MODUL 8
REFORMASI BIROKRASI
Reviewer:
Dr. Endry Boeriswati, M. Pd.
Reformasi Birokrasi 8. 0
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Modul 8
REFORMASI BIROKRASI
A. Pendahuluan
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Reformasi
birokrasi merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional.
Di samping itu reformasi birokrasi dilakukan dengan tujuan untuk
menyelaraskan birokrasi pemerintahan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis, agar sesuai dengan
dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu perlu ada perubahan sistem birokrasi
pemerintahan secara mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi
merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Pentingnya melakukan reformasi birokrasi agar tidak termarginalkan dalam persaingan
global.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membahas tentang Reformasi Birokrasi, Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online, dan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
di Badan POM.
Reformasi Birokrasi 8. 1
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
E. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 3 (tiga)kegiatan belajar, yaitu:
1) Reformasi Birokrasi.
2) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Online.
3) Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Badan POM.
F. Uraian Materi
Kegiatan Belajar 1:
REFORMASI BIROKRASI
1. Pendahuluan
Sebelum membahas tujuan dan pelaksanaan reformasi birokrasi, maka kita
akan memahami terlebih dahulu latar belakang mengapa Indonesia melakukan
reformasi birokrasi. Reformasi merupakan suatu perubahan yang tidak terjadi begitu
saja tetapi ada penyebab yang sangat fondamen dari struktur yang selama ini ada.
Reformasi birokrasi adalah salah satu cara untuk membangun kepercayaan rakyat.
Pengertian dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah suatu usaha perubahan pokok
dalam suatu sistem yang tujuannya mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan
atau kebiasaan yang sudah lama. Ruang lingkup reformasi birokrasi tidak hanya
terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat
struktur dan sikap serta tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan permasalahan yang
bersinggungan dengan wewenang dan kekuasaan.
Perubahan dalam hal ini bertujuan untuk melakukan suatu tindakan perbaikan
dari sesuatu yang dianggap kurang atau tidak baik tanpa melakukan perusakan-
perusakan pranata yang sudah ada. Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang
bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan
seluruh perlengkapannya dalam berbagai kompleksitas manusia didalam masyarakat.
Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya
memberikanperubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik.
Reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi
publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan
tujuan pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change,
improvement, atau modernization. Dari pengertian ini, maka reformasi ruang
Reformasi Birokrasi 8. 2
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga mengaitkan
perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah yang
akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara
efektif dan efisien.
Mengapa Indonesia melakukan Reformasi Birokrasi? Untuk menjawab
pertanyaan ini maka kita perlu mengaji ulang kinerja Birokrasi sebelum ada reformasi.
Seperti yang kita ketahui kinerja birokrasi Indonesia dapat dikatakan dalam kondisi
sakit atau kurang sehat secara organisasi. Maraknya praktik Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) yang mengrongrong kewibawaan pemerintah dalam membentuk
pemerintahan yang bersih ternyata masih jauh dari realitas. Di samping itu, krisis
ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, pada tahun 1998 telahberkembang
menjadi krisis multidimensi yang mengakibatkan adanya tuntutan kuatdari segenap
lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera melaksanakan reformasi
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi ini dapat terjadi
karena adanya desakan dari internal dan eksternal. Desakan tersebut dapat
digambarkan seperti tabel 8. 1.
Pola pikir (mind set) dan budaya kerja Belum sepenuhnya mendukung birokrasi
(culture-set) birokrasi yang profesional
Reformasi Birokrasi 8. 3
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Sejak itu, dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan
birokrasi, yang dikenal sebagai reformasi gelombang pertama. Dalam perkembangan
pelaksanaan reformasi gelombang pertama, reformasi di bidangbirokrasi mengalami
ketertinggalan dibanding reformasi di bidang politik, ekonomi, dan hukum. Oleh karena
itu, pada tahun 2004, pemerintah telah menegaskan kembali akan pentingnya
penerapan prinsip-prinsip clean government dan good governance yang secara
universal diyakinimenjadi prinsip yang diperlukan untuk memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat.
Program utama yang dilakukan pemerintah adalah membangun aparatur negara
melalui penerapan Reformasi Birokrasi. Dengan demikian, Reformasi Birokrasi
gelombang pertama pada dasarnya secara bertahap mulai dilaksanakan pada tahun
2004. Reformasi gelombang kedua bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari
dampak dan ekor krisisyang terjadi 10 (sepuluh tahun) yang lalu. Pada tahun 2025,
Indonesia diharapkan berada pada fase yangbenar-benar bergerak menuju negara
maju. Kedua gelombang ini memiliki penekan yang berbeda. Hal ini dapat kita lihat
pada tabel di bawah ini.
Reformasi Birokrasi 8. 4
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 5
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 6
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
MENINGKATNYA KAPASITAS
PENGAWASAN INTERNAL
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN
DAN AKUNTABILITAS
KINERJA BIROKRASI
YANG BERSIH
PELAYANAN PUBLIK
DAN BEBAS
ORGANISASI KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME
TATA
SDM
LAKSANA
MENINGKAT-
NYA
AKUNTABILITAS KINERJA KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Dengan upaya tersebut, Pada tahun 2014 BPOM diharapkan sudah berhasil
mencapai penguatan dalam hal:
1) Penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
2) Kualitas pelayanan publik.
3) Kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
4) Profesionalisme SDM Aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan
promosiaparatur yang berbasis kompetensi, transparan, dan mampu mendorong
mobilitas aparatur antardaerah, antarpusat, dan antara pusat dengan daerah, serta
memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.
Reformasi Birokrasi 8. 7
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 8
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Pada tahun 2025, diharapkan telah terwujud tata pemerintahan yang baik
denganbirokrasi pemerintah yang profesional, berintegritas tinggi, serta menjadi
pelayan masyarakatdan abdi negara.
Kondisi di atas dapat dikemukakan pada bagan berikut.
Reformasi Birokrasi 8. 9
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 10
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 11
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 12
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
2) Terukur
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented
harus dilakukan secara terukur dan jelas target serta waktu pencapaiannya.
3) Efisien
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented
harus memperhatikan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efisien dan
profesional.
4) Efektif
Reformasi Birokrasi harus dilaksanakan secara efektif sesuai dengan target
pencapaian sasaran Reformasi Birokrasi.
5) Realistik
Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan program ditentukan secara
realistik dan dapat dicapai secara optimal.
6) Konsisten
Reformasi Birokrasi harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, dan
mencakup seluruh tingkatan pemerintahan, termasuk individu pegawai.
7) Sinergi
Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara sinergi. Satu tahapan
kegiatan harus memberikan dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu
program harus memberikan dampak positif bagi program lainnya. Kegiatan yang
dilakukan satu instansi pemerintah harus memperhatikan keterkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya, dan harus menghindari
adanya tumpang tindih antar kegiatan di setiap instansi.
8) Inovatif
Reformasi Birokrasi memberikan ruang gerak yang luas bagi K/L dan Pemda
untuk melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran
pengetahuan, dan best practices untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
9) Kepatuhan
Reformasi birokrasi harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
10) Dimonitor
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi harus dimonitor secara melembaga untuk
memastikan semua tahapan dilalui dengan baik, target dicapai sesuai dengan
rencana, dan penyimpangan segera dapat diketahui dan dapat dilakukan
perbaikan.
Reformasi Birokrasi 8. 13
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
i. Strategi Pelaksanaan
Langkah-langkah strategi pelaksanaan Reformasi Birokrasi meliputi tingkat
pelaksanaan, pelaksana, program, dan metode pelaksanaan. Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi dilakukan melalui 3 (tiga) tingkat pelaksanaan, sebagaimana dijelaskan pada
tabel di bawah ini.
Reformasi Birokrasi 8. 14
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 15
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 16
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
PENGUNGKIT HASIL
POLA PIKIR DAN BUDAYA KERJA
MENINGKATNYA KAPASITAS
PENGAWASAN INTERNAL
TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN
DAN AKUNTABILITAS
KINERJA BIROKRASI
YANG BERSIH
PELAYANAN PUBLIK
DAN BEBAS
ORGANISASI KORUPSI,
KOLUSI, DAN
NEPOTISME
TATA
SDM
LAKSANA
MENINGKAT-
NYA
AKUNTABILITAS KINERJA KUALITAS
PELAYANAN
PUBLIK
PENATAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Reformasi Birokrasi 8. 17
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
b. Penataan Tatalaksana
Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM berkomitmen
untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap
kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan
pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut
dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara
berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality
Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC 17025:2005; PIC/S
Quality System Requirement for Pharmateucal Inspectorate (PI 0023), OHSAS
18001:2007; ISO 27001:2013 Information Security Management System; WHO Quality
System Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan
Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan
pengembangan (KNAPPP02:2007).
Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga
dilakukan melalui penerapan e-government atau penggunaan teknologi informasi di
lingkungan BPOM, di antaranya pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional)
dan berbagai penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan
secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Berbagai sistem
mutu dan pengembangan e-government yang dapat meningkatkan kinerja BPOM
tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya agar
pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Reformasi Birokrasi 8. 18
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
prolegnas setiap tahunnya bersamaan dengan penyusunan rencana kerja. Selain itu
sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan bahwa setiap norma kebijakan yang akan
diratifikasi memberikan manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit
analysis. Sementara itu, terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu
dilakukan regulatory impact assessment. Kaitannya dengan pengawasan Obat dan
Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal
berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK
Bupati/Walikota.
Pada level operasional, BPOM telah memiliki Pedoman Pengawasan yang jelas
untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan, juga menerbitkan standar mutu
lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketersediaan
peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk
Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum.
Tantangan ke depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan
hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun
persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser
pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama di Free Trade Zone Area.
Upaya ini pun perlu diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian
negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.
Reformasi Birokrasi 8. 19
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
e. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya
pengawasan yang dilakukan BPOM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan
efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan BPOM serta menghindari
tingkat penyalahgunaan wewenang.
Pengawasan yang dilakukan BPOM antara lain melalui kebijakan penanganan
gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan
pengaduan masyarakat, implementasi whistle-blowing system, penanganan benturan
kepentingan, pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan pendayagunaan Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang
dilakukan BPOM tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan
pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran APIP
dan unit pengawas fungsional (Inspektorat) sebagai internal-consultant yang
melaksanakan fungsi pembinaan, penataan, pengawasan, dan pentaatan dengan
dukungan SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta berfokus pada
pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang
mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan
kerugian negara.
Reformasi Birokrasi 8. 20
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut
didukung oleh sistem informasi kepegawaian.
Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi
kuantitas SDM BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan
fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen pemerintah menuntut
adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk
saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan
penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal
pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun.
Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah dibangun juga perlu
dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan kebijakanmanajemen SDM BPOM.
g. Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan
konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya
kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan
sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM
telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran
atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan
pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur
pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka
pelaksanaan REFORMASI BIROKRASI.
Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya
resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk
mensosialisasikan REFORMASI BIROKRASI atau perubahan yang sedang dan akan
dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum
pembelajaran atau inovasi.
Berdasarkan kondisi obyektif capaian yang dipaparkan di atas, kapasitas
BPOM sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan masih perlu terus dilakukan
penataan dan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dukungan regulasi yang
dibutuhkan, terutama peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran dan
tugas pokok dan fungsinya agar pencapaian kinerja di masa datang semakin membaik
dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan Obat dan Makanan yang lebih
ketat dalam menjaga keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan.
Reformasi Birokrasi 8. 21
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 22
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 23
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 2:
PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SECARA ONLINE
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Online
merupakan sebuah instrumen bantu berupa aplikasi teknologi informasi (TI) berbasis
Web. PMPRB Online akan mempercepat proses Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh masingmasing K/L dan Pemda dalam hal
Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Evaluasi Data, dan Monitoring serta
memudahkan proses saling belajar (bench learning) secara real time online.
Untuk memudahkan dalam penggunaan PMPRB online, dibuatlah sebuah buku
petunjuk teknis sebagai acuan bagi seluruh pengguna PMPRB Online. Buku Petunjuk
Teknis PMPRB online ini dirancang sedemikian rupa, agar lebih mudah dan cepat
untuk dipahami. Di dalam Buku Petunjuk akan banyak ditemui cuplikan gambar
(screenshots) dari aplikasi dan diharapkan dengan cuplikan gambar ini, pengguna
akan lebih cepat memahami penggunaan instrumen PMPRB.
c. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis PMPRB secara online meliputi mekanisme pengoperasian,
pengelolaan dan penyajian informasi, dan proses pencapaian tujuan dan sasaran
reformasi birokrasi.
Reformasi Birokrasi 8. 24
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
d. Pengertian Umum
1) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model
penilaian mandiri yang digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta
analisis yang menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja
instansi pemerintah.
2) Online adalah bila suatu sistem terkoneksi/terhubung dengan internet.
3) PMPRB Online merupakan sebuah instrumen bantu berupa aplikasi teknologi
informasi (TI) berbasis Web untuk kemudahan Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi.
4) Assessor adalah seseorang yang memahami prosedur pelaksanaan penilaian, dan
telah mengikuti pelatihan assessor.
Reformasi Birokrasi 8. 25
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 26
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
4) Dari data hasil penilaian pelaksanaan RB oleh seluruh K/L dan Pemda, akan
diperoleh informasi mengenai daftar K/L dan Pemda yang telah mengirimkan
PMPRB nya secara online.
5) Kementerian PAN dan RB c. q. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas
Aparatur, dan Pengawasan, berperan sebagai Admin MENPANRB yang berfungsi
melakukan Pengelolaan Data, Penilaian, Monitoring dan Evaluasi serta pembuatan
Profil Pelaksanaan Reformasi Birokrasi baik di tingkat nasional.
Proses pada PMPRB Online, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Reformasi Birokrasi 8. 27
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 28
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
2) Menjalankan Aplikasi
Untuk menjalankan aplikasi PMPRB Online caranya:
1) Buka Browser.
2) Ketik alamat situs berikut : http://pmprb. menpan. go. id lalu klik <ENTER>
Reformasi Birokrasi 8. 29
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Untuk memasuki aplikasi PMPRB, gunakan ID pengguna dan kata Sandi yang
didapatkan dari Admin MENPANRB.
Di bagian atas, setelah SELAMAT DATANG, pada posisi awal belum ada nama
pengguna. Jika sudah penilaian mulai diisi, maka akan muncul nama pengguna
(Inspektur). Di sisi sebelah kiri layar adalah menu untuk masuk ke proses
selanjutnya, sedangkan di sisi sebelah kanan terdapat dua tabel. Tabel pertama
Reformasi Birokrasi 8. 30
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
3) Menu Identitas
Layar yang akan terlihat untuk menu identitas adalah sebagai berikut:
Reformasi Birokrasi 8. 31
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Isilah profil, karena proses selanjutnya tidak dapat dilakukan jika profil belum
lengkap.
Tampilan untuk menu ubah sandi adalah sebagai berikut:
4) Menu Penilaian
Menu penilaian hanya bisa diproses jika identitas sudah terisi lengkap. Untuk
masuk ke menu penilaian, klik menu PENILAIAN yang terletak di sisi sebelah kiri
atau klik INPUT PENILAIAN di bagian paling bawah.
Layar yang akan terlihat adalah sebagai berikut:
Reformasi Birokrasi 8. 32
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
5) Penilaian Proses
Reformasi Birokrasi 8. 33
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Setelah membuka halaman yang berisi pertanyaan untuk Penilaian Proses. Anda
akan menemui beberapa tombol untuk 8 program Reformasi. Birokrasi. Jika
penilaian baru akan dimulai, maka tab folder berwarna abuabu. Jika penilaian suda
dimulai dan belum selesai, maka tab folder berwarna merah. Dan jika penilaian
sudah selesai dilakukan, maka tab folder akan berwarna merah.
6) Penilaian Hasil
Reformasi Birokrasi 8. 34
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
7) Progres Penilaian
Reformasi Birokrasi 8. 35
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Tampilan layar ini merupakan preview penilaian dengan nilainya yang telah
diinputkan sebelumnya. Pada kolom opsi penilaian, terdapat 4 menu:
1) Penilaian Lengkap, untuk melihat detail pengisian evaluasi PMPRB.
2) Penilaian Komponen, untuk melihat hasil pengisian evaluasi PMPRB yang
dilengkapi dengan grafik
3) Input/Perbaiki, untuk mengubah jawaban pengisian evaluasi PMPRB.
4) Kirim Penilaian, untuk mengirim hasil pengisian evaluasi PMPRB ke
Setjen/Sesmen/Sestama/Sekda untuk ditindaklanjuti.
8) Penilaian Lengkap
Untuk melihat penilaian lengkap, klik , maka akan ditampilkan seluruh hasil
pengisian PMPRB dalam bentuk tabel lengkap beserta indikator dan jawaban yang
telah diisi.
9) Penilaian Komponen
10) Input/Perbaiki
Reformasi Birokrasi 8. 36
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Dalam layar akan muncul peringatan, jika dipandang hasil penilaian sudah cukup
merepresentasikan profil reformasi birokrasi menurut pandangan para penilaian
yang dikoordinasikan oleh Inspektorat, maka dapat diklik tombol OK. Tampilan
layar setelah dikirim ke Sekretaris adalah sebagai berikut:
Reformasi Birokrasi 8. 37
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Dari tampilan layar ini, pimpinan dapat melihat hasil penilaian dengan mengklik
dua tombol yang tersedia.
Reformasi Birokrasi 8. 38
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Dalam layar akan terdapat peringatan, dan jika diklik OK, maka Inspektorat
harus memperbaiki hasil penilaian.
d) Jika hasil PMPRB dipandang telah merepresentasikan profil pelaksanaan
reformasi birokrasi di instansi, maka hasil PMPRB dapat dikirimkan ke
Kementerian PAN dan RB dengan mengklik. Tampilan layar akan terlihat
sebagai berikut:
Dalam layar akan terdapat peringatan dan jika diklik tombol OK, maka hasil
PMPRB sudah dipandang final dan tidak dapat dirubah lagi.
Reformasi Birokrasi 8. 39
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Kegiatan Belajar 3:
PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BADAN POM
BPOM melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun
2010 tentang Grand Design RB 2010-2025. Proses RB yang dilakukan BPOM
merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan RB. Pelaksanaan RB di BPOM melalui serangkai proses, mulai dari
pengajuan dokumen, pembentukan tim, sampai pada pelaksanaan RB yang dimulai
pada tahun 2009.
Reformasi Birokrasi 8. 40
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
b. Surat Keputusan yang terakhir ditetapkan pada tahun 2012 yaitu Surat Keputusan
Kepala Badan POM RI Nomor HK. 04. 1. 24. 11. 12. 7154 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Tim Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Tim Reformasi Birokrasi terdiri atas: 1) Tim Pengarah, 2) Tim Pelaksana, 3)
Pokja, dan 4) Tim PMPRB. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas
Tim Reformasi Birokrasi sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama,
dibentuk Sekretariat.
Tim Reformasi Birokrasi bertanggung jawab kepada Kepala Badan POM.
Pokja yang diatur dalam Keputusan ini terdiri dari 7 (tujuh) Pokja, yaitu:
(1) Pokja I : Bidang Penataan Organisasi dan Tata Laksana.
(2) Pokja II : Bidang Peraturan Perundang-undangan di bidang
pengawasan obat dan makanan.
(3) Pokja III : Bidang Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia Aparatur
(4) Pokja IV : Bidang Penguatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja.
Reformasi Birokrasi 8. 41
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 42
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 43
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Besar/Balai POM terhadap keempat fungsi tersebut selanjutnya dinilai dan dievaluasi
agar dapat dirumuskan intervensi dan dilakukan pembinaan oleh Pusat.
Operasionalisasi pembagian peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai
POM ditetapkan dalam bentuk kegiatan pada Diseminasi Sinergisme Perencanaan dan
Penganggaran Pusat dan Balai yang dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu
tahapan siklus perencanaan dan penganggaran BPOM.
BPOM menetapkan penataan kelembagaan sebagai salah satu arah kebijakan
dalam mendukung sistem pengawasan Obat dan Makanan. Penataan kelembagaan
dilakukan melalui evaluasi kelembagaan untuk mengukur tingkat efektivitas dan
efisiensi struktur organisasi BPOM saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan
tahun 2014, disimpulkan bahwa struktur organisasi BPOM saat ini cukup efisien tetapi
masih membutuhkan penyesuaian struktural secara bertahap (jangka pendek dan
menengah). Kesimpulan yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk melakukan restrukturisasi organisasi menuju struktur organisasi
yang tepat ukuran (right size). Telah dilakukan pembahasan restrukturisasi organisasi
terkait rencana restruktrusasi organisasi yang dilakukan secara bertahap yaitu jangka
pendek dan jangka menengah. Untuk jangka pendek telah disusun draft naskah
akademis restrukturisasi organisasi BPOM. Untuk jangka panjang dilakukan penguatan
beberapa fungsi dengan pembentukan Pusdiklat, Pusat Kajian risiko, Pusat
Komunikasi Publik dan inspektorat Utama serta Biro keuangan dan BMN.
Untuk sasaran ke-2, BPOM telah memiliki unit yang menangani kepegawaian
dan diklat serta kehumasan. Dalam rangka peningkatan kapasitas organisasi dalam
hal transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang/jasa, BPOM
telah membentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa berdasarkan
Peraturan Kepala BPOM Nomor 45 Tahun 2013 tentang Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM serta Keputusan Kepala BPOM Nomor HK. 04. 1.
23. 01. 14. 0147 Tahun 2014 tentang Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan BPOM.
Koordinasi antar unit di lingkungan BPOM dilakukan secara rutin setiap tahun
sesuai siklus perencanaan dan penganggaran seperti gambar sebagai berikut:
2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada program penataan dan penguatan
organisasi selama lima tahun terakhir memiliki dua dampak sebagai berikut.
Reformasi Birokrasi 8. 44
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
a) Dampak dari sasaran menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal
Badan POM adalah:
(1) SOP dapat disusun berdasarkan keterkaitan pelaksanaan tugas dan fungsi
antarunit kerja
(2) Indikator Kinerja Kegiatan unit kerja dapat dirumuskan sesuai pelaksanaan
tugas dan fungsi
(3) Dengan adanya pembagian peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM
secara jelas, meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan Obat dan
Makanan serta efisiensi penggunaan anggaran (performance based budgeting)
(4) Restrukturisasi organisasi menuju struktur organisasi yang tepat fungsi (efektif)
dan tepat ukuran (efisien)
b) Dampak dari sasaran meningkatnya kapasitas Badan POM dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi adalah:
(1) Koordinasi antarunit melalui rangkaian kegiatan dalam siklus perencanaan dan
penganggaran dilakukan agar memenuhi urgensi, efektivitas, efisiensi dan daya
ungkit kegiatan terhadap kinerja organisasi
(2) Peningkatan kapasitas organisasi melalui pembentukan ULP sebagai upaya
untuk menjamin pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM
agar lebih terintegrasi dan terpadu sesuai ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku untuk mencegah terjadinya permasalahan dan penyimpangan
serta untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi BPOM yang pada pelaksanaannya tidak terlepas dari pengadaan
barang/jasa.
Reformasi Birokrasi 8. 45
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 46
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
menetapkan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK. 04. 1. 23. 11. 11. 09219 Tahun
2011 tentang Penerapan Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
BPOM. BPOM telah memperoleh 55 (lima puluh lima) status registrasi sertifikasi ISO
9001:2008 terhadap seluruh unit kerja di lingkungan BPOM yang terdiri dari 23 Unit
Kerja Pusat dan 31 Balai Besar/Balai POM serta BPOM secara keseluruhan atas
penerapan sistem manajemen mutu secara konsisten.
Sebelum pengembangan sistem manajemen mutu, BPOM terlebih dahulu telah
menerapkan sistem jaminan mutu laboratorium sesuaiISO/IEC 17025:2005 untuk
seluruh laboratorium pengujian yang dimiliki BPOM baik di pusat maupun Balai
Besar/Balai POM. Selain kedua sistem mutu tersebut, beberapa unit kerja di
lingkungan BPOM telah menerapkan sistem mutu lainnya seperti PIC/S Quality System
Requirement for Pharmaceutical Inspectorate (PI 0023), WHO Quality System
Requirement for National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002), OHSAS
18001:2007, Persyaratan Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk
sistem riset dan pengembangan (KNAPPP02:2007), Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional (PPOMN) Badan POM sebagai ASEAN Reference Laboratory,
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) diakui secara resmi oleh
Global Fund for AIDS, TB, dan Malaria sebagai laboratorium yang terakreditasi
ISO/IEC 17025 untuk melakukan pengujian kualitas pada obat-obatan Global Fund
yang digunakan untuk pengobatan HIV, TB dan Malaria.
Berkaitan dengan sasaran ke-4, telah dilakukan beberapa kemajuan
diantaranya adalah:
a) Telah disusun Grand Desain Pengawasan Obat dan Makanan 2011-2015.
b) Telah dilakukan review terhadap Renstra BPOM tahun 2010-2019
c) Arah kebijakan Badan POM, fokus prioritas, program dan kegiatan setiap tahunnya
mengacu pada Renstra.
d) Telah dilakukan penyusunan rancangan teknokratis Renstra 2015-2019, peta
strategi, sasaran strategis serta IKU.
2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada program penataan tata laksana selama
limat tahun terakhir memiliki dampak sebagai berikut:
a) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan melalui
pelaksanaan tugas dan fungsi K/L sesuai prosedur kerja
Reformasi Birokrasi 8. 47
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
c. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pada Program Pola Pikir Dan Budaya Kerja
(Manajemen Perubahan)
1) Kemajuan Dan Hasil
Pada Program pola pikir dan budaya kerja (manajemen perubahan) mempunyai
tiga sasaran yaitu:
a) Meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam melakukan reformasi
birokrasi.
b) Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya kerja
c) Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi
terhadap perubahan.
Pada sasaran pertama, dengan indikator: a) terbentuknya Tim Manajemen
Perubahan, b) tersusunnya strategi manajemen perubahan, dan c) Tersusunnya
strategi komunikasi manajemen perubahan, kemajuan yang telah diperoleh mulai
tahun 2011 s. d. 2014 adalah suatu proses yang sistematis dengan menerapkan
pengetahuan, sarana, dan sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser
dari kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja
Reformasi Birokrasi 8. 48
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang akan terkena dampak dari proses
perubahan tersebut.
Dalam manajemen perubahan, komitmen seluruh unit kerja sangat dibutuhkan
untuk memperlancar proses perubahan berkesinambungan ke arah yang lebih baik
ehingga perlu dibentuk perangkat pengelola manajemen perubahan yang terdiri dari
agent of change atau agen-agen perubahan di setiap unit kerja. Pada tahun 2011 telah
itetapkan Keputusan Kepala BPOM No. HK. 04. 1. 23. 08. 11. 07. 516 tahun 2011
tentang Pembentukan Perangkat Pengelola Manajemen Perubahan (Project
Management Office) di Badan POM. Untuk memperkuat manajemen perubahan di
Badan POM telah dlakukan beberapa upaya, yaitu:
a) Badan POM telah menyusun Strategi Manajemen Perubahan tahun 2011. b)
Assessment Kesiapan Organisasi Untuk Berubah tahun 2011.
b) Telah disusun Pedoman Learning Organization (LO) termasuk kuesioner LO pada
tahun 2012. Dalam wadah LO yang dikembangkan di lingkungan BPOM,
diharapkan dapat tercipta budaya pemecahan masalah di lingkungan BPOM
meningkatkan kualitas, kapabilitas dan kompetensi SDM di BPOM dalam
menjalankan fungsi BPOM sebagai institusi pengawas obat dan makanan, serta
mencapai visi Badan POM.
c) Telah disusun Strategi Komunikasi dan Kehumasan dan Video LO yang
menampilkan 5 (lima) dimensi LO yaitu dinamika pembelajaran, transformasi
organisasi, pemberdayaan manusia, manajemen pengetahuan dan penerapan
teknologi.
Pada sasaran kedua dengan Indikator terbangunnya komitmen, partisipasi dan
perubahan perilaku yang diinginkan, kemajuan dan hasil yang telah diperoleh mulai
tahun 2011 s. d. 2014 adalah:
a) a) telah dilakukan sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan termasuk
pelaksanaan training of trainers (TOT) Agents of Change unit kerja Pusat dan Balai
tahun 2011 menggunakan Modul Pelatihan bagi para agent of change Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang penerapan manajemen perubahan dalam
rangka reformasi birokrasi BPOM.
b) Pada tanggal 20 Oktober 2011 telah diselenggarakan penggalangan komitmen
BPOM untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi melalui penerapan QMS BPOM
dan penyerahan dokumen QMS kepada seluruh unit kerja di lingkungan BPOM.
c) Telah dilakukan evaluasi penerapan Learning Organization (LO) melalui
penyebaran kuesioner kesetiap unit kerja yang menunjukkan bahwa rata-rata
Reformasi Birokrasi 8. 49
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 50
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
f) Sejak tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah membentuk learning
Organization (LO) di masing-masing unit kerja, terdiri dari fasilitator learning
Organization LO dan Forum LO yang bertemu secara berkala untuk membahas
dan memecahkan masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan menggunakan
metode yang sistematis dan perangkat bantu manajemen yang efektif
2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya komitmen pimpinan dan pegawai dalam
melakukan reformasi birokrasi adalah:
a) Meningkatkan kinerja pengawasan obat dan makanan dimana unit kerja masing-
masing melakukan kegiatan manajemen perubahan yang akhirnya akan
berdampak pada peningkatan kinerja organisasi.
b) Meningkatkan semangat pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan pegawai Badan
POM dalam bernegara, berorganisasi, bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri
dan sesama PNS dengan adanya Kode Etik PNS di Lingkungan Badan POM.
Selain itu Kode Etik juga sebagai pegangan dalam melayani pelanggan.
Reformasi Birokrasi 8. 51
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 52
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 53
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Dalam pembuatan soal TKB, dibentuk Tim serta melibatkan institusi pendidikan
dan instansi pembina Jabatan Fungsional Tertentu. Dalam proses pencetakan,
pengepakan, dan pendistribusian soal dan Lembar Jawaban Komputer (LJK),
dilakukan dengan selalu menjaga kerahasiaan dari kebocoran soal dengan sistem
penjagaan dan pengawasan yang ketat. Guna mengantisipasi penyalahgunaan soal
yang telah terpakai maupun sisa LJK, maka berkas tersebut dimusnahkan langsung
setelah penyelenggaraan seleksi selesai, dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan. Sedangkan dalam rangka melakukan upaya perbaikan secara terus
menerus atas proses Pengadaan Pegawai, maka setelah kegiatan berakhir dilakukan
evaluasi dan pembuatan laporan.
Pola pengembangan karier disusun dengan tujuan agar modal insani BPOM
dapat
mencurahkan segala pengabdiannya dengan tenang, ikhlas, dan mempunyai tujuan.
Pola Karier merupakan bentuk nyata dari upaya pemberian kesempatan bagi pegawai
untuk mengembangkan bakat, minat, keahlian profesi, maupun pengalaman dalam
jabatan, berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Dengan pola karier yang
jelas, pemilihan pegawai untuk menduduki suatu jabatan akan sesuai dengan syarat
jabatan dan lebih akuntabel, bahkan dapat meminimalkan like and dislike (suka/tidak
suka dari pimpinan terhadap staf) pada proses pemilihan pegawai untuk menduduki
jabatan tertentu.
BPOM telah melakukan kajian penyusunan Pola Karier serta penyusunan SOP
Mutasi dan Promosi sehingga diharapkan penempatan pegawai akan lebih jelas,
terarah, transparan, dan sesuai dengan kompetensinya. Selain penyusunan prosedur
Pola Karier maupun Mutasi dan Promosi, BPOM mulai tahun 2014 mulai menerapkan
Lelang Jabatan secara terbuka untuk mengisi Jabatan Kepala BPOM, Pejabat
Struktural Eselon I dan II/Pejabat Utama dan Madya yang belum terisi, dengan metode
Assessment Center dengan melibatkan pihak ketiga. Kendala yang ada dalam
menerapkan Lelang Jabatan secara terbuka ini adalah sumber daya pendukung belum
optimal, terutama kurangnya Asesor Internal untuk Assessment Center. Namun
demikian pada tahun 2014, BPOM telah menyiapkan tenaga Asesor dengan
mengikutsertakan 7 (tujuh) pegawai untuk mengikuti pelatihan Aseseor. Diharapkan
Asesor ini dapat melakukan asesmen khusus untuk seleksi terbuka Jabatan
Administrasi.
Guna perekaman kehadiran pegawai lebih tertata dan akurat, BPOM
menerapkan pencatatan kehadiran secara elektronik dengan sidik jari dan/atau wajah,
Reformasi Birokrasi 8. 54
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 55
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
harus memiliki modal insani yang kompeten di bidangnya. Hal tersebut mengisyaratkan
perlunya ketersediaan informasi yang berkaitan dengan kompetensi yang dituangkan
dalam Standar Kompetensi Jabatan. Standar Kompetensi Jabatan BPOM telah
ditetapkan dalam Keputusan Kepala BPOM Nomor OR. 08. 1. 07. 12. 4830 Tahun
2012 tentang Standar Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.
Dalam rangka pengukuran kompetensi individu telah sesuai dengan profil
jabatan yang dipersyaratkan dalam jabatan, penempatan dalam jabatan, dan
pengembangan pegawai, diperlukan profil kompetensi pegawai yang diperoleh dari
hasil Asesmen/Penilaian Kompetensi. Penilaian Kompetensi pegawai BPOM,
dilakukan tidak hanya terbatas pada Pejabat Struktural, namun dilaksanakan untuk
semua jenjang.
Tingkat pendidikan saja tidak mampu menggambarkan secara utuh kebutuhan
kompetensi BPOM. Kompetensi dibentuk dari skill (ketrampilan), knowledge
(pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan atau pendidikan), serta attitude
(perilaku yang tercermin dari penerapan Budaya Kerja BPOM). Sesuai tingkatan serta
jenis jabatan, seluruh lingkup kompetensi ini perlu dikembangkan.
Peningkatan kompetensi pegawai antara lain dapat dilakukan melalui coaching,
mentoring, pemberian tugas-tugas, maupun pelatihan dan pendidikan berbasis
kompetensi melalui program Tugas Belajar dan Ijin Belajar. Terkait pemberian Tugas
Belajar dan Ijin Belajar, pada tahun 2013 BPOM sudah menetapkan Keputusan Kepala
Badan Nomor HK. 04. 2. 24. 11. 13. 08000 Tahun 2013 tentang Pedoman Pemberian
Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM dan
dilanjutkan dengan implementasinya pada tahun 2014.
Adapun jumlah pegawai yang telah melakukan peningkatan kompetensi melalui
pelatihan dan pendidikan sebagai berikut:
a) Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) merupakan metode untuk menentukan
danmemutuskan perlu tidaknya pelatihan ataupun penugasan melalui tugas
belajar. Pada tahun 2013 telah dilakukan AKD untuk tahun 2014 sehingga
diharapkan proses diklat pada tahun 2014 sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
BPOM. Untuk tahun 2014, perlu segera ditetapkan Pedoman AKD. Hal ini karena
masih terdapat usulan pendidikan dan pelatihan yang masih kurang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga perlu dilakukan kajian dan pembahasan lebih lanjut.
b) Selain melalui pendidikan lanjutan, BPOM juga menyelenggarakan pelatihan teknis
dan manajemen, pelatihan soft skill, serta pelatihan dalam jabatan. Pelatihan
dalam jabatan meliputi Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan, dan Diklat
Reformasi Birokrasi 8. 56
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
2) Dampak
Pelaksanaan reformasi birokrasi pada Program Penataan SDM Aparatur
memoliki dampak sebagai berikut:
a) Dampak dari sasaran Meningkatnya Ketaatan terhadap Pengelolaan SDM
Aparatur adalah:
(1) Dengan adanya Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan, maka akan semakin
meningkatkan pemahaman dan penerapan atas uraian jabatan yang
mengandung tugas, tanggung jawab, dan hasil kerja yang harus diemban
pegawai dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta memudahkan dalam
penyusunan formasi, Pola Karier, serta Kinerja.
(2) Dengan dengan adanya Analisis Jabatan yang salah satu keluarannya adalah
Peta Jabatan, maka akan semakin tergambarkan kondisi jabatan yang ada
dalam suatu unit kerja sehingga memudahkan penempatan pegawai dalam
jabatan disesuaikan dengan kebutuhan dan kompetensi yang dipersyaratkan.
(3) Dengan adanya pemeringkatan Harga Jabatan, maka pemberian tunjangan
kinerja dan gaji disesuaikan dengan Nilai Jabatan dan Kelas Jabatan sehingga
adil dan layak selaras dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab jabatan
tersebut.
b) Dampak dari sasaran Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
SDM Aparatur adalah:
(1) Modal insani merupakan salah satu aset penting dalam institusional
Development Plan BPOM karena apabila secara kualitas (kompetensi) dan
kuantitas mencukupi, maka akan memberikan kontribusi maksimal dalam
peningkatan kinerja dan mampu mengimbangi kecepatan perubahan
lingkungan strategis yang semakin dinamis dalam mewujudkan melindungi
masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
(2) Dengan adanya Man Power Planning maka penempatan pegawai akan lebih
terstruktur disesuaikan dengan kompetensi pegawai dan formasi.
Reformasi Birokrasi 8. 57
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 58
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 59
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 60
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 61
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
tahun 2012 telah dilakukan audit operasional di 30 Satuan Kerja, audit tujuan
tertentu di 4 Satuan Kerja; tahun 2013 telah dilakukan audit operasional di 16
Satuan Kerja, audit tujuan tertentu di 9 Satuan Kerja; dan tahun 2014 semester 1
telah dilakukan audit operasional di 8 Satuan Kerja, audit tujuan tertentu di 2
Satuan Kerja. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan keuangan dan aset, antara
telah dilakukan:
(1) Pembinaan pengelolaan aset dilakukan dengan melakukan sosialisasi
pengelolaan BMN kepada pengelola BMN pada masing-masing unit kerja di
Badan POM, dengan narsumber dari Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu; tiap
tahun dilakukan monitoring ke unit kerja yang dipilih secara sampling.
(2) Pembinaan pengelolaan keuangan dilakukan dengan supervisi terhadap
pelaksanaan dan pelaporan anggaran di Satuan Kerja Lingkungan Badan
POM
Reformasi Birokrasi 8. 62
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
b) Tahun 2011 opini WTP dengan paragraf penjelas. Jumlah temuan 13, jumlah saran
27. Temuan yang selesai ditindaklanjuti 8, saran yang selesai ditindaklanjuti 22
c) Tahun 2012 opini WTP. Jumlah temuan 18, jumlah saran 35. Temuan yang selesai
ditindaklanjuti 2, saran yang selesai ditindaklanjuti 5
d) Tahun 2013 opini TMP. Jumlah temuan 13, jumlah rekomendasi 27. Semua telah
ditindaklanjuti namun belum diketahui status akhirnya
e) Tahun 2014 opini WDP, namun belum terdapat LHP
f) Melakukan review laporan keuangan dan laporan BMN
g) Telah dilakukan reviu laporan keuangan dengan pendampingan BPKP dengan
hasil berupa surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh Inspektur.
h) Indikator Meningkatnya peran APIP dalam mendorong meningkatkan status opini
Laporan Keuangan
i) Melakukan pembinaan terhadap penyusunan laporan keuangan
j) Pembinaan penyusunan laporan keuangan per semester dan tahunan
dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan, Supervisi ke Balai/Balai Besar POM.
k) Monev CAPA:
(1) Telah disusun Action Plan rekomendasi hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan Badan POM oleh BPK
(2) Melakukan monitoring Tindak Lanjut temuan BPK. - Menyusun strategi meraih
kembali WTP, dan
(3) Forum Group Discussion (FGD) penyelesaian Tindak Lanjut Temuan BPK
Reformasi Birokrasi 8. 63
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
d) Internalisasi budaya anti korupsi di Badan POM telah dilakukan dengan pembuatan
edaran larangan menerima gratifikasi dan kewajiban melapor, lomba pembuatan
banner dan spanduk anti korupsi, kampanye anti korupsi pada Hari Anti Korupsi,
dan penandatanganan komitmen penerapan pengendalian gratifikasi di lingkungan
Badan POM
e) Penandatanganan Pakta Integritas bagi seluruh Pejabat Struktural dan Fungsional
yang mengani pelayanan publik telah dilakukan secara bertahap mulai dari pejabat
struktural, fungsional tertentu pada unit kerja, hingga seluruh pegawai Badan POM.
f) Pelaksanaan koordinasi, monitoring, dan evaluasi bidang pengawasan dan
pemberantasan korupsi dilakukan melalui Keputusan Kepada Badan POM RI
Nomor HK. 04. 1. 242. 08. 11. 07084 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Organisasi Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Badan
POM, serta penyusunan laporan Kormonev tahun 2011. Juga dilakukan program
percepatan pemberantasan korupsi yang dilaporkan kepada Bappenas/UKP4.
g) Indikator meningkatnya implementasi e-procurement barang dan jasa, telah
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) Menerbitkan pemberitahuan pengadaan barang dan jasa di lingkungan Badan
POM untuk pengadaan bernilai Rp. 1 Milyar ke atas dengan Surat
Pemberitahuan Nomor HM. 03. 01. 2. 24. 08. 10. 0424 yang salah satu poinnya
adalah menyebutkan bahwa paket pelelangan dengan nilai di atas 1 miliar wajib
diproses melalui LPSE.
(2) Implementasi e-procurement (LPSE) barang dan jasa untuk seluruh pengadaan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dilakukan dengan
menerbitka Surat Edaran Nomor: PR. 02. 03. 2. 21. 02. 12. 0624 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Melalui LPSE Badan POM R dan Surat Edaran
Nomor HK. 05. 02. 2. 01. 14. 0209 tahun 2014 tentang Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa (RUP) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan
(3) Koordinasi yang aktif terkait pengadaan dengan LKPP dilakukan dengan
konsultasi langsung, dengan telepon, surat elektronik, maupun melalui sistem
LPSE Badan POM
(4) Implementasi e-procurement (LPSE) barang dan jasa dengan nilai lebih dari
100 juta secara bertahap dilakukan dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor
Reformasi Birokrasi 8. 64
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
PR. 02. 03. 2. 21. 02. 12. 0624 tentang Pengadaan Barang/Jasa Melalui LPSE
Badan POM RI.
2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan
keuangan negara adalah terlaksananya pengelolaan keuangan sesuai siklus
perencanaan dan penganggaran yang dimonitor serta dievaluasi secara
berkesinambungan. Dampak dari area perubahan meningkatnya efektifitas
pengelolaan keuangan negara pada Badan POM adalah terlaksananya evaluasi, baik
terhadap LHP, TL, maupun kegiatan dan realisasinya.
Dampak dari area perubahan dapat dipertahankannya status opini WTP pada Badan
POM adalah monitoring tindak lanjut hasil temuan dan melakukan review laporan
keuangan dan laporan BMN.
Dampak dari sasaran menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang adalah
bahwa dengan diterapkannya penandatanganan Pakta Integritas untuk seluruh
pegawai, diharapkan adanya peningkatan efektivitas pemberantasan korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) pegawai Badan POM dan semua pegawai Badan POM dapat
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan peaturan perundang-undangan yang
berlaku dan Kode Etik Pegawai.
Reformasi Birokrasi 8. 65
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
b) Sasaran: Meningkatnya akuntabilitas Badan POM terdiri dari dua indikator yaitu
Sistem yang mendorong kinerja organisasi dan Peningkatan kualitas laporan
akuntabilitas.
(1) Sistem yang mendorong kinerja organisasi.
Dalam penerapan SAKIP pada setiap Unit Kerja di lingkungan Badan POM
telah dilakukan Bimtek dan workshop SAKIP, dengan narasumber dari
Bappenas, Kemenpan dan RB, serta kemenkeu. Setiap unit Kerja
penyampaikan draf LAKIP sebagai output pelatihan. Kegiatan ini
merupakan upaya perbaikan berkelanjutan dalam penerapan SAKIP.
Setiap Unit Kerja di lingkungan Badan POM telah menetapkan RKT satu
tahun kedepan dan penetapan kinerja tahun berjalan serta aksi kinerja per
triwulan.
Badan POM telah menyusun POM-10. SOP. 01 Manajemen Strategi
termasuk didalamnya proses penetapan IKU unit kerja dan IK Penyusunan
IKU dan pengembangan IKU
Reformasi Birokrasi 8. 66
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 67
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Telah disusun Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK. 04. 1. 23. 07.
11. 6690 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Telah dilakukan evaluasi atas LAKIP Unit Kerja di Badan POM
Telah dilakukan review laporan keuangan dengan pendampingan BPKP
dengan hasil berupa surat pernyataan telah di-review yang ditandatangani
oleh Inspektur
3) Dampak
Dalam evaluasi LAKIP Unit Kerja masih terdapat kendala yaitu evaluasi laporan
baru dilakukan sebatas kelengkapan dokumen, belum mencakup kualitas dan
implementasi Pedoman Evaluasi AKIP di Lingkungan Badan POM belum diperbaharui
sehingga terdapat kesenjangan antara hasil evaluasi Inspektorat dengan hasil evaluasi
SAKIP Badan POM oleh KeMenPAN-RB. Dalam melakukan review laporan keuangan
masih menghadapi kendala kurangnya jumlah personil untuk melakukan review
laporan keuangan sehingga berdampak pada waktu penyelesaian LK berdekatan
dengan tenggat waktu penyerahan LK ke Kemenkeu
Reformasi Birokrasi 8. 68
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 69
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
2) Dampak
Dampak dari sasaran menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi
peraturan perundang-undangan terkait Obat dan Makanan adalah tersusunnya
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan yang tidak
tumpang tindih dan harmonisasi sehingga pelaksanaan pengawasan dan tindak
lanjutnya dapat berjalan secara efektif. Dampak dari sasaran meningkatnya efektivitas
pengelolaan peraturan perundang-undangan adalah bahwa dengan telah terkelolanya
subsite JDIH dengan baik, maka penyebaran dokumentasi dan informasi hukum
pengawasan di bidang obat dan makanan dapat tersedia setiap saat dan dapat
diakses oleh seluruh stakeholder, baik internal maupun eksternal secara luas sehingga
diharapkan implementasi peraturan dan pengawasannya bisa berjalan lebih efektif.
Reformasi Birokrasi 8. 70
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Dengan posisi tawar yang rendah akibat tingkat ekonomi dan pendidikan yang
belum
membaik, maka pemilihan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat masih cenderung
pada harga dan bukan pada kualitas. Dampak yang lebih besar adalah terpuruknya
status kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi produk yang berisiko terhadap
kesehatan.
Di sisi yang lain, terjadi perubahan paradigma birokrasi untuk menjadi birokrasi
yang lebih bersih dan bersifat melayani. Perubahan paradigm ini dibingkai dalam
reformasi birokrasi agar mampu menjawab tuntutan masyarakat. Pelayanan publik
yang lebih cepat, lebih murah, lebih baik, lebih mudah, transparan, akuntabel dan pasti
menjadi prioritas utama untuk dikembangkan.
Untuk menjawab tantangan ini, Badan POM mengembangkan dan menerapkan
strategi yang komprehensif dan holistik, yang meliputi perkuatan fungsi pengawasan
obat dan makanan secara full spectrum, mulai pre market (penilaian produk sebelum
beredar)
sampai dengan post market (pengawasan produk di peredaran) serta pemberdayaan
masyarakat.
Strategi tersebut, dalam beberapa hal sudah membuahkan hasil, dibuktikan
dengan diperolehnya capaian, antara lain peringkat 6 untuk layanan Notifikasi
Kosmetika, dan peringkat 7 untuk layanan Penilaian Keamanan Pangan dalam
kompetisi Open Government Indonesia, menjadi instansi Pusat dengan indeks
integritas tertinggi dari 85 instansi pemerintah yang disurvei dengan indeks 7,69 pada
Survei Integritas Pelayanan Publik oleh KPK, peringkat ke-6 e-Transparency
Award, peringkat ke-3 Zona Hijau Bidang Kepatuhan Lembaga Pemerintah untuk
penilaian yang dilakukan oleh Ombudsman, memperoleh Sertifikat Akreditasi
Kearsipan yang merupakan pengakuan atas sistem kearsipan Badan POM yang
terintegrasi dengan kemampuan telusur yang cepat dan tepat serta beberapa
penghargaan yang lain.
Namun diakui bahwa di beberapa hal masih banyak perbaikan yang harus
dilakukan untuk tetap meningkatkan perlindungan kepada masyarakat, perbaikan
pelayanan publik serta meningkatkan daya saing obat dan makanan produksi
Indonesia. Upaya perbaikan tersebut termasuk untuk meningkatkan coverage
pengawasan, coverage pemberdayaan masyarakat, kepastian jadwal dan ketepatan
waktu pelayanan. Sebagai upaya perbaikan tersebut, Badan POM berusaha untuk
melakukan efisiensi sumber daya, termasuk sistem dan tata hubungan kerja, tetapi
Reformasi Birokrasi 8. 71
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
sampai saat ini terkendala dari segi jumlah sumber daya manusia aparatur, sehingga
upaya-upaya perbaikan tersebut belum optimal dilaksanakan.
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik mempunyai 2 (dua) sasaran,
yaitu:
a) Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat (lebih cepat, lebih
aman, lebih mudah dijangkau, lebih murah) dengan indikatornya adalah pelayanan
publik murah, terjangkau, cepat dan aman.
Untuk mencapai sasaran tersebut, dari tahun 2011 sampai dengan bulan Mei 2014,
telah dihasilkan:
(1) Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 39 tahun 2013 tentang Standar
Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM
(2) Sosialisasi dan implementasi Peraturan Kepala Badan POM RI No. 39 tahun
2013 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan Badan POM
(3) Implementasi e-reg dan e-notifikasi antara lain implementasi e-reg obat copy,
pengembangan e-reg renewal obat copy, pengembangan e-reg produk baru
obat tradisional dan suplemen kesehatan, implementasi e-reg obat tradisional
low risk, e-registrasi ulang obat tradisional, implementasi notifikasi kosmetik,
implementasi Notifikasi Perubahan kosmetik dan implementasi Pembaharuan
Notifikasi kosmetik, implementasi e-reg pangan low risk, implementasi e-
payment (notifikasi kosmetik dan e-reg pangan), pengembangan e-reg
pendaftaran iklan, uji coba implementasi e-reg pangan highrisk, dan rencana
implementasi e-reg pangan high risk tahap I (bulan Agustus 2014).
(4) Penerapan single sign on (SSO), SKI paperless, penerbitan SKK Non Obat dan
Makanan pada e-bpom Badan POM sehingga mendukung efisiensi dan
efektivitas sistem NSW. Dengan penerapan ini diharapkan pelayanan semakin
cepat, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pelayanan serta pelayanan lebih
transparan. Dalam rangka meningkatkan akses publik terhadap layanan
informasi terkait pengawasan obat dan makanan, Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI dengan dukungan dari Global Fund meluncurkan layanan publik
contact center HALOBPOM 500533 yang bertepatan dengan acara puncak
Peringatan HUT Badan POM RI ke-13 tanggal 5 Februari 2014. Contact center
HALOBPOM 500533 dibangun dengan menggabungkan beberapa bentuk
pelayanan informasi publik yang mudah diakses oleh semua kalangan
masyarakat dari berbagai penjuru dengan menyediakan bermacam-macam
jenis pelayanan antara lain interaksi melalui telepon (call), fax, email, sms dan
Reformasi Birokrasi 8. 72
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
2) Dampak
Dampak dari sasaran meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat (lebih cepat, lebih aman, lebih mudah dijangkau, dan lebih murah) adalah:
a) Dengan adanya regulasi yang memadai serta SDM yang cukup diharapkan
pelayanan publik yang optimal.
b) Dengan diimplementasikannya Standard Pelayanan Publik, maka petugas
pelayanan publik dapat lebih profesional.
c) Dengan diterapkannya sistem registrasi dan notifikasi secara elektronik akan
berdampak:
Pelayanan lebih cepat
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan Pelayanan menjadi lebih
transparan
Reformasi Birokrasi 8. 73
Modul UD Tk. I dan UPKP BPOM RI
Reformasi Birokrasi 8. 74