Anda di halaman 1dari 75

Modul UD Tk.

I dan UPKP BPOM RI

MODUL 8
REFORMASI BIROKRASI

Reviewer:
Dr. Endry Boeriswati, M. Pd.

MATERI UJIAN DINAS DAN


UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP)
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) BADAN POM RI
2015

Reformasi Birokrasi 8. 0
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Modul 8
REFORMASI BIROKRASI

A. Pendahuluan
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi
birokrasi merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional.
Di samping itu reformasi birokrasi dilakukan dengan tujuan untuk
menyelaraskan birokrasi pemerintahan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis, agar sesuai dengan
dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu perlu ada perubahan sistem birokrasi
pemerintahan secara mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi
merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Pentingnya melakukan reformasi birokrasi agar tidak termarginalkan dalam persaingan
global.

B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas tentang Reformasi Birokrasi, Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online, dan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
di Badan POM.

C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan dapat
memahami pentingnya Reformasi Birokrasi dan melaksanakan kegiatan dalam rangka
Reformasi Birokrasi.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mempelajari modul ini, para peserta mampu:
1) Menjelaskan pengertian dantujuan Reformasi Birokrasi.

Reformasi Birokrasi 8. 1
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

2) Memahami Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online.


3) Menjelaskan proses pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Badan POM.

E. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 3 (tiga)kegiatan belajar, yaitu:
1) Reformasi Birokrasi.
2) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online.
3) Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan POM.

F. Uraian Materi
Kegiatan Belajar 1:
REFORMASI BIROKRASI
1. Pendahuluan
Sebelum membahas tujuan dan pelaksanaan reformasi birokrasi, maka kita
akan memahami terlebih dahulu latar belakang mengapa Indonesia melakukan
reformasi birokrasi. Reformasi merupakan suatu perubahan yang tidak terjadi begitu
saja tetapi ada penyebab yang sangat fondamen dari struktur yang selama ini ada.
Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan rakyat.
Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan pokok
dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan
atau kebiasaan yang sudah lama. Ruang lingkup reformasi birokrasi tidak hanya
terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat
struktur dan sikap serta tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan permasalahan yang
bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan.
Perubahan dalam hal ini bertujuan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan
dari sesuatu yang dianggap kurang atau tidak baik tanpa melakukan perusakan-
perusakan pranata yang sudah ada. Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang
bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan
seluruh perlengkapannya dalam berbagai kompleksitas manusia didalam masyarakat.
Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya
memberikanperubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik.
Reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi
publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan
tujuan pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change,
improvement, atau modernization. Dari pengertian ini, maka reformasi ruang

Reformasi Birokrasi 8. 2
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan
perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah yang
akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara
efektif dan efisien.
Mengapa Indonesia melakukan Reformasi Birokrasi? Untuk menjawab
pertanyaan ini maka kita perlu mengaji ulang kinerja Birokrasi sebelum ada reformasi.
Seperti yang kita ketahui kinerja birokrasi Indonesia dapat dikatakan dalam kondisi
sakit atau kurang sehat secara organisasi. Maraknya praktik Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) yang mengrongrong kewibawaan pemerintah dalam membentuk
pemerintahan yang bersih ternyata masih jauh dari realitas. Di samping itu, krisis
ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, pada tahun 1998 telahberkembang
menjadi krisis multidimensi yang mengakibatkan adanya tuntutan kuatdari segenap
lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera melaksanakan reformasi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi ini dapat terjadi
karena adanya desakan dari internal dan eksternal. Desakan tersebut dapat
digambarkan seperti tabel 8. 1.

Tabel 8. 1. Latar Belakang Reformasi Birokrasi


Aspek Permasalahan
Peraturan Perundang-undangan di bidang Tumpang tindih, tidak sesuai dengan
aparatur negara kondisi saat ini

Pola pikir (mind set) dan budaya kerja Belum sepenuhnya mendukung birokrasi
(culture-set) birokrasi yang profesional

Praktik manajemen SDM Belum optimal meningkatkan profesional


Distribusi PNS Belum merata dan profesional secara
geografis

Fungsi dan kewenangan antarinstansi Tumpang tindih, berbenturan, terlalu


pemerintah besar

Sistem pengawasan internal Belum mampu berperan sebagai quality


assurance

KKN Masih tinggi pada semua sektor

Kualitas pelayanan publik Masih belum memenuhi harapan publik

Sistem monitoring, evaluasi, dan penilaian Belum dibangun dengan baik

Reformasi Birokrasi 8. 3
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Sejak itu, dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan
birokrasi, yang dikenal sebagai reformasi gelombang pertama. Dalam perkembangan
pelaksanaan reformasi gelombang pertama, reformasi di bidangbirokrasi mengalami
ketertinggalan dibanding reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Oleh karena
itu, pada tahun 2004, pemerintah telah menegaskan kembali akan pentingnya
penerapan prinsip-prinsip clean government dan good governance yang secara
universal diyakinimenjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat.
Program utama yang dilakukan pemerintah adalah membangun aparatur negara
melalui penerapan Reformasi Birokrasi. Dengan demikian, Reformasi Birokrasi
gelombang pertama pada dasarnya secara bertahap mulai dilaksanakan pada tahun
2004. Reformasi gelombang kedua bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari
dampak dan ekor krisisyang terjadi 10 (sepuluh tahun) yang lalu. Pada tahun 2025,
Indonesia diharapkan berada pada fase yangbenar-benar bergerak menuju negara
maju. Kedua gelombang ini memiliki penekan yang berbeda. Hal ini dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. 2. Perbandingan Reformasi Birokrasi


Gelombang I dan Gelombang II

Reformasi Birokrasi 8. 4
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Untuk melakukan reformasi birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi


birokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi prioritas utama. Reformasi birokrasi
juga diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 20102025 dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2010 2014, dijelaskanbahwa program penataan organisasi bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi danefektivitas kelembagaan pemerintah pusat dan daerah
secara proporsional sesuaidengan kebutuhan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan,
sehingga organisasibirokrasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran. Dengan target
yang ingin dicapaimelalui program ini adalah untuk menurunnya tumpang tindih
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi antar organisasi perangkat daerah dan
meningkatnya kapasitaskelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
organisasi perangkatdaerah.
Grand Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk untuk kurun waktu
2010-2025 yang berisi langkah-langkah umum penataan organisasi, penataan tata
laksana, penataan manajemen sumber daya manusia aparatur, penguatan sistem
pengawasan intern, penguatan akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik
dan pemberantasan praktek KKN. Grand Design ini sebagai instrumen yang
menghubungkan antara arah kebijakan reformasi birokrasi sebagaimana dinyatakan
dalam RPJP 2005 2025 dengan langkah-langkah operasionalnya, utamanya periode
2010 2014. Ini menjadi kerangka dasar dalam menyusun langkah-langkah yang lebih
rinci (roadmap) reformasi birokrasi selama periode lima tahunan secara nasional.
Grand Design Reformasi Birokrasi dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini.

Reformasi Birokrasi 8. 5
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Bagan 8. 1. Grand Design Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 2025 dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010 2014, dijelaskan bahwa program penataan
organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan
pemerintah pusat dan daerah secara proporsional sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, sehingga organisasi birokrasi menjadi tepat
fungsi dan tepat ukuran.
Upaya atau proses Reformasi Birokrasi yang dilakukan BPOM merupakan
pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Pola pikir pelaksanaan Reformasi Birokrasi
sebagaimana pada bagan 8. 2. di bawah ini:

Reformasi Birokrasi 8. 6
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Bagan 8. 2. Pola Pikir Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

POLA PIKIR DAN BUDAYA KERJA PENGUNGKIT HASIL

MENINGKATNYA KAPASITAS
PENGAWASAN INTERNAL
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN

DAN AKUNTABILITAS
KINERJA BIROKRASI
YANG BERSIH

PELAYANAN PUBLIK
DAN BEBAS
ORGANISASI KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME

TATA
SDM
LAKSANA
MENINGKAT-
NYA
AKUNTABILITAS KINERJA KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

INOVASI & PEMBELAJARAN

Dengan upaya tersebut, Pada tahun 2014 BPOM diharapkan sudah berhasil
mencapai penguatan dalam hal:
1) Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2) Kualitas pelayanan publik.
3) Kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
4) Profesionalisme SDM Aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan
promosiaparatur yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu mendorong
mobilitas aparatur antardaerah, antarpusat, dan antara pusat dengan daerah, serta
memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.

Reformasi Birokrasi 8. 7
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Bagan 8. 3. Garis Besar Tahapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Pada tahun 2019, diharapkan dapat terwujud kualitas penyelenggaraan


pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu,
diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan publik sesuai dengan harapan
masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang semakin maju dan mampu bersaing
dalam dinamika global yang semakin ketat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi semakin baik, SDM Aparatur semakin profesional, dan mindset serta
cultureset yang mencerminkan integritas dan kinerja semakin tinggi.

Reformasi Birokrasi 8. 8
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Pada tahun 2025, diharapkan telah terwujud tata pemerintahan yang baik
denganbirokrasi pemerintah yang profesional, berintegritas tinggi, serta menjadi
pelayan masyarakatdan abdi negara.
Kondisi di atas dapat dikemukakan pada bagan berikut.

Bagan 8. 4. Kondisi Birokrasi yang Diinginkan

2. Grand Design Reformasi Birokrasi


Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, mengacu Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Grand Design Reformasi Birokrasi
adalah rancangan induk yang berisi arah kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Nasional untuk kurun waktu 2010-2025. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
dapat diubah sesuai dengan perkembangan oleh Komite Pengarah Reformasi
Birokrasi Nasional yang penetapannya dilakukan dengan Peraturan Presiden.

a. Tujuan Grand Design Reformasi Birokrasi


Grand Design Reformasi Birokrasi bertujuan untuk memberikan arah kebijakan
pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional selama kurun waktu 2010-2025 agar
Reformasi Birokrasidi Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda)
dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan
berkelanjutan. Kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi meliputi visi pembangunan
nasional, arah kebijakan Reformasi Birokrasi, visi, misi, tujuan, dan sasaran Reformasi
Birokrasi.

Reformasi Birokrasi 8. 9
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b. Visi Pembangunan Nasional


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, visipembangunan nasional
adalah INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR.

c. Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi


Arah kebijakan Reformasi Birokrasi adalah:
1) Pembangunan aparatur negara dilakukan melalui Reformasi Birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, baikdi pusat maupun di daerah agar mampu mendukung
keberhasilan pembangunan dibidang lainnya (Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional 2005-2025).
2) Kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur diarahkan pada perbaikan
tata kelola pemerintahan yang baik melalui pemantapan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Mengengah Nasional 2010-2014).

d. Visi Reformasi Birokrasi


Visi Reformasi Birokrasi adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia. Visi
tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu
pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu
menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen
pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-21
melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

e. Misi Reformasi Birokrasi


Reformasi birokrasi memiliki beberapa misi sebagai berikut:
1) Membentuk/menyempurnakan peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
2) Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tata laksana, manajemen Sumber
Daya Manusia (SDM) Aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan
publik, pola pikir (mind set), dan BudayaKerja (culture set).
3) Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif.
4) Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.

Reformasi Birokrasi 8. 10
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

f. Tujuan Reformasi Birokrasi


Reformasi Birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
Area perubahan yang menjadi tujuan Reformasi Birokrasi meliputi seluruh
aspek manajemen pemerintahan, seperti yang dikemukakan pada gambar berikut.

Tabel 8. 3. Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan

Bila dipetakan masing-masing area perubahan memiliki keterkaitan dengan


tujuan Reformasi Birokrasi. Hal ini dapat dilihat pada ganbar bawah ini.

Reformasi Birokrasi 8. 11
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Tabel 8. 4 Tujuan Reformasi Birokrasi

g. Sasaran Reformasi Birokrasi


Sasaran Reformasi Birokrasi adalah:
1) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat.
3) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

h. Prinsip-prinsip Reformasi Birokrasi


Beberapa prinsip dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi sebagai berikut:
1) Outcomes oriented
Seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam kaitan dengan Reformasi
Birokrasi harus dapat mencapai hasil (outcomes) yang mengarah pada
peningkatan kualitas kelembagaan, tata laksana, peraturan perundang-undangan,
manajemen SDM Aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik,
perubahan pola pikir (mind set), dan budaya kerja (culture set) aparatur. Kondisi ini
diharapkan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan membawa
pemerintahan Indonesia menuju pada pemerintahan kelas dunia.

Reformasi Birokrasi 8. 12
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

2) Terukur
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented
harus dilakukan secara terukur dan jelas target serta waktu pencapaiannya.
3) Efisien
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented
harus memperhatikan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efisien dan
profesional.
4) Efektif
Reformasi Birokrasi harus dilaksanakan secara efektif sesuai dengan target
pencapaian sasaran Reformasi Birokrasi.
5) Realistik
Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan program ditentukan secara
realistik dan dapat dicapai secara optimal.
6) Konsisten
Reformasi Birokrasi harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, dan
mencakup seluruh tingkatan pemerintahan, termasuk individu pegawai.
7) Sinergi
Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara sinergi. Satu tahapan
kegiatan harus memberikan dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu
program harus memberikan dampak positif bagi program lainnya. Kegiatan yang
dilakukan satu instansi pemerintah harus memperhatikan keterkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya, dan harus menghindari
adanya tumpang tindih antar kegiatan di setiap instansi.
8) Inovatif
Reformasi Birokrasi memberikan ruang gerak yang luas bagi K/L dan Pemda
untuk melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran
pengetahuan, dan best practices untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
9) Kepatuhan
Reformasi birokrasi harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
10) Dimonitor
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi harus dimonitor secara melembaga untuk
memastikan semua tahapan dilalui dengan baik, target dicapai sesuai dengan
rencana, dan penyimpangan segera dapat diketahui dan dapat dilakukan
perbaikan.

Reformasi Birokrasi 8. 13
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

i. Strategi Pelaksanaan
Langkah-langkah strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi meliputi tingkat
pelaksanaan, pelaksana, program, dan metode pelaksanaan. Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dilakukan melalui 3 (tiga) tingkat pelaksanaan, sebagaimana dijelaskan pada
tabel di bawah ini.

Tabel 8. 5. Tingkat Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Tingkat Pelaksanaan Keterangan


Nasional Makro Menyangkut penyempurnaan regulasi nasional yang
terkait dengan upaya pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Meso Menjalankan fungsi manajerial, yakni menerjemahkan
kebijakan makro dan mengkoordinir (mendorong dan
mengawal) pelaksanaan Reformasi Birokrasi di tingkat
K/L dan Pemda.
Tingkat Pelaksanaan Keterangan
Kementerian/ Mikro Menyangkut implementasi kebijakan/ program Reformasi
Lembaga/ Birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional yang
Pemda menjadi bagian dari upaya percepatan Reformasi
Birokrasi pada masing-masing K/L dan Pemda.

Sementara itu, pelaksanaan refformasi dapat dikemjkakan dalam gambar


berikut.

Bagan 8. 4. Pengorganisasian Reformasi Birokrasi

Reformasi Birokrasi 8. 14
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Peran Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional antara lain mengarahkan


kebijakan, strategi, dan standar bagi pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan kinerja
operasi birokrasi. Peran Tim Reformasi Birokrasi Nasional antara lain merumuskan
kebijakan dan strategi operasional Reformasi Birokrasi. Ketua Tim Reformasi Birokrasi
Nasional bertanggung jawab kepada Ketua Komite Pengarah Reformasi Birokrasi
Nasional. Tim Reformasi Birokrasi Nasional dibantu oleh Unit Pengelola Reformasi
Birokrasi Nasional.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim Independen.
Sementara itu, Tim Quality Assurance bertugas dalam memastikan pelaksanaan
Reformasi Birokrasi. Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Independen dan Tim Quality
Assurance bertanggung jawab kepada Ketua Komite Pengarah Reformasi Birokrasi
yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Ketua Tim Reformasi
Birokrasi Nasional.
Tim Reformasi Birokrasi K/L dan Pemda berperan sebagai penggerak,
pelaksana dan pengawal pelaksanaan Reformasi Birokrasi di masing-masing K/L dan
Pemda. Pengorganisasian pelaksana Reformasi Birokrasi dapat digambarkan dalam
tabel di bawah ini.

Tabel 8. 6. Pelaksana Reformasi Birokrasi

Tingkat Pelaksanaan Penanggung jawab/Pelaksana


Nasional Makro Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
Tim Reformasi Birokrasi Nasional
Meso Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional
Tim Independen
Tim Quality Assurance
Instansional Mikro Tim Reformasi Birokrasi K/L/Pemda
(Kementerian/
Lembaga/Pemda)

Strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi dilakukan melalui program-program


yang berorientasi pada hasil (outcomes oriented program). Program-program tersebut
dilaksanakan sesuai dengan tingkat pelaksanaannya sebagaimana tercantum pada
tabel di bawah ini.

Reformasi Birokrasi 8. 15
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Tabel 8. 7. Perbandingan Program Antar Tingkat Pelaksanaan

Program Untuk Tingkat Program Untuk Tingkat


Program Untuk
Meso Program Untuk Meso Program Untuk
Tingkat Makro
Tingkat Mikro Tingkat Mikro
a. Penataan Organisasi a. Manajemen Perubahan. a. Manajemen Perubahan
b. Penataan Tata b. Konsultasi dan b. Penataan Peraturan
Laksana Asistensi. c. Perundang-undangan
c. Penataan Sistem c. Monitoring, Evaluasi, d. Penataan dan Penguatan
d. Manajemen SDM dan Pelaporan. Organisasi
Aparatur e. Penataan Tata Laksana
e. Penguatan f. Penataan Sistem
Pengawasan Manajemen SDM
f. Penguatan Aparatur
Akuntabilitas Kinerja g. Penguatan Pengawasan
g. Peningkatan h. Penguatan Akuntabilitas
Kualitas Kinerja
h. Pelayanan Publik i. Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
j. Monitoring, Evaluasi, dan
Pelaporan

3. Road Map Reformasi Birokrasi


Pelaksanaan operasional Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025,
dituangkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun
sekali oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(MenPANRB). Road MapReformasi Birokrasi adalah bentuk operasionalisasi Grand
Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali
dan merupakan rencana rinci pelaksanaan Reformasi Birokrasi dari 1 (satu) tahapan
ke tahapan selanjutnya selama 5 (lima) tahun dengan sasaran per tahun yang jelas.
Sasaran tahunpertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun berikutnya,
begitupunsasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada sasaran tahun sebelumnya.
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan dengan Peraturan MenPANRB
Nomor 20 Tahun 2010.
Road Map Reformasi Birokrasi yang disusun dan dilaksanakan setiap 5 (lima)
tahun sekalibertujuan untuk memberikan arah pelaksanaan Reformasi Birokrasi di K/L
dan Pemda agarberjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi,
melembaga, dan berkelanjutan.

Reformasi Birokrasi 8. 16
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

4. Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi


Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM melaksanakan
reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB
2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan BPOM merupakan pengungkit
dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola
pikir pelaksanaan RB sebagaimana dambar di bawah ini:

Bagan 8. 5. Pola Pikir Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

PENGUNGKIT HASIL
POLA PIKIR DAN BUDAYA KERJA

MENINGKATNYA KAPASITAS
PENGAWASAN INTERNAL
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN

DAN AKUNTABILITAS
KINERJA BIROKRASI
YANG BERSIH

PELAYANAN PUBLIK
DAN BEBAS
ORGANISASI KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME

TATA
SDM
LAKSANA
MENINGKAT-
NYA
AKUNTABILITAS KINERJA KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN

INOVASI & PEMBELAJARAN

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi


Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal atau
UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk mendukung pengawasan Obat
dan Makanan di wilayah perbatasan dengan negara lain dan daerah-daerah yang sulit
dijangkau dari ibukota provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran BB/Balai POM dan
Pos POM perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi,
kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan
lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan
dapat dilakukan secara lebih optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan
kajian, penataan, dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.

Reformasi Birokrasi 8. 17
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b. Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen
untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap
kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan
pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut
dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara
berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality
Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S
Quality System Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS
18001:2007; ISO 27001:2013 Information Security Management System; WHO Quality
System Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan
Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan
pengembangan (KNAPPP02:2007).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga
dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi di
lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional)
dan berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan
secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem
mutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM
tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar
pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum


Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi
landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun, Peraturan Perundang-
undangan yang ada selama inikurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan
Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di
bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus
berulang.
Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung pencapaian
tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada Kerangka Regulasi. Adanya
kerangka regulasi sebagai bagian tak terpisahkan dari kaidah pelaksanaan
RPJMN/RKP membuka peluang untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-
undangan dan meminimalkan ego sektoral. BPOM perlu mengambil kesempatan ini
dengan mengusulkan peraturan perundang-undangan yang akan masuk dalam

Reformasi Birokrasi 8. 18
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

prolegnas setiap tahunnya bersamaan dengan penyusunan rencana kerja. Selain itu
sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan
diratifikasi memberikan manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit
analysis. Sementara itu, terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu
dilakukan regulatory impact assessment. Kaitannya dengan pengawasan Obat dan
Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal
berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK
Bupati/Walikota.
Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas
untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu
lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan
peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk
Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.
Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan
hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun
persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser
pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area.
Upaya ini pun perlu diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian
negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja


Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, BPOM telah
mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
dengan baik, dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014
memperoleh nilai B.
Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi
kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Namun, BPOM
masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen
pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel.
Ke depan, untuk menjawab ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM
selaku institusi pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK.

Reformasi Birokrasi 8. 19
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya
pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan
efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM serta menghindari
tingkat penyalahgunaan wewenang.
Pengawasan yang dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan penanganan
gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan
pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan
kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang
dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan
pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP
dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant yang
melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan
dukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta berfokus pada
pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang
mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan
kerugian negara.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur


Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan
profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh sistem rekrutmen dan
promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk
jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai BPOM
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai
dilakukan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN serta promosi jabatan
dilakukan secara terbuka.
Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi yang
selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk
pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan

Reformasi Birokrasi 8. 20
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut
didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi
kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan
fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah menuntut
adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk
saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan
penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal
pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun.
Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah dibangun juga perlu
dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan kebijakanmanajemen SDM BPOM.

g. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan
konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya
kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM
telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran
atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan
pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur
pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka
pelaksanaan REFORMASI BIROKRASI.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk
mensosialisasikan REFORMASI BIROKRASI atau perubahan yang sedang dan akan
dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum
pembelajaran atau inovasi.
Berdasarkan kondisi obyektif capaian yang dipaparkan di atas, kapasitas
BPOM sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan
penataan dan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dukungan regulasi yang
dibutuhkan, terutama peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan
tugas pokok dan fungsinya agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik
dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih
ketat dalam menjaga keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan.

Reformasi Birokrasi 8. 21
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Kondisi lingkungan strategis dengan dinamika perubahan yang sangat cepat,


menuntut BPOM dapat melakukan evaluasi dan mampu beradaptasi dalam
pelaksanaan peran-perannya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan
etos tersebut, BPOM diharapkan mampu menjadi katalisator yang pada akhirnya
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan
kesehatan nasional. Untuk itu, ada 3 (tiga) isu strategis dari permasalahan pokok yang
dihadapi BPOM sesuai dengan peran dan kewenangannya agar lebih optimal, yaitu:
a) Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,
b) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian
pelaku usaha Obat dan Makanan, serta peningkatan kemitraan dengan berbagai
pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat,
c) Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM.
Dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal sesuai dengan
peran dan kewenangan BPOM sebagai lembaga yang mengawasi Obat dan Makanan,
maka diusulkan penguatan peran dan kewenangan BPOM sesuai dengan bisnis
proses BPOM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada gambar dan tabel di
bawah ini:

Bagan 8. 5. Peta Bisnis Proses Utama BPOM


sesuai Peran dan Kewenangan

Reformasi Birokrasi 8. 22
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Bagan 8. 6. Penjabaran Bisnis Proses Utama


kepada Kegiatan Utama BPOM

Dalam melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal, BPOM telah


melakukan penguatan perannya. Pengauatan peran BPOM tahun 2015-2019 dapat
dikemukakan dalam tabel berikut.

Tabel 8. 8. Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019

Penguatan Sistem Penyusunan Kebijakan Teknis Pengawasan Obat dan


Pengawasan Obat Makanan (NSPK)
dan Makanan Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan
Obat dan Makanan
Penilaian Obat dan Makanan sesuai standar
Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan
sesuai standar
Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan
sesuai standar
Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan
Makanan
Penyidikan dan penegakan hokum

Kerjasama, Mendorong kemitraan dan kemandirian pelaku usaha


Komunikasi, melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik
Informasi dan termasuk peringatan publik
Edukasi Publik Pengelolaan data dan informasi Obat dan Makanan
Menentukan peta zona rawan peredaran Obat dan
Makanan yang tidak sesuai dengan standar
Penyebaran informasi bahaya obat dan makanan yang
tidak memenuhi standard

Reformasi Birokrasi 8. 23
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Kegiatan Belajar 2:
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SECARA ONLINE
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Online
merupakan sebuah instrumen bantu berupa aplikasi teknologi informasi (TI) berbasis
Web. PMPRB Online akan mempercepat proses Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh masingmasing K/L dan Pemda dalam hal
Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Evaluasi Data, dan Monitoring serta
memudahkan proses saling belajar (bench learning) secara real time online.
Untuk memudahkan dalam penggunaan PMPRB online, dibuatlah sebuah buku
petunjuk teknis sebagai acuan bagi seluruh pengguna PMPRB Online. Buku Petunjuk
Teknis PMPRB online ini dirancang sedemikian rupa, agar lebih mudah dan cepat
untuk dipahami. Di dalam Buku Petunjuk akan banyak ditemui cuplikan gambar
(screenshots) dari aplikasi dan diharapkan dengan cuplikan gambar ini, pengguna
akan lebih cepat memahami penggunaan instrumen PMPRB.

b. Maksud dan Tujuan


Maksud dari Petunjuk Teknis Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi secara Online adalah panduan yang digunakan oleh kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi/Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN), dan Tim Quality
Assurance (TQA). Sedangkan tujuannya, adalah untuk:
a) memudahkan dan meningkatkan efektifitas serta efisiensi implementasi,
sebagaimana termuat dalam Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi Instansi Pemerintah;
b) dijadikan sebagai dasar menilai kesiapan, monitoring, dan evaluasi serta
penjaminan kualitas.

c. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis PMPRB secara online meliputi mekanisme pengoperasian,
pengelolaan dan penyajian informasi, dan proses pencapaian tujuan dan sasaran
reformasi birokrasi.

Reformasi Birokrasi 8. 24
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

d. Pengertian Umum
1) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model
penilaian mandiri yang digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta
analisis yang menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja
instansi pemerintah.
2) Online adalah bila suatu sistem terkoneksi/terhubung dengan internet.
3) PMPRB Online merupakan sebuah instrumen bantu berupa aplikasi teknologi
informasi (TI) berbasis Web untuk kemudahan Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi.
4) Assessor adalah seseorang yang memahami prosedur pelaksanaan penilaian, dan
telah mengikuti pelatihan assessor.

2. Tata Cara Dan Mekanisme Pelaksanaan Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi


Secara On-Line
a. Pendahuluan
Petunjuk Teknis PMPRB secara Online adalah panduan yang digunakan oleh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi/Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN)
dan Tim Quality Assurance (TQA). Petunjuk Teknis PMPRB secara Online, digunakan
oleh:
1) Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk melakukan penilaian kesiapan
dan kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri.
2) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/UPRBN
untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi, pengelolaan data
dan informasi dalam rangka penyusunan profil pelaksanaan reformasi birokrasi
baik pada tingkat instansional kementerian/lembaga, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten dan pemerintah kota maupun profil keseluruhan
kementerian/lembaga, pemerintah daerah dan profil nasional serta pelaporan
kepada Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN).
3) TQA untuk melakukan penjaminan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi pada
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah tertentu sesuai penugasan dari
KPRBN dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN).

Reformasi Birokrasi 8. 25
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b. Infrastruktur PMPRB Online


PMPRB secara Online memanfaatkan teknologi Aplikasi Web-Based sehingga
dalam implementasinya tidak diperlukan instalasi oleh pihak pengguna. Pengguna dan
server dihubungkan dengan jaringan internet yang sudah tersedia di seluruh Indonesia.
Pengguna dapat menggunakan PC/Laptop/Tablet yang telah memiliki Browser seperti
Firefox, Internet Explorer (IE), Google Chrome maupun lainnya dan koneksi Internet.
Dengan aplikasi Web-Based, pengguna dapat menggunakan PC/Laptop/Tablet
dengan Operating System (OS) seperti Windows, Linux, Mac,. Android.
Server PMPRB Online memanfaatkan Operating System Open Source Linux
dan engine database Open Source PostgreSQL. Server ini beserta penunjang sistem
dan jaringannya dikelola oleh Kementerian PAN dan RB. Infrastruktur dari PMPRB
Online dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 8. 1. Infrastruktur PMPRB Online

c. Proses pada PMPRB Online


Proses yang terjadi pada aplikasi PMPRB Online adalah sebagai berikut :
1) Server yang menyimpan database terletak di PMPRB Resource Center dan
terhubung ke jaringan internet.
2) K/L dan Pemda menggunakan PC/Laptop/Tablet yang terhubung dengan jaringan
internet, mengakses aplikasi PMPRB Online melalui browser seperti Firefox, IE,
Google Chrome.
3) K/L dan Pemda melakukan pengisian Penilaian Mandiri yang selanjutnya data
tersebut akan terkirim ke Database pusat.

Reformasi Birokrasi 8. 26
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

4) Dari data hasil penilaian pelaksanaan RB oleh seluruh K/L dan Pemda, akan
diperoleh informasi mengenai daftar K/L dan Pemda yang telah mengirimkan
PMPRB nya secara online.
5) Kementerian PAN dan RB c. q. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas
Aparatur, dan Pengawasan, berperan sebagai Admin MENPANRB yang berfungsi
melakukan Pengelolaan Data, Penilaian, Monitoring dan Evaluasi serta pembuatan
Profil Pelaksanaan Reformasi Birokrasi baik di tingkat nasional.
Proses pada PMPRB Online, dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 8. 2. Prose pada PMPRB Online

d. Diagram Alur Proses PMPRB Online

Reformasi Birokrasi 8. 27
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Gambar 8. 3. Panduan Mengisi PMPRB Online

1) Kementerian PANRB melalui Admin MENPANRB akan memberikan ID dengan


kata sandi kepada Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Inspektur Daerah/Inspektur
dan Sekjen/Sesmen Sestama/ Sekda di setiap K/L/Pemda untuk dapat masuk ke
dalam aplikasi PMPRB.
2) Setelah masuk aplikasi, diharuskan untuk memperbarui data profil sebelum
melakukan penilaian.
3) Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Inspektur Daerah/Inspektur bertugas untuk
mengkoordinasikan penilaian dan menginput data hasil PMPRB ke dalam aplikasi
PMPRB online. (Agar penilaian mencerminkan penilaian instansi secara
keseluruhan instansi, maka perlu dibentuk tim asesor dari berbagai unsur unit kerja
yang melakukan penilaian bersama di bawah koordinasi Inspektur
Jenderal/Inspektur Utama/Inspektur Daerah/Inspektur di masing-masing instansi.
Hasil penilaian tim diinput dan disampaikan kepada Sekjen/Sesmen
Sestama/Sekda secara online dengan menekan tombol "Kirim Penilaian" di daftar
penilaian.
4) Sekjen/Sesmen/Sestama/Sekda bertugas untuk memeriksa hasil penilaian yang
telah dikirim Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Inspektur Daerah/Inspektur
sebelum dikirim ke Kementerian PAN dan RB secara online. Apabila dirasa ada
kekurangan atau perlu perbaikan di dalam penilaian tersebut, Sekjen/Sesmen

Reformasi Birokrasi 8. 28
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Sestama/Sekda dapat mengirimkan kembali penilain tersebut kepada Inspektur


Jenderal/Inspektur Utama/Inspektur Daerah/Inspektur untuk diperbaiki kembali.
Apabila hasil PMPRB yang disampaikan oeh Inspektur Jenderal/Inspektur
Utama/Inspektur Daerah/Inspektur dirasakan sudah memadai, maka
Sekjen/Sesmen Sestama/Sekda mensubmit hasil PMPRB ke Kementerian PAN
dan RB.
5) Setiap penilaian yang telah dikirim oleh Setjen/Sesmen/Sestama/Sekda ke
Kementerian PANRB akan segera diperiksa dan dievaluasi oleh tim evaluator.
6) Selesai.

e. Memulai Aplikasi PMPRB Online


1) Persiapan Awal
Untuk dapat menggunakan PMPRB Online, perlu dipersiapkan hal berikut :
1) Sebuah PC/Laptop/Tablet.
2) Koneksi dengan Internet.
3) OS Komputer : Windows, Linux, MacOs, Android atau yang lain.
4) Browser/Perambah: Firefox, Internet Explorer (IE), Google Chrome, Safari atau
yang lain.
5) PC/Laptop/Tablet yang digunakan tidak ada spesifikasi khusus, hanya disarankan
resolusi layar minimal adalah : 1200 X 768 pixel, untuk kemudahan pemakaian
aplikasi.

2) Menjalankan Aplikasi
Untuk menjalankan aplikasi PMPRB Online caranya:
1) Buka Browser.
2) Ketik alamat situs berikut : http://pmprb. menpan. go. id lalu klik <ENTER>

Gambar 8. 4. Alamat Situs http://pmprb. menpan. go. id

Reformasi Birokrasi 8. 29
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

f. Langkah-Langkah Penggunaan Aplikasi PMPRB :


1) Masuk aplikasi:

Gambar 8. 5. Halaman Awal Aplikasi PMPRB

Untuk memasuki aplikasi PMPRB, gunakan ID pengguna dan kata Sandi yang
didapatkan dari Admin MENPANRB.

2) Halaman beranda aplikasi PMPRB


Setelah melalui proses login aplikasi, layar yang akan terlihat adalah sebagaimana
di bawah ini.

Gambar 8. 6. Halaman Beranda PMPRB Online

Di bagian atas, setelah SELAMAT DATANG, pada posisi awal belum ada nama
pengguna. Jika sudah penilaian mulai diisi, maka akan muncul nama pengguna
(Inspektur). Di sisi sebelah kiri layar adalah menu untuk masuk ke proses
selanjutnya, sedangkan di sisi sebelah kanan terdapat dua tabel. Tabel pertama

Reformasi Birokrasi 8. 30
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

menunjukkan hasil penilaian terhadap Proses, sedangkan tabel kedua


menunjukkan hasil penilaian Hasil. Posisi awal adalah B. a singkatan dari belum
ada penilaian (belum dilakukan penilaian). Jika penilaian sudah dilakukan, B. a
akan berubah sesuai dengan progres penilaian yang sudah diinputkan. Di sisi
bagian bawah sebelah kanan, terdapat peringatan agar pengguna mengisi
identitas, sebelum melanjutkan ke penilaian. Penilaian tidak dapat dilanjutkan jika
identitas belum dilengkapi. Pengisian identitas dapat dilakukan dengan mengklik
Identitas pada menu atau klik pada.

3) Menu Identitas
Layar yang akan terlihat untuk menu identitas adalah sebagai berikut:

Gambar 8. 7. Menu Identitas PMPRB Online

Tampilan untuk menu ubah identitas adalah sebagai berikut:

Reformasi Birokrasi 8. 31
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Gambar 8. 8. Tampilan Menu Ubah Identitas PMPRB Online

Isilah profil, karena proses selanjutnya tidak dapat dilakukan jika profil belum
lengkap.
Tampilan untuk menu ubah sandi adalah sebagai berikut:

Gambar 8. 9. tampilan Menu Ubah Sandi PMPRB Online

4) Menu Penilaian
Menu penilaian hanya bisa diproses jika identitas sudah terisi lengkap. Untuk
masuk ke menu penilaian, klik menu PENILAIAN yang terletak di sisi sebelah kiri
atau klik INPUT PENILAIAN di bagian paling bawah.
Layar yang akan terlihat adalah sebagai berikut:

Gambar 8. 10. Tampilan Input Penilaian PMPRB Online

Reformasi Birokrasi 8. 32
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Gambar 8. 11. Prose PMPRB Online

5) Penilaian Proses

Gambar 8. 12. Tampilan Layar Pascamasuk Penilaian PMPRB Online

Reformasi Birokrasi 8. 33
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Setelah membuka halaman yang berisi pertanyaan untuk Penilaian Proses. Anda
akan menemui beberapa tombol untuk 8 program Reformasi. Birokrasi. Jika
penilaian baru akan dimulai, maka tab folder berwarna abuabu. Jika penilaian suda
dimulai dan belum selesai, maka tab folder berwarna merah. Dan jika penilaian
sudah selesai dilakukan, maka tab folder akan berwarna merah.

Gambar 8. 13. Tampilan Layar Penilaian PMPRB Online

Setelah seluruh pertanyaan terjawab sesuai dengan kondisi yang sebenarnya,


pada bagian bawah terdapat tombol SIMPAN. Klik tombol ini untuk mengakhiri
setiap proses penilaian. Perubahan dapat dilakukan setiap saat kecuali jika sudah
dikirim Kementerian PAN dan RB. Prosedur penilaian yang sama berlaku untuk
indikator lainnya.

6) Penilaian Hasil

Reformasi Birokrasi 8. 34
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Gambar 8. 14. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Halaman ini berisi 3 sasaran reformasi birokrasi sebagai representasi dari


Penilaian Hasil. Prosedur penilaian dilakukan sama seperti menilai proses, dan
diakhir dengan mengklik tombol simpan.

7) Progres Penilaian

Selanjutnya akan terlihat tampilan layar sebagai contoh berikut:

Gambar 8. 15. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Reformasi Birokrasi 8. 35
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Tampilan layar ini merupakan preview penilaian dengan nilainya yang telah
diinputkan sebelumnya. Pada kolom opsi penilaian, terdapat 4 menu:
1) Penilaian Lengkap, untuk melihat detail pengisian evaluasi PMPRB.
2) Penilaian Komponen, untuk melihat hasil pengisian evaluasi PMPRB yang
dilengkapi dengan grafik
3) Input/Perbaiki, untuk mengubah jawaban pengisian evaluasi PMPRB.
4) Kirim Penilaian, untuk mengirim hasil pengisian evaluasi PMPRB ke
Setjen/Sesmen/Sestama/Sekda untuk ditindaklanjuti.

8) Penilaian Lengkap
Untuk melihat penilaian lengkap, klik , maka akan ditampilkan seluruh hasil
pengisian PMPRB dalam bentuk tabel lengkap beserta indikator dan jawaban yang
telah diisi.

9) Penilaian Komponen

Gambar 8. 16. Tampilan Layar Penilaian Komponen PMPRB Online

10) Input/Perbaiki

Reformasi Birokrasi 8. 36
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

11) Kirim hasil penilaian ke Sekretaris

Gambar 8. 17. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Dalam layar akan muncul peringatan, jika dipandang hasil penilaian sudah cukup
merepresentasikan profil reformasi birokrasi menurut pandangan para penilaian
yang dikoordinasikan oleh Inspektorat, maka dapat diklik tombol OK. Tampilan
layar setelah dikirim ke Sekretaris adalah sebagai berikut:

Gambar 8. 18. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Reformasi Birokrasi 8. 37
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Dari tampilan layar ini, pimpinan dapat melihat hasil penilaian dengan mengklik
dua tombol yang tersedia.

12) Kirim hasil ke Kementerian PAN dan RB


Hasil PMPRB dikirimkan oleh Sekretaris Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah sebagai ketua Pelaksanan Reformasi Birokrasi di instansinya masing-
masing secara online. Hal ini bisa dilakukan jika hasil PMPRB telah dikirim dari
Inspektorat Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Adapun prosedur
pengiriman adalah sebagai berikut:
a) Sekretaris Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah masuk ke dalam PMPRB
online dengan prosedur yang sama, yaitu mengisi ID dan Sandi yang telah
diberikan;
b) Klik Penilaian pada menu sebelah kiri, maka akan tampak tampilan layar
sebagai berikut:

Gambar 8. 19. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Untuk melihat penilaian lengkap dan penilaian komponen, tampilan layar


adalah sebagaimana pada butir 8 dan 9.
c) Jika ternyata hasil penilaian masih harus diperbaiki, maka Sekretaris
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dapat mengklik tombol.
Tampilan layar adalah sebagai berikut:

Reformasi Birokrasi 8. 38
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Gambar 8. 20. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Dalam layar akan terdapat peringatan, dan jika diklik OK, maka Inspektorat
harus memperbaiki hasil penilaian.
d) Jika hasil PMPRB dipandang telah merepresentasikan profil pelaksanaan
reformasi birokrasi di instansi, maka hasil PMPRB dapat dikirimkan ke
Kementerian PAN dan RB dengan mengklik. Tampilan layar akan terlihat
sebagai berikut:

Gambar 8. 21. Tampilan Layar Proses Penilaian PMPRB Online

Dalam layar akan terdapat peringatan dan jika diklik tombol OK, maka hasil
PMPRB sudah dipandang final dan tidak dapat dirubah lagi.

Reformasi Birokrasi 8. 39
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

g. Penyampaian Hasil PMPRB Online


Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah menyampaikan hasil penilaian
kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara online kepada Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/UPRBN minimal sekali
dalam setahun pada akhir bulan Maret untuk periode tahun sebelumnya.

h. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan


Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/
UPRBN memfasilitasi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam rangka
penerapan PMPRB melalui metode saling belajar dan tukar pengalaman dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi antar instansi pemerintah dalam dan/atau luar negeri
guna peningkatan kualitas
pelaksanaan reformasi birokrasi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Kegiatan Belajar 3:
PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BADAN POM
BPOM melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design RB 2010-2025. Proses RB yang dilakukan BPOM
merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan RB. Pelaksanaan RB di BPOM melalui serangkai proses, mulai dari
pengajuan dokumen, pembentukan tim, sampai pada pelaksanaan RB yang dimulai
pada tahun 2009.

1. Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Di Lingkungan Badan POM


Badan POM mengajukan usulan Reformasi Birokrasi pada tahun 2009 dan
tahun 2011.

2. Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi di Lingkungan Badan POM


Dalam melaksanakan Reformasi Birokrasi di Badan POM telah dibentuk Tim
Reformasi Birokrasi Badan POM yang telah beberapa kali diubah sebagai berikut:
a. Surat Keputusan yang pertama kali ditetapkan yaitu Surat Keputusan Kepala
Badan POM RI Nomor HK. 00. 06. 24. 3574a tanggal 16 September 2009 tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi Badan POM.
Secara keseluruhan Kepala Badan POM bertindak sebagai penanggung
jawab dari proses Reformasi Birokrasi di Badan POM.

Reformasi Birokrasi 8. 40
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Untuk memudahkan pelaksanaan dan penyelesaian program/kegiatan


Reformasi Birokrasi di Badan POM, dibentuk kelompok kerja (Pokja) sebanyak
13 (tiga belas) Pokja yaitu:
(1) Pokja I :Quick Wins-1 (Registrasi Obat dan Makanan CEPPATT).
(2) Pokja II :Quick Wins-2 (Transparansi Sertifikasi Produk Impor Obat
dan Makanan).
(3) Pokja III :Quick Wins-3 (Quick Respon Pengawasan Obat dan
Makanan yang Mengandung Bahan Berbahaya).
(4) Pokja IV :Penilaian Kinerja Organisasi.
(5) Pokja V : Postur Birokrasi 2025 dan Penataan Organisasi.
(6) Pokja VI : Manajemen Perubahan.
(7) Pokja VII : Penataan Sistem, Analisa Beban Kerja, dan Penataan
Tatalaksana.
(8) Pokja VIII : Penataan Sistem Manajemen SDM.
(9) Pokja IX : Penguatan Unit Organisasi.
(10) Pokja X : Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
(11) Pokja XI : Pengawasan Internal.
(12) Pokja XII : Pemantauan Implementasi RB.
(13) Pokja XIII : Promosi dan Komunikasi RB.

b. Surat Keputusan yang terakhir ditetapkan pada tahun 2012 yaitu Surat Keputusan
Kepala Badan POM RI Nomor HK. 04. 1. 24. 11. 12. 7154 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Tim Reformasi Birokrasi terdiri atas: 1) Tim Pengarah, 2) Tim Pelaksana, 3)
Pokja, dan 4) Tim PMPRB. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas
Tim Reformasi Birokrasi sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama,
dibentuk Sekretariat.
Tim Reformasi Birokrasi bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM.
Pokja yang diatur dalam Keputusan ini terdiri dari 7 (tujuh) Pokja, yaitu:
(1) Pokja I : Bidang Penataan Organisasi dan Tata Laksana.
(2) Pokja II : Bidang Peraturan Perundang-undangan di bidang
pengawasan obat dan makanan.
(3) Pokja III : Bidang Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia Aparatur
(4) Pokja IV : Bidang Penguatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja.

Reformasi Birokrasi 8. 41
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

(5) Pokja V : Bidang Pelayanan Publik (Perkuatan Sistem Pengawasan


Pre Market dan Post Market.
(6) Pokja VI : Bidang Pola Pikir (Mind Set) dan Budaya Kerja (Culture
Set).
(7) Pokja VII : Bidang Promosi dan Komunikasi Reformasi Birokrasi.
Tim PMPRB, meliputiInspektur dan Asesor.

4. Proses Reformasi Birokrasi di Lingkungan Badan POM


BPOM melaksanaan Reformasi Birokrasi secara menyeluruh yang
dilaksanakanbertahap 5 (lima) tahunan sampai tahun 2025. Hal ini mengacu Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 yang menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh
Kementerian dan Lembaga telah mewujudkan komitmen melaksanakan proses
Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi Reformasi Birokrasi 2025.
Visi Reformasi Birokrasi adalah Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia, yaitu
pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis.
Visi Reformasi Birokrasi tersebut adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan
peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi pembangunan nasional
berdasarkanUndang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, yaitu: Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.
Selama lima tahun terakhis (2011-2014), Balai POM RI telah melakukan
reformasi birokrasi di semua bidang, yaitu:
a) Penataan dan Penguatan Organisasi
b) Penataan Tata Laksana
c) Pola Pikir dan Budaya Kerja (Manajemen Perubahan)
d) Penataan SDM Aparatur
e) Program Penguatan Pengawasan
f) Penguatan Akuntabilitas Kinerja
g) Penataan Peratura Perundang-Undangan
h) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Reformasi Birokrasi 8. 42
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

a. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penataan dan Penguatan


Organisasi
1) Kemajuan dan Hasil
Terdapat dua sasaran yang hendak dicapai pada area perubahan penataan
dan penguatan organisasi, yaitu:
a) menurunnya tumpang tindih tugas dan fungsi internal di lingkungan BPOM, dengan
indikator:
(1) struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas b. organisasi dengan
ukuran yang tepat (right size)
(2) meningkatnya kapasitas Badan POM dalam melaksanakan tugas dan fungsi,
dengan indikator:
b) terbentuknya unit kerja yang menangani kepegawaian, kehumasan dan diklat
meningkatnya koordinasi antarunit
Berkaitan dengan sasaran ke-1, telah dilakukan pemetaan tugas dan fungsi unit
kerja di lingkungan BPOM berdasarkan pemetaan bisnis proses (business process
map), pemetaan pola hubungan (relationship map) dan pemetaan hubungan
antarfungsi (cross functional map). Pemetaan ini terdapat dalam dokumen Manual
Mutu Quality Management System ISO 9001:2008 BPOM. Berdasarkan pemetaan
tersebut, tergambar secara jelas bahwa tiap unit kerja melakukan proses bisnis
tertentu dalam tahapan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Hasil pemetaan
tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang merupakan penjabaran pelaksanaan tugas dan fungsi antarunit kerja.
Selanjutnya, mengacu pembagian tugas dan fungsi unit kerja yang jelas, dapat
dirumuskan Indikator Kinerja Kegiatan yang menghasilkan output bagi masing-masing
unit kerja di lingkungan BPOM.
Pembagian peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM di daerah juga
merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM
Nomor HK. 04. 1. 23. 09. 11. 08183 Tahun 2011 tentang Desain Revitalisasi Peran dan
Fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM, dilakukan pembagian peran dan fungsi
tersebut agar tumpang tindih dapat dihindari. Upaya ini selanjutnya ditindaklanjuti
dengan penetapan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK. 04. 1. 21. 03. 12. 1517 Tahun
2012 tentang Kemandirian Balai Besar/Balai POM. Kemandirian Balai Besar/Balai
POM ditujukan agar Balai Besar/Balai POM mampu melaksanakan fungsi
Pemeriksaan dan Penyidikan, Pengujian, Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen
serta Manajemen dan Reformasi Birokrasi secara optimal. Tingkat kemandirian Balai

Reformasi Birokrasi 8. 43
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Besar/Balai POM terhadap keempat fungsi tersebut selanjutnya dinilai dan dievaluasi
agar dapat dirumuskan intervensi dan dilakukan pembinaan oleh Pusat.
Operasionalisasi pembagian peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai
POM ditetapkan dalam bentuk kegiatan pada Diseminasi Sinergisme Perencanaan dan
Penganggaran Pusat dan Balai yang dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu
tahapan siklus perencanaan dan penganggaran BPOM.
BPOM menetapkan penataan kelembagaan sebagai salah satu arah kebijakan
dalam mendukung sistem pengawasan Obat dan Makanan. Penataan kelembagaan
dilakukan melalui evaluasi kelembagaan untuk mengukur tingkat efektivitas dan
efisiensi struktur organisasi BPOM saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan
tahun 2014, disimpulkan bahwa struktur organisasi BPOM saat ini cukup efisien tetapi
masih membutuhkan penyesuaian struktural secara bertahap (jangka pendek dan
menengah). Kesimpulan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk melakukan restrukturisasi organisasi menuju struktur organisasi
yang tepat ukuran (right size). Telah dilakukan pembahasan restrukturisasi organisasi
terkait rencana restruktrusasi organisasi yang dilakukan secara bertahap yaitu jangka
pendek dan jangka menengah. Untuk jangka pendek telah disusun draft naskah
akademis restrukturisasi organisasi BPOM. Untuk jangka panjang dilakukan penguatan
beberapa fungsi dengan pembentukan Pusdiklat, Pusat Kajian risiko, Pusat
Komunikasi Publik dan inspektorat Utama serta Biro keuangan dan BMN.
Untuk sasaran ke-2, BPOM telah memiliki unit yang menangani kepegawaian
dan diklat serta kehumasan. Dalam rangka peningkatan kapasitas organisasi dalam
hal transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang/jasa, BPOM
telah membentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa berdasarkan
Peraturan Kepala BPOM Nomor 45 Tahun 2013 tentang Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM serta Keputusan Kepala BPOM Nomor HK. 04. 1.
23. 01. 14. 0147 Tahun 2014 tentang Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM.
Koordinasi antar unit di lingkungan BPOM dilakukan secara rutin setiap tahun
sesuai siklus perencanaan dan penganggaran seperti gambar sebagai berikut:

2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada program penataan dan penguatan
organisasi selama lima tahun terakhir memiliki dua dampak sebagai berikut.

Reformasi Birokrasi 8. 44
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

a) Dampak dari sasaran menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal
Badan POM adalah:
(1) SOP dapat disusun berdasarkan keterkaitan pelaksanaan tugas dan fungsi
antarunit kerja
(2) Indikator Kinerja Kegiatan unit kerja dapat dirumuskan sesuai pelaksanaan
tugas dan fungsi
(3) Dengan adanya pembagian peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM
secara jelas, meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan Obat dan
Makanan serta efisiensi penggunaan anggaran (performance based budgeting)
(4) Restrukturisasi organisasi menuju struktur organisasi yang tepat fungsi (efektif)
dan tepat ukuran (efisien)
b) Dampak dari sasaran meningkatnya kapasitas Badan POM dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi adalah:
(1) Koordinasi antarunit melalui rangkaian kegiatan dalam siklus perencanaan dan
penganggaran dilakukan agar memenuhi urgensi, efektivitas, efisiensi dan daya
ungkit kegiatan terhadap kinerja organisasi
(2) Peningkatan kapasitas organisasi melalui pembentukan ULP sebagai upaya
untuk menjamin pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM
agar lebih terintegrasi dan terpadu sesuai ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya permasalahan dan penyimpangan
serta untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi BPOM yang pada pelaksanaannya tidak terlepas dari pengadaan
barang/jasa.

b. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penataan Tata Laksana


1) Kemajuan Dan Hasil
Terdapat empat sasaran yang hendak dicapai pada area perubahan penataan
tata laksana, yaitu:
a) meningkatnya penggunaan Teknologi Informasi dalam proses penyelenggaraan
manajemen pemerintahan, dengan indikator terbangunnya proses manajemen
pemerintahan menggunakan Teknologi Informasi
b) meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan, dengan
indikator terlaksananya tugas dan fungsi K/L sesuai prosedur kerja
c) meningkatnya jumlah unit yang memperoleh standarisasi pelayanan internasional,
dengan indikator unit telah berstandar internasional

Reformasi Birokrasi 8. 45
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

d) meningkatnya kinerja Badan POM, dengan indikator terbangunnya Indikator


Kinerja Utama (IKU) yang selaras dengan penetapan strategi
Berkaitan dengan sasaran ke-1, sebagaimana Inpres no 3/2013 telah dilakukan
pengembangan layanan e-government antara lain:
a) Melakukan monitoring dan evaluasi serta kajian IT goverrnment secara terus
menerus sehingga tahun 2014 Badan POM memperoleh:
(1) e-transparancy award 2013 peringkat 6 dari 47 situs kementrian atau lembaga
yang dinilai memiliki translaransi dalam informasi anggaran dan kinerja, versi
UKP4 yang digagas oleh MTI dan Paramadina Public Policy Institute.
(2) PeGI award 2013 peringkat I tingkat LPNK dari 19 LPNK. PeGI merupakan
penilaian terkait pengembangan dan pemanfaatan TIK di lingkungan instansi
pemerintah yang diselenggarakan oleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika. Unsur penilaian: kebijakan, kemLembagaan, Infrastruktur, aplikasi,
perencanaan.
b) Telah mengimplementasikan layanan internal Sistem Informasi Pelaporan Terpadu
(SIPT) Modul Pemeriksaan Sarana, SIPT Modul Offline Pemeriksaan Sarana, SIPT
Modul Sampling dan Pengujian, SIPT Modul penandaan dan iklan (uji coba).
c) Telah dilakukan pengembangan layanan importasi e-bpom secara terus-menerus
dimulai dari layanan SSO, integrasi dengan layanan e-registration dan layanan
notifikasi kosmetik, SKI paperless , redesign e-bpom baru.
d) Telah dilakukan pengembangan layanan penilaian secara elektronik e-registration
obat copy (aero), e-registration Pangan Low Risk, E-registration Pangan High Risk
tahap I, e-registration OT Low Risk dan Daftar Ulang.
e) Telah dilakukan pengembangan pembayaran PNBP secara online dimulai dari
tahapan penandatangan MOU dengan perbankan, Oktober 2012. Kemudian
dilakukan implementasi e-payment untuk pembayaran notifikasi kosmetik,
September 2013 dan pembayaran e-registration pangan, Mei 2014.
Berkaitan dengan sasaran ke-2 dan 3, telah dilakukan beberapa kemajuan
diantaranya adalah: BPOM sebagai instansi yang melaksanakan pengawasan obat
dan makanan sekaligus memberikan pelayanan publik, dituntut dapat memberikan
pelayanan paripurna yang konsisten, terstandar, transparan, akuntabel dan senantiasa
ditingkatkan (continuous improvement) kepada masyarakat termasuk pemangku
kepentingan secara profesional dan konsisten. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan memberikan jaminan terhadap mutu pelayanan dalam bentuk Quality
Management System (QMS) ISO 9001:2008. Terkait hal tersebut, BPOM telah

Reformasi Birokrasi 8. 46
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

menetapkan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK. 04. 1. 23. 11. 11. 09219 Tahun
2011 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
BPOM. BPOM telah memperoleh 55 (lima puluh lima) status registrasi sertifikasi ISO
9001:2008 terhadap seluruh unit kerja di lingkungan BPOM yang terdiri dari 23 Unit
Kerja Pusat dan 31 Balai Besar/Balai POM serta BPOM secara keseluruhan atas
penerapan sistem manajemen mutu secara konsisten.
Sebelum pengembangan sistem manajemen mutu, BPOM terlebih dahulu telah
menerapkan sistem jaminan mutu laboratorium sesuaiISO/IEC 17025:2005 untuk
seluruh laboratorium pengujian yang dimiliki BPOM baik di pusat maupun Balai
Besar/Balai POM. Selain kedua sistem mutu tersebut, beberapa unit kerja di
lingkungan BPOM telah menerapkan sistem mutu lainnya seperti PIC/S Quality System
Requirement for Pharmaceutical Inspectorate (PI 0023), WHO Quality System
Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002), OHSAS
18001:2007, Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk
sistem riset dan pengembangan (KNAPPP02:2007), Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional (PPOMN) Badan POM sebagai ASEAN Reference Laboratory,
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) diakui secara resmi oleh
Global Fund for AIDS, TB, dan Malaria sebagai laboratorium yang terakreditasi
ISO/IEC 17025 untuk melakukan pengujian kualitas pada obat-obatan Global Fund
yang digunakan untuk pengobatan HIV, TB dan Malaria.
Berkaitan dengan sasaran ke-4, telah dilakukan beberapa kemajuan
diantaranya adalah:
a) Telah disusun Grand Desain Pengawasan Obat dan Makanan 2011-2015.
b) Telah dilakukan review terhadap Renstra BPOM tahun 2010-2019
c) Arah kebijakan Badan POM, fokus prioritas, program dan kegiatan setiap tahunnya
mengacu pada Renstra.
d) Telah dilakukan penyusunan rancangan teknokratis Renstra 2015-2019, peta
strategi, sasaran strategis serta IKU.

2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada program penataan tata laksana selama
limat tahun terakhir memiliki dampak sebagai berikut:
a) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan melalui
pelaksanaan tugas dan fungsi K/L sesuai prosedur kerja

Reformasi Birokrasi 8. 47
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b) Pelaporan hasil pengawasan post-market dilaksanakan secara online


menggunakan SIPT (Sistim Informasi Pelaporan Terpadu). SIPT Modul penandaan
dan dan iklan akan dilaksanakan triwulan IV Tahun 2014
c) Continuous improvement untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas
pelayanan publik Badan POM:
(1) Sistem layanan penilaian secara elektronik e-registration dan e-notifikasi
kosmetik
(2) Layanan importasi e-bpom sedang tahap redesign dan saat ini telah
dilakukan sosialisasi internal. Redesign e-bpom baru akan meningkatkan
performa layanan importasi lebih cepat.
d) Layanan e-payment PNBP secara online untuk pembayaran notifikasi kosmetik dan
pembayaran e-registration pangan memberikan layanan efisiensi dan akuntabel.
Namun demikian sebagaimana selayaknya System Development Life Cycle
diperlukan monitoring dan ealuasi secara berkala untuk pembayaran e-registration
pangan yang baru saja di implementasikan awal Mei 2014.
e) IKU yang relevan dengan tujuan dan sasaran strategis akan menjadi tolok ukur
untuk meningkatkan capaian kinerja organisasi

c. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pada Program Pola Pikir Dan Budaya Kerja
(Manajemen Perubahan)
1) Kemajuan Dan Hasil
Pada Program pola pikir dan budaya kerja (manajemen perubahan) mempunyai
tiga sasaran yaitu:
a) Meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam melakukan reformasi
birokrasi.
b) Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja
c) Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi
terhadap perubahan.
Pada sasaran pertama, dengan indikator: a) terbentuknya Tim Manajemen
Perubahan, b) tersusunnya strategi manajemen perubahan, dan c) Tersusunnya
strategi komunikasi manajemen perubahan, kemajuan yang telah diperoleh mulai
tahun 2011 s. d. 2014 adalah suatu proses yang sistematis dengan menerapkan
pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser
dari kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja

Reformasi Birokrasi 8. 48
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses
perubahan tersebut.
Dalam manajemen perubahan, komitmen seluruh unit kerja sangat dibutuhkan
untuk memperlancar proses perubahan berkesinambungan ke arah yang lebih baik
ehingga perlu dibentuk perangkat pengelola manajemen perubahan yang terdiri dari
agent of change atau agen-agen perubahan di setiap unit kerja. Pada tahun 2011 telah
itetapkan Keputusan Kepala BPOM No. HK. 04. 1. 23. 08. 11. 07. 516 tahun 2011
tentang Pembentukan Perangkat Pengelola Manajemen Perubahan (Project
Management Office) di Badan POM. Untuk memperkuat manajemen perubahan di
Badan POM telah dlakukan beberapa upaya, yaitu:
a) Badan POM telah menyusun Strategi Manajemen Perubahan tahun 2011. b)
Assessment Kesiapan Organisasi Untuk Berubah tahun 2011.
b) Telah disusun Pedoman Learning Organization (LO) termasuk kuesioner LO pada
tahun 2012. Dalam wadah LO yang dikembangkan di lingkungan BPOM,
diharapkan dapat tercipta budaya pemecahan masalah di lingkungan BPOM
meningkatkan kualitas, kapabilitas dan kompetensi SDM di BPOM dalam
menjalankan fungsi BPOM sebagai institusi pengawas obat dan makanan, serta
mencapai visi Badan POM.
c) Telah disusun Strategi Komunikasi dan Kehumasan dan Video LO yang
menampilkan 5 (lima) dimensi LO yaitu dinamika pembelajaran, transformasi
organisasi, pemberdayaan manusia, manajemen pengetahuan dan penerapan
teknologi.
Pada sasaran kedua dengan Indikator terbangunnya komitmen, partisipasi dan
perubahan perilaku yang diinginkan, kemajuan dan hasil yang telah diperoleh mulai
tahun 2011 s. d. 2014 adalah:
a) a) telah dilakukan sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan termasuk
pelaksanaan training of trainers (TOT) Agents of Change unit kerja Pusat dan Balai
tahun 2011 menggunakan Modul Pelatihan bagi para agent of change Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang penerapan manajemen perubahan dalam
rangka reformasi birokrasi BPOM.
b) Pada tanggal 20 Oktober 2011 telah diselenggarakan penggalangan komitmen
BPOM untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi melalui penerapan QMS BPOM
dan penyerahan dokumen QMS kepada seluruh unit kerja di lingkungan BPOM.
c) Telah dilakukan evaluasi penerapan Learning Organization (LO) melalui
penyebaran kuesioner kesetiap unit kerja yang menunjukkan bahwa rata-rata

Reformasi Birokrasi 8. 49
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

pegawai BPOM mempersepsikan kegiatan LO sudah menjadi kegiatan operasional


dalam unit kerjanya.
d) Padatahun 2014 Badan POM telah menetapkan Peraturan Kepala Badan POM
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Pada sasaran ketiga, dengan indikator terbangunnya kesamaan persepsi,
komitmen, konsistensi, serta keterlibatan dalam pelaksanaan program dan kegiatan
reformasi birokrasi pada seluruh tingkatan pegawai, kemajuan yang telah diperoleh
mulai tahun 2011 s. d. 2014 adalah Sosialisasi dan internalisasi manajemen
perubahan dilakukan melalui berbagai kegiatan:
a) sosialisasi dan Manajemen internalisasi Perubahan (Supervisi/Pendampingan) ke-
13 (tiga belas) balai tahun 2012,
b) Pada tanggal 25-28 November 2012 telah dilakukan Workshop implementasi
Learning Organization (LO), dimaksud sebagai langkah awal untuk pelaksanaan
penerapan program LO di BPOM secara berkelanjutan
c) Workshop Fasilitator Learning Organization (LO) BPOM bagi Fasilitator LO Forum
tanggal 13-16 Maret 2013 diikuti oleh 152 orang Fasilitator LO perwakilan dari Unit
Kerja Pusat dan Balai Besar/Balai POM seluruh Indonesia yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman mengenai konsep Learning Organization kepada
fasilitator dari perwakilan Unit kerja, dan agar proses pembelajaran dapat bergulir
secara aktif di lingkungan Badan POM baik pusat maupun Balai Besar/Balai POM
d) supervisi (pendampingan) Learning Organization (LO) di beberapa Balai tahun
2013
e) Pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dilaksanakan di beberapa unit kerja
pada tahun 2012 yang bertujuan untuk membangkitkan nilai-nilai dasar yaitu: jujur,
tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli. Melalui pelatihan
ESQ ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM aparatur dilingkungan
Badan POM karena pelatihan ini memungkinkan untuk mengubah mindset dari
birokrat menjadi pelayan/abdi masyarakat, agar dapat menghindari terjadinya
penyalahgunaan kewenangan dan menciptakan sistem pemerintahan yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien dan berwibawa serta untuk memperkuat budaya
kerja Badan POM agar dapat meningkatkan kinerja individu yang akan memberikan
daya ungkit terhadap kinerja unit (Balai Besar/Balai POM) dan akhirnya dapat
meningkatkan kinerja Badan POM.

Reformasi Birokrasi 8. 50
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

f) Sejak tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah membentuk learning
Organization (LO) di masing-masing unit kerja, terdiri dari fasilitator learning
Organization LO dan Forum LO yang bertemu secara berkala untuk membahas
dan memecahkan masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan menggunakan
metode yang sistematis dan perangkat bantu manajemen yang efektif

2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam
melakukan reformasi birokrasi adalah:
a) Meningkatkan kinerja pengawasan obat dan makanan dimana unit kerja masing-
masing melakukan kegiatan manajemen perubahan yang akhirnya akan
berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.
b) Meningkatkan semangat pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan pegawai Badan
POM dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri
dan sesama PNS dengan adanya Kode Etik PNS di Lingkungan Badan POM.
Selain itu Kode Etik juga sebagai pegangan dalam melayani pelanggan.

d. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penataan SDM Aparatur


1) Kemajuan Dan Hasil
Menghadapi tantangan pengawasan obat dan makanan yang semakin
komplek, beragam, dan sukar diprediksi maka perlu didukung penguatan infrastruktur,
salah satunya melalui penataan dan penguatan SDM Aparatur dengan konsep human
capital (modal insani) sebagai intangible asset (aset tidak berwujud). Menurut
perhitungan ekonomi, modal insani adalah aset terkuat dan paling menguntungkan,
mempunyai rate of return tertinggi yang pada akhirnya akan bermuara pada
peningkatan kualitas pelayanan publik berupa pengawasan obat dan makanan yang
dilakukan oleh BPOM.
Penataan dan penguatan modal insani dilakukan melalui perencanaan dan
implementasi yang baik dan konsisten, melalui management human capital (HCM),
yang meliputi human capital aquitition, human capital development, human capital
engangement, dan human capital retention. Penataan dilakukan tidak hanya sebatas
penghitungan jumlah, tetapi juga peningkatan kualitas, kompetensi, pola pikir, budaya
kerja, serta seluruh sistem terkait aparatur.
Sasaran yang hendak dicapai dalam melakukan penataan SDM Aparatur/modal
insani BPOM, yaitu:

Reformasi Birokrasi 8. 51
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

a) Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM Aparatur.


b) Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur.
c) Meningkatnya disiplin SDM Aparatur.
d) Meningkatnya efektifitas manajemen SDM Aparatur. 5. Meningkatnya
profesionalisme SDM Aparatur.
Dalam rangka pelaksanaan Penataan SDM Aparatur, BPOM telah melakukan
Analisis Jabatan. Analisis Jabatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
karakteristik pekerjaan yang ada di setiap unit kerja yang selanjutnya diolah menjadi
Informasi Jabatan. Hasil Analisis Jabatan ini berupa Rumusan dan Uraian Jabatan,
serta Peta Jabatan. Peta Jabatan berfungsi untuk melihat gambaran seluruh jabatan
baik Struktural maupun Fungsional, secara vertikal maupun horisontal, dan
kedudukannya dalam unit kerja yang ada di BPOM.
Informasi Jabatan yang ada di BPOM kemudian dilakukan Evaluasi Jabatan.
Evaluasi Jabatan ini berfungsi untuk melakukan pembobotan pada setiap jabatan
menggunakan Sistem Evaluasi Faktor atau Factor Evaluation System (FES), sehingga
menghasilkan Nilai Jabatan (Job Value) dan Kelas Jabatan (Job Class). Nilai Jabatan
dan Kelas Jabatan ini yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan besaran
tunjangan dan gaji yang adil dan layak selaras dengan beban pekerjaan dan tanggung
jawab jabatan tersebut, penyusunan formasi, Pola Karier, serta Kinerja.
Adapun proses validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan di BPOM dilakukan
pertama kali pada tahun 2011 oleh Kementerian Pendayunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara, untuk 149 (seratus empat puluh
sembilan) kelompok Jabatan Struktural dan 30 (tiga puluh) Jabatan Fungsional yang
dituangkan dalam Berita Acara Validasi Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan di Lingkungan
BPOM RI tanggal 2 November 2011. Selanjutnya dilakukan validasi ulang Nilai dan
Kelas Jabatan atas perubahan Nilai dan Kelas Jabatan 37 (tiga puluh tujuh) Jabatan
Struktural dan penambahan 5 (lima) Jabatan Fungsional, yang dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Validasi Ulang Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan di Lingkungan
BPOM RI Nomor B/2890. 1/D. III. PAN-RB/10/2012, 35/K/KS/X/2012, dan
Nomor OR. 04. 08. 2. 243. 10. 12. 6378 tanggal 16 Oktober 2012. Seiring dengan
perkembangan tugas dan fungsi BPOM serta lingkungan strategi, BPOM akan selalu
melakukan Evaluasi Jabatan guna mereview hasil Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan
untuk jabatan-jabatan yang belum terakomodir ataupun perlu penyesuaian ulang.
Guna mengetahui jumlah kebutuhan pegawai per jabatan dalam rangka
memperkuat penanganan beban kerja pengawasan obat dan makanan, BPOM setiap

Reformasi Birokrasi 8. 52
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

tahun melakukan penghitungan Analisis Beban Kerja dengan mempertimbangkan


Analisis Jabatan dan faktor lingkungan strategi, sehingga terlihat Man Power Planning,
baik kebutuhan secara kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan. Kebutuhan pegawai ini
disampaikan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi sebagai usulan formasi serta ditembuskan ke Badan Kepegawaian Negara,
untuk selanjutnya diberikan Persetujuan Prinsip yang berisi jumlah dan alokasi formasi
dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan
dilakukan proses Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Untuk memperlancar proses pengadaan CPNS di lingkungan BPOM, dibentuk
Tim Pengadaan CPNS BPOM dan disusun Pedoman Pengadaan CPNS yang
diperbarui setiap tahun disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun dalam menjaga
komitmen dan integritas, Tim Pengadaan CPNS BPOM diminta untuk menandatangani
Pakta Integritas. Untuk mendapatkan modal insani yang berintegritas tinggi,
profesional, dan berkompeten, maka pengadaan/rekrutmen CPNS BPOM dilakukan
secara transparan, obyektif, dan adil. Hal ini diupayakan dengan mengumumkan
lowongan secara terbuka melalui website BPOM (www. pom. go. id), media masa,
menyampaikan pemberitahuan ke beberapa kampus, maupun ditempelkan pada
papan pengumuman di kantor BPOM Pusat dan Balai Besar/Balai POM di seluruh
Indonesia. Dengan sistem terbuka ini diharapkan diketahui dan memberikan
kesempatan yang sama untuk mengikuti seleksi bagi pelamar yang memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan BPOM dari seluruh wilayah Indonesia.
Proses pendaftaran dilakukan secara online melalui e-Rekrutmen dan
penyampaian berkas lamaran dikirimkan ke kantor pos dengan alamat pengiriman
melalui Kotak Pos yang ditentukan oleh Tim Pengadaan CPNS BPOM. Hal ini
dilakukan guna meminimalisir tatap muka dengan pelamar dalam rangka menghindari
kolusi maupun nepotisme. Pelamar yang tidak sesuai dengan kualifikasi administrasi
akan gugur pada tahap awal, yaitu pada saat registrasi online maupun pada saat
dilakukan verifikasi berkas pendaftaran yang dikirimkan. Pelamar yang memenuhi
syarat administrasi, dapat mengikuti Tes Kemampuan Dasar (TKD) dan Tes
Kemampuan Bidang (TKB).
Adapun untuk tahun 2014, rencana pelaksanaan proses rekrutmen CPNS
BPOM menggunakan metode Computer Assisted Test (CAT), saat ini sedang
disiapkan sarana dan prasarana pendukungnya. Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada Balai Besar POM di Semarang yang
Diselenggarakan di Museum Ronggowarsito Semarang.

Reformasi Birokrasi 8. 53
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Dalam pembuatan soal TKB, dibentuk Tim serta melibatkan institusi pendidikan
dan instansi pembina Jabatan Fungsional Tertentu. Dalam proses pencetakan,
pengepakan, dan pendistribusian soal dan Lembar Jawaban Komputer (LJK),
dilakukan dengan selalu menjaga kerahasiaan dari kebocoran soal dengan sistem
penjagaan dan pengawasan yang ketat. Guna mengantisipasi penyalahgunaan soal
yang telah terpakai maupun sisa LJK, maka berkas tersebut dimusnahkan langsung
setelah penyelenggaraan seleksi selesai, dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan. Sedangkan dalam rangka melakukan upaya perbaikan secara terus
menerus atas proses Pengadaan Pegawai, maka setelah kegiatan berakhir dilakukan
evaluasi dan pembuatan laporan.
Pola pengembangan karier disusun dengan tujuan agar modal insani BPOM
dapat
mencurahkan segala pengabdiannya dengan tenang, ikhlas, dan mempunyai tujuan.
Pola Karier merupakan bentuk nyata dari upaya pemberian kesempatan bagi pegawai
untuk mengembangkan bakat, minat, keahlian profesi, maupun pengalaman dalam
jabatan, berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Dengan pola karier yang
jelas, pemilihan pegawai untuk menduduki suatu jabatan akan sesuai dengan syarat
jabatan dan lebih akuntabel, bahkan dapat meminimalkan like and dislike (suka/tidak
suka dari pimpinan terhadap staf) pada proses pemilihan pegawai untuk menduduki
jabatan tertentu.
BPOM telah melakukan kajian penyusunan Pola Karier serta penyusunan SOP
Mutasi dan Promosi sehingga diharapkan penempatan pegawai akan lebih jelas,
terarah, transparan, dan sesuai dengan kompetensinya. Selain penyusunan prosedur
Pola Karier maupun Mutasi dan Promosi, BPOM mulai tahun 2014 mulai menerapkan
Lelang Jabatan secara terbuka untuk mengisi Jabatan Kepala BPOM, Pejabat
Struktural Eselon I dan II/Pejabat Utama dan Madya yang belum terisi, dengan metode
Assessment Center dengan melibatkan pihak ketiga. Kendala yang ada dalam
menerapkan Lelang Jabatan secara terbuka ini adalah sumber daya pendukung belum
optimal, terutama kurangnya Asesor Internal untuk Assessment Center. Namun
demikian pada tahun 2014, BPOM telah menyiapkan tenaga Asesor dengan
mengikutsertakan 7 (tujuh) pegawai untuk mengikuti pelatihan Aseseor. Diharapkan
Asesor ini dapat melakukan asesmen khusus untuk seleksi terbuka Jabatan
Administrasi.
Guna perekaman kehadiran pegawai lebih tertata dan akurat, BPOM
menerapkan pencatatan kehadiran secara elektronik dengan sidik jari dan/atau wajah,

Reformasi Birokrasi 8. 54
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

sehingga hasilnya dapat memudahkan dalam pengevaluasian kehadiran dan


penegakan disiplin pegawai. Adapun penetapan jam kerja terakhir telah ditetapkan
dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 6 Tahun 2014 tentang Ketentuan Teknis
Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM. Dalam
Peraturan ini, selain berisi ketentuan pemberian tunjangan kinerja, juga mengatur jam
kerja dan cara pengevaluasian kehadiran dikaitkan dengan besaran tunjangan kinerja.
Pengembangan modal insani selain berdimensi kuat terhadap profesionalisme,
juga mencakup nilai-nilai etos kerja, etika, dan kejujuran. Upaya penegakan disiplin
pegawai BPOM, telah dilakukan sosialisasi dan diterapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai secara berjenjang. Guna pembahasan
pemberian sanksi bagi pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin maupun Kode
Etik, dibentuk Komite Penegakan Disiplin Pegawai agar penerapan punishment
menjadi adil karena tidak hanya diputuskan oleh atasan langsung namun juga ada
pertimbangan dari Komite.
Di samping pemberian reward dan punishment, sosialisasi terkait kepegawaian
dilakukan secara simultan ke seluruh pegawai baik di Pusat maupun di Balai
Besar/Balai POM dan melalui pembuatan Buku Saku 1-14.
Sebagai upaya meningkatnya efektifitas manajemen SDM Aparatur, dengan salah satu
indikatornya berupa kinerja individu terukur, maka BPOM dalam Penilaian Kinerja
pegawai menggunakan metode Prestasi Kerja yang terdiri atas penilaian Sasaran
Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku sehingga kinerja individu dapat lebih terukur dan
objektif. Pada tahun 2013 telah diupayakan uji coba dan tahun 2014 mulai
dilaksanakan secara penuh. Selain itu diupayakan pengembangan Management
Cockpit yang berfungsi untuk memudahkan pimpinan dalam melakukan monitoring
terhadap capaian kinerja pegawai. Adapun untuk Management Cockpit masih terus
diupayakan untuk segera diwujudkan.
Adapun untuk indikator data pegawai yang mutakhir dan akurat, BPOM telah
mengembangkan dan mengimplementasikan e-HCM dari SIAP (Sistem Informasi
Administrasi Pegawai), pengembangan SISFO (Sistem Informasi Jabatan Fungsional
PFM), dan pengembangan e-dosier pegawai sehingga diharapkan memberikan
kemudahan penyajian data pegawai yang terkini.
Perkembangan dan perubahan internal dan eksternal sejalan dengan
digulirkannya Reformasi Birokrasi oleh pemerintah dan pengaruh perkembangan
lingkungan strategis, mengakibatkan modal insani kita dituntut untuk terus
meningkatkan potensi dan kompetensi. Sebagai instansi pelayanan publik, BPOM

Reformasi Birokrasi 8. 55
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

harus memiliki modal insani yang kompeten di bidangnya. Hal tersebut mengisyaratkan
perlunya ketersediaan informasi yang berkaitan dengan kompetensi yang dituangkan
dalam Standar Kompetensi Jabatan. Standar Kompetensi Jabatan BPOM telah
ditetapkan dalam Keputusan Kepala BPOM Nomor OR. 08. 1. 07. 12. 4830 Tahun
2012 tentang Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.
Dalam rangka pengukuran kompetensi individu telah sesuai dengan profil
jabatan yang dipersyaratkan dalam jabatan, penempatan dalam jabatan, dan
pengembangan pegawai, diperlukan profil kompetensi pegawai yang diperoleh dari
hasil Asesmen/Penilaian Kompetensi. Penilaian Kompetensi pegawai BPOM,
dilakukan tidak hanya terbatas pada Pejabat Struktural, namun dilaksanakan untuk
semua jenjang.
Tingkat pendidikan saja tidak mampu menggambarkan secara utuh kebutuhan
kompetensi BPOM. Kompetensi dibentuk dari skill (ketrampilan), knowledge
(pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan atau pendidikan), serta attitude
(perilaku yang tercermin dari penerapan Budaya Kerja BPOM). Sesuai tingkatan serta
jenis jabatan, seluruh lingkup kompetensi ini perlu dikembangkan.
Peningkatan kompetensi pegawai antara lain dapat dilakukan melalui coaching,
mentoring, pemberian tugas-tugas, maupun pelatihan dan pendidikan berbasis
kompetensi melalui program Tugas Belajar dan Ijin Belajar. Terkait pemberian Tugas
Belajar dan Ijin Belajar, pada tahun 2013 BPOM sudah menetapkan Keputusan Kepala
Badan Nomor HK. 04. 2. 24. 11. 13. 08000 Tahun 2013 tentang Pedoman Pemberian
Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM dan
dilanjutkan dengan implementasinya pada tahun 2014.
Adapun jumlah pegawai yang telah melakukan peningkatan kompetensi melalui
pelatihan dan pendidikan sebagai berikut:
a) Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) merupakan metode untuk menentukan
danmemutuskan perlu tidaknya pelatihan ataupun penugasan melalui tugas
belajar. Pada tahun 2013 telah dilakukan AKD untuk tahun 2014 sehingga
diharapkan proses diklat pada tahun 2014 sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
BPOM. Untuk tahun 2014, perlu segera ditetapkan Pedoman AKD. Hal ini karena
masih terdapat usulan pendidikan dan pelatihan yang masih kurang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga perlu dilakukan kajian dan pembahasan lebih lanjut.
b) Selain melalui pendidikan lanjutan, BPOM juga menyelenggarakan pelatihan teknis
dan manajemen, pelatihan soft skill, serta pelatihan dalam jabatan. Pelatihan
dalam jabatan meliputi Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan, dan Diklat

Reformasi Birokrasi 8. 56
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Fungsional. Sedangkan Diklat Teknis, selain dilaksanakan di dalam negeri juga


dilakukan di luar negeri. Pegawai BPOM yang mengikuti diklat dari tahun 2011
sampai dengan 2013 berturut-turut sebanyak 1. 583 (seribu lima ratus delapan
puluh tiga) orang, 2. 793 (dua ribu tujuh ratus sembilan puluh tiga) orang, dan 414
(empat ratus empat belas) orang. Sedangkan pada tahun 2014 sedang berjalan
pengusulan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri.

2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada Program Penataan SDM Aparatur
memoliki dampak sebagai berikut:
a) Dampak dari sasaran Meningkatnya Ketaatan terhadap Pengelolaan SDM
Aparatur adalah:
(1) Dengan adanya Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan, maka akan semakin
meningkatkan pemahaman dan penerapan atas uraian jabatan yang
mengandung tugas, tanggung jawab, dan hasil kerja yang harus diemban
pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta memudahkan dalam
penyusunan formasi, Pola Karier, serta Kinerja.
(2) Dengan dengan adanya Analisis Jabatan yang salah satu keluarannya adalah
Peta Jabatan, maka akan semakin tergambarkan kondisi jabatan yang ada
dalam suatu unit kerja sehingga memudahkan penempatan pegawai dalam
jabatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kompetensi yang dipersyaratkan.
(3) Dengan adanya pemeringkatan Harga Jabatan, maka pemberian tunjangan
kinerja dan gaji disesuaikan dengan Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan sehingga
adil dan layak selaras dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab jabatan
tersebut.
b) Dampak dari sasaran Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
SDM Aparatur adalah:
(1) Modal insani merupakan salah satu aset penting dalam institusional
Development Plan BPOM karena apabila secara kualitas (kompetensi) dan
kuantitas mencukupi, maka akan memberikan kontribusi maksimal dalam
peningkatan kinerja dan mampu mengimbangi kecepatan perubahan
lingkungan strategis yang semakin dinamis dalam mewujudkan melindungi
masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
(2) Dengan adanya Man Power Planning maka penempatan pegawai akan lebih
terstruktur disesuaikan dengan kompetensi pegawai dan formasi.

Reformasi Birokrasi 8. 57
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

(3) Dengan adanya Pedoman Rekruitmen BPOM, pelaksanaan


rekruitmen/pengadaan pegawai di BPOM dapat dilaksanakan sesuai prosedur
yang mempunyai prinsip bahwa rekruitmen pegawai dilakukan secara objektif,
transparan, kompetitif, akuntabel, bebas KKN, dan tidak diskriminatif.
(4) Dengan diterapkannya e-recruitmen dalam rekrutmen/Pengadaan Pegawai,
diharapkan pelaksanaannya akan lebih obyektif, tranparan, efektif, dan efisien
serta dapat diperoleh putra-putri terbaik bangsa yang kompeten untuk menjadi
CPNS BPOM secara kompetitif dan berbasis kompetensi.
(5) Adanya evaluasi dan pembuatan laporan setelah proses Pengadaan Pegawai
selesai, maka dapat dilakukan upaya perbaikan secara terus menerus.
(6) Dengan ditetapkannya Pola Karier maka perencanaan dan pengembangan
karir (jenjang jabatan dan jalur karier) pegawai akan semakin jelas, terarah,
sesuai syarat jabatan, akuntabel, dan dapat meminimalkan like and dislike.
(7) Dengan dilakukan Lelang Jabatan secara terbuka, maka diharapkan
transparansi semakin meningkat dalam pengisian Jabatan Struktural.
c) Dampak dari sasaran Meningkatnya Disiplin SDM Aparatur adalah:
(1) Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan secara berjenjang diharapkan
adanya transfer informasi kepada staf di unit kerja masing-masing. Sosialisasi
ini akan memberikan informasi terkait proses penegakan disiplin pegawai yang
selanjutnya akan memberikan kesadaran bagi pegawai untuk mengikuti aturan
disiplin yang ada serta dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab dan
berintegritas.
(2) Adanya penetapan Peraturan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai yang di
dalamnya juga mengatur jam kerja dan cara pengevaluasian kehadiran
dikaitkan dengan besaran tunjangan kinerja, maka akan memberikan gambaran
yang seragam terhadap reward dan punishment bagi pegawai di lingkungan
BPOM.
(3) Adanya penetapan jam kerja akan memberikan dampak pada peningkatan
disiplin pegawai .
(4) Dengan diterapkannya absensi sidik jari/secara elektronik, maka perekaman
kehadiran pegawai akan lebih akurat dan hasilnya sebagai bahan evaluasi
kehadiran untuk menjadi dasar penegakkan disiplin pegawai.
(5) Dengan adanya pembahasan pada Komite Penegakan Disiplin Pegawai akan
memberikan dampak diterapkannya punishment yang adil karena tidak hanya
diputuskan oleh atasan langsung.

Reformasi Birokrasi 8. 58
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

d) Dampak dari sasaran Meningkatnya Efektivitas Manajemen SDM Aparatur


adalah:
(1) Pembinaan pegawai berdasarkan sistem prestasi kerja.
(2) Penilaian Kinerja menggunakan metode Prestasi Kerja yang terdiri atas
penilaian SKP dan Perilaku diharapkan kinerja pegawai secara individu dapat
lebih terukur dan objektif.
(3) Pengembangan Management Cockpit akan memudahkan pimpinan dalam
melakukan monitoring terhadap capaian kinerja pegawai.
(4) Dengan mengembangkan dan mengimplementasikan e-HCM dan SIAP, data
pegawai ter-update dan akurat.
(5) Dengan adanya implementasi SIAP, akan memberikan kemudahan penyajian
data pegawai yang terkini.
e) Dampak dari sasaran Meningkatnya Profesional SDM Aparatur adalah:
(1) Dengan adanya Standar Kompetensi, maka dapat digunakan sebagai acuan
dalam menerima pegawai dan dalam pengembangan modal insani yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
(2) Standar Kompetensi digunakan dalam penilaian kompetensi dengan metode
Assessment Center.
(3) Peta Profil Kompetensi digunakan dalam pertimbangan BAPERJAKAT atau
penentuan pola karir pegawai, penempatan pegawai sesuai kompetensi dan
rencana pengembangan SDM.
(4) Dengan adanya pedoman, maka dalam penetapan pegawai yang layak dan
sesuai untuk diikutsertakan dalam penugasan pendidikan dan pelatihan akan
lebih terarah sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pedoman ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam pembahasan keputusan pemberian Tugas
Belajar dan Izin Belajar.
(5) Pendidikan dan pelatihan pegawai merupakan salah satu upaya untuk
peningkatan kompetensi pegawai sehingga mampu menjalankan tugas dan
fungsi dengan baik.

d. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penguatan Pengawasan


1) Kemajuan dan Hasil
Program penguatan pengawasan sebagai pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
Badan POM mengacu pada Road Map Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Obat
dan Makanan Tahun 2011 2014, meliputi 4 (empat) area perubahan:

Reformasi Birokrasi 8. 59
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

a) Meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan negara


b) Meningkatnya efektifitas pengelolaan keuangan negara pada Badan POM
c) Dapat dipertahankannya status opini WTP pada Badan POM
d) Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang
Dalam mengukur keberhasilan pencapaian sasaran, indikator dari sasaran
tersebut adalah:
a) Kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
keuangan negara sesuai dengan aturan yang berlaku
b) Terselenggaranya SPIP di Badan POM
c) Meningkatnya peran APIP dalam mendorong meningkatkan kepatuhan atas
pengelolaan keuangan negara
d) Telah dimanfaatkannya setiap output yang dihasilkan
e) Dipertahankannya opini WTP
f) Implementasi Program Anti Korupsi
g) Meningkatnya implementasi e-procurement Barang dan Jasa
Dalam mencapai sasaran meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan
keuangan negara, selama tahun 2011 2014 Badan POM telah melakukan kemajuan
sebagai berikut:
a) Indikator kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
keuangan negara sesuai dengan aturan yang berlaku
b) Dalam perencanaan penganggaran telah disusun pedoman Integrated Planning
dan Budgeting (Roren)
c) Perencanaan dan penganggaran Badan POM telah mengikuti siklus perencanaan
dan penganggaran yang dimulai dari penyusunan arah kebijakan, diseminasi
kebijakan unit eselon I, rapat kerja nasional untukmenyusun rencana tindak lanjut
tahun berikutnya dan matriks RKP tahun berikutnya (n+1), kemudian pembahasan
trilateral dengan Bappenas dan Kemenkeu, dilakukan diseminasi perencanaan
penganggaran pusat dan balai untuk mensinergikan rencana kegiatan anggaran
pusat dan balai, penyusunan RKAKL, pengesahan DIPA POK oleh DJA,
pelaksanaan kegiatan kemudian pertemuan evaluasi nasional dari tahun berjalan.
d) Dalam mewujudkan pengelolaan penganggaran yang baik, telah disusun
organisasi pengelolaan anggaran antara lain:
(1) SK penetapan KPA ditandatangani oleh Eselon I/pejabat yang berwenang
sesuai peraturan yang berlaku;

Reformasi Birokrasi 8. 60
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

(2) SK penetapan PPK, Pejabat Pengadaan, Pejabat Penerima ditetapkan oleh


KPA.
(3) SK penetapan Bendahara penerima dan Bendahara Pengeluaran ditetapkan
oleh Kepala Satuan Kerja.
e) Badan POM telah melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dan anggaran
setiap triwulan untuk seluruh unit di Badan POM dengan mengacu pada Peraturan
Pemerintah RI No. 39 tahun 2006 tentang tata cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan rencana Pembangunan. Laporan tahunan Badan POM telah memuat
hasil seluruh kegiatan Badan POM merupakan monitoring dan evaluasi capaian
kegiatan dalam kurun 1 tahun.
f) Dalam mengevaluasi SAKIP termasuk LAKIP seluruh unit kerja di lingkungan
Badan POM, mengacu pada Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK. 04.
1. 23. 07. 11. 690 tanggal 13 Juni 2011 tentang Pedoman Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja di Lingkungan Badan POM. Pelaksanaan tahun 2014 sedang dalam proses
evaluasi oleh Inspektorat Badan POM.
g) Indikator terselenggaranya SPIP di Badan POM, selama tahun 2011 2014 telah
dilakukan penerapkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Badan
POM, telah dilaksanakan tahapan sebagai berikut:
(1) Telah disusun Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK.
04. 1. 23. 08. 11. 07430 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan
(2) Telah dilaksanakan sosialisasi SPIP dengan Eselon II Pusat
(3) Pelaksanaan diklat SPIP, pembentukan satgas SPIP di masing-masing Satuan
Kerja dan mapping lingkungan pengendalian
(4) Telah dilaksanakan penilaian risiko di masing-masing Unit Kerja Pusat dan
Balai
(5) Telah dilaksanakan evaluasi hasil mapping SPIP
(6) Pelaksanaan FGD implementasi SPIP, Penilaian risiko lanjutan pada masing-
masing Satuan Kerja
(7) Saat ini sedang dilakukan evaluasi penilaian resiko
h) Meningkatnya peran APIP dalam mendorong meningkatkan kepatuhan atas
pengelolaan keuangan negara
Dalam Audit Operasional, On going, dan Kasus, pada tahun 2011 telah dilakukan
audit operasional di 30 Satuan Kerja, audit tujuan tertentu di 6 Satuan Kerja (LHA);

Reformasi Birokrasi 8. 61
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

tahun 2012 telah dilakukan audit operasional di 30 Satuan Kerja, audit tujuan
tertentu di 4 Satuan Kerja; tahun 2013 telah dilakukan audit operasional di 16
Satuan Kerja, audit tujuan tertentu di 9 Satuan Kerja; dan tahun 2014 semester 1
telah dilakukan audit operasional di 8 Satuan Kerja, audit tujuan tertentu di 2
Satuan Kerja. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan keuangan dan aset, antara
telah dilakukan:
(1) Pembinaan pengelolaan aset dilakukan dengan melakukan sosialisasi
pengelolaan BMN kepada pengelola BMN pada masing-masing unit kerja di
Badan POM, dengan narsumber dari Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu; tiap
tahun dilakukan monitoring ke unit kerja yang dipilih secara sampling.
(2) Pembinaan pengelolaan keuangan dilakukan dengan supervisi terhadap
pelaksanaan dan pelaporan anggaran di Satuan Kerja Lingkungan Badan
POM

Dalam mencapai sasaran Meningkatnya efektifitas pengelolaan keuangan negara


pada Badan POM, selama tahun 2011 2014 dengan indikator telah
dimanfaatkannya setiap output yang dihasilkan Badan POM telah melakukan
kemajuan sebagai berikut:
i) Melaksanakan evaluasi Laporan Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut.
Status Temuan Hasil Pemeriksaan/Audit Dan Tindak Lanjutnya Hasil
Pemeriksaan/Audit BPK-RI/BPKP/APIP Lainnya:
(1) Sampai dengan tahun 2013, dari 147 rekomendasi, terdapat rekomendasi yang
telah ditindaklanjuti sebanyak 82, belum sesuai dan masih dalam proses tindak
lanjut sebanyak 33, dan yang belum ditindaklanjuti sebanyak 5. Sebanyak 27
rekomendasi belum ditetapkan statusnya oleh BPK. 2. Melaksanakan evaluasi
kegiatan dan realisasinya
(2) Telah dilakukan Evaluasi Kegiatan secara berkala per triwulan dan dituangkan
ke dalam buku report to the nation. Capaian kinerja dan realisasi anggaran
pertriwulan dilaporkan kepada Bappenas dan DJA melalui monev online

Dalam mencapai sasaran dapat dipertahankannya status opini WTP pada


Badan POM, selama tahun 2011 2014 Badan POM telah melakukan kemajuan
sebagai berikut:
a) Indikator dipertahankannya opini WTP, dilakukan langkah sebagai berikut: a)
Memonitor tindak lanjut hasil temuan

Reformasi Birokrasi 8. 62
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b) Tahun 2011 opini WTP dengan paragraf penjelas. Jumlah temuan 13, jumlah saran
27. Temuan yang selesai ditindaklanjuti 8, saran yang selesai ditindaklanjuti 22
c) Tahun 2012 opini WTP. Jumlah temuan 18, jumlah saran 35. Temuan yang selesai
ditindaklanjuti 2, saran yang selesai ditindaklanjuti 5
d) Tahun 2013 opini TMP. Jumlah temuan 13, jumlah rekomendasi 27. Semua telah
ditindaklanjuti namun belum diketahui status akhirnya
e) Tahun 2014 opini WDP, namun belum terdapat LHP
f) Melakukan review laporan keuangan dan laporan BMN
g) Telah dilakukan reviu laporan keuangan dengan pendampingan BPKP dengan
hasil berupa surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh Inspektur.
h) Indikator Meningkatnya peran APIP dalam mendorong meningkatkan status opini
Laporan Keuangan
i) Melakukan pembinaan terhadap penyusunan laporan keuangan
j) Pembinaan penyusunan laporan keuangan per semester dan tahunan
dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan, Supervisi ke Balai/Balai Besar POM.
k) Monev CAPA:
(1) Telah disusun Action Plan rekomendasi hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan Badan POM oleh BPK
(2) Melakukan monitoring Tindak Lanjut temuan BPK. - Menyusun strategi meraih
kembali WTP, dan
(3) Forum Group Discussion (FGD) penyelesaian Tindak Lanjut Temuan BPK

Dalam mencapai sasaran menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang,


selama
tahun 2011 2014 Badan POM telah melakukan kemajuan sebagai berikut: 1.
Indikator kegiatan implementasi program anti korupsi. Dalam implementasi program
anti korupsi, telah dilaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a) Perumusan kebijakan dan program pengawasan dan pemberantasan korupsi
dengan perumusan perencanaan program pengendalian gratifikasi, whistle blower
system, dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK)
b) Identifikasi area/proses pengawasan obat dan makanan rawan korupsi dengan alat
bantu survei Indeks Kepuasan Masyarakat pada 8 Unit Layanan Publik.
c) Penggalangan komitmen seluruh pegawai Badan POM telah dilaksanakan dengan
pembentukan Zona Integritas di Badan POM

Reformasi Birokrasi 8. 63
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

d) Internalisasi budaya anti korupsi di Badan POM telah dilakukan dengan pembuatan
edaran larangan menerima gratifikasi dan kewajiban melapor, lomba pembuatan
banner dan spanduk anti korupsi, kampanye anti korupsi pada Hari Anti Korupsi,
dan penandatanganan komitmen penerapan pengendalian gratifikasi di lingkungan
Badan POM
e) Penandatanganan Pakta Integritas bagi seluruh Pejabat Struktural dan Fungsional
yang mengani pelayanan publik telah dilakukan secara bertahap mulai dari pejabat
struktural, fungsional tertentu pada unit kerja, hingga seluruh pegawai Badan POM.
f) Pelaksanaan koordinasi, monitoring, dan evaluasi bidang pengawasan dan
pemberantasan korupsi dilakukan melalui Keputusan Kepada Badan POM RI
Nomor HK. 04. 1. 242. 08. 11. 07084 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Organisasi Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Badan
POM, serta penyusunan laporan Kormonev tahun 2011. Juga dilakukan program
percepatan pemberantasan korupsi yang dilaporkan kepada Bappenas/UKP4.
g) Indikator meningkatnya implementasi e-procurement barang dan jasa, telah
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Menerbitkan pemberitahuan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Badan
POM untuk pengadaan bernilai Rp. 1 Milyar ke atas dengan Surat
Pemberitahuan Nomor HM. 03. 01. 2. 24. 08. 10. 0424 yang salah satu poinnya
adalah menyebutkan bahwa paket pelelangan dengan nilai di atas 1 miliar wajib
diproses melalui LPSE.
(2) Implementasi e-procurement (LPSE) barang dan jasa untuk seluruh pengadaan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dilakukan dengan
menerbitka Surat Edaran Nomor: PR. 02. 03. 2. 21. 02. 12. 0624 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Melalui LPSE Badan POM R dan Surat Edaran
Nomor HK. 05. 02. 2. 01. 14. 0209 tahun 2014 tentang Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa (RUP) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan
(3) Koordinasi yang aktif terkait pengadaan dengan LKPP dilakukan dengan
konsultasi langsung, dengan telepon, surat elektronik, maupun melalui sistem
LPSE Badan POM
(4) Implementasi e-procurement (LPSE) barang dan jasa dengan nilai lebih dari
100 juta secara bertahap dilakukan dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor

Reformasi Birokrasi 8. 64
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

PR. 02. 03. 2. 21. 02. 12. 0624 tentang Pengadaan Barang/Jasa Melalui LPSE
Badan POM RI.

2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan
keuangan negara adalah terlaksananya pengelolaan keuangan sesuai siklus
perencanaan dan penganggaran yang dimonitor serta dievaluasi secara
berkesinambungan. Dampak dari area perubahan meningkatnya efektifitas
pengelolaan keuangan negara pada Badan POM adalah terlaksananya evaluasi, baik
terhadap LHP, TL, maupun kegiatan dan realisasinya.
Dampak dari area perubahan dapat dipertahankannya status opini WTP pada Badan
POM adalah monitoring tindak lanjut hasil temuan dan melakukan review laporan
keuangan dan laporan BMN.
Dampak dari sasaran menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang adalah
bahwa dengan diterapkannya penandatanganan Pakta Integritas untuk seluruh
pegawai, diharapkan adanya peningkatan efektivitas pemberantasan korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) pegawai Badan POM dan semua pegawai Badan POM dapat
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan peaturan perundang-undangan yang
berlaku dan Kode Etik Pegawai.

f. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penguatan Akuntabilitas


Kinerja
1) Kemajuan dan Hasil
Selama periode 2011 2014 Badan POM telah melakukan langkah-langkah
penerapan Reformasi Birokrasi terkait Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja.
Dalam Program ini terdapat dua sasaran yang harus dicapai selama periode 2011
2014.
a) Sasaran: Meningkatnya kinerja Badan POM.
Dengan indikator: Indikator kinerja utama (IKU) yang terukur.
(1) Pada tahun 2011, evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan indikator kinerja
yang tertuang pada Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja
(PK). Pada tahun 2012 telah diterbitkan Pedoman monitoring dan evaluasi
(2) Badan POM telah melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dengan
mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 39 tahun 2006 tentang tata cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan rencana Pembangunan, dan sesuai

Reformasi Birokrasi 8. 65
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

dengan PMK No. 249/PMK. 02/2011. Badan POM telah melaporkan


capaian kinerja berdasarkan indikator kinerja kegiatan melalui monev on line
Bappenas pertriwulan dan berdasarkan output kegiatan melalui monev on line
DJA pertriwulan. Selain itu diterbitkan Laporan Kinerja Badan POM triwulan I
hingga triwulan IV dalam Buku Report To the Nation) dan Laporan tahunan
Badan POM yang memuat hasil seluruh kegiatan Badan POM. Laporan
tersebut sebagai monitoring dan evaluasi capaian kegiatan.
(3) Pada tahun 2014, sesuai perubahan kebijakan Kemenkeu, laporan kinerja
dan anggaran telah dilaporkan perbulan melalui monev online DJA. Selain itu
capaian indikator rencana aksi pembangunan nasional dilaporkan melalui
monev on line Teppa (Sismontep).
(4) Dalam penyusunan Indikator Utama (IKU) mengacu pada POM-10. SOP. 01
Manajemen Strategi termasuk didalamnya proses penetapan IKU unit kerja
dan IK Penyusunan IKU dan pengembangan IKU
(5) Dalam setiap LAKIP Badan POM disampaikan hasil pengukuran capaian
indikator termasuk IKU Badan POM dalam kurun waktu satu tahun. Untuk
LAKIP tahun berikutnya dievaluasi dengan membandingkan capaian indikator
tahun sebelumnya.

b) Sasaran: Meningkatnya akuntabilitas Badan POM terdiri dari dua indikator yaitu
Sistem yang mendorong kinerja organisasi dan Peningkatan kualitas laporan
akuntabilitas.
(1) Sistem yang mendorong kinerja organisasi.
Dalam penerapan SAKIP pada setiap Unit Kerja di lingkungan Badan POM
telah dilakukan Bimtek dan workshop SAKIP, dengan narasumber dari
Bappenas, Kemenpan dan RB, serta kemenkeu. Setiap unit Kerja
penyampaikan draf LAKIP sebagai output pelatihan. Kegiatan ini
merupakan upaya perbaikan berkelanjutan dalam penerapan SAKIP.
Setiap Unit Kerja di lingkungan Badan POM telah menetapkan RKT satu
tahun kedepan dan penetapan kinerja tahun berjalan serta aksi kinerja per
triwulan.
Badan POM telah menyusun POM-10. SOP. 01 Manajemen Strategi
termasuk didalamnya proses penetapan IKU unit kerja dan IK Penyusunan
IKU dan pengembangan IKU

Reformasi Birokrasi 8. 66
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Penerapan Reformasi Perencanaan dan Penganggaran sesuai dengan


Surat Edaran Bersama Menteri PPN dan Menteri Keuangan tanggal 19 Juni
2009 Pada tahun 2012,
Pada tahun 2012, Kementerian Keuangan menerapkan sistem reward dan
punishment kepada Kementerian/Lembaga yang terkait dengan pencapaian
output . Badan POM melakukan perhitungan reward dan punishment
capaian output TA 2011 sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan. Badan POM menerima reward TA 2011 sebesar
Rp. 9,1 Milyar yang disebarkan kembali kepada Unit-Unit yang telah
berkontribusi dalam menghasilkan reward. Hasil penerimaan reward
menambah alokasi anggaran Badan POM pada TA 2012
Pada tahun 2013, Badan POM Melakukan perhitungan reward dan
punishment capaian output TA 2012 sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan. Badan POM menerima reward TA
2012 sebesar Rp. 1,24 Milyar yang diserahkan kembali ke negara untuk
mengurangi pemotongan dalam rangka sharing the burden.
Pada tahun 2014, belum ada permintaan dari Kementerian Keuangan untuk
menghitung reward dan punishment K/L mengingat kondisi fiscal space
negara yang terbatas.
Untuk mengelola informasi dan dokumentasi telah dibentuk Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) berdasarkan Peraturan
Kepala Badan POM Nomor HK. 03. 1. 23. 08. 11. 07456 Tahun 2011
tentang Tata Cara Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan dan Keputusan Kepala Badan POM Nomor
HK. 04. 1. 23. 08. 11. 07457 Tahun 2011 tentang Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
(2) Peningkatan kualitas laporan akuntabilitas
Dalam Peningkatan kualitas laporan akuntabilitas pada setiap Unit Kerja di
lingkungan Badan POM telah dilakukan Bimtek dan workshop SAKIP,
dengan narasumber dari Bappenas, Kemenpan dan RB, serta kemenkeu.
Setiap unit Kerja penyampaikan draf LAKIP sebagai output pelatihan.
Kegiatan ini merupakan upaya perbaikan berkelanjutan dalam penerapan
SAKIP.

Reformasi Birokrasi 8. 67
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Telah disusun Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK. 04. 1. 23. 07.
11. 6690 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Telah dilakukan evaluasi atas LAKIP Unit Kerja di Badan POM
Telah dilakukan review laporan keuangan dengan pendampingan BPKP
dengan hasil berupa surat pernyataan telah di-review yang ditandatangani
oleh Inspektur

3) Dampak
Dalam evaluasi LAKIP Unit Kerja masih terdapat kendala yaitu evaluasi laporan
baru dilakukan sebatas kelengkapan dokumen, belum mencakup kualitas dan
implementasi Pedoman Evaluasi AKIP di Lingkungan Badan POM belum diperbaharui
sehingga terdapat kesenjangan antara hasil evaluasi Inspektorat dengan hasil evaluasi
SAKIP Badan POM oleh KeMenPAN-RB. Dalam melakukan review laporan keuangan
masih menghadapi kendala kurangnya jumlah personil untuk melakukan review
laporan keuangan sehingga berdampak pada waktu penyelesaian LK berdekatan
dengan tenggat waktu penyerahan LK ke Kemenkeu

g. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada Program Penataan Peraturan


Perundang-Undangan
1) Kemajuan Dan Hasil
Program penataan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan
Reformasi Birokrasi di Badan POM mengacu pada Road Map Reformasi Birokrasi
Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2011 2014, meliputi 2 (dua) sasaran:
a) Menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan
terkait pengawasan obat dan makanan.
Indikator dari sasaran area perubahan menurunnya tumpang tindih dan
disharmonisasi peraturan perundang-undangan terkait Obat dan Makanan adalah:
(1) Adanya SOP tentang penyusunan peraturan Perundang-undangan.
(2) SOP mengakomodir 7 asas pembentukan peraturan perundang-undangan (UU
no 10/2004)
(3) Pelaksanaan legal drafting mengacu SOP di atas termasuk dukungan routing
slip.

Reformasi Birokrasi 8. 68
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

(4) Telah dilakukan pemetaan atas peraturan perundang-undangan yang


diidentifikasi tumpang tindih, disharmonis, serta multitafsir, dan hasil identifikasi
segera ditindaklanjuti.
b) Meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundang-undangan.

Pencapaian kemajuan dan hasil pelaksanaan Road Map RB 2011-2013:


Untuk sasaran Pertama, yaitu:
a) Telah disusun SOP Nomor POM-01 tentang Penyusunan Perundang-undangan
yang meliputi penyusunan RUU, RPP, Rancangan Peraturan Menteri, Rancangan
Peraturan Kepala BPOM, Penyusunan Pedoman dan Rancangan Standar dan
rancangan Keputusan beserta IK pelaksanaannya. Selama periode tahun 2011
2013 telah dilakukan continuous improvement melalui audit internal dan eksternal
maupun rapat tinjauan manajemen, yaitu telah dilakukan revisi POM 01. 04 terkait
notifikasi peraturan dan pengunggahan peraturan dalam subsite JDIH.
b) Melakukan identifikasi dan pemetaan peraturan perundang-undangan yang
tumpang tindih, disharmonisasi, serta multitafsir secara berkelanjutan dari tahun ke
tahun, seperti terlampir. Berdasarkan hasil identifikasi dan pemetaan tersebut telah
dilakukan penyusunan/revisi peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan obat dan makanan. Hingga saat ini, berturut-turut telah ditetapkan
Peraturan perundang-undangan:
(1) Tahun 2011 sebanyak 188 peraturan perundang-undangan dan sebanyak 28
berupa Peraturan Kepala Badan POM seperti terlampir;
(2) Tahun 2012 sebanyak 213 peraturan perundang-undangan dan sebanyak 14
berupa Peraturan Kepala Badan; dan
(3) Tahun 2013 sebanyak 338 peraturan perundang-undangan dan sebanyak 45
berupa Peraturan Kepala Badan.
Untuk sasaran Kedua, yaitu:
a) Selama tahun 2011 2013 telah dilakukan pengadaan software pengelolaan
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) sebagai bagian dari Jejaring
Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN). Software JDIH secara terus
menerus dilakukan pengembangan baik dari sisi content maupun lay out.
b) Melakukan sosialisasi baik melalui JDIH, dokumen elektronik dalam bentuk DVD
dan buku kumpulan peraturan perundang-undangan untuk diteruskan kepada unit
internal maupun stakeholder eksternal.

Reformasi Birokrasi 8. 69
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

c) Menerima pengaduan terhadap pengelolaan dokumentasi peraturan perundang-


undangan maupun terhadap substansi peraturan perundang-undangan dan hasil
pengaduan terebut telah dilakukan perbaikan pengelolaan dokumentasi hukum
maupun sebagaai bahan revisi peraturan perundang-undangan.

2) Dampak
Dampak dari sasaran menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi
peraturan perundang-undangan terkait Obat dan Makanan adalah tersusunnya
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan yang tidak
tumpang tindih dan harmonisasi sehingga pelaksanaan pengawasan dan tindak
lanjutnya dapat berjalan secara efektif. Dampak dari sasaran meningkatnya efektivitas
pengelolaan peraturan perundang-undangan adalah bahwa dengan telah terkelolanya
subsite JDIH dengan baik, maka penyebaran dokumentasi dan informasi hukum
pengawasan di bidang obat dan makanan dapat tersedia setiap saat dan dapat
diakses oleh seluruh stakeholder, baik internal maupun eksternal secara luas sehingga
diharapkan implementasi peraturan dan pengawasannya bisa berjalan lebih efektif.

h. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pada Program Peningkatan Kualitas


Pelayanan Publik
1) Kemajuan Dan Hasil
Tantangan pengawasan obat dan makanan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang sangat signifikan baik kompleksitasnya maupun eskalasinya. Jumlah
penduduk yang meningkat drastis serta indeks pembangunan manusia yang belum
membaik secara berarti, memicu perubahan demand yang tidak disertai rasionalitas
produk yang dikonsumsi. Tantangan ini bertambah besar dengan terbukanya system
ekonomi Indonesia, yang mengakibatkan menipisnya entry barrier perdagangan antar
Negara. Dengan sistem ini pula, disepakati Asean Economic Community (AEC) yang
diberlakukan di tahun 2015. ASEAN menjadi pasar tunggal, dan produk yang
diperdagangkan menjadi free entry dan free exit.
Hal ini menimbulkan banyak masalah, termasuk masalah terkait pengawasan
obat dan makanan, seperti membanjirnya produk impor dengan nilai jual yang relatif
lebih rendah dibanding produksi dalam negeri tetapi dengan kualitas yang belum tentu
sesuai dengan standar keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta maraknya produk
illegal dan substandard.

Reformasi Birokrasi 8. 70
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

Dengan posisi tawar yang rendah akibat tingkat ekonomi dan pendidikan yang
belum
membaik, maka pemilihan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat masih cenderung
pada harga dan bukan pada kualitas. Dampak yang lebih besar adalah terpuruknya
status kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi produk yang berisiko terhadap
kesehatan.
Di sisi yang lain, terjadi perubahan paradigma birokrasi untuk menjadi birokrasi
yang lebih bersih dan bersifat melayani. Perubahan paradigm ini dibingkai dalam
reformasi birokrasi agar mampu menjawab tuntutan masyarakat. Pelayanan publik
yang lebih cepat, lebih murah, lebih baik, lebih mudah, transparan, akuntabel dan pasti
menjadi prioritas utama untuk dikembangkan.
Untuk menjawab tantangan ini, Badan POM mengembangkan dan menerapkan
strategi yang komprehensif dan holistik, yang meliputi perkuatan fungsi pengawasan
obat dan makanan secara full spectrum, mulai pre market (penilaian produk sebelum
beredar)
sampai dengan post market (pengawasan produk di peredaran) serta pemberdayaan
masyarakat.
Strategi tersebut, dalam beberapa hal sudah membuahkan hasil, dibuktikan
dengan diperolehnya capaian, antara lain peringkat 6 untuk layanan Notifikasi
Kosmetika, dan peringkat 7 untuk layanan Penilaian Keamanan Pangan dalam
kompetisi Open Government Indonesia, menjadi instansi Pusat dengan indeks
integritas tertinggi dari 85 instansi pemerintah yang disurvei dengan indeks 7,69 pada
Survei Integritas Pelayanan Publik oleh KPK, peringkat ke-6 e-Transparency
Award, peringkat ke-3 Zona Hijau Bidang Kepatuhan Lembaga Pemerintah untuk
penilaian yang dilakukan oleh Ombudsman, memperoleh Sertifikat Akreditasi
Kearsipan yang merupakan pengakuan atas sistem kearsipan Badan POM yang
terintegrasi dengan kemampuan telusur yang cepat dan tepat serta beberapa
penghargaan yang lain.
Namun diakui bahwa di beberapa hal masih banyak perbaikan yang harus
dilakukan untuk tetap meningkatkan perlindungan kepada masyarakat, perbaikan
pelayanan publik serta meningkatkan daya saing obat dan makanan produksi
Indonesia. Upaya perbaikan tersebut termasuk untuk meningkatkan coverage
pengawasan, coverage pemberdayaan masyarakat, kepastian jadwal dan ketepatan
waktu pelayanan. Sebagai upaya perbaikan tersebut, Badan POM berusaha untuk
melakukan efisiensi sumber daya, termasuk sistem dan tata hubungan kerja, tetapi

Reformasi Birokrasi 8. 71
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

sampai saat ini terkendala dari segi jumlah sumber daya manusia aparatur, sehingga
upaya-upaya perbaikan tersebut belum optimal dilaksanakan.
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik mempunyai 2 (dua) sasaran,
yaitu:
a) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat (lebih cepat, lebih
aman, lebih mudah dijangkau, lebih murah) dengan indikatornya adalah pelayanan
publik murah, terjangkau, cepat dan aman.
Untuk mencapai sasaran tersebut, dari tahun 2011 sampai dengan bulan Mei 2014,
telah dihasilkan:
(1) Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 39 tahun 2013 tentang Standar
Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM
(2) Sosialisasi dan implementasi Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 tahun
2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM
(3) Implementasi e-reg dan e-notifikasi antara lain implementasi e-reg obat copy,
pengembangan e-reg renewal obat copy, pengembangan e-reg produk baru
obat tradisional dan suplemen kesehatan, implementasi e-reg obat tradisional
low risk, e-registrasi ulang obat tradisional, implementasi notifikasi kosmetik,
implementasi Notifikasi Perubahan kosmetik dan implementasi Pembaharuan
Notifikasi kosmetik, implementasi e-reg pangan low risk, implementasi e-
payment (notifikasi kosmetik dan e-reg pangan), pengembangan e-reg
pendaftaran iklan, uji coba implementasi e-reg pangan highrisk, dan rencana
implementasi e-reg pangan high risk tahap I (bulan Agustus 2014).
(4) Penerapan single sign on (SSO), SKI paperless, penerbitan SKK Non Obat dan
Makanan pada e-bpom Badan POM sehingga mendukung efisiensi dan
efektivitas sistem NSW. Dengan penerapan ini diharapkan pelayanan semakin
cepat, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pelayanan serta pelayanan lebih
transparan. Dalam rangka meningkatkan akses publik terhadap layanan
informasi terkait pengawasan obat dan makanan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI dengan dukungan dari Global Fund meluncurkan layanan publik
contact center HALOBPOM 500533 yang bertepatan dengan acara puncak
Peringatan HUT Badan POM RI ke-13 tanggal 5 Februari 2014. Contact center
HALOBPOM 500533 dibangun dengan menggabungkan beberapa bentuk
pelayanan informasi publik yang mudah diakses oleh semua kalangan
masyarakat dari berbagai penjuru dengan menyediakan bermacam-macam
jenis pelayanan antara lain interaksi melalui telepon (call), fax, email, sms dan

Reformasi Birokrasi 8. 72
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

datang langsung. Contact center HALOBPOM 500533 memberikan layanan


informasi publik dan pengaduan tentang produk obat dan makanan, pada hari
kerja Senin Jumat pukul 08. 00 18. 00. Di luar jam kerja, layanan informasi,
layanan pengaduan dan layanan informasi keracunan melalui HALOBPOM
500533 dialihkan secara otomatis ke layanan telepon seluler 24 jam. Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut di atas ditemui kendala terkait dengan
kurangnya SDM yang mempunyai kompetensi dibidang Informasi dan
Teknologi serta jumlah SDM tidak sebanding dengan jumlah berkas yang
masuk sehingga beban kerja semakin tinggi.
b) Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat. Dengan indikator terimplementasinya
metode survey kepuasan pelanggan yang efektif, tersedianya sistem penanganan
keluhan, saran dan masukan serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam
penyelengaraan pelayanan publik. Untuk mencapai sasaran tersebut dari tahun
2011 sampai dengan Mei 2014 telah dihasilkan:
(1) Menyelenggarakan survei kepuasan pelanggan untuk seluruh unit pelayanan
Publik di Badan POM Pusat dan Balai Besar/Balai POM, oleh Inspektorat.
Untuk Direktorat Pelayanan Publik telah dilakukan survey oleh pihak ketiga.
(2) Telah menerapkan sistem ISO 9001:2008 terkait dengan keluhan pelanggan,
sehingga diharapkan kinerja dan mutu pelayanan semakin profesional dan
terpenuhinya kepuasan pelanggan.
(3) Meningkatkan intensitas KIE dengan masyarakat.
(4) Menyelenggarakan forum komunikasi dengan pelaku usaha di daerah.

2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat (lebih cepat, lebih aman, lebih mudah dijangkau, dan lebih murah) adalah:
a) Dengan adanya regulasi yang memadai serta SDM yang cukup diharapkan
pelayanan publik yang optimal.
b) Dengan diimplementasikannya Standard Pelayanan Publik, maka petugas
pelayanan publik dapat lebih profesional.
c) Dengan diterapkannya sistem registrasi dan notifikasi secara elektronik akan
berdampak:
Pelayanan lebih cepat
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan Pelayanan menjadi lebih
transparan

Reformasi Birokrasi 8. 73
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI

b) Evaluasi kinerja pelayanan untuk meningkatkan kinerja pelayanan. Dengan


diterapkannya sistem ISO 9001:2008, maka kinerja dan mutu pelayanan semakin
profesional dan terpenuhinya kepuasan pelanggan.
Dampak dari sasaran meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat adalah:
a) Meningkatkan kepercayaan publik terhadap pelayanan publik Badan POM/kinerja
pelayanan publik Badan POM.
b) Memacu untuk meningkatkan kinerja birokrasi pelayanan publik Badan POM.

Reformasi Birokrasi 8. 74

Anda mungkin juga menyukai