agar profesional, berintegritas,
berdisiplin, berjiwa entrepreneurship, serta memiliki semangat hospitality.
Memasuki era industri 4.0., ASN sebagai penggerak utama tata kelola birokrasi
harus dipersiapkan menghadapi berbagai tantangan. Kementerian PANRB
bergerak cepat melakukan kerja sama dengan banyak pihak. Salah satunya
dengan Kementerian BUMN. Menteri PANRB Asman Abnur mengatakan,
kerja sama saling menguntungkan dan berkelanjutan ini dilakukan dalam
rangka mengakselerasi reformasi birokrasi, khususnya dalam pengembangan
manajemen ASN.
Melalui Nota Kesepahaman ini, ada beberapa hal yang ingin ditransformasi
dalam pemerintahan. Antara lain pengembangan Human Capital Management,
pengembangan entrepreneurship di birokrasi pemerintahan, penerapan tekno
logi informasi dalam tata kelola birokrasi pemerintahan, dan pendayagunaan
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Chief Executive Officer (CEO) BUMN dalam pendidikan dan pelatihan ASN
Kerja sama dengan korporasi merupakan salah satu jalan mengubah cara
kerja ASN. Saat ini pegawai korporasi memiliki dua hal patut diterapkan oleh
para ASN dalam memberikan pelayanan pada masyarakat, yaitu hospitality
atau melayani dan entrepreneurship. Menurut Asman, pegawai BUMN
umumnya telah memiliki dua hal tersebut. Oleh karena itu sebagai pembuat
kebijakan terkait ASN, Kementerian PANRB berkolaborasi dengan BUMN
untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan para ASN. Bukan persoalan
mencontek BUMN, karena hal terpenting adalah bagaimana pelayanan yang
diberikan ASN tidak kalah dengan para pegawai korporasi. Jika ini tercapai,
maka harapan menjadikan negeri ini menjadi lebih baik akan terwujud.
[89]
jenis kartu kredit yang diterbitkan oleh BRI bekerja sama dengan Kementerian
PANRB yang berfungsi mendukung pekerjaan yang dilaksanakan baik oleh
pejabat maupun pegawai.
Menurut Asman, ilmu yang diperoleh dari bank BUMN ini bukan hanya untuk
[90] pegawai di Kementerian PANRB, melainkan juga harus ditularkan ke instansi
pemerintah lainnya, termasuk pemerintah daerah. Beberapa hal dasar yang
harus diubah dan dipelajari dari korporasi adalah sistem rekrutmen, pelatihan
dan pendidikan, penempatan individu di jabatan tertentu, budaya kerja, serta
kedisiplinan pegawai.
Keterbukaan terhadap metodologi baru ini juga akan menjadi penunjang bagi
kualitas pelayanan publik. Masyarakat tentu berharap kehadiran pemerintah
dalam pelayanan publik semakin baik dan tidak berbelit. Kalau kontribusinya
bermanfaat bagi masyarakat, outcome terakhirnya adalah pelayanan publik
yang bisa kita sajikan pada masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh ASN.
Sekretaris Kementerian PANRB Dwi Wahyu Atmaji mengatakan, salah satu tugas
strategis Kementerian PANRB adalah sebagai pembina seluruh instansi peme
rintah. Untuk itu, profesionalisme menjadi kunci utama bagi seluruh ASN di
Kementerian PANRB. “Kami belajar dari mana saja, termasuk dari BUMN yang
tidak kalah dengan negara lain, salah satunya dari Bank Mandiri ini,” ujarnya.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
KOMPOSISI ASN
KOMPOSISI ASN
JFT Kesehatan
264.305
100% 37,60%
JFT Guru
1.636.322
4.351.490
J Struktural
9,99%
434.588
38%
JF U (Administrasi Umum)
[92] 1.643.535
Kementerian PANRB sebagai penggerak utama Reformasi Birokrasi berupaya
melakukan perbaikan manajemen ASN. Dalam rangka perbaikan tersebut,
Kementerian PANRB mendorong terlaksananya Sistem Merit yang menjadi
fokus arah kebijakan pembangunan ASN dalam RPJM III (2015-2019). Sistem
ini dikembangkan dalam konteks untuk menciptakan keunggulan kompetitif
ekonomi berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia berkemampuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta berkualitas. Pengembangan tersebut tak
terlepas dari lahirnya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN yang menjadi babak
baru dalam manajemen Aparatur Sipil Negara. Babak baru yang menandai
lahirnya paradigma baru, bagaimana seharusnya para aparatur dikelola
berdasarkan sistem merit, yaitu berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar.
1
pada struktur organisasi yang tepat dalam mewujudkan
rencana strategis dan pengisian peta jabatan berdasarkan
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja. Secara
akumulatif nasional, proses pengorganisasian dan
perencanaan ASN diarahkan untuk mendukung
arah dan prioritas pembangunan nasional.
6P
promosi dan mutasi. Pengembangan
karier diselenggarakan dalam suatu
manajemen karier yang andal menuju
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
4
di organisasi. Ke depan pembentukan kelompok rencana suksesi
dalam manajemen talent diharapkan semakin tumbuh subur, sehingga
[94] manajemen karier semakin sempurna dibangun di atas sistem merit.
Untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan tersebut, perlu dibangun
sistem merit pada manajemen ASN yang terdiri dari enam aspek bangunan
sistem merit yang disingkat 6P yaitu Pengorganisasian dan perencanaan,
perekrutan dan orientasi, pengembangan kapasitas, penilaian kinerja,
pengembangan karier (promosi dan mutasi), pemberhentian (purnabhakti atau
termisasi) (lihat grafis)
6P
dapat dikurangi seminimal mungkin. B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
CAKUPAN PP
NOMOR 11
TAHUN 2017
BAB I :
Mengatur Masalah
Ketentuan Umum PP
Manajemen PNS ini
BAB 2 :
Mengenai Penyusunan dan
Penetapan Kebutuhan Jumlah
dan Jenis Jabatan PNS
BAB 3 :
Membahas Pengadaan PNS meliputi
a. Perencanaan;
b. Pengumuman Lowongan;
c. Pelamaran;
d. Seleksi;
e. Pengumuman Hasil Seleksi;
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
BAB 4 :
Mengatur tentang Pangkat
dan Jabatan PNS
BAB 5 :
[96] Manajemen Karier PNS, Pengembangan
Karier, Pengembangan Kompetensi, Pola
Karier, Mutasi, dan Promosi
O R 1 1 T A H U N 2 0 1 7
BAB 6 :
Mengatur Masalah Penilaian
Kinerja dan Disiplin PNS
BAB 7 :
Mengatur tentang
Penghargaan PNS
BAB 8 :
Mengatur tentang Pemberhentian PNS
BAB 9 :
Mengatur tentang Penggajian
Tunjangan dan Fasilitas PNS yang
diatur dalam PP tersendiri
BAB 10 :
Mengatur tentang Jaminan Pensiun
dan Jaminan Hari Tua PNS
BAB 11 :
Mengatur tentang Perlindungan PNS
BAB 12 :
Mengatur tentang Cuti PNS
BAB 13 :
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
BAB 14 :
Ketentuan peralihan
BAB 15 :
Ketentuan penutup
[97]
PP 11 Tahun 2017 Pondasi Manajemen ASN
Pemerintah terus membenahi aparatur sipil negara agar benar-benar mampu
berperan sebagai abdi negara. Tidak hanya cakap dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat tetapi juga merupakan sumber daya yang berkualitas.
Keseriusan Pemerintah ditunjukkan dengan disahkannya UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan terbitnya PP Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen PNS.
KS
NG OM
EM PET
4
BA ENSI
NG
AN AN
RGA
PENGHAJA DAN Mengurangi Kesenjangan
Kompetensi
KINER AIN
PENIL
- Pengembangan kapasitas 20JP/
Meningkatkan Kinerja Berkelanjutan Thn masing-masing ASN
- Remunerasi dan penghargaan - Training Need Analysis untuk
berbasis kinerja memperkecil gap kompetensi
- Penilaian kinerja 360 derajat - Metode pengembangan
- Evaluasi kinerja dikomunikasikan kapasitas: Diklat, Coaching,
[98] secara interaktif pada setiap pegawai Mentoring, Magang, dll.
UU ASN ini berangkat dari semangat membangun aparatur sipil negara yang
memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jika sudah demikian, tentu harapan Presiden Jokowi akan hadirnya pegawai
negeri sipil berkualitas bukan hal mustahil. “Berikan pelayanan yang makin
cepat, tepat, murah dan mudah serta tinggalkan mentalitas priyayi,” demikian
ekspektasi Presiden Jokowi. Sebagai turunan dari UU ASN, pemerintah pun
menerbitkan Peraturan Manajemen PNS, yakni PP Nomor 11 tahun 2017.
Dengan demikian kini sudah ada dua RPP pendukung UU ASN yang telah
disahkan menjadi PP yakni PP Nomor 70 tahun 2015 mengenai Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ASN serta PP nomor 17 tahun 2017
tentang Manajemen PNS
UU ASN sebagai produk hukum yang cukup kompleks, tentu saja membutuhkan
penafsiran yang utuh. Karena itu, penjabaran peraturan pelaksanaannya
menghindari multitafsir dan dibuat sejelas mungkin. Tugas ini pula yang menjadi
tanggung jawab Kementerian PANRB dalam hal ini Deputi Bidang SDM Aparatur
untuk mengejewantahkan UU ASN ke dalam peraturan pemerintah sehingga
implementasi UU ASN lebih mudah dan jelas.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
tim penilai kinerja PNS di instansinya; dan g. sehat jasmani dan rohani.
Persyaratan sebagaimana dimaksud dikecualikan bagi PNS yang mengikuti
dan lulus sekolah kader dengan predikat sangat memuaskan, sesuai bunyi
Pasal 54 ayat (2).
• Sedangkan persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan pelaksana
adalah: a. berstatus PNS; b. memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling
rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau yang setara; c. telah mengikuti
dan lulus pelatihan terkait dengan bidang tugas dan/atau lulus pendidikan
dan pelatihan terintegrasi; d. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
e. memiliki Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi
Sosial Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan; dan f.
[100] Sehat jasmani dan rohani.
• Bagi PNS yang berasal dari daerah tertinggal, perbatasan, dan/atau terpencil
yang akan diangkat dalam Jabatan administrator pada Instansi Pemerintah
di daerah tertinggal, perbatasan, dan/atau terpencil, dikecualikan dari
persyaratan kualifikasi dan tingkat pendidikan sebagaimana dimaksud.
• Namun PNS sebagaimana dimaksud wajib memenuhi persyaratan
kualifikasi dan tingkat pendidikan paling lama 5 (lima) tahun sejak diangkat
dalam Jabatan. “Setiap PNS yang memenuhi syarat Jabatan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diangkat dalam JA yang lowong,” bunyi Pasal
56 ayat (1) PP No. 11 Tahun 2017.
• Menurut PP ini, PNS diberhentikan dari JA apabila: a. mengundurkan diri
dari Jabatan; b. diberhentikan sementara sebagai PNS; c. menjalani cuti di
luar tanggungan negara; d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e.ditugaskan secara penuh di luar JA; atau f. tidak memenuhi persyaratan
Jabatan.
• Sebagai panduan bagi ASN, Kementerian PANRB bahkan mengeluarkan surat
edaran dengan Nomor B/68/S.SM.99/2017 yang menjelaskan sejumlah
informasi terkait persyaratan usia paling tinggi untuk diangkat dalam JPT
Pratama, yaitu: Memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah sarjana atau
diploma IV; Memiliki Kompetensi Teknik, Kompetensi Manajerial, dan
Kompetensi Sosial Kultural sesuai dengan standart kompetensi jabatan
yang ditetapkan; Memiliki pengalaman jabatan dalam bidang tugas yang
terkait dengan jabatan yang akan diduduki secara kumulatif paling kurang
selama lima tahun; Sedang dan pernah menduduki Jabatan Administrator
atau JF jenjang ahli madya paling singkat dua tahun; Memiliki rekam jejak
jabatan, integritas, dan moralitas yang baik; usia paling tinggi 56 tahun; dan
sehat jasmani dan rohani.
• Dalam surat edaran juga ditegaskan, agar setiap Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah yang melaksanakan kegiatan seleksi terbuka dan
kompetitif JPT Pratama, yang salah satu syaratnya menyebut batas usia
paling tinggi untuk diangkat menjadi JPT Pratama dalam usia 57 tahun, agar
tetap dipertimbangkan untuk ditindaklanjuti.
• Terkait JPT, pemerintah juga akan melakukan penilaian dan memilih
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[101]
Untuk JPT Pratama, syaratnya minimal sudah harus dua tahun duduk sebagai
JPT Pratama. Syarat lain, berprestasi, memiliki kualifikasi dan kompetensi, serta
moralitas dan integritas. Sementara aspek yang dinilai meliputi kompetensi
manajerial, sikap/perilaku, serta rekam jejak.
“Dalam hal pada saat berakhirnya pemberian uang tunggu PNS sebagaimana
dimaksud belum berusia 50 (lima puluh) tahun, jaminan pensiun bagi PNS mulai
diberikan pada saat mencapai usia 50 (lima puluh) tahun,” bunyi Pasal 241 ayat
(5) PP Nomor 11 Tahun 2017.
Di lain pihak, PP ini juga menjelaskan, bahwa PNS yang mengajukan permintaan
berhenti, diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Permintaan berhenti
sebagaimana dimaksud dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu) tahun,
apabila PNS yang bersangkutan masih diperlukan untuk kepentingan dinas.
“Permintaan berhenti ditolak apabila: a. sedang dalam proses peradilan karena
diduga melakukan tindak pidana kejahatan; b. terikat kewajiban bekerja pada
Instansi Pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. dalam pemeriksaan pejabat yang berwenang memeriksa karena diduga
melakukan pelanggaran disiplin PNS; d. sedang mengajukan upaya banding
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Bagaimana dengan PNS yang telah mencapai Batas Usia Pensiun? Untuk
kategori ini, mereka diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Batas Usia
Pensiun sebagaimana dimaksud yaitu: a. 58 tahun bagi pejabat administrasi,
pejabat fungsional ahli muda, pejabat fungsional ahli pertama, dan pejabat
fungsional keterampilan; b. 60 tahun bagi pejabat pimpinan tinggi dan pejabat
fungsional madya; dan c. 65 tahun bagi PNS yang memangku pejabat fungsional
ahli utama. [103]
Menjaring ASN Berdaya Saing
Penerimaan CPNS tahun 2017 menyedot jutaan pelamar. Setelah tiga tahun
moratorium penerimaan CPNS, pemerintahan Jokowi membuka ribuan
lowongan bagi abdi negara. Untuk mewujudkan transparansi, jauh-jauh
hari sebelum pendaftaran resmi dibuka, Menteri PANRB Asman Abnur
mengumumkan rencana pembukaan lowongan ini ke khalayak. Hal ini dilakukan
sebagai upaya menjaring calon-calon Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai dengan
kompetensi, kualifikasi dan nantinya diharapkan memiliki kinerja seperti yang
dibutuhkan oleh negara.
Seleksi ini bersifat transparan dan tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun.
Setelah selesai ujian, perserta akan langsung mengetahui nilainya. Cara ini
menutup peluang bagi siapapun untuk “bermain” menawarkan jasa meluluskan
peserta seleksi dengan imbalan sejumlah uang.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Menteri Asman menjamin, dalam seleksi CPNS tahun 2017 ini tidak bisa melalui
titipan atau faktor kedekatan dengan seorang pejabat. ”Bahkan anak saya
ataupun anak Gubernur sekalipun tidak bisa langsung jadi PNS. Semua harus
ikut dan lulus tes,” katanya.
Setidaknya ada tiga kelompok yang dinilai dalam SKB yakni substansi,
psikotes dan wawancara. Dua kelompok pertama memiliki bobot masing-
masing 40 persen, sedangkan wawancara hanya 20 persen. Ini dilakukan
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[105]
Kisi-Kisi Tes CPNS
Salah satu tahapan penting dalam seleksi CPNS adalah Seleksi Kompetensi
Dasar (SKD). Tahapan ini harus dilalui oleh pelamar yang dinyatakan lulus
seleksi administrasi. Seperti tahun lalu, pelaksanaan SKD CPNS tahun 2018
ini menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Selain itu, kelulusan
menggunakan nilai ambang batas (passing grade). Nilai SKD memiliki bobot
40 persen, sementara Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) bobotnya 60 persen.
TIU juga untuk menilai kemampuan figural, yakni kemampuan yang berhubungan
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
KISI-KISI MATERI
TES KOMPETENSI DASAR (TKD) CPNS
Tes Wawasan Kebangsaan (TWK):
4 pilar kebangsaan Indonesia yang meliputi:
1. Pancasila;
2. UUD 1945;
3. Bhineka Tunggal Ika;
4. NKRI
[107]
Minus Growt Sesuai Kebutuhan Nawacita
Upaya pemerintah menghadirkan pelayan publik yang profesional juga
dilakukan dengan fokus meningkatkan kualitas dan kualifikasi Aparatur Sipil
Negara. Untuk mewujudkannya pemerintah melakukan rekrutmen pegawai
dengan menerapkan sistem Minus Growth. Dengan sistem ini pemerintah
hanya akan menerima pegawai dengan jumlah setengah dari jumlah pegawai
yang pensiun dan itupun tidak akan membuka formasi umum yang bersifat
fungsional ataupun administratif. Pemerintah hanya membuka formasi khusus
yang sangat diperlukan seperti petugas imigrasi untuk daerah perbatasan,
penjaga lapas dan hakim karena jumlah kebutuhan yang diperlukan masih jauh
dari angka cukup.
Pemerintah juga hanya akan membuka formasi khusus yang sangat diperlukan
seperti peneliti untuk LIPI, perekayasa teknologi untuk BPPT, serta dosen
untuk berbagai universitas negeri yang masih kekurangan tenaga pendidikan.
Pemerintah Daerah juga masih belum mencabut moratorium CPNS, kecuali
untuk Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi Papua Barat karena kedua
provinsi tersebut masih baru sehingga masih memerlukan ASN untuk memenuhi
organisasi kerjanya. Selain harus memenuhi berbagai kriteria, pengadaan CPNS
tahun ini diprioritaskan untuk pegawai yang mendukung program Nawacita.
37.138
Calon PNS
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Rekrutmen Reguler
34.167
Lulusan Pa/i Terbaik 1.684 14.000 3.526 17.928
2.310 Calon Penjaga Petugas Jabatan
Hakim MA Lapas Imigrasi & Lainnya
Penyandang Disabilitas Jabatan lain di
168 KUMHAM
Namun, apabila kebutuhan jabatan tersebut tidak terpenuhi dari ketiga kriteria
di atas, dapat dipenuhi dari pelamar lain yang mendaftar pada jabatan yang
bersesuaian dan memenuhi nilai ambang batas berdasarkan peringkat. Dalam
lampiran Peraturan Menteri ini juga disebutkan bahwa penetapan kebutuhan
jabatan untuk atlet berprestasi nasional/ internasional yang memenuhi
persyaratan peraturan perundangundangan di lingkungan Kementerian yang
membidangi urusan pemerintahan di bidang pemuda dan olahraga. [109]
Enam Formasi Khusus
Penerimaan CPNS 2018
Rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2018 dilakukan melalui dua
jalur, yakni formasi umum dan formasi khusus. Berdasarkan Peraturan Menteri
PANRB No. 36 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan PNS dan Pelaksanaan
Seleksi CPNS tahun 2018, formasi khusus terdiri atas lulusan terbaik (cumlaude),
penyandang disabilitas, putera-puteri Papua dan Papua Barat, diaspora, atlet
berprestasi internasional, serta tenaga pendidik dan tenaga kesehatan eks
tenaga honorer kategori II yang memenuhi persyaratan.
Untuk pelamar Diaspora, yang baru pertama kali dilakukan, dialokasikan untuk
formasi jabatan peneliti, dosen, dan perekayasa. Untuk formasi ini, pendidikan
minimal S-2, kecuali untuk perekayasa, yang dapat dilamar dari lulusan S-1.
Menurut Deputi Sumber Daya Manusia Aparatur (SDMA) Kementerian PANRB
Setiawan Wangsaatmadja, Diaspora merupakan formasi khusus yang dibuka
pertama kali tahun 2018 ini.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Formasi khusus keenam dalam penerimaan CPNS tahun 2018 tenaga pendidik
dan tenaga kesehatan dari eks tenaga honorer kategori II (THK 2) yang memenuhi
syarat. Berdasarkan Permen PANRB No. 36/2018, THK 2 itu harus terdaftar
dalam database Badan kepegawaian Negara (BKN), dan memenuhi persyaratan
seperti ketentuan UU ASN, PP 48/2005 dan terakhir diubah menjadi PP No.
[110]
56/2012, UU No. 14/2005 bagi tenaga pendidik, dan UU No. 36/2014 bagi
tenaga kesehatan. Tercatat ada 13.347 orang yang dalam database BKN.
Selain persyaratan tersebut, usia pelamar paling tinggi 35 tahun pada tanggal
1 Agustus 2018, dan masih aktif bekerja secara terus-menerus sampai saat
ini. Bagi tenaga pendidik, minimal berijazah S1, dan untuk tenaga kesehatan,
minimal harus berijazah Diploma III, yang diperoleh sebelum pelaksanaan
seleksi THK II pada tanggal 3 November 2013. Selain memiliki KTP, pelamar
juga harus memiliki bukti nomor ujian THK II pada tanggal 3 November 2013
tersebut.
dokumennya wajib mengikuti seleksi Kompetensi Dasar (SKD). dan tidak ada
Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) bagi eks THK II. Pengalaman kerja selama
minimal 10 tahun dan terus menerus menjadi tenaga pendidik dan tenaga
kesehatan dari eks honorer K-II ditetapkan sebagai pengganti SKB.
[111]
Seleksi Jabatan Strategis melalui Talent Pool
Salah satu langkah penting untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur
adalah melalui perubahan sistem atau mekanisme rekrutmen yang berbasis
pada kompetisi. Yang menarik dari perubahan mekanisme ini adalah adanya
promosi terbuka (open promotion) yang oleh masyarakat umum lebih dikenal
sebagai lelang jabatan (job bidding) atau fit and proper test.
Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN bahwa untuk pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Madya di K/L/Pemda dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan.
Kebijakan promosi terbuka sudah dimulai sejak tahun 2012 yang dilakukan di
Kementerian PANRB untuk jabatan eselon I dan selanjutnya diikuti oleh BKN,
LAN, Arsip Nasional RI (ANRI), dan Kementerian Hukum dan HAM. Realisasi
sampai dengan tahun 2014 sebanyak 40 K/L/P (25K/L; 6 Prov; 9 Kab/Kota)
dengan rincian sebagai berikut:
- Tahun 2013, instansi pemerintah yang melakukan promosi, sebanyak
13 K/L dan 4 Pemda yaitu Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, BAKORKAMLA, BSN, Kementerian koordinator
Bidang Kesejahteraan, LIPI, Kementerian Pertanian, ANRI, Kementerian
Hukum dan HAM, BKN, LAN, Kementerian PANRB, Kementerian Keuangan,
Kab. Batang, Kota Palembang, Kota Samarinda dan Provinsi DKI Jakarta.
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
Seleksi JPT
Jabatan pimpinan tinggi (JPT) merupakan jabatan strategis dalam mendukung
birokrasi yang progresif, responsif, dan partisipatif. Melalui tugas pelayanan
[112] publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan yang diembannya, setiap
pengemban JPT harus mampu menjamin akuntabilitas jabatan sesuai dengan
jenjangnya masing-masing. Karena tugasnya yang strategis dan menuntut
akuntabilitas jabatan, maka pengangkatan dan penempatan Aparat Sipil Negara
pada level JPT mendapat pengaturan khusus.
Pengaturan mengenai JPT dan pengisiannya, baik pada instansi pusat maupun
daerah, tertuang dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, yaitu melalui mekanisme seleksi yang objektif berbasis sistem
merit.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan manfaat bagi para peserta dan instansi
pemerintah. Bagi peserta, mereka dapat merencanakan pengembangan
dirinya sekaligus merencanakan karirnya. Sedangkan bagi instansi pemerintah,
akan memiliki database profil potensi dan kompetensi Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama dan Administrator. Data Talent Pool juga dapat digunakan
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[114]
Jalur Khusus WNI Diaspora
Ada yang berbeda pada penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) 2018.
Pada pendafraan calon abdi negara ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara membuka formasi khusus bagi warga negara Indonesia diaspora.
Formasi khusus ini sengaja dibuka untuk menarik minat warga Indonesia yang
telah bekerja di luar negeri supaya mau kembali.
Pada penerimaan tahun ini kebutuhan CPNS secara nasional mencapai angka
238.015 formasi. Jumlah ini yang terdiri dari 51.271 untuk instansi pusat yakni
kementerian atau lembaga dan sebanyak 186.744 untuk instansi daerah.
Formasi khusus bagi WNI diaspora tersebut baru pertama kali dibuka pada
tahun ini. Adapun bagi para pelamar diaspora, dialokasikan untuk formasi
jabatan peneliti, dosen, dan perekayasa dengan pendidikan minimal strata 2.
Khusus untuk perekayasa, dapat dilamar dari lulusan strata 1.
Pemerintah juga masih membuka penerimaan CPNS khusus bagi dari lulusan
terbaik (cumlaude), penyandang disabilitas, putra-putri Papua dan Papua
Barat, tenaga pendidik dan tenaga kesehatan eks tenaga honorer kategori II
B I R O K R A S I Y A N G E F E K T I F DAN EFISI EN
[115]
yang memenuhi persyaratan. Mekanisme/sistem pendaftaran untuk eks THK-Il
dilakukan tersendiri di bawah koordinasi BKN. Pendaftar dari eks THK-ll yang
telah diverifikasi dokumennya wajib mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD).
[116]
B I R O K R A S I Y A N G M E M I L I K I PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
[117]
B I R O K R A S I Y A N G M E M I L I K I PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
[118]
BAB 3
YANG
PUBLIK
MEMILIKI
BIROKRASI
PELAYANAN
BERKUALITAS
T
erwujudnya birokrasi yang mampu menyajikan pelayanan publik
berkualitas merupakan sasaran ketiga dari arah kebijakan dan strategi
pembangunan bidang aparatur negara tahun 2015-2019 yakni
mewujudkan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Untuk
mencapai sasaran ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi menempuhnya melalui cara berikut ini:
Asman Abnur menegaskan, mal pelayanan publik menjadi kata kunci untuk
meningkatkan ease of doing business (EODB) atau kemudahan berusaha
Indonesia di mata dunia. Saat ini Indonesia berada di tingkat ke-72 dunia dalam
hal kemudahan berusaha. Padahal, target pemerintah, tahun 2019 adalah
mencapai peringkat 40 dunia.
[121]
INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Jumlah Inovasi Pelayanan Publik yang Mengikuti Kompetisi Inovasi Pelayanan
Publik Tahun 2014 - 2018 “Pengendalian Malaria Melalui Sistem EDAT”
3500
(UNPSA Tahun 2018, Juara 1)
3054
3000
2824
2476
2500
2000
1500 1189
1000
515
500
Prestasi Indonesia dalam United Nation Public Service Awards (UNPSA) : § Juara Kompetisi Inovasi Layanan Publik pada tahun 2017 berhasil
§ Kab. Aceh Singkil dengan inovasi “Kerja Sama Dukun Beranak dengan meraih penghargaan tingkat dunia dari PBB bidang layanan publik
Bidan pada Saat Melahirkan untuk Menurunkan Tingkat Kematian Ibu dan
Anak” (2015, Juara 2). (UN Public Service Award) Tahun 2018 di Maroko, terkait inovasi
§ Kab. Sragen dengan inovasi “UPTPK: Unit Pelayanan Terpadu sistem Early Detection and Treatment (EDAT) Malaria di Kabupaten
Penanggulangan Kemiskinan” (2015, Juara 2). Teluk Bintuni.
§ Provinsi Jawa Timur dengan inovasi “Jalin Matra (Jalan Lain Menuju § Sistem peringatan dini ini berhasil menurunkan prevalensi malaria
Mandiri dan Sejahtera)” (2018, Finalis).
dari 115 orang/1000 penduduk pada tahun 2009, menjadi 2,4/1000
§ Kabupaten Teluk Bintuni dengan inovasi “Pengendalian Malaria
melalui Sistem EDAT” (2018, Juara 1) penduduk di tahun 2016.
Diberikan Dana Insentif Daerah (DID) bagi pemerintah daerah yang nilai inovasinya masuk dalam TOP 40 1
Ia menambahkan, integrasi itu tidak hanya mencakup hal-hal teknis, tetapi juga
perlu koordinasi dan komunikasi yang intensif antara pihak-pihak dan instansi
terkait. Hal itu memang tidak mudah, karena itu, Diah menegaskan pihaknya
akan menjembatani proses koordinasi tersebut. Diah menjelaskan, saat ini sudah
ada enam MPP di berbagai daerah, yakni di Jakarta, Surabaya, Banyuwangi,
Denpasar, Batam dan Kota Bekasi. Normalnya, pembentukan MPP didahului
dengan rapat-rapat koordinasi, seperti yang dilakukan saat pembentukan MPP
DKI Jakarta, Surabaya dan Batam, serta Denpasar. Berbeda halnya dengan
Banyuwangi dan Kota Bekasi, yang tidak melalui proses seperti itu sebelumnya.
Tidak ada yang salah dalam hal ini, karena semua melalui berbagai pertimbangan
matang. Namun yang lebih penting lagi, bagaimana setelah MPP berdiri, yang
pada hakekatnya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,
[122] bukan sekadar ada lalu selesai.
MPP Kota Surabaya
Kota Surabaya menjadi kota pertama di Indonesia yang meresmikan Mal
Pelayanan Publik (MPP). Walikota Surabaya Tri Rismaharini bersama Menteri
PANRB Asman Abnur meresmikan MPP yang terletak di Jalan Tunjungan,
Genteng, Gedung Siola.
Risma menuturkan, sarana ini hadir berkat sinergi antara Pemkot Surabaya
dengan instansi layanan publik lainnya. Menurutnya, MPP Kota Surabaya
dioperasikan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
mengurus perizinan. Masyarakat cukup datang ke satu gedung untuk mengurusi
semua perizinan yang dibutuhkan.
Seluruh ruangan didukung oleh sarana dan prasarana berkualitas dan sistem
teknologi informasi yang modern. Sehingga menjanjikan kenyamanan warga
yang hendak mengurus perizinan. Mal pelayanan publik adalah terobosan yang
dilakukan oleh pemerintah guna memberikan kemudahan, kenyamanan, serta [123]
layanan pasti untuk seluruh masyarakat yang akan mengurus perizinan dari
seluruh aspek bidang kependudukan dan catatan sipil, usaha, keimigrasian,
kepolisian, pajak dan retribusi, izin agraria dan tata ruang, utilitas listrik PLN,
BPJS, serta berbagai pelayanan publik lainnya dalam satu tempat. Untuk
memastikan pelayanan yang diberikan bebas pungli, seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat harus melalui mesin pembayaran EDC, sehingga
tidak ada transaksi tunai.
Mal Pelayanan Publik merupakan solusi atas tingginya keluhan masyarakat yang
selalu kerepotan dengan birokrasi yang selama ini dianggap berbelit. Inovasi ini
merupakan jawaban bagi publik yang menuntut kemudahan pelayanan. Dengan
adanya Mal Pelayanan Publik ini, maka seluruh jenis pelayanan publik baik dari
tingkat pusat maupun daerah terintegrasi dalam jaringan.
Dengan tagline SETIA (Solusi, Empati, Tegas, Inovasi, Andal) Mal Pelayanan
Publik siap melayani masyarakat DKI Jakarta. Mal Pelayanan Publik DKI
Jakarta juga memiliki layanan call center 1500164 serta antar jemput izin
bermotor (AJIB). Di masa mendatang, pemerintah DKI Jakarta juga berupaya
menghadirkan pelayanan publik dari seluruh lembaga baik pemerintah daerah,
B I R O K R A S I Y A N G M E M I L I K I PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
MPP Batam
Patut disyukuri, kehadiran Mal Pelayanan Publik (MPP) mendapat apresiasi
dari berbagai pihak. Selain memudahkan masyarakat, MPP juga dinilai bisa
memenuhi kebutuhan investor. Mal Pelayanan Publik Kota Batam misalnya,
menambah daya tarik investor untuk datang berinventasi. Letak geografis
Kota Batam yang berdekatan dengan Singapura membuat kehadiran MPP yang
berhasil menyatukan semua jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (BP) Batam
dan Pemerintah Kota Batam, ini berhasil mendongkrak kepercayaan investor
untuk menanamkan investasinya di Batam.
Melalui alokasi anggaran tahun 2018, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu (DPMPT) membangun gedung baru di Jalan KH Dahlan, Wates. MPP
Kulon Progo akan melayani berbagai pelayanan yang selama ini diberikan oleh
Pemerintah kabupaten paling barat di DIY itu. Antara lain, Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu (perizinan/nonperizinan), Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil (KTP, Akta Kelahiran, dll), Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kartu Tanda Pencari Kerja), Badan Keuangan dan Aset Daerah
(Pajak dan Retribusi Daerah), serta Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kesesuaian
Tata Ruang). Sedangkan dari instansi vertikal, ada sejumlah unit kerja instansi
sudah siap masuk ke MPP antara lain Kantor Pertanahan Kementerian Agraria
dan Tata Ruang (Administasi Pertanahan), Kantor Imigrasi (Visa, Pasport, dll),
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Kepolisian (Perpanjangan SIM,
SKCK, dll), SAMSAT (STNK, dll), Perbankan, PLN, PDAM dan sebagainya.
[125]
Mudah dan Cepat Mengurus Izin
Pelayanan yang transparan dan profesional yang disajikan Mal Pelayanan Publik
Kota Batam juga mendapat apresiasi dari masyarakat. Siti, warga kota Batam,
misalnya. Ia mengatakan, kehadiran MPP sangat membantu dirinya mengurus
perizinan. “Ini efisien, sangat membantu. Dulu saya harus ke dua dinas berbeda
untuk urus perizinan tapi sekarang cukup di sini. Apalagi pelayanannya ramah,”
ujarnya.
“Saya sangat mengapresiasi adanya layanan publik satu atap ini karena saya
dapat mengurus perizinan dengan cepat,” ungkapnya.
[126]
Berguru Pelayanan Publik
ke Georgia
Kehadiran Public Service Hall (PSH) mampu mengubah wajah pelayanan publik
Georgia. Negara pecahan Uni Soviet ini berhasil menjadikan iklim negaranya
ramah investasi. Lihat saja, lesatan pencapaian kemudahan berbisnis yang
berhasil diraih Georgia. Tahun 2017 Ease of Doing Business (EoDB) negara ini
berada di posisi ke-16, satu tahun kemudian melejit ke posisi 9. Keberhasilan
tersebut salah satunya didorong oleh PSH yang setiap harinya dikunjungi 10
ribu pengunjung. Belakangan, Georgia juga telah mengembangkan pelayanan
satu atap ini hingga ke desa-desa.
Namun siapa menyangka, negara itu memiliki latar belakang yang tidak jauh
beda dengan Indonesia. Georgia harus melewati masa-masa yang teramat sulit,
yaitu buruknya pelayanan publik dan korupsi merajalela di setiap sudut negara.
[127]
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik dan Replikasi Inovasi Pelayanan Publik
Antusiasme instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah serta BUMN/D
untuk mengikuti Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik semakin tinggi. Tahun
2017 tercatat sebanyak 3.054 inovasi didaftarkan melalui Sinovik. Meningkat
tajam dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2.476 inovator.
Tahap pertama, seleksi administratif. Salah satu indikator penilaian inovasi yang
masuk yaitu inovasi tersebut telah diimplementasikan paling sedikit selama
satu tahun. Tahap kedua, desk evaluation oleh Tim Evaluasi, yang terdiri atas
para dosen senior dari berbagai perguruan tinggi yang berpengalaman sebagai
asesor. Kemudian dari 1.373 inovasi yang lolos tahap pertama disaring menjadi
150 inovasi yang selanjutkan akan diserahkan kepada Tim Panel Independen
yang terdiri atas sembilan orang para pemerhati kebijakan pelayanan publik
B I R O K R A S I Y A N G M E M I L I K I PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
dan diketuai oleh Prof. J.B. Kristiadi. Tahapan ketiga, penentuan Top 99 yang
dilakukan oleh Tim Panel Independen.
2000
1500 1189
1000
515
500
Prestasi Indonesia dalam United Nation Public Service Awards (UNPSA) : § Juara Kompetisi Inovasi Layanan Publik pada tahun 2017 berhasil
§ Kab. Aceh Singkil dengan inovasi “Kerja Sama Dukun Beranak dengan meraih penghargaan tingkat dunia dari PBB bidang layanan publik
Bidan pada Saat Melahirkan untuk Menurunkan Tingkat Kematian Ibu dan
Anak” (2015, Juara 2). (UN Public Service Award) Tahun 2018 di Maroko, terkait inovasi
§ Kab. Sragen dengan inovasi “UPTPK: Unit Pelayanan Terpadu sistem Early Detection and Treatment (EDAT) Malaria di Kabupaten
Penanggulangan Kemiskinan” (2015, Juara 2). Teluk Bintuni.
§ Provinsi Jawa Timur dengan inovasi “Jalin Matra (Jalan Lain Menuju § Sistem peringatan dini ini berhasil menurunkan prevalensi malaria
Mandiri dan Sejahtera)” (2018, Finalis).
dari 115 orang/1000 penduduk pada tahun 2009, menjadi 2,4/1000
§ Kabupaten Teluk Bintuni dengan inovasi “Pengendalian Malaria
melalui Sistem EDAT” (2018, Juara 1) penduduk di tahun 2016.
Diberikan Dana Insentif Daerah (DID) bagi pemerintah daerah yang nilai inovasinya masuk dalam TOP 40 1
[128]
Tahun ini, Kementerian PANRB menetapkan top 99 Inovasi Pelayanan Publik
Tahun 2017, yang terdiri atas 20 inovasi Kementerian, 3 inovasi lembaga, 21
inovasi provinsi, 34 inovasi kabupaten, 15 inovasi kota, 2 inovasi BUMN, dan 4
inovasi BUMD.
Memasuki tahap keempat yaitu tahap presentasi dan wawancara untuk menen
tukan Top 40. “Tahap presentasi dan wawancara ini berlangsung selama 30
menit pada tahap ini ada menteri yang datang, pejabat eselon 1 juga hadir
untuk menyampaikan inovasi ini,” ungkap Diah. Tahap selanjutnya, verifikasi
dan observasi lapangan. Pada tahap ini, akan diamati secara langsung objek
maupun bagaimana usulan dari proposal inovasi tersebut diimplementasikan
di daerahnya masing-masing. Kemudian hasil dari seleksi tersebut akan terpilih
40 inovasi terbaik
antara lain kompetensi SDM, kesigapan petugas, aturan perilaku dan kode
etik, penghargaan dan sanksi, serta budaya pelayanan. Melihat bagaimana
kecepatan dalam memberikan respon pelayanan secara cepat dan benar ketika
berhadapan dengan pengguna layanan.
Untuk sarana dan Prasarana melihat ketersediaan ruang parkir, fasilitas ruang
tunggu, fasilitas pengguna layanan berkebutuhan khusus dan sarana penunjang
lainnya. Sedangkan untuk Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP), akan dilihat
terkait pemanfaatan SIPP, pemilikan SIPP, dan pemutakhiran SIPP.
Untuk media konsultasi dan pengaduan yang memiliki bobot penilaian 15%,
akan dilihat dari kelengkapan media yang digunakan. Semakin lengkap media
yang digunakan maka akan semakin tinggi nilai yang diperoleh.
Pada saat proses pelaksanaan evaluasi, terlebih dahulu K/L mengusulkan unit
pelayanan pulik yang akan dievaluasi. Kemudian unit layanan terpilih melakukan
pengisian formulir penilaian secara manual dan melampirkan bukti dukung.
Indeks pelayanan publik diperoleh dari penilaian dalam formulir F01, F02, dan
F03. F01 diisi oleh unit pelayanan publik, F02 diisi oleh evaluator, dan F03
diisi oleh pengguna layanan. Setelah itu, evaluator akan melakukan evaluasi ke
lapangan. Hal ini untuk melihat kondisi nyata yang ada di unit pelayanan publik.
Adapun unit pelayanan publik yang memperoleh kategori baik (B) sebanyak
120, kategori baik dengan catatan (B-) sebanyak 92, kategori cukup (C) ada
45, serta cukup dengan catatan (C-) sebanyak 30. Deputi Pelayanan Publik
Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas kinerja dan capaian yang telah
diperoleh oleh unit penyelenggara pelayanan publik. Monitoring dan evaluasi
kali ini merupakan kali ketiga. Pertama kali dilakuan tahun 2015, dengan
mengevaluasi 57 kabupaten/kota, yang meliputi RSUD, Disdukcapil dan PTSP.
Tahun berikutnya, daerah yang dievaluasi bertambah menjadi 59 kabupaten/
kota, dengan unit kerja meliputi RSUD, Disdukcapil, PTSP, Puskesmas,
lembaga dan Polres/Polresta/Polrestabes. Pada tahun 2017, jumlah daerah
yang dievaluasi bertambah lagi menjadi 72 kabupaten/kota. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi ini didasarkan Keputusan Menteri PANRB No. 21/2017
tentang Penetapan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kementerian/ Lembaga, dan [131]
Unit Penyelenggara Pelayanan Publik sebagai Lokasi Penyelenggara Pelayanan
Publik tahun 2017.
Selain Supraptono, ada ratusan petani yang berhasil. Bahkan ada petani yang
berinovasi dengan mengembangkan bawang merah dan lain-lain. “Kami men
dampingi dan memfasilitasi para petani melalui klinik konsultasi agribisnis,”
ujar Koordinator Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Playen, Sarijo.
Klinik konsultasi ini merupakan salah satu inovasi yang ditetapkan sebagai salah
satu Top 35 Inovasi Pelayanan Publik 2016 untuk kategori perbaikan pelayanan
masyarakat. Kompetisi ini diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian
PANRB.
“Kami juga mendidik kader- kader dari petani menjadi agen penyuluhan
di tingkat Desa, sebagai kepanjangan tangan penyuluh. Salah satunya Pak
Supraptono, yang sejak awal telah aktif berkiprah bersama kami,” ujar Sarijo
menambahkan.
Melalui kelompok wanita tani, berbagai produk pertanian itu diolah menjadi
berbagai jenis dan bentuk makanan yang bisa dipasarkan di berbagai kota.
“Kami sangat berkesan, karena singkong yang dulu hanya bisa dibuat menjadi
gaplek dan tiwul, kini bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan dan harganya
sangat baik. Pasarnya juga tidak hanya lokal, tetapi sudah sampai Jakarta dan
kota-kota besar di tanah air,” ujar Suti Rahayu, 68 tahun.
[133]
B I R O K R A S I Y A N G M E M I L I K I PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
Klinik inovasi agribisnis adalah salah satu dari berbagai inovasi yang dijalankan
di wilayah paling timur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu. Bupati
Gunung Kidul Hj. Badingah S.Sos, mengatakan, pihaknya mendorong bahkan
mewajibkan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) di wilayahnya berkreasi
dan berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Ada peraturan
bupati yang mengharuskan Kepala OPD melakukan inovasi. Setiap tahun
kami selalu mengirimkan inovasi itu ke Kementerian PANRB untuk mengikuti
[134] kompetisi inovasi pelayanan publik,” ujar Badingah.
SP4N-LAPOR!, Permudah Pengaduan
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan melalui penyelesaian
pengaduan yang cepat dari penyedia layanan dalam hal ini instansi pemerintah
baik di pusat maupun daerah. Segala bentuk kritik maupun aduan yang
disampaikan masyarakat pada suatu instansi merupakan sebuah koreksi untuk
perbaikan pelayanan itu sendiri ke depannya.
Agar kualitas pelayanan publik semakin baik, para penyedia pelayanan harus
menangani serta menindaklanjuti segala bentuk aduan dari masyarakat,” ujar
Deputi Bidang Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Diah Natalisa saat membuka Forum Knowledge Sharing
Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional - Layanan Aspirasi
dan Pengaduan Online Rakyat (SP4N-LAPOR!), di Kantor Kementerian PANRB.
Total Terhubung
Jenis Instansi %
Instansi Lapor
Kementerian 34 34 100% 574
Lembaga 145 97 67% Rata-rata laporan perhari 86%
BUMN 118 116 98%
PTN/PTS/Kopertis 3.273 130 4%
Perwakilan RI di LN 133 130 98%
Pemda Kabupaten 416 341 82%
Pemda Kota 98 85 87%
34 31 91%
769.610
Pemda Provinsi
Jumlah user
[135]
Langkah lainnya dengan membuat peraturan yang mendorong pemerintah
daerah untuk terhubung dalam sistem SP4N-LAPOR!, untuk lebih memudahkan
Kementerian PANRB memonitoring tindak lanjut aduan masyarakat. Hingga
saat ini tercatat terdapat 587 instansi pemerintah yang telah terhubung dengan
sistem SP4N-LAPOR!.
[136]
K E M E N T E R I A N P A N R B P E N GGERAK UTAMA REFORMASI BIROKRASI
[137]
K E M E N T E R I A N P A N R B P E N GGERAK UTAMA REFORMASI BIROKRASI
[138]
BAB 4
UTAMA
PANRB
BIROKRASI
REFORMASI
PENGGERAK
KEMENTERIAN
P
K E M E N T E R I A N P A N R B P E N GGERAK UTAMA REFORMASI BIROKRASI
elayanan publik yang sulit, rumit, berbelit, dan membebani. Ini adalah
persoalan klasik yang menghinggapi wajah birokrasi bangsa Indonesia saat
ini. persoalan lainnya masih banyak mismatch jabatan ASN, komposisi PNS
yang gemuk pada jabatan administrasi umum, bahkan persoalan indisipliner
dan tidak profesionalnya ASN turut memperburuk rupa birokrasi di negeri ini.
Sejalan dengan Revolusi Mental yang diterapkan pemerintahan saat ini, ada tiga
sasaran utama yang ingin diwujudkan dalam birokrasi pemerintahan. Pertama,
mengubah cara berpikir dan cara pandang para Aparatur Sipil Negara. Dari
cara pikir “priyayi” yang minta dilayani, menjadi birokrat yang melayani rakyat.
Reformasi Birokrasi menjadi jalan terbaik bagi bangsa Indonesia yang saat ini
menghadapi tantangan besar yang sudah di depan mata yaitu revolusi industri
4.0. Era ini melahirkan tantangan berupa persaingan antarbangsa yang sangat
ketat. Tantang lainnya adalah kenyataan bahwa bangsa ini juga akan menikmati
bonus demografi. Bak pisau bermata dua, bila momentum ini tak disikapi
dengan tepat maka bangsa justru akan mengalami keterpurukan. Namun
sebaliknya, bila bangsa ini berhasil memersiapkan diri dengan baik, terutama
di bidang sumber daya manusia, maka cita-cita pendiri bangsa Indonesia saat
kemerdekaan bangsa ini mencapai usia 100 tahun pada 2045, Indonesia akan
menjadi negara negara raksasa di dunia.
[142]
Untuk mewujudkan cita-cita ini peran strategis yang diemban oleh Kementerian
PANRB penting karena melalui Reformasi Birokrasi menjadi jalan untuk
mengembalikan jati diri birokrasi dari selama ini bermental priayi menjadi
birokrasi yang bersifat melayani. Melalui gerakan nasional revolusi mental
ASN akan menjadi pemeran utama dalam mewujudkan visi besar reformasi
birokrasi yaitu terwujudnya pemerintahan berkelas dunia tahun 2019 serta
mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kompetitif dan mampu
bersaing di kancah dunia.
[143]
Cara kerja seorang birokrat, menurutnya tidak boleh lagi kalah oleh cara kerja
yang dilakukan pihak swasta. Ia mencontohkan perilaku pelayanan di bank-
bank yang tidak ada obrolan saat kerja dan sangat mengutamakan kepuasaan
para pelanggannya.
“Pelayanan yang sajikan oleh ASN semestinya lebih baik dari pelayanan yang
diberikan swasta. Kalau ini bisa diwujudkan, negara kita bisa maju,” tegas
Asman.
Asman Abnur mengingatkan ASN “zaman now” harus senantiasa menjaga dua
ciri yang semestinya melekat pada diri mereka. Kedua ciri tersebut adalah
jiwa hospitality dan entrepreneurship. Hospitality yang dimaksud adalah
seorang ASN harus memiliki jiwa pelayanan. ASN harus ramah dan baik dalam
memberikan pelayanan kepada publik yang menjadi sasaran kerjanya.
K E M E N T E R I A N P A N R B P E N GGERAK UTAMA REFORMASI BIROKRASI
Selain itu, ASN juga harus memiliki jiwa entrepreneurship. Sudah bukan
zamannya membanggakan serapan anggaran sebagai sebuah pencapaian.
Selayaknya, ASN selalu menargetkan diri untuk memberikan outcome yang jelas
dari setiap pekerjaan yang dilakukan, seperti layaknya seorang entrepreneur.
ASN harus memiliki sikap tidak mau rugi. Artinya, anggaran yang ada harus
dapat didayagunakan dengan sebaik-baiknya dan tidak boleh ada sia-sia.
[144]
Kementerian PANRB
Motor Reformasi Birokrasi
“Anda sekalian (Kementerian PANRB) adalah motor penggerak itu. Ibarat mobil
Kementerian PANRB ini ibarat karburator yang menghidupkan mobil supaya
bergerak. Diamnya aparatur akan menyebabkan bangsa ini ketinggalan,” ucap
Wiranto.
“Kalau aparatur negara tidak kita berdayakan betul-betul, negara lumpuh, yang
kedua keinginan masyarakat melihat negara yang bersih dan berwibawa gagal,
yang ketiga tentu misi yang diemban pemerintah akan gagal total dan negara
[145]
ambruk. Jadi betapa pentingnya tugas bapak (Menteri PANRB),” ujar Wiranto.
[146]
Optimalisasi penggunaan anggaran semacam itu, sejalan dengan amanat UU
No. 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2014 tentang
Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, salah satu azas keuangan
negara yang ditekankan adalah akuntabilitas berorientasi pada hasil. Karena
itu, akuntabilitas bermakna bahwa setiap program atau kegiatan yang dilakukan
oleh penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, dan
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Time has changed. Kita harus mengikuti perubahan. Zaman telah berubah.
Kita tidak ada di zaman sebelumnya di mana birokrasi masih mempunyai
budaya lama, yakni kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah. Meminta
dilayani daripada melayani,” kata dia.
[148]
Saat ini dunia telah memasuki era connectivity dan internet of things (IoT).
Kondisi ini menyebabkan tak adanya batasan ruang dan waktu. Pun halnya
dalam tata kelola pemerintahan, penerapan sistem pemerintahan berbasis
elektronik atau yang lebih dikenal dengan e-government adalah sebuah
keniscayaan.
e-Office PANRB SMART memiliki fungsi checker, maker dan signer yang
dapat diakses dari berbagai tempat dan perangkat. e-Office ini terintegrasi
dengan dashboard aplikasi PANRB Smart, dimana dalam aplikasi ini terdapat
layanan kepegawaian, persuratan, penugasan serta kinerja dan anggaran yang
dilakukan secara digital. Seluruh persetujuan surat hingga disposisinya dapat
dilakukan melalui aplikasi ini. Beragam urusan kepegawaian lainnya, seperti
pengajuan cuti, cek presensi, sampai pemesanan ruang rapat ada di PANRB
Smart. E-Office ini ke depan akan terintegrasi dengan aplikasi e-Office nasional.
Aplikasi berikutnya ada e-Salam atau akronim dari Sistem Aplikasi Layanan
Kementerian PANRB, merupakan aplikasi layanan untuk memberikan informasi
yang lebih cepat, tepat dan akurat kepada seluruh stakeholders mengenai [149]
perkembangan layanan bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi
birokrasi.
Adapun Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC) adalah
infrastruktur teknologi yang sangat penting dalam menjamin optimalnya sistem
pemerintahan berbasis elektronik di lingkungan Kementerian PANRB. Khusus
penyediaan DRC dilakukan melalui pendekatan collaborative government,
yakni kerja sama dengan PT Taspen. Kementerian PANRB telah memiliki Data
Center (DC) dengan kapasitas memadai serta dilengkapi Disaster Recovery
Center (DRC) untuk mengantisipasi berbagai resiko yang terjadi, termasuk
karena bencana alam. Di sisi lain, DC dan DRC tersebut siap diintegrasikan
dengan DC dan DRC nasional.
[150]
Sementara aplikasi SiJapti (Aplikasi Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi) yang baru
diluncurkan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Inovasi ini akan diintegrasikan
ke Command Center Kementerian PANRB. Dengan masuknya Aplikasi SiJapti,
dapat menambah fitur informasi yang tersedia di Command Center, sehingga
pengawasan dalam hal pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) di lingkungan
instansi pemerintah dapat menjadi lebih cepat, mudah dan murah.
Hasilnya, hanya ada 1 LPNK atau 3,45 persen yang nilainya ‘Sangat Baik’,
dengan range nilai antara 91 sampai dengan 100. Setelah itu ada 2 LPNK
atau 6,9 persen yang memperoleh penilaian ‘Baik’, dengan range nilai antara [151]
Sidak Online melalui
Command Center
Saat cuti bersama Idul Fitri 1439 H bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah
usai. Menteri PANRB melakukan inspeksi mendadak (sidak) untuk memastikan
kehadiran para abdi negara. Namun, berbeda dari biasanya, kali ini Asman
Abnur melakukan sidak secara online.
Sidak itu dilakukan melalui Command Center Kementerian PANRB. “Saya punya
alat kontrol baru. Saya bisa lihat secara online kehadiran pegawai ASN dari
kementerian, lembaga, dan pemda. Saya tidak perlu lagi sidak ke lapangan,”
jelas Menteri Asman.
Di Kementerian PANRB sendiri, hanya ada 3 orang ASN yang izin, 7 orang ASN
dinas, 1 orang ASN sakit dan 4 orang ASN sedang tugas belajar. Tidak ada
pegawai Kementerian PANRB yang tak hadir tanpa keterangan. Di era modern
ini, Menteri Asman berharap semua lapisan pemerintah sudah menerapkan
e-government dan e-office ini. “Kita berharap Pemda dan K/L yang menerapkan
e-office multi fungsi,” ujar Asman.
[152]
76 sampai dengan 90. Sementara 10 LPNK atau 34,48 persen memperoleh
penilaian ‘Cukup’ dengan range nilai dari 61 sampai dengan 75, kemudian 4
LPNK atau 13,79 persen memperoleh penilaian ‘Kurang’ dengan range nilai dari
51 sampai dengan 60, dan 12 LPNK atau 41,38 persen memperoleh penilaian
‘buruk’ dengan range nilai 0 sampai dengan 50.
Di samping itu, ANRI juga harus memastikan setiap instansi pemerintah secara
mandiri mampu melakukan pengelolaan arsipnya. Setiap instansi pemerintah
Namun patut disayangkan, hingga hari ini pengelolaan arsip masih dipandang
sepele, kecil, sehingga sering diabaikan kualitasnya. Arsip sering diletakkan
di posisi yang kurang strategis bahkan terkesan diberikan tempat seadanya.
Bahkan orang-orang yang menangani arsip bukan orang professional yang
berlatarbelakang arsiparis. Menteri Asman menaruh perhatian yang sangat
besar terhadap pengelolaan kearsipan. Bahkan sejak tahun 2017, pemerintah
mencanangkan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA).
[153]
Gerakan ini merupakan upaya untuk membangun pemahaman bahwa arsip
dapat menjadi sumber informasi dan menjadi bukti otentik yang perlu dikelola
dan dilestarikan dengan baik. Arsip yang baik merupakan pilar kredibilitas dan
akuntabilitas suatu institusi. Oleh karena itu, pengelolaan dan pelestarian arsip
perlu dilakukan dengan konsisten dan baik agar jejak langkah institusi dalam
membangun kinerja dapat diabadikan, diwariskan serta dijadikan landasan
berpijak yang kuat untuk mewujudkan visinya.
Di era digital, perpustakaan tidak bisa lagi bangga dengan tumpukan koleksi
buku di raknya. Pencarian informasi dari para pengguna informasi mengalami
perubahan seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Untuk menghadapi
tantangan pengelolaan perpustakaan yang semakin besar menjadi salah satu
alasan Kementerian PANRB berupaya mewujudkan sebuah perpustakaan
“zaman now”.
Langkah ini menjadi bagian dari upaya melayani masyarakat sesuai tuntutan dan
kebutuhan saat ini. Dengan thematic digital library, perpustakaan Kementerian
PANRB bertransformasi ke rupa digital. Baik dalam business process, digitalisasi
koleksi sampai pada perubahan pola pikir SDM pengelolanya.
K E M E N T E R I A N P A N R B P E N GGERAK UTAMA REFORMASI BIROKRASI
Perpustakaan tematik digital ini juga menjadi bagian dari upaya Kementerian
PANRB menyediakan sumber referensi di bidang pendayagunaan aparatur
negara dan reformasi birokrasi di masa mendatang. Lewat perpustakaan ini,
Kementerian PANRB berkomitmen memperkuat bahan pustaka yang bersumber
dari konten lokal.
Kerja sama yang dijalin antara Kementerian PANRB dan Perpusnas RI antara
lain terkait Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pangkalan
data Katalog Induk Nasional (KIN) dan repository digital, Indonesia One Search
(IOS), serta pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan.
Selain itu, kedua pihak juga menjalin kerja sama untuk mengadakan pertemuan
[154] ilmiah, penelitian, dan publikasi bersama dalam bidang perpustakaan,
penghimpunan dan pelestarian karya cetak karya rekam (KCKR), serta
perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional.
Tak hanya di lingkup kepustakaan, kerja sama juga dilakukan pada bidang
pengembangan reformasi birokrasi, akuntabilitas dan pengawasan,
kelembagaan dan tata laksana, sumber daya manusia aparatur, serta pelayanan
publik.
[155]
Pemerintahan Perlu Inovasi
“Mudah mudahan apa yang telah dibuat oleh Pak Menteri beserta tim dapat
ditularkan kepada kementerian dan lembaga lainnya. Karena terobosan
ini sangat bagus dan bermanfaat,” ujarnya saat menghadiri launching
e-government Kementerian PANRB. Menko mengingatkan Menteri Asman
agar tidak pernah berhenti berinovasi dan berkreasi, karena dinamika selalu
ada mengikuti perkembangan zaman. Dalam menjalankan roda pemerintahan,
aparatur negara memerlukan inovasi.
[156]